I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

dokumen-dokumen yang mirip
1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai Latar Belakang (1.1.), Identifikasi

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

PENDAHULUAN. Bidang teknologi pangan terus mengalami perkembangan dari tahun ke

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. nugget yang relatif mahal. Oleh karena itu dibutuhkan alternatif nugget yang

BAB I PENDAHULUAN. Zat gizi dalam makanan yang telah dikenal adalah karbohidrat, lemak,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat banyak mengonsumsi mi sebagai makanan alternatif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian dan (1.7) Tempat dan Waktu Penelitian. Jamur tiram putih atau dalam bahasa latin disebut Plerotus

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. misalnya sebagai lauk pauk, hal ini karena rasanya yang enak dan memiliki nilai. pangan juga tidak jauh berbeda (Hadiwiyoto, 1993).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang

BAB I. PENDAHULUAN. harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan.

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A

PENGARUH KONSENTRASI SENYAWA PHOSPAT DAN PERBANDINGAN AIR PEREBUSAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG INSTAN HANJELI (Coix lacryma-jobi L.).

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesa Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana.

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kesumba mempunyai biji yang biasa digunakan anak-anak untuk

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. seluruh penduduk Indonesia. Pemenuhan kebutuhan pangan harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Pertama. Tabel 6. Komposisi Kimia TDTLA Pedaging

BAB I PENDAHULUAN. berupa lempengan tipis yang terbuat dari adonan dengan bahan utamanya pati

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan sebagian kecil masyarakat (Chasanah dkk., 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahan utama pembuatan biskuit pada umumnya adalah dengan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

Transkripsi:

I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan dan Maksud Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. 1.1. Latar Belakang Makanan siap saji atau yang lebih dikenal dengan fast food adalah makanan yang disajikan dalam waktu singkat dan dapat dikonsumsi secara cepat. Nugget adalah suatu bentuk produk makanan siap saji (Alamsyah, 2007). Menurut Standar Nasional Indonesia 01-6683-2002 kandungan gizi nugget dalam 100g adalah kadar air 60g, kadar protein 12g, kadar lemak 20g, kadar karbohidrat maksimum 25g, kadar kalsium maksimal 30mg, nilai energi pangan nugget sebesar 1.364 kj atau senilai 326 kcal. Kriteria atau persyaratan yang perlu diperhatikan dalam SNI 01-6683-2002 tentang nugget ayam (chicken nugget) adalah kandungan proteinnya yaitu minimal 12% dan karbohidrat maksimal 25%. Selain itu untuk keadaan aroma, rasa dan tekstur harus normal. Berbahan dasar apapun naget yang dibuat, tetap perlu mengacu pada kriteria SNI tersebut. Sehingga selain sebagai makanan cepat saji, nugget juga dapat menjadi pilihan lain sumber protein bagi tubuh. Produk nugget sangat digemari oleh masyarakat terutama oleh anak anak. Nugget yang dijual di pasaran juga sudah banyak dengan merek yang berbeda beda. Selain terbuat dari hewani seperti daging sapi dan ikan. Nugget juga bisa dari bahan nabati seperti sayuran. Nugget yang terbuat dari bahan nabati ini menjadi salah satu upaya meningkatkan minat para konsumen terutama pada anak anak yang tidak menyukai sayuran. Produk olahan ini juga menjadi pilihan tersendiri 1

2 bagi para konsumen vegetarian yang dimana konsumen ini termasuk orang yang tidak mengonsumsi daging dan ikan. Nugget sayuran juga sangat bergizi karena di dalam sayuran terdapat kandungan zat gizi seperti vitamin dan mineral (Alamsyah, 2007). Dalam pembuatan nugget, bahan pengisi dan bahan dasar menentukan karakteristik nugget yang dihasilkan. Biasanya digunakan bahan dasar berupa daging ayam, ikan, udang, maupun rajungan sebagai bahan utamanya, sedangkan bahan pengisi berupa tepung terigu, tapioka maupun maizena. Namun dalam pembuatan nugget vegetarian ini, bahan dasar kacang merah dan penambahan bahan pengisi pada pembuatan nugget dimaksudkan sebagai alternatif bahan pengganti daging atau ikan dengan komposisi gizi yang relatif sama dan dengan harga yang terjangkau. Salah satu jenis kacang kacangan yang dapat dipertimbangkan sebagai bahan baku pembuatan nugget yaitu kacang merah, karena kacang merah adalah sumber karbohidrat dan mengandung protein cukup tinggi, tiap 100 gram terdapat sekitar 24 gram. Terdapat juga mineral dan vitamin yang meliputi Vit.A, B1, B2, serta niasin. Kadar seratnya setara dengan kacang hijau dan jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan beras, jagung, sorgum atau gandum. Kacang merah memiliki kandungan gizi protein 24 gram, vitamin B5 0,8 miligram, folat 394 mikrogram, kalsium 143 miligram, zat besi 8 miligram, seng 3 miligram, zat, magnesium 3 miligram. Kacang merah memiliki kandungan gizi yang sangat baik, hal ini sangat menguntungkan bagi kesehatan tubuh manusia apalagi jika diolah secara baik dan benar. Kacang merah kering merupakan sumber protein nabati, karbohidrat

