BAB I PENDAHULUAN. bagi jaminan keselamatan pasien. Untuk hal tersebut fasilitas kesehatan perlu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai multi

BAB I PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Infeksi yang terjadi dirumah sakit salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan di berbagai belahan dunia dan merupakan risiko terhadap sistem

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009, maka diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan gawat darurat, yang merupakan salah satu tempat pasien berobat atau dirawat, di tempat

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI PUSKESMAS KALIBARU KULON

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan. kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit memiliki peran penting

BAB 1 PENDAHULUAN. dibentuk oleh Kepala Rumah Sakit (Depkes RI, 2007). Menurut WHO (World

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN INFEKSI

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan (safety) telah menjadi issue global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima (5)

BAB I PENDAHULUAN. obat-obatan dan logistik lainnya. Dampak negatif dapat berupa kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN. Era perdagangan bebas dan globalisasi telah meluas di seluruh kawasan

BAB 1 PENDAHULUAN. melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bila upaya pencegahan infeksi tidak dikelola dengan baik. 2. berkembang menjadi sirosis hati maupun kanker hati primer.


BAB 1 : PENDAHULUAN. ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi merupakan suatu keadaan ditemukan adanya agen infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus. yang di akibatkan oleh virus (Arief, 2012).

GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dari spesimen-spesimen yang diperiksa. Petugas laboratorium merupakan orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tenaga kesehatan gigi dalam menjalankan profesinya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERSEPSI TERHADAP APD

BAB I PENDAHULUAN. (World Health Organization (WHO), 2011). Menurut survei di Inggris,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam kesehariannya disibukkan dengan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. bahwa dengan berakhirnya kehidupan seseorang, mikro-organisme. tidak diwaspadai dapat ditularkan kepada orang orang yang menangani

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan semakin meningkat. Istilah infeksi nosokomial diperluas

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terdapat di RS PKU Muhammadiyah Gamping memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari atau hampir 2 juta

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat. darurat (Permenkes RI No. 147/ Menkes/ Per/ 2010).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

ISNANIAR BP PEMBIMBING I:

LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI PENGGUNAAN APD DI RUMAH SAKIT SYAFIRA

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Nosokomial, yang saat ini disebut sebagai. dengan jumlah pasien dari jumlah pasien berisiko 160.

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mata, dan infeksi kulit. Umumnya penyakit tersebut terjadi pada anak-anak dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang

PENERAPAN KEWASPADAAN UNIVERSAL DI RUANG RAWAT INAP KEBIDANAN RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman modernisasi seperti sekarang ini Rumah Sakit harus mampu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan pekerjaan dalam rumah sakit di Indonesia, dikategorikan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dua puluh empat jam sehari dan melibatkan berbagai aktifitas orang

BAB I PENDAHULUAN. infeksi tersebut. Menurut definisi World Health Organization. (WHO, 2009), Healthcare Associated Infections (HAIs)

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan (Saifuddin, 2006). Menurut WHO (World Health Organization), pada tahun 2013 AKI

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini perhatian terhadap infeksi nosokomial di sejumlah rumah sakit di Indonesia

RSCM KEWASPADAAN. Oleh : KOMITE PPIRS RSCM

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan klien merupakan sasaran dalam program Patient Safety yang

BAB I PENDAHULUAN. (Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010). Dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi- tingginya,

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN KEWASPADAAN UNIVERSAL DI RUMAH SAKIT DOKTER KARIADI SEMARANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi

SKRIPSI HUBUNGAN FAKTOR ORGANISASI DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN KEWASPADAAN UNIVERSAL DI RSI IBNU SINA PADANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terkait keselamatan di RS yaitu: keselamatan pasien, keselamatan pekerja atau

KERANGKA ACUAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI RSIA ANUGRAH KUBURAYA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi dibidang kesehatan sangatlah pesat. Fasilitas kesehatan dituntut memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan transparan kepada masyarakat, khususnya bagi jaminan keselamatan pasien. Untuk hal tersebut fasilitas kesehatan perlu meningkatkan mutu pelayanan khususnya dalam pencegahan dan pengendalian infeksi (Depkes, 2010). Kejadian penyakit infeksi di fasilitas kesehatan dianggap sebagai suatu masalah serius karena mengancam kesehatan dan keselamatan pasien dan petugas kesehatan secara global. Selain itu, kejadian infeksi ini juga berdampak pada kualitas pelayanan kesehatan dan peningkatan pembiayaan pelayanan kesehatan (Luo, et.al, 2010). Health-care Associated Infections atau Hospital-Acquired Infection (HAIs) adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama menjalaniperawatan di rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Infeksi tersebut tidak ditemukan pada saat pasien masuk, infeksi ini didapat dari rumah sakit namun bermanifestasi setelah pasien keluar. Selain pada pasien, HAIs dapat terjadi pada tenaga kesehatan, staf, dan pengunjung rumah sakit (WHO,2014). 1

