Akuisisi dan Pemanfaatan Foto Udara Format Kecil dntuk Pemetaan Obyek Berbahaya pada Jaringan Transmisi Lsitrik

dokumen-dokumen yang mirip
Pengukuran Kekotaan. Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng. Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering

Tujuan. Model Data pada SIG. Arna fariza. Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 4/7/2016

3/17/2011. Sistem Informasi Geografis

PEMBUATAN MODEL ORTOFOTO HASIL PERKAMAN DENGAN WAHANA UAV MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK FOTOGRAMETRI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

PEMANFAATAN INTERFEROMETRIC SYNTHETIC APERTURE RADAR (InSAR) UNTUK PEMODELAN 3D (DSM, DEM, DAN DTM)

3.3.2 Perencanaan Jalur Terbang Perencanaan Pemotretan Condong Perencanaan Penerbangan Tahap Akuisisi Data...

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Suharyadi 1, Yudhistira Tri Nurteisa 2. Dosen Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada 2

BAB 3 LIDAR DAN PENDETEKSIAN POHON

ANALISIS KETINGGIAN MODEL PERMUKAAN DIGITAL PADA DATA LiDAR (LIGHT DETECTION AND RANGING) (Studi Kasus: Sei Mangkei, Sumatera Utara)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TEKNOLOGI RIMS (RAPID IMAGING AND MAPPING SYSTEMS)

C I N I A. Survei dan Pemetaan Untuk Perencanaan Jaringan Gas Bumi Bagi Rumah Tangga Menggunakan Metode Terrestrial dan Fotogrametri Jarak Dekat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANAN CITRA SATELIT ALOS UNTUK BERBAGAI APLIKASI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. ambang batas (thresholding), berbasis tepi (edge-base) dan berbasis region (regionbased).

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS

POTENSI PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DENGAN WAHANA UDARA NIR-AWAK DI INDUSTRI TAMBANG DAN MIGAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pemetaan Foto Udara Menggunakan Wahana Fix Wing UAV (Studi Kasus: Kampus ITS, Sukolilo)

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997

Abstract. Keywords: Aerial Photo, EAGLE, Orienteering, UAV

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN:

II.1. Persiapan II.1.1. Lokasi Penelitian II.1.2. Persiapan Peralatan Penelitian II.1.3. Bahan Penelitian II.1.4.

bdtbt.esdm.go.id Benefits of Remote Sensing and Land Cover

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Citra Satelit IKONOS

Jurnal Geodesi Undip Januari 2017

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA

Oghy Octori 1, Agung Budi Cahyono 1 1 Jurusan Teknik Geomatika FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember

METODE KALIBRASI IN-FLIGHT KAMERA DIGITAL NON-METRIK UNTUK KEPERLUAN CLOSE- RANGE PHOTOGRAMMETRY

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Remote Sensing (Penginderaan Jauh)

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan 4.2 Analisis Terhadap Peta Rupabumi yang digunakan

III. BAHAN DAN METODE

Analisa Data Foto Udara untuk DEM dengan Metode TIN, IDW, dan Kriging

I. BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN

APLIKASI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY UNTUK PERHITUNGAN VOLUME OBJEK

PENGGUNAAN FOTO UDARA FORMAT KECIL MENGGUNAKAN WAHANA UDARA NIR-AWAK DALAM PEMETAAN SKALA BESAR

Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur)

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

BAB III PENGOLAHAN DATA

REKONSTRUKSI MODEL 3D CANDI JAWI DENGAN METODE STRUCTURE FROM MOTION (SFM) FOTO UDARA

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH. ACARA 2 Mozaik Foto Udara dan Pengamatan Sterioskop. Oleh : Muhamad Nurdinansa [ ]

SISTEM PEMANTAUAN TATA RUANG KOTA DENGAN WAHANA UDARA NIR- AWAK SEBAGAI PENYEDIA FOTO UDARA MURAH

Bab IV Analisis Hasil Penelitian. IV.1 Analisis Data Titik Hasil Pengukuran GPS

ORTHOREKTIFIKASI CITRA RESOLUSI TINGGI UNTUK KEPERLUAN PEMETAAN RENCANA DETAIL TATA RUANG Studi Kasus Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur

Jurnal Geodesi Undip Januari 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisa Kalibrasi Kamera Sony Exmor Pada Nilai Orientasi Parameter Interior untuk Keperluan Pemetaan (FUFK)

