I. PENDAHULUAN. Menurut (Sumitro,1995) Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu fungsi alokasi yang meliputi: sumber-sumber ekonomi dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

Analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

BAB VIII EKONOMI DAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya dalam meningkatkan kapasitas

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan atas pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun di sektor swasta, hanya fungsinya berlainan (Soemitro, 1990).

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

I. PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. provinsi. Dalam provinsi itu dikembangkan kembali dalam kabupaten kota,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

Pertumbuhan yang telah dicapai dari berbagai kebijakan akan memberi dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, dan mengurangi angka pengangguran

BAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

PENDAHULUAN. Belanja daerah, atau yang dikenal dengan pengeluaran. pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

I. PENDAHULUAN. adanya otonomi daerah maka masing-masing daerah yang terdapat di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pendapatan Asli Daerah berdasarkan Undang-undang Nomor

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh Pendapatan..., Fani, Fakultas Ekonomi 2015

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan di daerah lebih efektif dan efisien apabila urusan-urusan di

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

Profile Daerah Kabupaten Sumedang Tahun

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam lingkup negara secara spasial tidak selalu

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan dari pembangunan, namun pada

ANALISIS BELANJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan peraturan sektor publik yang disertai dengan adanya tuntutan

I. PENDAHULUAN. Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi UU 32/2004) tentang Pemerintah Daerah memisahkan dengan tegas

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pembangunan nasional di negara-negara berkembang. difokuskan pada pembangunan ekonomi dalam rangka upaya pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan lembaga publik, diantaranya : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk

BAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi. Tinggi rendah angka pembangunan dilihat dari trend

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi topik utama dalam bidang Ilmu Ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

I. PENDAHULUAN. pembangunan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah. otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia yang berada di masing masing Provinsi dengan

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh bangsa tersebut. Hal ini di Indonesia yang salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan suatu perekonomian dalam satu periode ke periode

I. PENDAHULUAN. pengelolaan pemerintah daerahnya, baik ditingkat propinsi maupun tingkat kabupaten

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan

1 Universitas Indonesia

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. kerja pengelolaan pemerintahan, Indonesia dibagi menjadi daerah kabupaten dan. sendiri urusan pemerintahan dan pelayanan publik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian PAD dan penjabaran elemen-elemen yang terdapat dalam PAD.

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Menurut (Sumitro,1995) Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat, kualitas, serta kesejahteraan segenap lapisan masyarakat. Dalam kerangka itu pembangunan harus dipandang sebagai suatu rangkaian proses pertumbuhan yang berjalan secara berkesinambungan untuk mewujudkan tujuan-tujuannya. Pembangunan daerah yang dilaksanakan secara berencana, menyeluruh, terpadu, terarah, bertahap, mandiri dan berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan daerah dalam rangka mewujudkan kehidupan yang sejajar dengan daerah lain yang lebih maju dan sekaligus secara agregat meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara secara adil dan merata. Pemberian otonomi kepada daerah akan menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan peran nyata dan kemandirian daerah dalam upaya meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata. Dengan diberlakukannya UU.No.22 tahun 1999 tentang otonomi daerah dan UU no.25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan, yang diperbarui dengan UU no.32 tahun2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU.No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, maka pemerintah dalam melaksanakan pembangunan didaerahnya mempunyai wewenang untuk