2 Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan pencegahan infeksi di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya. Kebijakan itu tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 270/Menkes/III/2007 tentang Pedoman Manajerial Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan fasilitas kesehatan. Keputusan Menkes Nomor 382/Menkes/III/2007 mengenai Pedoman Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan fasilitas kesehatan. Karena angka kejadian infeksi nosokomial saat ini telah dijadikan salah satu tolak ukur mutu pelayanan di fasilitas kesehatan (Permenkes RI, 2017). Akan tetapi, Kejadian infeksi belum diimbangi dengan pemahaman tentang bagaimana mencegah infeksi dan implementasi secara baik. Kondisi ini memungkinkan angka kejadian infeksi di fasilitas kesehatan cenderung meningkat. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pihak tenaga kesehatan untuk mencegah terjadinya infeksi di fasilitas kesehatan. Salah satunya yaitu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal dari pasien maupun petugas kesehatan. Kejadian penyakit infeksi di fasilitas kesehatan merupakan salah satu masalah karena dapat mengancam kesehatan pasien, petugas kesehatan dan pengunjung. Risiko infeksi selain terjadi pada pasien yang dirawat di fasilitas kesehatan juga dapat terjadi pada petugas di fasilitas kesehatan tersebut. Petugas kesehatan beresiko terpajan penularan penyakit infeksi blood borne seperti HIV, Hepatitis B dan Hepatitis C, yang berasal dari sumber infeksi yang diketahui dan

3 yang tidak diketahui seperti benda terkontaminasi, jarum suntik bekas pakai, dan benda tajam lainnya. Berdasarkan data kecelakaan kerja di Indonesia, sebanyak 57.626 kasus (58,15 %) kecelakaan kerja di yang disebabkan karena tindakan yang tidak aman (Jamsostek, 2011). Tindakan tidak aman (unsafe action) adalah tindakan yang dapat membahayakan pekerja maupun orang lain dan menyebabkan terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh berbagai hal seperti tidak memakai alat pelindung diri (APD), tidak mengikuti prosedur kerja, tidak mengikuti peraturan keselamatan kerja maupun bekerja tidak hati-hati (Pratiwi, 2012). Hasil laporan National Safety Council menunjukkan bahwa terjadinya kecelakaan kerja di fasilitas kesehatan 41% lebih besar dari pekerja industri lainnya. Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, tergores, dan penyakit infeksi (Sholihah, 2013). Pada tahun 2016, Mayasari melakukan penelitian pada pekerja di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Persahabatan Jakarta didapatkan hasil 1 orang (5,2%) sebagai tenaga analis kesehatan yang terinfeksi tuberkulosis pada saat status aktif bekerja. Sangat dibutuhkan program pencegahan dan monitoring bagi seluruh petugas di laboratorium mikrobiologi untuk melindungi mereka yang beresiko tertular. Akan tetapi, program tersebut belumlah tersebar merata disetiap fasilitas kesehatan terutama di negara-negara berkembang. Petugas di Balai Kesehatan Masyarakat berpotensi terjadi penularan infeksi sebagai akibat adanya interaksi antara tenaga kerja, pasien, peralatan, bahan dan situasi lingkungan kerja yang ada di dalamnya. Penyelenggaran

4 pencegahan dan pengendalian infeksi di pusat pelayanan kesehatan sangatlah perlu mendapatkan perhatian yang serius. Perhatian terhadap pengendalian infeksi di pusat pelayanan kesehatan tidak hanya untuk pasien, pengunjung rumah sakit, tetapi juga bagi pelaksana dan pengelola pelayanan kesehatan terutama, dimana para petugas kesehatan melakukan pemeriksaan dengan menggunakan sampel yang infeksius dan dapat menyebabkan terjadinya penularan bila dilakukan dengan cara yang tidak tepat. Sampel infeksius yang diperiksa terdapat berbagai macam penyakit dan bakteri yang mengharuskan petugas menggunakan alat pelindung diri (APD) untuk menjaga agar tidak terkontaminasi demi keselamatan dalam bekerja (Ernawati, 2010). Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, Balai Kesehatan Masyarakat merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang banyak menangani masalah penyakit infeksi dan petugas di BALKESMAS ini sangat rentan terkontaminasi oleh sampel yang diperiksa. Pada tahun 2017 Ismawati melakukan penelitian terkait dengan kejadian infeksi Mycobacterium tuberculosis pada petugas Balai Kesehatan Masyarakat yang terinfeksi berjumlah 1 responden dengan masa kerja 6-20 tahun bekerja di kontak langsung rawat inap. Karena mengingat pentingnya penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi oleh petugas kesehatan, maka hal ini yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang Faktor yang Berhubungan dengan Penerapan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi pada Petugas di Balai Kesehatan Masyarakat Wilayah Semarang.