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. pada radius 4 kilometer dari bibir kawah. (

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

PENGINDERAAN JAUH. --- anna s file

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP

Ilustrasi: Proses Produksi

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002)

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

ISTILAH DI NEGARA LAIN

PENDUGAAN PRODUKTIVITAS PADI DENGAN PENGOLAHAN CITRA YANG DIAMBIL DARI PESAWAT TERBANG MINI

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Metode Klasifikasi Digital untuk Citra Satelit Beresolusi Tinggi WorldView-2 pada Unit Pengembangan Kertajaya dan Dharmahusada Surabaya

PENYUSUNAN MODEL PENDUGAAN DAN PEMETAAN BIOMASSA PERMUKAAN PADA TEGAKAN JATI

ULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya)

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1A untuk Pembuatan Peta Dasar Lahan Pertanian (Studi Kasus: Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan)

PEMBENTUKAN MODEL DAN PARAMETER UNTUK ESTIMASI KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN DATA LIGHT DETECTION AND RANGING

Perbandingan Penentuan Volume Suatu Obyek Menggunakan Metode Close Range Photogrammetry Dengan Kamera Non Metrik Terkalibrasi Dan Pemetaan Teristris

BAB II TEORI DASAR. Beberapa definisi tentang tutupan lahan antara lain:

5. PEMBAHASAN 5.1 Koreksi Radiometrik

PT.LINTAS ANANTARA NUSA DRONE MULTI PURPOSES.

Stella Swastika Putri Projo Danoedoro Abstract

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

AERIAL PHOTOGRAMETRY POTENSI KERUNTUHAN LAHAN GAMBUT (PEAT FAILURE) DI DESA MESKOM

11/25/2009. Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi. Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB 2 TEKNOLOGI LIDAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

STEREOSKOPIS PARALAKS

Key word : digital surface model, digital terrain model, slope based filtering.

Jurnal Geodesi Undip Januari 2017

Bangunan Berdasarkan Citra Landsat 5 TM dan Sentinel 2A MSI (Kasus: Kota Salatiga) Anggito Venuary S

Gambar 4.1. Kemampuan sensor LIDAR untuk memisahkan antara permukaan tanah dengan vegetasi di atasanya [Karvak, 2007]

APLIKASI FOTO UDARA UNTUK MEMPREDIKSI POTENSI SAWAH KOTA SOLOK DENGAN MENGGUNAKAN PESAWAT TANPA AWAK ABSTRAK

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 36 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomo

PEMANTAUAN PERTAMA PUNCAK MERAPI SETELAH ERUPSI 2010 MENGGUNAKAN PESAWAT NIR AWAK

Transkripsi:

Akuisisi dan Pemanfaatan Foto Udara Format Kecil dntuk Pemetaan Obyek Berbahaya pada Jaringan Transmisi Lsitrik Ahmad Faizan Bustomi afaizanbustomi@gmail.com Bowo Susilo bowosusilo@ugm.ac.id Abstract Right of way is important aspect in electrical transmission maintanace. 20% from all electrical transmission network must be inspected annually. Ground-based inspection is labour-intersive. Indonesian right of way standards contain horizontal and vertical range. Aerial photography remote sensing had evolved with small format aerial photography appearance. This method can produce high resolustion orthophoto and point cloud. Point cloud represent the elevation data. Orthophoto represent whole surface object. This research try to identify right of way from this opportunity.small-format aerial photography (SFAP) recorded from 100 meters flying platform with 3 cm ground control points. SFAP generate 4 cm spatial resolution orthophoto and 81.411.021 points. High voltage tower, land cover, and ndsm, data combination represent 3486 m 2 research area belong to right of way with 100% overall accuration confussion matrix. Point cloud can generate normalized digital surface model(ndsm) with 3,4 meters root mean square accuracy. Keyword : right of way, High Voltage Transmission, Small-Format Aerial Photography, Orthophoto, Point Cloud, ndsm Intisari Obyek permukaan bumi memiliki jarak aman atau ruang bebas terhadap jaringan transmisi listrik apabila obyek tersebut melebihi jarak aman dapat membahayakan jaringan maupun manusia di sekitarnya. Perkembangan penginderaan jauh dengan foto udara format kecil dapat menghasilkan data mosaik foto udara yang dapat menggambarkan secara utuh permukaan bumi dan point cloud yang menjadi model data elevasi. Tujuan penelitian ini adalah akuisisi foto udara format kecil untuk, mengidentifikasi jaringan transmisi serta mengidentifikasi obyek pada ruang bebas dengan menggunakan perpaduan data hasil pengolahan foto udara format kecil. Perekaman foto udara menggunakan sistem DJI Phantom 4. Analisis obyek pada ruang bebas menggunakan orthophoto untuk identifikasi obyek dan point cloun untuk identifikasi elevasi. Hasil identifikasi menunjukkan obyek yang masuk dalam ruang bebas diantaranya tumbuhan/perkebunan/hutan, dan bangunan dengan total luasan 3486 m 2. Overall accuracy data obyek penutup lahan sebesar 100% dan nilai Root Mean Square Error data elevasi obyek permukaan sebesar 3,4 meter. Kata Kunci: Ruang Bebas, SUTT, Foto Udara Format Kecil, Orthophoto, Point Cloud Isolasi udara atau dapat pula disebut dengan ruang bebas merupakan salah satu aspek yang diinspeksi pada pemeliharaan rutin mingguan dengan target 20% dari panjang SUTT dan SUTET tiap tahun. Standar ruang bebas diatur dalam peraturan

