Bung Karno Pada peresmian Institut Angkatan Laut, 1953



dokumen-dokumen yang mirip
STRATEGI GEOPOLITIK DAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau STUDI KASUS PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN PADA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Bismillahirrahmanirrahim Assalamu alaikum Wr. Wb

UTARA Vietnam & Kamboja

BUDAYA MARITIM NUSANTARA DAN GERAKAN KEMBALI KE LAUT

SAMBUTAN KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN PADA PERINGATAN HARI LAHIR PANCASILA SAYA INDONESIA, SAYA PANCASILA. Jakarta, 1 Juni 2017

Konsep Manajemen Pengelolaan Pesisir & Pulau- Pulau Kecil. Perencanaan Kawasan Pesisir

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2006) 1

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

SAMBUTAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU PADA UPACARA BENDERA PERINGATAN HUT KE-71 KEMERDEKAAN RI TINGKAT PROVINSI KEPULAUAN RIAU

AMANAT MENTERI DALAM NEGERI PADA PERINGATAN HARI OTONOMI DAERAH KE XIX Tanggal 27 April 2015

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau ARAH PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2016

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA

Tema I Potensi dan Upaya Indonesia Menjadi Negara Maju

No b. pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c. desentralis

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ASEAN DAN KERJASAMA EKONOMI REGIONAL. [Dewi Triwahyuni]

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SELAMAT SIANG DAN SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEKALIAN. SYALLOM, OM SWASTIASTU,

Sayidiman Suryohadiprojo. Jakarta, 24 Juni 2009

BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS RAPAT PENYUSUNAN RDTR LOKASI PRIORITAS (LOKPRI) KAWASAN PERBATASAN NEGARA DI KECAMATAN RUPAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Deli. Bandar merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Rusunawa Kabil, Batam, 27 April 2012 Jumat, 27 April 2012

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kajian Hubungan-Internasional, hubungan bilateral maupun

ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABAROKATUH, SELAMAT PAGI DAN SALAM SEJAHTERA, OM SWASTIASTU, NAMO BUDHAYA,

SEMINAR NASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

KULIAH BUNG KARNO UNTUK KEBANGSAAN DAN TEHNOLOGI TAHUN

Sambutan Presiden RI pd Peresmian Monumen Perjuangan Mempertahankan NKRI, tgl.22 Juli 2013, Jakarta Senin, 22 Juli 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

Yth. Bapak Jusuf Kalla Wakil Presiden RI; Hadirin sekalian peserta Forum Saudagar Bugis Makassar ke XV

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2002 TENTANG

BAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PADA UPACARA BENDERA MEMPERINGATI HARI KEBANGKITAN NASIONAL KE-108 TAHUN 2016

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek

LAPORAN KEMAJUAN M PROGRAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LITBANG IPTEK (PROLIPTEK) TAHUN 2012 (KORIDOR-I)

Sambutan Presiden RI pada Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Jakarta, 7 November 2012 Rabu, 07 November 2012

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Judul INDONESIAN MARITIME MUSEUM DI YOGYAKARTA. Pendekatan pada teori teori proporsi pada arsitektur

ISU STRATEGIS, PERMASALAHAN, DAN ARAH PEMBANGUNAN RPJMD

ARAH KEBIJAKAN PROVINSI DALAM PEMETAAN DAN PEMANFAATAN POTENSI SDA KAWASAN PEDESAAN

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indo

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENETAPAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN. Oleh : Ida Kurnia*

Negara dan Pemerintahan

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA

Pengantar Ilmu dan Teknologi Maritim

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ASSALAMU ALAIKUM WAR, WAB, SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEKALIAN, YANG SAYA HORMATI,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SAMBUTAN WAKIL KETUA DPD RI GKR. HEMAS DALAM RAPAT SINKRONISASI ASPIRASI DAERAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN PADA ACARA SHARING SESSIONS DAN BUKA PUASA BERSAMA. Jakarta, 13 Juli 2015

Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Medan, Desember 2015 Pejabat Rektor. Prof. Subhilhar, Ph.D

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN

KEWARGANEGARAAN WAWASAN NUSANTARA : GEOPOLITIK-GEOSTRATEGI. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: 11Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika

BAB I PENDAHULUAN. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian geostrategi? 2. Apa pengertian Ketahanan Nasional? 3. Apa saja unsur-unsur Ketahanan Nasional?