5 1.2 Rumusan Masalah Uraian pada latar belakang yang menyatakan bahwa penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi pada petugas di Balai Kesehatan Masyarakat sangatlah penting mengingat tingginya potensi kecelakaan di fasilitas kesehatan, maka dapat dibuat suatu perumusan masalah : Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi pada petugas di Balai Kesehatan Masyarakat Wilayah Semarang? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui faktor yang berhubungan dengan pencegahan dan pengendalian infeksi pada petugas di Balai Kesehatan Masyarakat Wilayah Semarang. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pengetahuan petugas terhadap penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi. b. Mendeskripsikan fasilitas dan sarana- sarana yang disediakan dalam penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi. c. Mendeskripsikan pengawasan dari pimpinan terhadap petugas dalam penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi. d. Mendeskripsikan hubungan pengetahuan petugas dengan penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi.

6 e. Mendeskripsikan hubungan fasilitas dan sarana yang yang disediakan dengan penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi. f. Mendeskripsikan hubungan pengawasan dari pimpinan dengan penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Untuk Balai Kesehatan Masyarakat a. Sebagai bahan masukan dan koreksi untuk ditindak lanjuti sebagai upaya penerapan PPI yang tepat b. Sebagai masukan tentang pentingnya penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi. c. Untuk meningkatkan mutu kinerja petugas. d. Untuk meningkatkan kepercayaan pengguna jasa terhadap hasil pemeriksaan. 1.4.2 Untuk Institusi/ Akademik Sebagai sumbangsih kepustakaan dan bahan bacaan bagi penelitian selanjutnya. 1.4.3 Untuk Peneliti a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam menerapkan ilmu manajemen kesehatan khususnya penerapan PPI. b. Menyumbangkan perbaikan dan perkembangan manajemen di Balai Kesehatan Masyarakat Wilayah Semarang

7 1.4.4 Untuk Masyarakat Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap hasil pemeriksaan di Balai Kesehatan Masyarakat Wilayah Semarang. 1.5 Orisinalitas Penelitian Tabel 1. Orisinalitas Penelitian No. Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian 1 Baihaqi Ibrahim, Universitas Indonesia, 2009 2 Imelda Karo Karo, Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan, 2017 Tingkat Kepatuhan Penggunaan Sarung Tangan dalam Kaitan Standar Kewaspadaan Umum Bagi Petugas Laboratorium Klinik di Kota Cilegon tahun 2009 Penerapan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di Ruang Rawat Inap VIP Rumah Sakit Umum Sidikalang Ada hubungan ketersediaan sarung tangan, kenyamanan pemakaian sarung tangan, peraturan penggunaan sarung tangan, pengawasan terhadap kepatuhan penggunaan sarung tangan Pelaksanaan hand hygiene belum terlaksana dengan baik sesuai dengan peraturan rumah sakit yang harus menerapkan Pengendalian Penyakit Infeksi (PPI) dan rumah sakit juga belum memiliki SOP (Standart Operasional Prosedur) 3 Astri Budhi Satiti, Universitas Diponegoro, 2017 Analisis Penerapan Standard Precautions dalam Pencegahan dan Pengendalian HaiS (Healthcare Associated Infections) di RSUD RAA Soewondo Pati Penerapan standard precautions dalam pencegahan dan pengendalian HAIs sudah disosialisasikan dan diterapkan di RSUD RAA Soewondo Pati. Akan tetapi, beberapa tingkat kepatuhan masih dibawah standar. Berdasarkan orisinalitas penelitian diatas, dapat dibedakan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Baihaqi Ibrahim (2009) di Universitas Indonesia dengan judul Tingkat Kepatuhan Penggunaan

8 Sarung Tangan dalam Kaitan Standar Kewaspadaan Umum bagi Petugas Laboratorium Klinik di Kota Cilegon Tahun 2009. Perbedaan penelitiannya yaitu penggunaan alat pelindung diri hanya menggunakan sarung tangan, sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan bukan hanya sarung tangan saja saja tetapi semua yang termasuk APD. Perbedaan penelitian yang dilakukan Imelda Karo Karo (2017) dengan judul Penerapan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di Ruang Rawat Inap VIP Rumah Sakit Umum Sidikalang dan penelitian yang dilakukan Astri Budhi Satiti (2017) dengan judul Analisis Penerapan Standard Precautions dalam Pencegahan dan Pengendalian HaiS (Healthcare Associated Infections) di RSUD RAA Soewondo Pati. Perbedaan kedua penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan penulis yaitu keduanya hanya menganalisis penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi tanpa membahas faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi. Perbedaan lainnya yaitu pada tempat penelitan.