menteri ESDM nomor 18 tahun 2015. Terdapat dua dimensi dalam ruang bebas, yaitu jarak vertikal dan jarak horizontal. Ilustrasi umum untuk ruang bebas dapat dilihar di gambar 1.1 dan gambar 1.2. Gambar 1 Ilustrasi ruang bebas vertikal (PLN(Persero), 2014) Gambar 2 Ilustrasi ruang bebas secara horisontal (PLN(Persero), 2014) Obyek yang berada dalam ruang bebas tentunya dapat mengganggu transmisi listrik. Pengukuran terhadap obyek yang berada di sekitar transmisi listrik perlu dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai obyek yang sudah masuk dalam ruang bebas atau isolasi udara. Inspeksi obyek dengan metode lapangan cenderung membutuhkan sumber daya manusia dengan jumlah besar. Proses evaluasi dari metode ini membutuhkan waktu yang lama. Pengamatan dipengaruhi oleh interpretasi dari tiap individu. Penginderaan jauh menjadi alternatif metode untuk menghasilkan data mengenai obyek yang berada dalam ruang bebas. Berbagai jenis citra penginderaan jauh telah dikaji untuk memantau kondisi jalur transmisi. Jenis-jenis citra seperti citra resolusi sangat tinggi, citra radar, citra thermal, dan citra lidar digunakan dikaji untuk memantau keadaan transmisi listrik. Data lidar baik lidar yang diambil dengan wahana pesawat, terrestrial, dan pesawat tanpa awak merupakan data yang paling detail menggambarkan data obyek di sekitar jalur transmisi listrik. (Matikainen et al. 2016) Foto udara merupakan salah satu jenis citra yang berkembang dewasa ini. Perkembangan pengolahan foto udara mendukung penggunaan kamera non-metrik sebagai sensor atau lebih dikenal dengan Small Format Aerial Photography. (Aber, Marzolff, and Ries 2010) Ukuran kamera non-metrik yang cendrung lebih kecil dari kamera metrik membuat kemudahan wahana membawa sensor. Pengolahan foto udara juga dapat menghasilkan point cloud seperti data lidar sebagai data samping saat menghasilkan mosaik foto udara.