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAWASAN AMERIKA SELATAN DAN KARIBIA SEBAGAI TUJUAN EKSPOR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI MALANG SAMBUTAN BUPATI MALANG PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA DPR RI KOMISI X TANGGAL : 23 SEPTEMBER 2016

MELAYU SEBAGAI AKAR TRADISI NUSANTARA. Harnojoyo. S.sos (Plt. Walikota Palembang)

BAB I PENDAHULUAN. Selat Malaka yang terletak di antara Semenanjung Malaysia dan Pulau

SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2007 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pembukaan Sail Morotai, Morotai, 15 September 2012 Sabtu, 15 September 2012

DAFTAR GAMBAR. Renstra Strategis Tahun

Penguatan Minapolitan dan Merebut Perikanan Selatan Jawa

NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN

Sambutan Presiden RI Pd Pertemuan dg Veteran dan Pejuang Perang..., tgl 23 Mar 2014, di Bali Minggu, 23 Maret 2014

BAB 1. Latar Belakang Permasalahan

Sambutan Presiden RI Pd Rapat KKIP, tgl 12 Maret 2014, di Mako Armatim TNI-AL, Surabaya Rabu, 12 Maret 2014

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

BUPATI BANYUWANGI. Assalaamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua.

BAB I IMPLEMENTASI ASAS CABOTAGE PADA INPRES RI NO 5 TAHUN 2005 TENTANG PEMBERDAYAAN INDUSTRI PELAYARAN NASIONAL DI INDONESIA

SAMBUTAN KEPALA PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA. PADA PERINGATAN HARI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA KE AGUSTUS 2015

Sambutan Presiden RI Pd Peresmian Jln Tol Nusa Dua-Ngurahrai-Benoa di Bali tgl. 23 Sept 2013 Senin, 23 September 2013

Transkripsi:

SEMINAR NASIONAL MARITIM 2015 TEMA: TANTANGAN DAN PELUANG PROVINSI KEPULAUAN DALAM ERA POROS MARITIM DUNIA Disampaikan Oleh: Dr.H.M. Soerya Respationo, SH.MH. Wakil Gubernur Provinsi Kepulauan Riau Usahakanlah agar kita menjadi bangsa pelaut kembali. Ya bangsa pelaut dalam arti yang seluas-luasnya. Bukan sekedar menjadi jongos-jongos di kapal, bukan! Tetapi bangsa pelaut dalam arti cakrawati samudera. Bangsa pelaut yang mempunyai armada niaga, bangsa pelaut yang mempunyai armada militer, bangsa pelaut yang kesibukannya di laut menandingi irama gelombang lautan itu sendiri. Bung Karno Pada peresmian Institut Angkatan Laut, 1953 Sumber: http://jurnalmaritim.com/2015/03/lima-pilar-membangun-poros-maritim-dunia/ Penyelenggara Universitas Indonesia Program Pascasarjana Institut Pembangunan Berkelanjutan Hotel Borobudur Jakarta, 15 Juni 2015 Bahwa tradisi kuno kita ialah, agar kita menguasai lautan, bahwa negara kita hanya bisa menjadi besar dan kuat jikalau ada persatuan, perhubungan, penguasaan yang mutlak atas lautan. Bung Karno Dalam amanat pada Hari Armada, 6 Januari 1961 1 2

