6 KESESUAIAN PARAMETER KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA PANAIKANG KABUPATEN SINJAI SUITABILITY WATER QUALITY PARAMETERS FOR SEAWEED CULTURE AT PANAIKANG DISTRIC SINJAI REGENCY Ridha Alamsyah Staf Pengajar Program Studi MSP, STIP Muhammadiyah Sinjai (email: alamsyahridha@gmail.com) Abstrak Kegiatan budidaya rumput laut jenis Gracilaria sp. telah lama dilakukan namun belum belum mengkaji keseuaian kualitas air sebagai syarat pendukung pertumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kualitas air pada tambak di Desa Panaikang sesuai dengan persyaratan hidup yang baik untuk budidaya rumput laut. Penentuan stasiun penelitian berdasarkan karakteristik lingkungan sekitar tambak yaitu Stasiun I, tambak yang dekat dengan laut; stasiun II, tambak yang dekat dengan pemukiman; stasiun III tambak yang dekat dengan persawahan. Parameter kualitas air yang diamati yakni parameter fisika (kecerahan, suhu, dan kedalaman), parameter kimia (salinitas, ph, nitrat, fosfat, dan karbondioksida). Analisis parameter kualitas air meliputi penyusunan matriks kesesuaian yang disusun melalui studi pustaka. Kelas sangat sesuai diberi skor (empat), kelas sesuai diberi skor (tiga), kelas cukup sesuai diberi skor (dua), dan kelas tidak sesuai diberi skor (satu). Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan hasil pada stasiun I sesuai dengan nilai 5, Stasiun II sesuai dengan nilai 6 dan stasiun III sesuai dengan nilai 5. Kata Kunci : Kualitas air, kesesuaian, dan Gracilaria sp. Abstract Seaweed farming activities Gracilaria sp. has been carried out but has not yet assess the suitability of water quality as a condition for supporting growth. This study aims to determine whether of ponds water quality in the village Panaikang accordance with the requirements of a good life for seaweed cultivation. Determining the research station based on the environment characteristics around the pond that is Station I, pond close to the sea; Station II, pond close to the settlement; III station pond near rice fields. Water quality parameters was observed that physical parameters (brightness, temperature, and depth), chemical parameters (salinity, ph, carbon dioxide, phosphate and nitrate,). Analysis of water quality parameters including designing suitability matrix compiled through literature. The class was very appropriate given a score of (four), the appropriate class given a score of (three), the class is quite appropriate given a score of (two), and the class is not appropriate given a score of (one). Based on the measurement result is obtained at the station I appropriate with a value of 5, Station II appropriate with the value of 6 and a third station appropriate with the value 5. Keywords: Water quality, suitability, and Gracilaria sp.
6 PENDAHULUAN Kabupaten Sinjai merupakan salah satu daerah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut di Sulawesi Selatan. Terletak di pesisir timur dengan luas wilayah.559 km dengan panjang garis pantai 8 km. Potensi tambak tersebar di tiga kecamatan yakni Sinjai Utara, Sinjai Timur, dan Tellu Limpoe. Terdiri dari 0 Desa/Kelurahan yang terletak didaerah pesisir yang sangat memungkinkan untuk pengembangan budidaya rumput laut jenis Gracilaria sp karena memiliki areal pertambakan seluas 65, hektar (DKP Sinjai, 0) Potensi pengembangan yang cukup besar tidak berkorelasi terhadap peningkatan produksi rumput laut di Kabupaten Sinjai. Dari beberapa laporan pembudidaya telah terjadi penurunan produksi disebabkan oleh suatu sistem yang sangat kompleks, yakni berupa hubungan antar faktor biologi atau faktor interaksi bio-fisik dalam ekosistem tambak. Produksi rumput laut yang menurun diduga disebabkan oleh