2 menentukan arah pembangunan di daerahnya. Hal ini diharapkan dapat lebih meningkatkan pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhan daerahnya dan dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mendukung terselenggaranya Otonomi Daerah yang optimal maka diberlakukanlah perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Perimbangan keuangan ini diatur dalam UU No 33 Tahun 2004. Desentralisasi fiscal yang di atur dalam UU Nomor 33 tahun 2004 terdiri dari tiga macam, yaitu Pajak Daerah (Tax Assignment), Dana Bagi Hasil (Revenue Sharing) dan Dana Alokasi Umum serta Dana Alokasi Khusus. Dengan desentralisasi fiskal ini, pemerintah daerah diharapkan mampu mengoptimalkan penerimaan daerahnya sehingga Pemerintah Daerah mandiri dalam pengelolaan keuangannya dan dapat mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah pusat. Kemandirian ini dapat di capai dengan mengoptimalkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) yang bersumber dari Pajak daerah, Retribusi, Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain lain PAD yang sah, seperti di atur dalam UU No. 33 Tahun 2004 pasal 6. Berdasarkan UU No 33 Tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah Pendapatan Daerah yang bersumber dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Soleh dan Rochmansjah (2010) menjelaskan bahwa sumber penerimaan daerah dalam konteks otonomi dan desentralisasi untuk saat ini masih didominasi oleh bantuan dan sumbangan dari pemerintah pusat baik dalam bentuk Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil, sedangkan proporsi PAD masih

3 relatif kecil. Adanya Dana Perimbangan melalui DAU ini ternyata justru menjadi ketergantungan. Salah satu ukuran kemampuan daerah untuk melaksanakan otonomi adalah dengan melihat besarnya nilai PAD yang dapat dicapai oleh daerah tersebut. Dengan PAD yang relatif kecil akan sulit bagi daerah tersebut untuk melaksanakan proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan secara mandiri, tanpa didukung oleh pihak lain (dalam hal ini Pemerintah Pusat dan Propinsi). Padahal dalam pelaksanaan otonomi ini, daerah dituntut untuk mampu membiayai dirinya sendiri. Kota Bandar Lampung diharapkan dapat menjadi salah satu kota mandiri yang dapat mensejahterakan masyarakatnya serta dapat menjalankan rumah tangga pemerintahnya secara mandiri. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menjadikan Kota Bandar Lampung sebagai kota yang mandiri adalah dengan mengelola keuangan daerah secara baik dan benar. Dilihat dari perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Kota Bandar Lampung tidak jauh berbeda dengan kabupaten-kabupaten lainnya yaitu proporsi terbesar untuk pemasukan Pendapatan Asli Daerah yaitu dari sektor pajak, sedangkan proporsi terkecilnya yaitu dari sektor Bagian Laba Usaha Milik Daerah (BUMD). Untuk membiayai pengeluaran pemerintah, diperlukan adalnya sumber sumber keuangan yang cukup. Sumber-sumber keuangan tersebut antara lain berasal dari Pendapatan Asli Daerah. Adapun perkembangan Pendapatan Asli Daerah di Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada grafik 1.1 berikut

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 4 Grafik 1. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandar lampung Tahun 1993 2010 (dalam ribuan rupiah) 100000000 90000000 80000000 70000000 60000000 50000000 40000000 30000000 20000000 10000000 0 PAD Sumber : BPS kota Bandar Lampung tahun 1993 2010 data diolah Dari grafik diatas memperlihatkan pertumbuhan pendapatan asli daerah (PAD) kota Bandar Lampung selama kurun waktu 1993 2010 mengalami fluktuasi.diketahui bahwa perekonomian Bandar Lampung mengalami gejolak yang cukup berarti setelah krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997. Sebagai akibatnya, perekonomian di Bandar Lampung harus mengalami penurunan yang signifikan dalam pendapatan asli daerah dari 14.380.297 menjadi 12.748.166 di tahun 1998. Setelah tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 gejolak krisis ekonomi sudah mulai pulih sehingga PAD kota Bandar Lampung mengalami kenaikan yang positif signifikan yaitu menjadi 23.696.669 pada tahun 2001 sampai tahun 2005 menjadi 46.513.716.Pada tahun 2006 mengalami fluktuasi kembali sebesar 46.137.25 dan pada tahun 2007 sampai tahun 2010 mengalami kenaikan yang relatif stabil. Dan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar

