16 III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilakukan pada Kawasan Cagar Budaya Kotagede, (Kelurahan Purbayan dan Kelurahan Prenggan) Kota Yogyakarta dan (Desa Jagalan) Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Gambar 2). Penelitian mencakup survei kondisi tapak, pengumpulan data, pengolahan data, dan penyusunan hasil studi yang dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2010. Gambar 2 menunjukkan lokasi penelitian. Peta Prov. DI Yogyakarta Peta KCB Kotagede Gambar 2 Peta Lokasi Studi
17 3.2. Metode Penelitian Tahap kegiatan pada penelitian ini mengacu pada pendekatan sumberdaya () menurut Gold (1980), yaitu mulai dari inventarisasi tapak, analisis data yang dihasilkan, sintesis dari analisis data, dan yang terakhir adalah merencanakan KCB Kotagede sebagai kawasan wisata (Gambar 3). Berikut penjelasan dari masing-masing tahap penelitian: 1. Inventarisasi Tapak Pada tahap inventarisasi tapak dilakukan kegiatan survei yang meliputi observasi lapang, wawancara, dan pengambilan data sekunder (studi pustaka). Kegiatan survei dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data-data yang berhubungan dengan kawasan dan dibutuhkan dalam proses penelitian (Tabel 1) mencakup: a. Observasi lapang, survei secara langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data tentang kondisi fisik kawasan, karakter lanskap yang ada pada kawasan beserta lingkungan sekitarnya, aksesbilitas kawasan, dan aspek wisata, yaitu fasilitas yang tersedia pada kawasan sebagai tempat wisata. b. Wawancara, dilakukan kepada masyarakat sekitar kawasan, pengelola, pedagang lokal pada kawasan wisata, dan pihak terkait lainnya bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai persepsi dan dukungan masyarakat terhadap kawasan serta tentang kebijakan pengelolaan kawasan. Selain dengan wawancara secara langsung informasi dapat dihasilkan melalui kuisioner yang diberikan kepada masyarakat lokal ataupun pengunjung. c. Studi pustaka, mempelajari tentang data dari tapak, aspek-aspek penting yang ada pada kawasan, dan proses pengembangan yang telah dilakukan pada kawasan. Hal ini dilakukan untuk menunjang data dari hasil observasi lapang juga untuk melengkapi data yang belum didapatkan dari observasi lapang dan wawancara.
18 Table 1 Jenis, bentuk dan sumber data yang diperlukan NO JENIS DATA BENTUK DATA SUMBER DATA 1 FISIK ALAMI Kualitas visual luar Iklim Survey lapang BMG dan studi pustaka Topografi dan Hidrologi Vegetasi dan Satwa FISIK NON ALAMI Batasan kawasan Land use 2 LANSKAP SEJARAH Sejarah perkembangan KCB Kotagede Inventarisasi BCB dan 3 ASPEK WISATA Obyek wisata Sirkulasi, aksesbilitas, dan transportasi Fasilitas penunjang Aktivitas Wisatawan Good View, Bad View Curah hujan, arah dan kecepatan anginm suhu udara rata-rata dan kelembaban udara Peta topografi Jenis dan pola penyebaran Deliniasi kawasan studi Peta tata guna lahan aktivitas utama pada masa lalu Peta tata guna lahan pada masa lalu, fungsi BCB pada masa lalu dan kondisi saat ini Keragaman objek saat ini Aksesbilitas, sarana transportasi, konsep sirkulasi Eksisting fasilitas penunjang wisata Kegiatan wisata yang terdapat pada kawasan Jumlah dan karakter pengunjung BPN, instansi terkait Litbang, survey lapang, studi pustaka Survey lapang, wawancara ahli, studi pustaka Bappeda, instansi terkait Bappeda, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, instansi terkait, narasumber (ahli) Bappeda, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, instansi terkait, narasumber (ahli) Survey lapang,wawancara Bappeda, instansi terkait Bappeda, instansi terkait Survey lapang,wawancara Survey lapang,wawancara
19 JENIS DATA BENTUK DATA SUMBER DATA 4 PERSEPSI DAN DUKUNGAN MASYARAKAT Masyarakat sekitar kawasan Pengunjung kawasan 5 KEBIJAKAN PENGELOLAAN Pengelolaan BCB dan Kebijakan pemerintah terkait pelestarian BCB dan lanskap Kebijakan pemerintah terkait pengembangan kawasan wisata persepsi pengguna terhadap kawasan tersebut persepsi pegunjung terhadap kawasan tersebut Peraturan dan perundangan yang terkait dengan pengelolaan BCB dan Peraturan dan perundangan yang mengatur dan berhubungan dengan pelestarian BCB dan Peraturan dan perundangan yang mengatur dan berhubungan dengan pengembangan kawasan ber. wawancara wawancara Pemda, bappeda, studi pustaka, instansi terkait Pemda, bappeda, studi pustaka, instansi terkait Pemda, bappeda, studi pustaka, instansi terkait 2. Analisis Tahap berikutnya adalah melakukan analisis terhadap data hasil dari inventarisasi. Analisis dilakukan untuk dapat mengetahui kendala dan potensi dari kawasan dalam upaya pelestarian. Kegiatan analisis dilakukan metode analisis deskriptif (kuantitatif dan kulitatif) dan metode analisis spasial. a. Metode deskriptif kuantitatif, adalah metode analisis dengan pemberian skor nilai terhadap elemen-elemen yang ada. Prosedur dari metode ini yaitu penilaian masyarakat mengenai kondisi kawasan yang dilihat dari beberapa faktor yang terkait dengan tujuan dari penelitian (Tabel 2). Adapun faktor-faktor yang harus dinilai dari suatu adalah sebagai berikut : Keaslian lanskap atau objek yang ada Keunikan dari Nilai dari Keutuhan lanskap atau objek yang ada
