IDENTIFIKASI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA REMBANG

dokumen-dokumen yang mirip
SCAFFOLDING 1 (2) (2012) SCAFFOLDING. IDENTIFIKASI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA REMBANG

Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta)

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI. 2.1 Penggunaan Lahan Di Kota Binjai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006).

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pembangunan di Kawasan Hijau. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI PROVINSI JAMBI

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Bantul merupakan kabupaten yang berada di Propinsi Daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

TIPOLOGI KEPEMILIKAN RTH DI PERKOTAAN TOBELO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu

: JONIGIUS DONUATA : : PERHUTANAN KOTA PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN LAHAN KERING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOMPLEKS PERUMAHAN BUMI PERMATA SUDIANG KOTA MAKASSAR

ANALISA PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU PERKOTAAN, STUDI KASUS KOTA MARTAPURA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

PANDUAN PELAKSANAAN LOMBA DESAIN RUANG TERBUKA HIJAU KAMPANYE DAN EDUKASI BIDANG PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2016

Scaffolding 3 (1) (2014) Scaffolding.

DAFTAR ISI... PARAKATA... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN TAMAN SEBAGAI PELESTARIAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KOTA JAMBI OLEH DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA JAMBI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sekretariat : BAPPEDA KOTA BOGOR, Lantai 3 Jl. Kapten Muslihat No Bogor

TINJAUAN PUSTAKA. waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOMPLEKS PERUMAHAN BUMI PERMATA SUDIANG KOTA MAKASSAR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di

Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau di Kota Ponorogo. Dirthasia G. Putri

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 60 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN RUANG TERBUKA HIJAU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

JURNAL. Diajukan oleh : DIYANA NPM : Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Hukum Pertanahan dan Lingkungan Hidup FAKULTAS HUKUM

EVALUASI RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN KOTA MARTAPURA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR PROVINSI SUMATERA SELATAN

PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR

Tabel 28. Kesesuaian RUTRK untuk RTH terhadap Inmendagri No. 14 Tahun RUTRK Untuk RTH (ha)

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Sekolah

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA POSO (STUDI KASUS : KECAMATAN POSO KOTA)

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG HUTAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

BAB IV ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA CIREBON

KONSEP PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA BUKITTINGGI DENGAN KETERBATASAN LAHAN PENGEMBANGAN

MEMUTUSKAN : : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU.

III PENYUSUNAN MASTERPLAN RTH PERKOTAAN MASTERPLAN RTH

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran

ANALISIS RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN (Jurnal) Oleh KIKI HIDAYAT

Momentum, Vol. 11, No. 2, Okt 2015, Hal ISSN , e-issn KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA PACITAN

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhammad Riksa Alhadi, 2016

Batu menuju KOTA IDEAL

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

Geo Image 5 (1) (2016) Geo Image.

ANALISIS PERUBAHAN LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN TEGALREJO DAN KECAMATAN WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

HUTAN DIKLAT RUMPIN SEBAGAI SALAH SATU RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN BOGOR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN KEMILING KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016 (JURNAL) Oleh FADELIA DAMAYANTI

BUPATI WONOSOBO, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. yang semula merupakan ruang tumbuh berbagai jenis tanaman berubah menjadi

STUD1 RUANG TERBUKA HIJAU DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA BERDASARKAN PENDEKATAN KEBUTUHAN OKSlGEN

STUD1 RUANG TERBUKA HIJAU DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA BERDASARKAN PENDEKATAN KEBUTUHAN OKSlGEN

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOMPLEK PERUMAHAN KENCANA DAMAI PALEMBANG ANALYSIS OF GREEN SPACE IN KENCANA DAMAI RESIDENTIAL PALEMBANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan ruang terbuka hijau khususnya ruang terbuka hijau publik.