5 86.692.399 hal ini terjadi tidak lepas dari upaya pemerintah daerah kota Bandar Lampung dalam menggali potensi penerimaan asli daerah lainnya Tabel 1. Proporsi Penerimaan Asli Daerah Kota Bandar Lampung Tahun 1993 2010 (dalam ribuan rupiah) TAHUN PD RD BUMD PLL 1993 2.796.156 3.392.007 24.001 187.214 1994 3.684.249 3.547.947 61.544 297.500 1995 5.275.861 4.470.209 66.051 330.034 1996 6.261.951 6.166.617 92.740 318.212 1997 7.478.808 6.146.426 54.086 700.977 1998 7.537.996 4.552.829 43.200 614.141 1999 8.442.520 5.083.059 67.600 229.814 2000 8.230.739 4.772.979 170.400 190.727 2001 14.296.530 8.412.866 260.000 727.473 2002 19.689.071 9.814.868 643.804 1.441.541 2003 22.406.753 10.292.418 867.725 1.944.902 2004 22.304.069 10.498.677 1.871.142 2.015.688 2005 27.251.900 14.658.338 2.646.478 1.957.000 2006 26.975.594 11.088.122 2.196.130 5.877.414 2007 30.399.694 12.533.405 2.149.979-2008 42.841.375 14.414.768 2.509.144 7.869.232 2009 47.635.294 15. 849.094 3.087.055 4.460.819 2010 56.627.115 21.911.782 3.449.399 4.704.104 Rata-rata 20.007.538 8.926.901 1.125.582 1.992.164 Sumber : BPS kota Bandar Lampung tahun 1993 2010 Keterangan : PD = pajak daerah RD = retribusi daerah, BUMD = bagian laba usaha milik daerah, PLL = pendapatan lain - lain yang sah. Proporsi PAD berdasarkan tabel diatas menunjukan peningkatan yang cukup baik dengan penerimaan tertinggi sebesar 56.627.115 dengan rata-rata pajak daerah sebesar 20.007.538. untuk penerimaah retribusi daerah mengalami fluktuasi pada tiap periodenya dengan rata-rata 8.926.901.Begitu pula bagian laba usaha milik

6 daerah mengalami fluktuasi tiap periodenya dengan rata-rata 1.125.582. sedangkan untuk pendapatan lain-lain yang sah mengalami fluktuasi dan peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 4.704.103,83 dengan rata-rata 1.992.164.Adapun jumlah pengeluaran pemerintah di Kota bandar Lampung tahun 1993-2010 dapat dilihat pada grafik 2 berikut : Grafik 2 Pengeluaran Pemerintah Kota bandar lampung Tahun 1993 2010 (dalam ribuan rupiah) 1,000,000,000 900,000,000 800,000,000 700,000,000 600,000,000 500,000,000 400,000,000 P. pemerintah 300,000,000 200,000,000 100,000,000 0 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 Sumber : BPS kota Bandar Lampung tahun 1993 2010 data diolah Dari grafik diatas dapat kita lihat jumlah seluruh pengeluaran pemerintah daerah kota Bandar Lampung setiap tahunnya rata-rata mengalami kenaikan. Kenaikan pengeluaran dikarenakan besarnya anggaran yang harus dikeluarkan pemerintah untuk membiayai pembangunan infrastruktur seperti : sarana jalan, kesehatan, pendidikan, dll. Selain itu, pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, meningkatnya pendapatan perkapita dan taraf hidup masyarakat merupakan salah

7 satu faktor yang menyebabkan pengeluaran pemerintah yang semakin tinggi. Dilain pihak sumber penerimaan yang terbatas harus diusahakan untuk menutupi kebutuhan tersebut. Untuk membiayai pengeluaran pemerintah tersebut diperlukan adanya sumber keuangan yang cukup. Disisi lain daerah tidak akan mampu membiayai jika hanya mengandalkan dari sektor Pendapatan Asli daerah saja tetapi harus disertai dengan proporsi pendapatan daerah lainnya seperti : bagi hasil pajak, bagi hasil bukan pajak, dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan penerimaan lainnya.