3 kompleks, serat, vitamin B, folasin, tiamin, kalsium, fosfor, dan zat besi. Namun kelemahan dari kacang-kacangan adalah tingginya kandungan senyawa gizi yang sebagian besar didominasi oleh asam fitat (Astawan, 2009) dan tingginya bau langu yang mengakibatkan produk akhir menjadi kurang diterima masyarakat (Yodatama, 2011). Asam fitat akan membentuk ikatan kompleks dengan zat besi atau mineral lain, seperti seng, magnesium, dan kalsium, menjadi bentuk yang tidak larut dan sulit diserap tubuh (Suhanda, 2007). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa proses perendaman, perebusan, dan pengupasan kulit dapat mengurangi kandungan senyawa gizi yang ada dalam tanaman-tanaman leguminosae (Mohamed, R, dkk, 2011) Selain itu, untuk menghasilkan nugget dengan tekstur dan kandungan karbohidrat sesuai standar, maka diperlukan penambahan bahan penunjang lain yaitu bahan pengisi. Dalam pembuatan nugget, bahan pengisi dan bahan dasar akan menentukan karakteristik nugget yang dihasilkan. Bahan pengisi biasanya berupa tepung tepungan yang tinggi akan kandungan karbohidrat, dimana setiap jenis tepung yang digunakan akan menghasilkan nugget dengan karakteristik yang berbeda beda pula karena komposisi yang berbeda dari setiap tepung. Jenis tepung yang dapat digunakan sebagai bahan pengisi dalam pembuatan nugget diantaranya tepung tapioka dengan kandungan karbohidrat 85%, tepung beras dengan kandungan karbohidrat 80%, tepung maizena dengan kandungan karbohidrat 80%, maka perlu dilakukan penelitian tarhadap jenis tepung yang paling sesuai untuk digunakan sebagai bahan pengisi dalam nugget kacang merah.

4 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang dapat diidentifikasikan adalah : Apakah penggunaan jenis bahan pengisi yang berbeda dapat mempengaruhi karakteristik nugget kacang merah? 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk menetapkan jenis bahan pengisi yang digunakan yang berpengaruh terhadap karakteristik nugget kacang merah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis bahan pengisi yang digunakan terhadap karakteristik nugget kacang merah. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan minat anak anak terhadap sayuran sehingga anak anak memiliki gizi seimbang dan terhindar dari resiko obesitas, menjadi alternatif makanan nugget yang terbuat dari daging sehingga orang yang tidak mengkonsumsi daging dapat mengkonsumsi nugget dari bahan lain seperti terbuat dari kacang merah, dan juga mensejahterakan petani kacang merah karena semakin tinggi minat masyarakat terhadap kacang merah maka semakin tinggi juga nilai jual dari kacang merah. 1.5. Kerangka Pemikiran Menurut Surawan (2007), dalam penelitiannya tentang penggunaan tepung terigu, tepung beras, tepung tapioka, dan tepung maizena terhadap tekstur dan sifat sensoris nugget ikan tuna menunjukkan bahwa fish nugget yang memiliki tekstur sensoris paling lunak adalah perlakuan dengan penambahan tepung terigu, tepung beras, tepung tapioka, dan tepung maizena sebanyak 10%. Fish nugget yang paling