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA

BUPATI LUMAJANG PROPINSI JAWA TIMUR

LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti struktur nasional atau daerah dengan standar-standar yang ada

ANALYSIS OF GREEN OPEN SPACE IN THE CITY OF BANDAR LAMPUNG. Citra Dewi, Armijon, Fajriyanto, Vanessa Paradais, Renanda Andari, Dan Siti Nurul Khotimah

Transkripsi:

IDENTIFIKASI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA REMBANG Mashuri, Lulut Inrianingrum, Diharto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang (UNNES) Gedung E4, Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Telp. (024) 8508102 Abstrak : Draft Laporan Akhir Rencana Rinci Ruang Terbuka Hijau Wilayah Perkotaan Kabupaten Rembang said that at present public green open spaces of City of Rembang areameasuring 73.10 ha, or only 2.3% calculated from Rembang City area (3183.76 ha), the number is still far from the minimum requirements. While according to Minister of Public Works No.. 05 of 2008 requires that public green open spaces of urban areas must be met at least 20% of the total area of the city. The research was conducted in the City of The study was conducted to determine how extensive green open space located in the heart of Rembang both existing and potential by using a data analysis method based on an area by way of interviews and field surveys. The research found the green open spaces of the existing Rembang City of ± 73.10 acres. Potential land that can be enabled / converted functioned as green open space ± 189.68 acres. Keywords : Existing, Green Open Space, Potential. Abstrak : Draft Laporan Akhir Rencana Rinci RTH Perkotaan Kabupaten Rembang menyebutkan bahwa pada saat ini RTH publik wilayah Kota Rembang seluas 73,10 Ha atau hanya 2,3% dihitung dari luas wilayah Kota Rembang (3.183,76 Ha), jumlah tersebut masih jauh dari persyaratan minimal. Sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05 tahun 2008 mensyaratkan bahwa ruang terbuka hijau publik kawasan perkotaan minimal harus terpenuhi sebesar 20% dari luas total wilayah kota. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa luas ruang terbuka hijau yang berada di kawasan Kota Rembang baik eksisting maupun potensial dengan menggunakan metode analisis data berdasarkan luas wilayah dengan cara wawancara dan survey lapangan. Hasil penelitian ditemukan ruang terbuka hijau eksisting Kota Rembang yang berupa lapangan olahraga, taman, jalur hijau jalan, dan RTH fungsi tertentu ± 77,75 hektar. Luas akumulasi potensi lahan yang dapat difungsikan/ dialih fungsikan sebagai ruang terbuka hijau ± 206,52 hektar (6,48% dari luas wilayah Kota Rembang), terdiri dari aset tanah milik Pemerintah Kabupaten Rembang ± 43,92 hektar (1,38% dari luas wilayah Kota Rembang), aset tanah negara ± 133,45 hektar (4,19% dari luas wilayah Kota Rembang), dan aset tanah lain ± 29,14 hektar (0,92% dari luas wilayah Kota Rembang). Kata Kunci : Eksisting, Potensial, Ruang Terbuka Hijau. PENDAHULUAN Keberadaan RTH Kawasan perkotaan Rembang terdesak oleh semakin berkembangnya alih fungsi lahan tidak terbangun menjadi lahan terbangun, terlebih alih fungsi sebagai pembangunan non hijau. Draft Laporan Akhir Rencana Rinci Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Kabupaten Rembang menyebutkan bahwa pada saat ini ruang terbuka hijau publik wilayah Kota Rembang seluas 73,10 Ha atau hanya 2,3% dihitung dari luas wilayah Kota Rembang (3.183,76 Ha), jumlah tersebut masih jauh dari persyaratan minimal. Sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05 tahun 2008 mensyaratkan bahwa ruang terbuka hijau publik kawasan perkotaan minimal harus terpenuhi sebesar 20% dari luas total wilayah kota. Dalam usaha pemenuhan ruang terbuka hijau publik minimal 20% tersebut maka perlu adanya upaya memaksimalkan fungsi lahan potensial, antara lain lahan berupa aset tanah milik Pemerintah Kabupaten Rembang dan aset tanah milik negara yang berada di wilayah Kota Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Rembang yang terdiri dari 32 desa/ kelurahan, Identifikasi Ruang Terbuka Hijau Publik Kota Rembang Mashuri dkk.