Assalamu alaikumwr.wb. Salam Sejahtera Bagi Kita Semua, Alhamdulillahirobbil alamin, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam atas rahmat dan karunia-nya, kita semua dapat menghadiri Seminar Nasional Maritim 2015 dengan tema; Tantangan dan Peluang Provinsi Kepulauan dalam Era Poros Maritime Dunia, dalam keadaan sehat wal afiat. Hadirin yang berbahagia, Sengaja saya mengutip kata-kata Bung Karno yang sangat visioner, konsisten dan presisi dalam memandang betapa pentingnya kemaritiman bagi bangsa Indonesia, betapa strategisnya menjadi bangsa pelaut dalam arti seluas-luasnya; memiliki armada niaga yang tangguh, armada militer yang kuat, menjadi bangsa pelaut yang kesibukannya menandingi irama gelombang lautan itu sendiri. 3 Tatkala Bung Karno mengucapkan visi kemaritimannya tahun 1953, delapan tahun kemudian tepatnya 1 Januari 1961, beliau kembali mengingatkan Bahwa tradisi kuno kita ialah, agar kita menguasai lautan, bahwa negara kita hanya bisa menjadi besar dan kuat jikalau ada persatuan, perhubungan, penguasaan yang mutlak atas lautan. Melalui visi yang diwujudkan Bung Karno itu, maka pada era tahun 1960- an Angkatan Laut Republik Indonesia disebut - sebut sebagai kekuatan Angkatan Laut terbesar di Asia. 1 1 Sampai tahun 1965 Angkatan Laut Republik Indonesia mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Hal ini dilatarbelakangi oleh politik konfrontasi dalam rangka merebut Irian Barat yang dirasa tidak dapat diselesaikan secara diplomatis. Berbagai peralatan tempur Angkatan Laut dari negara Eropa Timur memperkuat Angkatan Laut Republik Indonesia dan menjadi kekuatan dominan pada saat itu. Beberapa mesin perang yang terkenal di jajaran Angkatan Laut Republik Indonesia antara lain kapal penjelajah (cruiser) RI Irian, kapal perusak (destroyer) klas 'Skory', fregat klas 'Riga', Kapal selam klas 'Whisky', kapal tempur cepat berpeluru kendali klas 'Komar', pesawat pembom jarak jauh Ilyushin IL-28, dan Tank Amfibi PT-76 4

Bahkan melalui operasi Trikora, Angkatan Laut Republik Indonesia mampu mengorganisasikan operasi amfibi terbesar (operasi Jayawijaya) dalam sejarah operasi militer Indonesia. Tidak kurang dari 100 kapal perang dan 16,000 prajurit disiapkan dalam operasi tersebut. Gelar kekuatan tersebut memaksa Belanda kembali ke meja perundingan dan dicapai kesepakatan untuk menyerahkan Irian Barat ke pangkuan Republik Indonesia. 2 Satunya Kata dan Perbuatan yang diwujudkan oleh bapak bangsa Indonesia, Bung Karno. Mengapa demikian? Karena perbandingan luas lautan dengan luas daratan di dunia adalah 70 berbanding 30, atau dapat dikatakan bahwa 2/3 dunia adalah wilayah laut dan 1/3 wilayahnya daratan. Sebagaimana dunia, wilayah Indonesia seperti telah ditakdirkan sejarah memiliki komposisi yang kurang 2 http://ms.wikipedia.org/wiki/tentera_nasional_indonesia-angkatan_laut 5 lebih sama, 2/3 wilayahnya adalah lautan, sehingga bagi negara-negara yang memahami pentingnya wilayah laut akan menyadari betapa strategisnya membangun dan memajukan kekuatan maritime disamping daratan yang dimilikinya. Kita juga mengetahui bahwa Kepulauan diapit oleh benua Asia Indonesia itu terletak diantara Samudera Hindia dan Samudera Fasifik, dan dan benua Australia, 3 dengan 3 Indonesia terletak di antara dua benua dan dua samudra besar menjadikan indonesia sebagai negara dengan perairan terluas di dunia kaya akan sumber daya laut, serta menjadikan indonesia tempat singgah bagi kapal-kapal yang berlayar melalui dua samudra maupun dua benua jalur pelayaran internasional yang menjadikan indonesia sebagai tempat transit yang ramai. 6