8 Tabel 2 Presentase Pendapatan Asli Daerah Terhadap Pengeluaran Pemerintah Di Kota Bandar Lampung Tahun 1993-1994 (dalam ribuan rupiah) Tahun PAD P.Pemerintah Presentase 1993 6.399.428 25.167.319 25.43 % 1994 7.591.240 27.912.470 27.20 % 1995 10.142.155 33.086.861 30.65 % 1996 12.839.516 39.598.561 32.42 % 1997 14.380.297 45.829.060 31.38 % 1998 12.748.166 52.938.284 24.08 % 1999 13.822.933 71.043.555 19.46 % 2000 13.364.845 65.444.842 20.42 % 2001 23.696.669 178.501.413 13.28 % 2002 31.586.284 229.501.413 13.76 % 2003 35.511.798 260.029.856 13.66 % 2004 36.689.576 299.772.444 12.24 % 2005 46.513.716 316.486.106 14.70 % 2006 46.137.259 445.720.321 10.35 % 2007 45.083.078 713.563.811 6.32 % 2008 67.661.519 811.767.637 8.34 % 2009 70.432.263 803.095.631 8.77 % 2010 86.692.399 928.170.641 9.34 % rata-rata 32.294.063 297.090.568 17.88 % Sumber : BPS kota Bandar Lampung tahun 1993 2010 data diolah Dari tabel presentase Pendapatan Asli Daerah terhadap belanja pemerintah di Kota Bandar Lampung Tahun 1993-2010 menjelaskan bahwa presentase kontribusi Pendapatan Asli Daerah(PAD) untuk belanja pemerintah mengalami fluktuasi terhadap belanja pemerintah daerah Kota bandar Lampung. Dimulai pada tahun 1993 yaitu sebesar 25,43 % meningkat pada tahun 1996 sebesar 32,42 % dan pada tahun 1997 mengalami penurunan kembali sampai pada tahun 2004 sebesar 12,24 % pada tahun 2005 meningkat sebesar 14,70 % dan mengalami penurunan sampai pada tahun 2010 yaitu sebesar 9,34 %. Oleh karena itu, pemerintah Kota Bandar Lampung harus menjalankan kebijakan dalam upaya menggali potensi penerimaan asli daerah lainnya baik itu dari sektor pajak,

1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 9 retribusi daerah, bagian laba usaha milik daerah dan Pendapatan lain-lain untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerahnya. Grafik 3 PDRB Kota Bandar Lampung Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993-2010 (dalam jutaan rupiah ) 7,000,000 6,000,000 5,000,000 4,000,000 3,000,000 PDRB 2,000,000 1,000,000 0 Sumber : BPS kota Bandar Lampung tahun 1993 2010 data diolah Dilihat dari grafik diatas dapat dilihat nilai PDRB kota Bandar Lampung 1993-2010 atas dasar harga konstan setiap tahunnya rata-rata mengalami kenaikan hanya pada tahun 1998 sampai tahun 1999 mengalami penurunan sebesar 1.641.380 yg diakibatkan krisis ekonomi moneter yg melanda.dan mengalami kenaikan terus menerus setiap tahunnya sampai pada tahun 2010 yaitu sebesar 6.540.321. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi pertanian, pertambangan, industri pengolahan, listrik gas dan air bersih, bangunan, perdagangan restoran dan hotel, angkutan dan komunikasi, bank dan lembaga keuangan dan jasa-jasa selalu mengalami peningkatan. Jadi dengan meningkatnya PDRB maka akan menambah