adapun permasalahan yang timbul dalam kajian ini adalah: (1) Sejauh mana keberadaan ruang terbuka hijau publik eksisting di wilayah Kota Rembang?, (2) Bagaimana mengidentifikasi ruang potensial berupa aset tanah yang berada di wilayah Kota Rembang sebagai ruang terbuka hijau?. Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk Mengidentifikasi seberapa besar ruang terbuka hijau publik eksisting di wilayah Kota (2) Untuk mengidentifikasi lahan aset tanah milik Pemerintah Kabupaten Rembang dan aset tanah negara yang berada di wilayah perkotaan Rembang yang berpotensi untuk dialih-fungsikan sebagai ruang terbuka hijau publik. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut. Ruang terbuka hijau merupakan area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang secara sengaja ditanam (Permen PU No. 05/PRT/M/2008). Ruang terbuka hijau sendiri telah diatur dalam Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05 tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Peraturan perundang-undangan tersebut mensyaratkan tiap-tiap kawasan kota suatu kabupaten harus memenuhi kebutuhan ruang terbuka hijau sebesar 30% dari luas total kawasan kotanya. Luas 30% tersebut terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan sisanya 10% diperuntukkan sebagai daerah ruang terbuka hijau privat. Untuk tipologi RTH publik sesuai Permen PU No. 05/PRT/M/2008 adalah sebagai berikut : a. RTH Taman dan Hutan Kota. Taman kota merupakan suatu kawasan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan, lengkap dengan segala fasilitasnya untuk kebutuhan masyarakat kota sebagai tempat rekreasi secara aktif maupun pasif. Secara estetika, keberadaan taman kota mampu memberikan efek visual dan psikologis yang indah dalam totalitas ruang kota. Selain itu kota juga memiliki peranan penting sebagai paru-paru kota, pengendali iklim mikro, konservasi tanah dan air, serta habitat flora dan fauna. Hutan kota adalah komunitas vegetasi berupa pohon dan asosiasinya yang tumbuh di lahan kota dan sekitarnya, berbentuk jalur, menyebar atau bergerombol (menumpuk), strukturnya meniru (menyerupai) hutan alam, membentuk habitat yang memungkinkan bagi kehidupan satwa liar dan menim bulkan lingkungan sehat, suasana nyaman, sejuk dan estetis. Sabuk hijau merupakan RTH yang berfungsi sebagai daerah penyangga dan untuk membatasi perkembangan suatu penggunaan lahan (batas kota, pemisah kawasan, dll) atau membatasi aktivitas satu dengan aktivitas lainnya agar tidak saling mengganggu, serta pengamanan dari faktor lingkungan sekitarnya. RTH jenis taman dan hutan kota terdiri dari beberapa klasifikasi. Antara JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 1 Januari 201, hal: 21