garis pantai sepanjang sekitar 81.000 km sehingga menjadikannya negara yang memiliki pantai tropis terpanjang di dunia yang lautnya ramai dilintasi oleh perniagaan dunia. Jarak wilayah Indonesia dari barat ke timur lebih panjang daripada jarak dari London ke Moskow atau dari New York ke San Francisco. Karakter kepulauan di Indonesia telah memungkinkan adanya akses yang sangat mudah bagi pengaruh asing. Fakta bahwa kepulauan Indonesia (Nusantara) menghasilkan banyak komoditas berlimpah telah menarik para pedagang dan penakluk asing untuk datang. Hal ini mengakibatkan pulau-pulau dan laut di Nusantara menjadi medan pertempuran bagi banyak kekuatan. Selain itu, signifikansi ekonomi dari kepulauan Indonesia juga terletak pada fakta bahwa kawasan yang subur ini telah menghasilkan komoditas yang sangat melimpah dan dibutuhkan oleh 7 negara-negara industri pada zaman modern. 4 Disamping itu, 90% perdagangan dunia diangkut melalui jalur laut dimana 40% total perdagangan dunia itu jalurnya melalui wilayah Indonesia. Karakter terbuka dari geografis Indonesia membuka kemungkinan masuknya berbagai suku bangsa, agama, budaya, tradisi dan adat istiadat bahkan ide, gagasan, politik hingga ekonomi, yang menyebabkan Indonesia menjadi kaya dengan heterogenitas suku bangsa, kaya dengan keyakinan dan agama, kaya dengan ide dan gagasan bahkan kaya dengan paham-paham politik maupun ekonomi. Hingga karena kekayaan ide dan gagasan itulah misalnya, untuk menentukan bentuk pemerintahan kita apakah Presidensial atau Parlementer, dalam sejarah kita 4 Singgih Tri Sulistiono dalam Makalah Rekonseptualisasi Negara Maritim Indonesia: Menyelesaikan Takdir Sejarah, mengutip tulisan J.O.M. Broek, Economic Development of the Netherlands Indies (New York: Institute of Pacific Relation, 1942), hlm.3. 8

mengambil jalan kadang presidensial terkadang parlementer atau mencampuradukkan keduanya. Demikian juga dalam soal ekonomi; kita ingin mengembangkan ekonomi kerakyatan (sosialis) tetapi sekaligus membiarkan kaum kapitalis memegang peran yang besar dalam menentukan perekonomian Indonesia. Karakter terbuka dari geografis Indonesia itulah barangkali disadari oleh para pendiri bangsa Indonesia sehingga bentuk negara Indonesia adalah negara kesatuan bukan federal setelah melalui perdebatan yang panjang, kesepakatan tersebut kemudian ditetapkan dalam UUD 1945 oleh PPKI pada 18 Agustus 1945. Lalu, Presiden Soekarno, dalam pidatonya pada 1 Juni 1945 mengatakan bahwa nasionalisme Indonesia atau negara kesatuan merupakan sebuah takdir. Hadirin yang berbahagia, Bukti-bukti sejarah juga menunjukkan bahwa kekuatan yang menjadikan kejayaan kerajaan Nusantara di masa lampau adalah kemampuannya mengintegrasikan Nusantara menjadi satu kesatuan di bidang politik, ekonomi, budaya, dan pertahanan, sekaligus memanfaatkan potensi kelautan sebagai pilar untuk membangun, memajukan dan mensejahterakan negara. Sejarah mencatat bahwa penyatuan kepulauan nusantara telah di mulai sejak abad ke-7, secara ekonomi oleh kerajaan Sriwijaya dengan menguasai lalu lintas perdagangan Selat Melaka, Laut China Selatan dan Laut Jawa serta pelabuhan-pelabuhan disekitarnya. Pada Abad ke-8 secara politik oleh Raja Kertanegara dari Kerajaan Singosari melalui semboyan, Cakrawala Mandala Dwipantara, yang kemudian 9 10