5 keras secara sensoris adalah perlakuan dengan tepung 50%. Dengan demikian jumlah pati yang besar akan menyebabkan tekstur menjadi lebih padat dan cenderung keras. Berdasarkan hasil penelitian Rohaya dkk. (2013), tentang penggunaan bahan pengisi terhadap mutu nugget vegetarian berbahan dasar tahu dan tempe menunjukkan bahwa tingkat penerimaan panelis tertinggi terhadap tekstur nugget goreng vegetarian diperoleh pada penggunaan bahan pengisi pati sagu dengan nilai rata rata 3,45 (netral) berbeda nyata dengan penggunaan terigu tepung ubi jalar dan tepung pisang owak. Hal ini disebabkan nugget yang menggunakan bahan pengisi berupa pati sagu menghasilkan tekstur nugget goreng yang lebih kenyal dan sesuai dengan tekstur nugget pada umumnya. Jumlah pati yang besar menyebabkan tekstur menjadi lebih padat dan cenderung keras. Pati yang mudah memuai dalam suhu panas akan mengakibatkan terjadinya pembengkakan sekaligus membawa kelembutan pada bahan. Pemanasan pati sagu akan meningkatkan volume granula pati sehingga terjadi pembengkakan pati yang sesungguhnya. Pati yang membengkak akan mempengaruhi rasa, karena nugget menjadi lembut apabila mengalami pengembangan dan dimasak sempurna (Ginting dan Umar, 2005). Dalam penelitian Rohaya dkk. (2013), nugget yang menggunakan bahan pengisi berupa terigu dan pati sagu menghasilkan nugget yang memiliki kekenyalan seperti nuuggget pada umumnya. Hal tersebut disebabkan pada tepung terigu dan pati sagu mengandung amilopektin yang tinggi, sehingga nugget yang dihasilkan semakin lekat dan kenyal (Winarno, 1997). Perubahan warna nugget berhubungan dengan reaksi pencoklatan yang terjadi selama penggorengan. Reaksi non enzimatis yang terjadi berdampak langsung terhadap warna nugget yang dihasilkan, warna yang ditimbulkan oleh

6 reaksi antara gula dan asam amino dikenal dengan reaksi maillard. Reaksi tersebut menghasilkan bahan berwarna coklat, yang sering dikehendaki atau menjadi tanda penurunan mutu (Winarno, 1997). Kandungan protein yang lebih tinggi dapat menyebabkan produk menjadi lebih coklat. Apabila protein pada tepung - tepungan bereaksi dengan gula pereduksi akan menyebabkan terjadinya reaksi browning atau pencoklatan (Astrianni dkk.,2013). Perbedaan kadar protein yang mungkin terjadi, bisa disebabkan karena setiap bahan pengisi yang digunakan mempunyai kadar protein yang berbeda. Apriyanto dkk. (1989), menyatakan bahwa pada proses pemasakan atau pemanasan, kadar protein dari produk semakin meningkat karena terjadi pelepasan molekul air oleh protein yang disebabkan karena adanya penurunan berat produk. Menurut Rospiati (2007), tekstur akan berubah dengan berubahnya kandungan air. Kadar air merupakan karakteristik yang sangat mempengaruhi penampakan, tekstur dan cita rasa makanan. Kadar air dalam bahan makanan ikut menentukan kesegaran dan daya awet dari bahan makanan tersebut (Rohaya dkk.,2013). Offer dan Knight (1998), menyatakan bahwa jumlah air yang terkandung dalam bahan pangan berpengaruh terhadap tekstur, juiceness dan tingkat kekerasan. Perbedaan kandungan air yang mungkin terjadi, selain disebabkan karena perbedaan jenis bahan pengisi yang digunakan juga disebabkan oleh mekanisme antara interaksi pati dan protein dengan air yang tidak dapat terikat secara sempurna (Rohaya dkk., 2013). Hasil yang diperoleh Manurung (2005) dalam penelitiannya tentang pengaruh penambahan bubuk kedelai dan sodium polifospat terhadap mutu nugget ikan cucut adalah bahwa konsentrasi bubuk kedelai dan tepung tapioka memberi pengaruh yang berbeda sangat nyata (p<0,01)

7 terhadap kadar air nugget ikan cucut yang dihasilkan. Kadar air tertinggi diperoleh pada perlakuan T4 (15% : 20%) yaitu sebesar 62,810% dan terendah pada T1 (0% : 20%) sebesar 60,869%. Hasil pada penelitian yang dilakukan Afrisanti (2010) tentang kualitas kimia dan organoleptik nugget daging kelinci dengan penambahan tepung tempe menunjukkan bahwa kadar air memiliki perbedaan yang nyata (p<0,05) dengan adanya penambahan tepung tempe. Perbedaan tersebut terdapat pada level penambahan tepung tempe 0%; 10% dan 15% dengan kadar air dihasilkan masing masing 72,74%; 69,02% dan 65,68%. Perbedaan lain terdapat pada level 5%; 10% dan 15% memiliki kadar air sebesar 71,31%; 69.02% dan 65,68%. 1.6. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran maka diduga penggunaan jenis bahan pengisi dapat mempengaruhi karakteristik nugget kacang merah. 1.7. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan bulan Mei sampai dengan bulan November 2017 bertempat di Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Teknik Universitas Pasundan, Jalan Dr. Setiabudhi No. 193, Bandung.

8