Foto udara yang dapat menghasilkan point cloud seperti data lidar memiliki potensi untuk data inspeksi ruang bebas. Point cloud dari foto udara juga dapat digunakan untuk memodelkan menara dan jaringan transmisi listrik. (Oh and Lee 2017) Point Cloud hasil samping dari pengolahan dapat pula menghasilkan Digital surface model apabila diolah secara lanjutan dapat menghasilkan data pendekatan terrain. (Jensen and Mathews 2016) Perpaduan dua data tersebut berpotensi menghasilkan data ketinggian yang memberikan gambaran obyek yang masuk dalam ruang bebas. Foto udara juga menghasilkan data orthophoto yang dapat digunakan untuk interpretasi jenis-jenis obyek-obyek yang masuk dalam ruang bebas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara akuisisi foto udara format kecil hingga identifikasi obyek yang masuk dalam ruang bebas dengan data olahan foto udara format kecil. Metode Penelitian Area kajian adalah saluran udara tegangan tinggi 150kV di sebagian Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul. Gambar 3 Inset Lokasi Penelitian Area ini dipilih secara acak bersyarat dengan ketentuan terdapat penutup lahan yang diperkirakan masuk dalam ruang bebas. Gambar 4 Lokasi penelitian Terdapat beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. Wahana yang digunakan untuk perekaman foto udara format kecil adalah DJI Phantom 4. Sensor perekaman menggunakan sensor dari wahana, yaitu kamera DJI FC330X. Ground Control Point direkam dengan menggunakan GNSS Geodetik Pro Mark 2. Aplikasi pengolahan yang digunakan Agisoft Photoscan Professional 1.4.4 untuk pengolahan foto udara, QGIS 2.18 dan Arcmap 10.3 untuk produksi peta. Penelitian dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu akuisisi foto udara, ektraksi informasi dari hasil pengolahan foto udara, dan pengecekan lapangan. Akuisisi foto udara terdiri dari perencanaan jalur terbang,

perekaman foto udara, pengambilan titik kontrol, dan pengolahan foto udara format kecil. Jalur terbang direncanakan dengan bentuk persegi panjang menyesuaikan jalur transmisi listrik. Pertampalan direncanakan sebesar 60% sidelap dan 40% endlap. Gambar 5 Pembagian Jalur Terbang Perekaman foto udara dilakukan pagi hari untuk menghindari penyinaran matahari yang berlebih. Pengambilan titik kontrol dilakukan dengan metode post marking dan CORS. Contoh obyek yang digunakan dapat dilihat di gambar 5 dan 6. Gambar 6 dan 7 Proses Perekaman Koordinat Titik dan Obyek yang Digunakan Pengolahan foto udara menghasilkan data orhtofoto dan point cloud. Orthophoto merupakan hasil akhir pengolahan foto udara format kecil pada tahapan akuisisi. Prinsip pengolahan adalah structure from motion untuk menghasilkan mosaik foto udara dan multi-view construction untuk menghasilkan point cloud sebagai hasil samping dan data dasar kontruksi orthophoto. Ektraksi informasi data pengolahan foto udara format kecil dilakukan dengan interpretasi visual dan pengolahan digital. Interpretasi visual menggunakan orthophoto yang menghasilkan data jaringan listrik SUTT yang berupa peta persebaran menara SUTT dan data penutup lahan. Kelas penutup lahan disesuaikan dengan kriteria obyek yang masuk dalam peraturan menteri ESDM nomor 18 tahun 2015 Pengolahan digital dilakukan terhadap point cloud untuk menghasilkan data elevasi. Metode yang dilakukan adalah penapisan secara digital untuk membedakan elevasi lahan dan elevasi permukaan. Penapisan digital memanfaatkan algortima cloth simulation filtering. Proses identifikasi obyek pada ruang bebas dilakukan dengan kombinasi data penutup lahan dengan data elevasi. Dilihat ketinggian pada tiap penutup lahan apabila ketinggian obyek masuk dalam ruang bebas, obyek tersebut dimasukkan dalam kategori tidak aman. Acuan ketinggian diambil dari titik terendah andongan penghantar dengan