diwujudkan oleh Maha Patih Gajah Mada dari kerajaan Majapahit melalui Sumpah Palapa. Bahkan dalam sudut pandang tradisi kuno berupa mistis, dikisahkan tentang Ratu Kidul yang merupakan kepercayaan sebagian bangsa Indonesia terutama di wilayah pantai selatan bahwa seorang raja/pemimpin Indonesia hanya bisa kuat jikalau dia menikah dengan Nyi Roro Kidul. Cerita tersebut merupakan sebuah ungkapan simbolik atau perlambang yang memiliki arti bahwa hanya jika sang Raja atau Pemimpin atau kerajaan atau negara itu menikah dengan laut, barulah bisa menjadi negara atau raja yang kuat. Dengan demikian mitos tersebut juga mengandung makna bahwa negeri ini akan menjadi kuat bila salah satu kriteria pemimpinnya memiliki Geographical Awareness serta Ocean Leadership yang mendalam. Hadirin yang berbahagia, Seorang pakar maritime Amerika Serikat, Dr. Sam Trangredi dalam Globali zation and Maritime Power mengatakan bahwa Globalization Begins at sea, karena perdagangan dunia 90% lebih menggunakan domain laut. Oleh karenanya Negara-negara maju tidak sedikitpun memberikan toleransi terhadap ancaman keamanan maritime di Sea Line of Communication (SLOC), sebab ancaman tersebut akan dipersepsikan sebagai serangan langsung terhadap kepentingan nasional mereka. Negara-negara maju menganggap bahwa ruang wilayah laut adalah living space, ruang hidup dan kehidupan sebuah bangsa. Ruang wilayah laut menjadi modal dasar untuk memenuhi kebutuhan kesejahteraan dan keamanan bangsa. Besar kecilnya perhatian 11 12

dan penghayatan suatu bangsa atas konsepsi ruang hidupnya akan menentukan besar kecilnya wilayah negaranya, Seorang Guru Besar Geopolitik, Friedrick Ratzel mengatakan Every nation has a space conception, that is an idea about the possible limits of territorial dominion the decay of every state is result of declining space conception life as a fight for space, (Setiap bangsa memiliki konsepsi ruang kehidupan, hal itu merupakan gagasan tentang batasan wilayah territorial. Kerusakan/kehancuran sebuah bangsa biasanya merupakan hasil dari menurun nya gagasan tentang konsep ruang territorial yang dimilikinya. Sehingga bagi sebuah bangsa hidup adalah perjuangan untuk memperjuangkan gagasan tentang ruang wilayah territorial). Maka, tidaklah mengherankan jika seorang pelaut Inggris Sir Walter Raleigh pada sekitar abad ke- 15 mengatakan; Barangsiapa menguasai samudera, akan menguasai perdagangan. Barangsiapa menguasai perdagangan dunia akan menguasai kekayaan dunia sehingga menjadi penguasa dunia. Tentu saja kita semua telah menyadari betapa strategisnya konsep ruang teritorial itu terutama lautan yang menampung 90% keluar masuknya barang dan jasa serta ekonomi dunia, dan betapa pentingnya laut bagi NKRI yang terdiri dari 1072 suku; mendiami 17.508 pulau besar dan kecil, sebagai ruang hidup yang menyatukan pulau-pulau menjadi satu, NKRI. Hadirin yang berbahagia, Tantangan dan Peluang Provinsi Kepulauan dalam Era Poros Maritim Dunia, sebagaimana tema 13 14