lain: taman RT, taman RW, taman kelurahan, taman kecamatan, taman kota, hutan kota, dan sabuk hijau. b. RTH Jalur Hijau Jalan. Klasifikasi dari RTH Jalur Hijau Jalan adalah pulau jalan dan median jalan, jalur pejalan kaki, an ruang di bawah jalan layang. Untuk jalur hijau jalan, RTH dapat disediakan dengan penempatan tanaman antara 20-30% dari ruang milik jalan (RUMIJA) sesuai dengan kelas jalan. Untuk menentukan jenis tanaman, perlu memperhatikan 2 hal, yaitu fungsi tanaman dan persyaratan penem patannya. c. RTH Fungsi Tertentu. RTH fungsi tertentu adalah jalur hijau antara lain RTH sempadan rel kereta api, RTH jaringan listrik tegangan tinggi, RTH sempadan sungai, RTH sempadan pantai, RTH sempadan danau, RTH pengamanan sumber mata air/ sumber air baku, dan pemakaman. Aset Tanah Negara Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1953 Tentang Penguasaan Tanah- Tanah Negara menyebutkan bahwa tanah negara ialah tanah yang dikuasai penuh oleh Negara. Menurut domeinverklaring yang antara lain dinyatakan di dalam Pasal 1 Agrarisch Besluit, semua tanah yang bebas sama sekali dari pada hak-hak seseorang (baik yang berdasar atas hukum adat asli Indonesia, maupun yang berdasar atas hukum barat) dianggap menjadi vrij landsdomein, yaitu tanah-tanah yang dimiliki dan dikuasai penuh oleh Negara. Dalam Peraturan Pemerintah, hal tersebut disebut Tanah Negara. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil. Disebutkan bahwa Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil merupakan bagian dari sumber daya alam yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan kekayaan yang dikuasai oleh negara, yang perlu dijaga kelestariannya dan dimanfaatkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, baik bagi generasi sekarang maupun bagi generasi yang akan datang. Sedangkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai pada Bab II Pasal 3, menyebutkan bahwa Sungai dikuasai oleh Negara, yang pelaksanaannya dilakukan oleh Pemerintah. Berdasarkan keterangan-keterangan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pada dasarnya kawasan pantai (sempadan pantai) dan kawasan sungai (sempadan sungai) merupakan tanah yang bebas sama sekali dari pada hakhak seseorang, jadi kedua kawasan tersebut tergolong ke dalam tanah negara. Sesuai dengan tema dari penelitian ini, yakni identifikasi ruang terbuka hijau potensial maka dari aset tanah negara berupa sempadan sungai dan sempadan pantai tersebut terdapat potensi yang cukup besar untuk ditetapkan sebagai kawasan pengembangan ruang terbuka hijau. Terlepas dari banyaknya jenis aset berupa tanah negara yang dimaksud didalam peraturan perundangundangan maka peneliti membatasi tanah negara yang menjadi ruang lingkup penelitian adalah tanah negara yang berupa garis sempadan, yakni sempadan sungai, sempadan pantai, sempadan jaringan listrik, dan sempadan rel kereta api. Identifikasi Ruang Terbuka Hijau Publik Kota Rembang Mashuri dkk.

Di wilayah Kota Rembang sendiri memiliki potensi sungai dan pantai yang cukup besar untuk dapat dikembangkan sebagai kawasan ruang terbuka hijau, contohnya untuk potensi sungai terdapat Sungai Karanggeneng yang mengalir dari wilayah Kota Rembang bagian selatan dan bermuara di Desa Tasikagung. Untuk Potensi Sempadan pantai terdapat sempadan pantai di Desa Pasarbanggi dan Tireman yang pada saat ini telah di kembangkan sebagai kawasan konservasi mangrove. METODOLOGI Lingkup dari penelitian ini adalah wilayah perkotaan Rembang, yakni terletak di Pantai Utara Jawa yang mencakup sebagian dari wilayah Kecamatan Rembang dan Kecamatan Kaliori. Berdasarkan letak geografisnya yakni di ujung timur laut Propinsi Jawa Tengah dan dilalui Jalan Pantai Utara (Pantura) Jawa. Berdasarkan letak astronomisnya, wilayah Kota Rembang terletak pada 111 < D18 s.d. 111 < D24 bujur timur dan 6T142 s.d. 6 45 lintang selatan. Adapun sumber data penelitian ini diambil dari berbagai instansi antara lain: a. Badan Perencanaa Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten b. Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten c. Dinas Kehutanan Kabupaten d. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten e. Dinas Tata Ruang Kabupaten f. Bidang Aset Daerah Kabupaten g. Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data primer didapat dengan cara wawancara, teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara semi terstruktur yakni teknik pengumpulan data melalui wawancara dengan menggunakan beberapa pokok topik sebagai pedoman guna mengumpulkan informasi kualitatif yang diperlukan. Adapun responden yang diwawancarai dari pihak kelurahan masing-masing desa di wilayah Kota Rembang yang memiliki kompetensi atas kondisi masingmasing daerahnya, khususnya tentang ruang terbuka hijau. Selain itu, pengumpulan data primer juga dilakukan dengan observasi lapangan dengan teknik visualisasi, hal ini dilakukan guna mendapatkan gambaran kondisi lapangan untuk mendukung data sekunder dan hasil wawancara. Alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan data primer antara lain peralatan menulis, kamera, dan meteran. Metode analisis data yang digunakan berdasarkan luas wilayah. Berikut gambar bagan identifikasi RTH Potensial wilayah Kota Rembang: Gambar 1. Bagan Identifikasi RTH Potensial Wilayah Kota Rembang JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 1 Januari 201, hal: 21