asumsi bahwa antar SUTT tidak memiliki perbedaan tinggi. Pengecekan lapangan dilakukan terhadap data penutup lahan dan data elevasi. Penentuan sampel dilakukan secara acak. Pada data penutup lahan, metode acak disesuaikan dengan satuan penutup lahan sedangkan pada data elevasi murni dipilih secara acak tanpa ada pertimbangan. Pengujian hasil lapangan dan model dilakukan dengan metode confussion matrix untuk data penutup lahan dan root mean square error untuk data elevasi. Hasil Akuisisi Foto Udara Data akhir hasil akuisisi foto udara adalah orthophoto dan point cloud. Foto udara format kecil yang dihasilkan berjumlah 216. Tidak terdapat foto yang mengalami blur serta under exposure maupun over exposure. Pertampalan antar foto udara format kecil yaitu 50% endlap dan 60% sidelap. Pertampalan tidak sesuai yang direncanakan karena pengaruh dari angin. Titik kontrol memiliki ketelitian hingga 3 cm. Ketelitian titik kontrol dipengaruhi oleh sinyal dari GNSS Geodetik yang merekam pada frekuensi L1 dan L2 serta sinyal seluler tertinggi EDGE. Tidak terdapat kendala dalam penyusunan mosaik foto udara. Seluruh foto dapat tersusun sesuai jalur terbang. Akurasi tiap titik kontrol berada pada 11 meter sedangkan pada piksel kurang dari 1. Tabel 1 menunjukkan ketelitian titik kontrol pada tiap mosaik. Tabel 1 Ketelitian Titik Kontrol Nama Error_(m) Error Pixel 10 13.5563 0.206 0.042436 11 11.74006 0.098 0.009604 15 8.942017 0.072 0.005184 16 14.04768 0.338 0.114244 17 11.19972 0.456 0.207936 18 13.20761 0.502 0.252004 Chunk 1 11.33121 RMSE 0.324399 5 11.3362 0.395 0.156025 8 8.212931 0.106 0.011236 9 7.651264 0.055 0.003025 10 11.13922 0.071 0.005041 11 11.96508 0.363 0.131769 12 14.96927 0.031 0.000961 Chunk 2 11.1492 RMSE 0.22659 1 11.2153 0.581 0.337561 2 13.46059 0.577 0.332929 3 13.61377 0.065 0.004225 4 13.07433 0.076 0.005776 6 10.83842 0.692 0.478864 Chunk 3 12.49572 RMSE 0.48153 Hal ini dipengaruhi oleh titik koordinat yang terekam pada tiap foto udara dari wahana. Koordinat tersebut memiliki ketelitian yang lebih rendah sehingga menyebabkan pergeseran saat dikoreksi dengan titik kontrol hasil perekaman GNSS Geodetik. Orthophoto hasil pengolahan memiliki resolusi spasial 4-4,5 cm. Resolusi spasial cenderung berbeda tiap mosaik. Total jumlah point cloud adalah 81.411.021.

satu menara yang dapat diidentifikasi secara lanjut. Dapat dilihat di gambar 10 Gambar 8 Contoh sebagian Orthophoto Peta Jaringan SUTT 150kV Informasi jaringan transmisi listrik yang dapat diekstraksi dari orthophoto dan point cloud adalah menara jaringan. Penghantar listrik dapat terekam dalam foto udara format kecil namun tidak dapat tersambung pada orthophoto sedangkan pada point cloud tidak dapat terbentuk. Contoh penghantar pada orthophoto dapat dilihat pada gambar 9 Gambar 10 Menara SUTT Komponen isolator dapat terlihat dari point cloud. Warna dari menara dan penghantar mempengaruhi terbentuknya obyek tersebut. Perbedaan warna latar menyebabkan penghantar tidak dapat terbentuk secara seragam sehingga tidak tersambung karena beberapa bagian penghantar tersamarkan. Warna menara tidak dapat konsisten pada tiap sisi terutama pada latar sawah sehingga konstruksi tiga dimensi tidak mengenali sebagai satu obyek. Menara yang berada pada latar padat seperti di dalam pemukiman cenderung dapat terbentuk karena persamaan warna di tiap perekaman. Gambar 9 Penghantar pada Orthophoto Menara masih dapat dikenali pada orthophoto dan point cloud namun tidak dapat terbentuk sempurna. Hanya terdapat Gambar 11 Hasil Peta Interpretasi Komponen Transmisi

Analisis Obyek dalam Ruang Bebas Jaringan Transmisi Listrik SUTT 150kV Analisis obyek dalam ruang bebas dilakukan dengan dua parameter yaitu peta penutup lahan dan data elevasi. Hasil interpretasi penutup lahan pada jangkauan jarak horizontal ruang bebas menunjukkan bahwa terdapat empat obyek penutup lahap yang teridentifikasi, yaitu daerah terbuka, Tanaman/Hutan/ Perkebunan, Bangunan, dan Jalan, luasan tiap tutupan lahan pada ruang bebas dapat dilihat dari tabel 2 Data elevasi lahan diperoleh dari penapisan data point cloud. Penapisan tidak sepenuhnya membedakan antara lahan dan obyek dipermukaan karena di dalam point cloud tidak seluruh lahan terekam. Proses penapisan tidak secara keseluruhan mampu membedakan obyek permukaan dengan lahan. Obyek-obyek dengan elevasi rendah seperti sawah, dan tegalan masih masuk dalam kelas lahan. Gambar 10 menunjukkan obyek sawah yang masih masuk dalam kategori lahan. Tabel 2 Luas Penutup Lahan Penutup Lahan Luas (m 2 ) Bangunan 6301.3 Daerah Terbuka 28020.8 Jalan 1231.2 Tanaman/Hutan/Perkebunan 11169.8 Jumlah Luasan 46723.2 Berdasarkan tabel perhitungan confussion matrix, peta penutup lahan memiliki overall accuracy hingga 100%. Hal ini dipengaruhi oleh data orthophoto yang detail menggambarkan kondisi tutupan dengan resolusi spasial 4 cm. Gambar 13 Sebagian Hasil Penapisan Point cloud foto udara tidak dapat membentuk secara presisi obyek permukaan sehingga pada pembentangan cloth oleh algortima penapisan obyek bervegetasi rendah masih terkena. Hasil penisbahan diuji dengan data lapangan. Nilai root mean square error menunjukkan ketelitian masih berada di angka 3,4 meter. Gambar 12 Peta Penutup Lahan Gambar 14 Peta Obyek Berbahaya