seminar kemaritiman ini tentu menjadi cermin bagi Provinsi Kepulauan Riau yang memiliki luas wilayah 251.810 km², dimana 96% wilayahnya di dominasi oleh lautan sementara luas daratannya hanya 4% yang memiliki 19 pulau terluar (pulau terdepan) dari 92 pulau terluar di seluruh Indonesia, sehingga jika Indonesia menjadi poros maritime dunia, maka Insya Allah Provinsi Keprilah (karena berada di border area, wilayah perbatasan) yang akan menjadi lokomotif bagi Poros maritime nasional menjadi penopang utama bagi Indonesia untuk menjadi poros maritime dunia. Mengapa saya mengatakan demikian? Mari kita sejenak melihat sejarah di masa lalu; Selama lebih dari 1.500 tahun berbagai jaring niaga terentang dan menghilang di kawasan Asia tenggara. Namun ada satu hal yang tidak pernah hilang, yaitu bahwa seluruh jaring niaga itu terbentuk melalui jalur pelayaran yang menghubungkan pelabuhan dan kota-kota dagang. Selama berabadabad, jaringan jalur pelayaran tersebut mengalami pergeseran dan perubahan berkali-kali. Namun ada satu hal yang tidak berubah, yaitu bahwa jalur tersebut selalu melewati Selat Malaka. Perairan di antara Pulau sumatera dengan Semenanjung Melaka tersebut adalah urat nadi yang menghubungkan Asia Barat dengan Asia Timur. 5 5 Heri Muliono; Merajut Batam Masa Depan, Menyongsong Status Free Trade Zone, LP3ES 2001. Halaman 3 15 16

Selat Malaka selain merupakan jalur pelayaran niaga terpadat yang ditandai dengan tingginya intensitas perdagangan global yang melewati tiga Negara yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura. Selat Malaka tidak saja dikenal sebagai sea line of trade (SLOT) dan sea line of communication (SLOC), tetapi wilayah ini juga dipandang sebagai jalur strategis proyeksi armada laut Negara-negara maritime besar dunia. Dan Provinsi Kepulauan Riau berada persis di wilayah yang strategis tersebut. Sayangnya, banyak kalangan di masa lalu yang berpendapat bahwa kawasan perbatasan adalah kawasan yang rawan, sarang pemberontak, pusat kegiatan illegal, terbelakang dan dijadikan halaman belakang semata sehingga tidak menarik bagi kegiatan investasi dan ekonomi. Karena tingkat kerawanannya tinggi maka pendekatan di masa lalu yang dilakukan adalah pendekatan security bukan prosperity (kemakmuran/kesejahteraan). Akibatnya, berbagai potensi sumberdaya alamnya tidak terkelola oleh investor swasta dan masyarakatnya bahkan dapat dikatakan tidak tersentuh oleh dinamika pembangunan. Sebaliknya, Negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia justeru telah lama membangun pusatpusat pertumbuhan dan membangun koridor perekonomiannya di wilayah perbatasan ini, khususnya di sepanjang Selat Malaka. Tidak mengherankan jika hari ini apa yang dulu mereka bangun sudah dapat dinikmati keuntungannya oleh kedua Negara tersebut. Mudah-mudahan, kita dapat segera menyadari untuk tidak menjadikan wilayah perbatasan khususnya yang berada di Provinsi Kepulauan Riau sebagai 17 18