10 penerimaan pemerintah daerah untuk membiayai program-programpembangunan. Selanjutnya akan mendorong peningkatan pelayanan pemerintah daerah kepada masyarakat yang diharapkan akan dapat meningkatkan produktivitasnya Tabel 3 Presentase Pendapatan Asli Daerah Terhadap Produk Domestik Regional Bruto Di Kota Bandar Lampung Tahun 1993-1994 (dalam ribuan rupiah) Tahun PAD PDRB Presentase 1993 6.399.428 1.328.535.000 0.48 % 1994 7.591.240 1.444.271.000 0.53 % 1995 10.142.155 1.574.762.000 0.64 % 1996 12.839.516 1.720.658.000 0.75 % 1997 14.380.297 1.856.508.000 0.77 % 1998 12.748.166 1.584.900.000 0.80 % 1999 13.822.933 1.641.380.000 0.84 % 2000 13.364.845 3.615.027.000 0.37 % 2001 23.696.669 3.692.641.000 0.64 % 2002 31.586.284 3.853.114.000 0.82 % 2003 35.511.798 4.229.428.000 0.84 % 2004 36.689.576 4.554.824.000 0.81 % 2005 46.513.716 4.763.166.000 0.98 % 2006 46.137.259 5.079.046.000 0.91 % 2007 45.083.078 5.426.158.000 0.83 % 2008 67.661.519 5.802.308.000 1.17 % 2009 70.432.263 6.151.068.000 1.15 % 2010 86.692.399 6.540.321.000 1.33 % Rata-rata 32.294.063 3.603.228.611 0.81 % Sumber : BPS kota Bandar Lampung tahun 1993 2010 data diolah Dari tabel presentase Pendapatan Asli Daerah terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Kota Bandar Lampung Tahun 1993-2010 menjelaskan bahwa presentase kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Produk Domestik Regional Buto di Kota bandar Lampung mengalami fluktuasi dan peningkatan setiap tahunnya. Jumlah presentase terkecil dimulai pada tahun 1993 yaitu sebesar 0,48 % meningkat sampai tahun 1999 yaitu sebesar 0,84 %, pada tahun 2000 mengalami penurunan sebesar 0,37 % dan pada tahun 2001 mengalami

11 peningkatan kembali sebesar 0,64 % sampai pada tahun 2005 yaitu sebesar 0,98 %,pada tahun 2006 mengalami penurunan kembali sampai tahun 2007 yaitu sebesar0,83 %, mengalami peningkatan pada tahun 2008 sebesar 1,17 % dan turun pada tahun 2009 yaitu sebesar 1,15 % dan peningkatan kembali pada tahun 2010 yaitu sebesar 1,33 % yang menjadi presentase terbesar dari setiap tahunnya. Keberhasilan pembangunan perkonomian dari suatu wilayah dan kinerjanya dapat diamati melalui beberapa indikator makro. Indikator makro tersebut dapat dianalisis melalui PDRB yang dapat didefinisikan sebagai penjumlahan nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh seluruh unit kegiatan ekonomi yang beroperasi di wilayah/daerah tersebut dalam periode tertentu. Jadi PDRB adalah nilai tambah yang pengukurannya berdasarkan adanya aktivitas ekonomi di suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi daerah berkaitan erat dengan peningkatan produksi barang dan jasa, yang diukur dengan besaran dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan juga sebagai indikator untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu daerah dalam suatu periode tertentu. Data PDRB juga dapat menggambarkan kemampuan daerah mengelola sumberdaya pembangunan yang dimilikinya, oleh karena itu besaran PDRB setiap daerah bervariasi sesuai dengan potensi yang dimiliki dan faktor produksi masing-masing daerah (Sukirno,1978) Kota Bandar Lampung sebagai daerah otonom mempunyai tanggung jawab memberdayakan potensi daerah menurut prakarsa sendiri berdasarkan prinsipprinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat, dan pertanggungjawaban kepada masyarakat dalam rangka menciptakan pemerintahan yang baik (good governance). Usaha dalam merealisasikan hal tersebut tidaklah mudah, akan tetapi