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Identifikasi RTH Publik Eksisting Kota Rembang Ruang terbuka hijau eksisting merupakan ruang terbuka hijau yang telah ada saat ini. Identifikasi yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar luas dari ruang terbuka hijau yang telah ada di wilayah Kota Hal ini dilakukan untuk mengetahui kecocokan antara ruang terbuka hijau eksisting dari data sekunder dengan ruang terbuka hijau eksisting yang ada di lapangan. sebesar 4,62 hektar atau sebesar 0.15%. Selisih tersebut berasal dari penambahan data luas kawasan Embung Rowosetro yang telah ditetapkan sebagai hutan kota. Berikut ini adalah tabel rekapitulasi ruang terbuka hijau publik eksisting Kota Rembang: Tabel 1. Rekapitulasi RTH Publik Eksisting Hasil Penelitian Lapangan Sumber: Rencana Rinci RTH Perkotaan Kabupa ten rembang & Hasil Analisis, 2012 Gambar 2. Alun-alun Kota Rembang Berdasarkan data sekunder, dari Draft Laporan Akhir Rencana Rinci Ruang Terbuka Hijau erkotaan Kabupaten Rembang tahun 2012 menyebutkan ruang terbuka hijau publik eksisting di wilayah perkotaan Rembang ± 73,10 Ha atau hanya 2,30% dari luas wilayah perkotaan Rembang (3.183,760 Ha). Namun dari hasil penelitian di lapangan didapat perbedaan antara luas eksisting dari data Draft Laporan Akhir Rencana Rinci Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Kabupaten Rembang dengan data di lapangan. Identifikasi data di lapangan, hasil luas dari ruang terbuka hijau eksisting ± 77,75 hektar atau sebesar 2,45% dari luas wilayah perkotaan Terdapat selisih 2. Identifikasi RTH Potensial Kota Rembang Kabupaten Rembang memiliki sejumlah aset berupa tanah yang berada di wilayah perkotaan Berdasarkan hasil penelitian instansional dari Bidang Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Rembang terdapat 73 aset tanah yang menjadi hak milik Pemerintah Kabupaten Rem bang di wilayah Kota Rembang dengan berbagai macam hak pakai. Ke-73 aset tersebut tersebar di 17 desa/ kelurahan di wilayah Kota Hasil wawancara dan observasi lapangan disimpulkan bahwa tidak semua aset tanah milik Pemerintah Kabupaten Rembang tersebut dapat dialih-fungsikan sebagai ruang terbuka hijau. Aset tanah potensial tersebut jika diakumulasi luasnya ± 43.92 hektar atau sekitar 1,38% dari luas wilayah perkotaan Selain aset berupa tanah hak milik Pemerintah Kabupaten Rembang seperti yang dijelaskan diatas, di wilayah Kota Rembang juga terdapat aset tanah milik negara yang merupakan bagian dari lahan potensial dalam pengembangan ruang terbuka hijau. Hasil Identifikasi Ruang Terbuka Hijau Publik Kota Rembang Mashuri dkk.