halaman belakang, tetapi menjadikannya sebagai halaman depan yang menjadi lokomotif bagi Indonesia untuk menjadi poros maritime dunia. Dalam satu makalah yang saya sampaikan di UGM, yang kemudian dimuat dalam Jurnal Pertahanan bulan Maret 2012 tentang kebijakan pertahanan di perbatasan maritime, saya mengingatkan bahwa apabila daerah perbatasan di kontrol oleh Negara lain maka jantung kedaulatan maupun pertahanan Negara sesungguhnya terancam secara serius bahkan hal itu menunjukkan bahwa kita dalam kondisi yang lemah. 6 Kita patut bersyukur bahwa Pemerintah, DPR RI maupun DPD RI menjadi pelopor lahirnya UU kelautan, kita juga bersyukur pemerintahan Jokowi-JK 6 Soerya Respationo, Kebijakan Pertahanan di Perbatasan Maritime, Isu Strategis Aspek Pertahanan Keamanan wilayah Perbatasan Provinsi Kepri, Persoalan, Tantangan dan Peluang Sebagai Wilayah Terdepan Perbatasan Negara Tetangga Singapura dan Malaysia, Jurnal Pertahanan Maret, 2012, volume 2, nomor 1. Hal 134 19 mencantumkan gagasan Indonesia sebagai poros maritime dunia dalam visi misi pemerintahannya yang disebut NAWA CITA, yang wajib diikuti, ditaati dan dipedomani oleh Pemerintahan Daerah di seluruh Indonesia, karena bentuk negara kita adalah kesatuan, konsekuensinya adalah meskipun daerah diberikan otonomi yang seluas-luasnya tetapi pemerintah pusat memegang kendali strategis atas maju tidaknya daerah otonom itu. Kemandirian daerah otonom memiliki ketergantungan dengan pemerintah pusat. Sebagai contoh; Provinsi-Provinsi Kepulauan misalnya yang memiliki wilayah laut yang lebih luas dari daratannya, bahkan Kepri wilayah lautannya 96% dan daratannya hanya 4%, di masa lalu DAU dan DAKnya mendapat porsi kecil karena yang dihitung hanya wilayah daratannya saja. Termasuk soal kewenangan daerah 20

provinsi di laut dan daerah provinsi yang berciri kepulauan, kewenangannya baru diakomodir pada UU No.23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pasal 27,28,29 dan pasal 30, dimana norma, standar, prosedur dan kriteria serta ketentuan lebih lanjut ditetapkan oleh Pemerintah Pusat melalui Peraturan Pemerintah. Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau tentu optimis bahwa pemerintah pusat akan segera merealisasikan pelimpahan kewenangan provinsi di wilayah laut melalui peraturan pemerintah maupun tugas pembantuan kepada pemerintah provinsi sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat. Lebih dari itu, kita sangat optimis bahwa era poros maritime dunia di wilayah Provinsi Kepulauan Riau akan dapat kita manfaatkan sebesar-besarnya, mengingat bagi Provinsi Kepri, beberapa kawasan seperti Batam, Bintan dan Karimun, telah menjadi kawasan free trade zone, yang disingkat FTZ BBK. Dimana dalam perkembangannya akan disatukan dengan koridor ekonomi NAL (Natuna, Anambas dan Lingga). Kita tentu merasa bangga bahwa pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, program tol laut akan dicanangkan dan menjadi bagian penting dalam pelayaran maritime dunia. Dimana wilayah Provinsi Kepulauan Riau, khususnya di Batam bersama provinsi lainnya akan dibangunkan infrastruktur pelabuhan di 24 lokasi di seluruh Indonesia, yang mudah-mudahan dapat diwujudkan. Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau juga menyadari bahwa untuk menyambut Tantangan dan Peluang Provinsi Kepulauan dalam Era Poros Maritim 21 22

Dunia, diperlukan bukan hanya struktur dan infrastruktur maupun sarana dan prasarana semata, tetapi yang lebih penting adalah menciptakan sumberdaya manusia yang mencintai lautan, menjadikan masyarakat di Provinsi Kepulauan Riau menjadi masyarakat yang aktivitasnya mampu mengimbangi gelombang lautan. Oleh karena itu, pemerintah Provinsi Kepulauan Riau akan mendorong dan membantu sepenuhnya perguruan tinggi maupun politeknik yang ada di Provinsi Kepulauan Riau untuk berperanserta menciptakan SDM yang handal, profesional dan kompeten yang mencintai lautan, dengan membuka program studi yang berbasis kelautan. Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat bagi kita semua. Wakil Gubernur Provinsi Kepulauan Riau Dr.H.M.Soerya Respationo, SH.MH. 23 24