12 diperlukan kerjasama yang terorganisir dalam semua elemen masyarakat. Salah satu cara untuk mencapai apa yang dicita-citakan itu adalah dengan melaksanakan pengelolaan keuangan daerah dengan baik dan benar, baik mengenai pendapatan maupun belanja daerah Peningkatan Pendapatan Asli Daerah selalu diikuti dengan jumlah Dana Perimbangan yang selalu meningkat. Namun Peningkatan penerimaan PAD setiap tahun anggaran tersebut tidak berarti apabila masih ada dari sektor PAD yang belum dapat terealisasi dengan baik. yaitu sektor Retribusi Daerah yang masih sangat minim. B.Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang terfokus pada masalah Pendapatan Asli Daerah(PAD), maka pertanyaan penelitian ini adalah: 1.1 Bagaimana pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap Pendapatan Asli Daerah di kota Bandar Lampung pada tahun 1993-2010? 1.2 Bagaimana pengaruh PDRB terhadap Pendapatan Asli Daerah di kota Bandar Lampung pada tahun 1993-2010? 2. Bagaiman pengaruh masing-masing variabelpengeluaran Pemerintah dan PDRB terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Bandar Lampung pada tahun 1993-2010?

13 C.Tujuan penelitian 1.1 Untuk mengetahui pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap Pendapatan Asli Daerah di kota Bandar Lampung pada tahun 1993-2010. 1.2 Untuk mengetahui pengaruh PDRB terhadap Pendapatan Asli Daerah di kota Bandar Lampung pada tahun 1993-2010. 2. Menganalisis pengaruh antara masing-masing variabel Pengeluaran Pemerintah dan PDRB terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Bandar Lampung pada tahun 1993-2010. D. Manfaat penelitian 1. Bagi aspek keilmuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dansumber pemikiran guna menambahkhasanah pengetahuan di bidang ilmu pemerintahan daerah khususnya menyangkut kajiankebijakan keuangan daerah. 2. Bagi aspek praktis, Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atauinformasi bagi Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung sebagai acuan dalam pengambilankeputusan atau kebijakan pada masa yang akan datang. Kebijakan yang diambiltersebutpada akhirnya ditujukan

14 untuk peningkatan peranan PAD dalam rangkapelaksanaan otonomi daerah 3. Sebagai bahan untuk melakukan evaluasi variabel ekonomi makro Kota Bandar Lampung E. kerangka pemikiran Pengeluaran pemerintah yang dilakukan pemerintah daerah diantaranya perbaikan sektor pendidikan, kesehatan, transportasi, pembangunan infrastruktur dan sarana yang ada di daerah sehingga akan berdampak pada meningkatnya pendapatan asli daerah sekaligus peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah. Disamping itu dengan tersedianya sarana prasarana yang memadai dari pemerintah daerah, maka masyarakat dapat melakukan aktifitas secara aman dan nyaman dimana akan berpengaruh salam melaksanakan otonomi daerah. Dengan adanya infrastruktur yang memadai akan menarik para investor untuk membuka lapangan usaha disegala sektor PDRB, sehingga akan berdampak pada menigkatnya pendapatan asli daerah. Dari penjelasan tersebut muncul suatu kerangka konsepsional yang harus dilakukan pengujian berkaitan dengan perkembangan variabel makro yaitu pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap PAD dan pengaruh PDRB terhadap PAD

15 Pengeluaran pemerintah Produk domestik regional bruto PAD - Pajak daerah - Retribusi daerah - Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisah - Lain lain PAD yang sah F. Hipotesis penelitian Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Diduga pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Bandar Lampung Tahun 1993-2010 2. Diduga besarnya PDRB berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Bandar Lampung Tahun 1993-2010 3. Diduga antara masing-masing variabel Pengeluaran Pemerintah dan PDRB berpengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Bandar Lampung Tahun 1993-2010