Kombinasi peta penutup lahan dan data elevasi memberikan gambaran lokasi tiap penutup lahan terhadap titik terendah andongan SUTT. Berdasarkan kombinasi tersebut, terlihat bahwa obyek yang masuk dalam ruang bebas terdiri dari bangunan dan tanaman/hutan/perkebunan. Luasan bangunan dan tanaman/hutan/perkebunan masuk kategori tidak aman dapat dilihat di tabel 3 Tabel 3 Luas Penutup Lahan pada Ruang Bebas Penutup Lahan Di bawah ruang bebas Luas (m 2 ) Di dalam ruang bebas Jumlah Daerah Terbuka 28020.8 28020.8 Jalan 1231.2 1231.2 Tanaman/Hutan/Perkebunan 8349.7 2820.1 11169.8 Bangunan 5818.0 483.3 6301.3 Jumlah Luasan 43419.8 3303.3 46723.2 Kesimpulan Akuisisi foto udara format kecil menghasilkan orthophoto dengan resolusi spasial 4-4,5 cm dan point cloud dengan jumlah 81.411.021 titik. Orthophoto dan point cloud dapat digunakan untuk identifikasi obyek jaringan listrik SUTT yang berupa menara penghantar. Penghantar listrik dapat terekam namun tidak dapat terbentuk di orthophoto dan point cloud akibat penyinaran yang tidak sama tiap foto pada penghantar listrik. Identifikasi menara penghantar menghasilkan peta persebaran penghantar yang menjadi dasar penentuan ruang bebas dari jarak horizontal. Obyek berbahaya dapat diidentifikasi dari hasil pengolahan foto udara format kecil. Terdapat dua komponen yang digunakan yaitu peta penutup lahan dan data elevasi. Overall accuracy peta penutup lahan mencapai 100% dengan interpretasi visual sedangkan data elevasi hanya memiliki nilai root mean square error 3,4 meter. Pada area kajian, obyek penutup lahan yang masuk ruang bebas terdiri dari bangunan dan tanaman/hutan/perkebunan. Total luasan obyek yang masuk dalam ruang bebas adalah 3303 meter persegi. Daftar Pustaka Aber, J. S., I. Marzolff, and J. B. Ries 2010 Small Format Aerial Photography : Principles Techniques, and Geoscience, vol.1. 1st edition. Oxford: Elevesier. Jensen, Jennifer L. R., and Adam J. Mathews 2016 Assessment of Image- Based Point Cloud Products to Generate a Bare Earth Surface and Estimate Canopy Heights in a Woodland Ecosystem. Remote Sensing 8(1). http://www.mdpi.com/2072-4292/8/1/50. Matikainen, Leena, Matti Lehtomäki, Eero Ahokas, et al. 2016 Remote Sensing Methods for Power Line Corridor Surveys. ISPRS Journal of Photogrammetry and Remote Sensing 119. Oh, Jaehong, and Changno Lee 2017 3D Power Line Extraction from Multiple Aerial Images. Sensors 17(10).

http://www.mdpi.com/1424-8220/17/10/2244. Peraturan Menteri Sumber Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2015 tentang Ruang Bebas dan Jarak Minimum Pada Saluran Udara Tegangan Tinggi, Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi, dan Saluran Udara Tegangan Tinggi Arus Searah Untuk Penyaluran Tenaga Listrik