wawancara dan observasi lapangan terdapat beberapa lahan yang menjadi hak milik negara yang potensial sebagai alih fungsi untuk ruang terbuka hijau. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan metode wawancara kepada stakeholder di 32 desa/ kelurahan di Kota Rembang dan hasil observasi lapangan didapat lahan potensial ± 133.45 hektar atau sama dengan 4.19% dari luas wilayah Kota Lahan tersebut meliputi aset tanah negara berupa garis sempadan sungai, garis sempadan pantai, garis sempadan jaringan listrik tegangan tinggi, dan garis sempadan rel kereta api yang berada di Kota rekapitulasi aset tanah potensial alih fungsi ruang terbuka hijau hasil temuan di lapangan: Tabel 2. Rekapitulasi RTH Potensial Hasil Observasi Lapangan Sumber: Hasil Analisis, 2012 Gambar 3. Dokumentasi Foto, Potensi Sempadan Sungai di Desa Kabongan Kidul Selain aset tanah negara berupa garis sempadan, dalam penelitian ini ditemukan di lapangan data aset tanah lain yang potensial untuk difungsikan sebagai ruang terbuka hijau yakni berupa tanah pemakaman dan lapangan olahraga. Hasil identifikasi di lapangan, luas pemakaman ± 156,705 m 2 dan luas lapangan olahraga ± 134,733 rrp. Luas akumulasi dari hasil identifikasi aset tanah lain potensial tersebut ± 291,438 m2 atau sebesar 0.92% dari luas total Kota Rembang (3,183.76 Ha). Berikut ini adalah tabel KESIMPULAN Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa luas RTH publik eksisting di wilayah Kota Rembang berdasarkan hasil identifikasi data sekunder adalah ± 77.75 hektar (2.45% dari wilayah Kota Rembang). Hasil identifikasi data primer aset tanah hak milik Pemerintah Kabupaten Rembang didapatkan luas aset tanah potensial ± 43.92 hektar (1.38% dari luas wilayah Kota Rembang). Berdasarkan hasil identifikasi di lapangan didapatkan aset tanah negara berupa sempadan pantai, sempadan sungai, sempadan rel kereta api, dan sempadan jaringan listrik tegangan tinggi yang potensial sebagai ruang terbuka hijau ± 133.45 hektar (4.19% dari luas wilayah Kota Rembang). d. Selain aset tanah negara, didapatkan pula aset tanah lain yang berfungsi sebagai tanah pemakaman dan lapangan olahraga yang dapat difungsikan sebagai ruang terbuka hijau. Hasil identifikasi di lapangan didapatkan luas pemakaman ± 15.67 hektar (0.49%) dan luas lapangan olahraga ± 13.47 hektar (0.43%). Luas akumulasi dari JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 1 Januari 201, hal: 21

kedua jenis aset tanah lain tersebut adalah ± 29.14 hektar (0.92% dari luas wilayah Kota Rembang). Luas total akumulasi aset tanah potensial di wilayah Kota Rembang sebagai alih fungsi ruang terbuka hijau adalah 206.52 hektar (6.48% dari luas wilayah Kota Rembang). Adapun saran yang dapat disampaikan adalah: (a) perlu upaya tindak lanjut dari Pemerintah Kabuoaten Rembang untuk menambah lahan ruang terbuka hijau dari inventarisasi data aset tanah Pemerintah Kabupaten, aset tanah negara, dan aset tanah lain sesuai dengan peraturan perundangundangan, aset tanah hak milik Pemerintah Kabupaten Rembang; (b) aset tanah milik negara, dan aset tanah lain merupakan potensi bagi Pemerintah Kabupaten Rembang dalam upaya penyediaan alokasi pemenuhan ruang terbuka hijau di wilayah Kota Rembang; dan (c) perlu adanya penelitian lebih lanjut terhadap penelitian ini, khususnya terhadap kelayakan alih fungsi lahan potensial dalam upaya menambah ruang terbuka hijau di wilayah Kota Kecil. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.....2 8.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan. Departemen PU, Ditjen Penataan Ruang.....2 12. Draft Laporan Akhir Tahun 2012 Tentang Rencana Rinci Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Kabupaten Bappeda Kabupaten DAFTAR PUSTAKA....1953. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1953 tentang Penguasaan Tanah-tanah Negara. Menteri Dalam Negeri.....1991. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai. Presiden Republik Indonesia.....2 7. Undang - Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Departemen Pekerjaan Umum, Ditjen Penataan Ruang.....2 7. Undang - Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Identifikasi Ruang Terbuka Hijau Publik Kota Rembang Mashuri dkk.

JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 1 Volume 1 Januari 201, hal: 21