20 Estetika atau arsitekturnya Kejamakan lanskap atau objek yang ada Keistimewaan lanskap atau objek yang ada Tabel 2 Skoring dan pembobotan terhadap kriteria yang dimiliki dari lanskap Penilaian Rendah Sedang Tinggi Kriteria Keaslian tiruan Pemugaran tidak serasi atau rekonstruksi 5-15 15-25 25-35 Murni atau pemugaran serasi Keunikan Skala lokal Skala regional Skala nasional dan internasional Nilai Skala lokal Skala regional Skala nasional dan internasional Keutuhan 20% 20-60% 60-100% Estetika Tidah indah Indah Sangat indah Kejamakan Tidak mewakili suatu periode Mewakili beberapa periode Mewakili satu periode Keistimewaan Tidak istimewa Istimewa Sangat istimewa (Skoring berdasarkan standar pada buku Pedoman Obyek dan Daya Tarik Wisata Andalan 2001) b. Metode deskriptif kualitatif, merupakan metode yang bertujuan untuk mendeskripsikan potensi kawasan untuk mendapatkan hasil analisis data yang dapat menggambarkan upaya apa saja yang perlu diajukan dalam rangka melestarikan kawasan tersebut. Pada metode ini juga dapat menghasilkan cara atau upaya untuk memperbaiki kendala-kendala yang ada. Selain itu, ada beberapa faktor yang harus dianalisis pada metode deskriptif ini, diantaranya: Keberlanjutan Upaya pelestarian yang telah dilakukan Potensi dan kendala aspek penunjang wisata Potensi aspek penunjang wisata c. Metode analisis spasial, merupakan metode yang didalamnya terdapat kegiatan menganalisis tapak dengan memanfaatkan data-data spasial dari beberapa aspek. Setelah dianalaisis, data-data spasial tersebut kemudian dioverlay sehingga dihasilkan analisis spasial yang dapat diolah lagi pada tahap sintesis.
21 3. Sintesis Tahapan sintesis merupakan proses pencarian alternatif untuk penentuan satuan untuk pertimbangan pengembangan menjadi kawasan wisata serta interpretasi kawasan. Selain itu juga dihasilkan bentuk pengembangan lanskap wisata yang dapat diterapkan pada kawasan tersebut. Bentuk pengembangan tersebut disesuaikan dengan upaya pelestarian dan pengembangan kawasan sebagai lanskap wisata. 4. Konsep Pengembangan Hasil dari sintesis ditentukan konsep dasar yang mencakup pengembangan lanskap sebagai wisata. Penentuan konsep dasar dilakukan berdasarkan hasil analisis dan sintesis potensi keberlanjutannya yang meliputi: Konsep dasar Konsep ruang Pengembangan jalur interpretasi Peningkatan pelestarian dan kualitas sebagai obyek wisata Peningkatan fasilitas penunjang kegiatan wisata 5. Perencanaan Pada tahap terakhir ini, yaitu proses perencanaan yang didekati melalui pendekatan sumberdaya (penentuan tipe-tipe serta alternatif aktivitas berdasarkan pertimbangan kondisi dan situasi sumberdaya). Konsep yang telah disusun sebelumnya dikembangkan dalam bentuk tata ruang, tata hijau, tata letak fasilitas dan aktivitas wisata budaya. Hasil akhir berupa gambar siteplan, gambar rencana ruang (menggambarkan aktivitas dan fasilitas yang dikembangkan), gambar rencana sirkulasi, gambar rencana jalur interpretasi, dan gambar rencana tata hijau.
22 Lanskap Kawasan Cagar Budaya Kotagede Kondisi Lanskap : Kondisi fisik alami Kondisi fisik nonalami Aspek Lanskap Sejarah : Sejarah perkembangan Kawasan Cagar Budaya Kotagede Inventarisasi benda cagar budaya dan lanskap Aspek Wisata : Obyek wisata Kegiatan wisata Wisatawan Sirkulasi, aksesibilitas, dan transportasi Fasilitas penunjang wisata Persepsi dan Dukungan Masyarakat : Masyarakat sekitar kawasan Pengunjung kawasan Kebijakan Pengelolaan : Pengelolaan benda cagar budaya dan Kebijakan pemerintah terkait dengan pelestarian benda cagar budaya dan Kebijakan pemerintah terkait dengan pengembangan wisata Karakter yang ada Kondisi dan penyebaran obyek/ Faktor-faktor keberlanjutan sebagai Potensi dan kendala dalam pengembangan wisata Usulan Konsep Pelestarian dan Pengembangan Lanskap Sejarah Kawasan Cagar Budaya Kotagede : Konsep dasar Konsep ruang Pengembangan jalur interpretasi Peningkatan pelestarian dan kualitas sebagai obyek wisata Peningkatan fasilitas penunjang kegiatan wisata Siteplan Lanskap Wisata Kawasan Cagar Budaya Kotagede, Yogyakarta Gambar 3 Tahapan Penelitian