pemakaian bibit yang berulang selama lebih dari 0 tahun sehingga memiliki mutu yang rendah karena telah membawa bibit penyakit atau daya tahan terhadap penyakit sudah berkurang. Diperparah dengan kondisi kualitas tambak yang semakin menurun. Pertumbuhan rumput laut terutama dipengaruhi oleh bibit dan metode budidaya. Selain itu tidak lepas dari faktor lingkungannya, baik fisik, kimia maupun biologisnya (Parenrengi dkk, 0). Kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan yang pesat pada sisi produksi tersebut terkendala oleh masalah kualitas air, pemasaran dan rendahnya harga di tingkat pembudidaya. Kualitas air yang terdiri dari parameter fisika dan kimia akan sangat berpengaruh terhadap produksi rumput laut itu sendiri. Apabila syarat pertumbuhan tidak terpenuhi maka akan menghambat perkembangan rumput laut dan mengakibatkan penurunan kualitas produk yang pada akhirnya berdampak pada harga jual yang menurun secara drastis. Dengan demikian dibutuhkan kualitas air yang sesuai untuk pertumbuhan rumput laut jenis Gracilaria sp. Penelitian ini ingin mengetahui apakah kualitas air pada tambak di Desa Panaikang sesuai dengan persyaratan hidup yang baik untuk budidaya rumput laut. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Panaikang, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai pada bulan Maret sampai Mei 06. Dilakukan dengan dua tahap yaitu dengan melakukan pengukuran langsung dilapangan dan dilanjutkan dengan analisa sampel pada laboratorium kualitas air Universitas Hasanuddin. Pengambilan dan pengukuran sampel dilakukan sebanyak empat kali selama penelitian dengan interval waktu minggu.
6 Populasi dan sampel Populasi adalah seluruh tambak yang digunakan untuk membudidayakan rumput laut Jenis Gracilaria sp. di Desa Panaikang. Sedangkan sampel tambak terdiri dari tambak dekat laut, tambak dekat pemukiman dan tambak dekat persawahan. Metode pengumpulan data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer berupa data kualitas air dan data sekunder dari berbagai dokumen dan literatur yang telah ada dan dapat mendukung penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan stasiun penelitian. Penentuan stasiun berdasarkan karakteristik lingkungan sekitar tambak: Stasiun I, tambak yang dekat dengan laut; stasiun II, tambak yang dekat dengan pemukiman; stasiun III tambak yang dekat dengan persawahan. Parameter kualitas air yang diamati yakni parameter fisika (kecerahan, suhu, dan kedalaman), parameter kimia (salinitas, ph, nitrat, fosfat, dan karbondioksida). Parameter kecerahan, suhu, kedalaman, salinitas, ph dan karbondioksida ukur langsung dilapangan sedangkan nitrat dan fosfat dianalisa di laboratorium kualitas air Unhas Makassar. Analisis data Pengukuran Karbondioksida menggunakan metode titrasi dengan rumus sebagai berikut: CO ( mg l ml titran x N titran x ) = x 000 Volume sampel (5 ml) Analisis parameter kualitas air meliputi penyusunan matriks kesesuaian yang disusun melalui studi pustaka sehingga dapat diketahui parameter-parameter pembatas yang diperlukan untuk kegiatan budidaya rumput laut Gracilaria sp. Dalam penelitian setiap parameter dibagi dalam empat kelas, yaitu kelas sangat sesuai, sesuai, cukup sesuai, dan tidak sesuai. Kelas sangat sesuai diberi skor (empat), kelas sesuai diberi skor (tiga), kelas cukup sesuai diberi skor (dua), dan kelas tidak sesuai diberi skor (satu). Parameter yang dapat memberikan pengaruh lebih kuat diberi bobot lebih tinggi daripada parameter yang lebih lemah pengaruhnya (Neksidin dkk, 0). Total skor yang diperoleh dari hasil perkalian skor dengan bobot selanjutnya dipakai untuk menentukan kelas kesesuaian parameter kualitas air tambak budidaya rumput laut Gracilaria sp. Nilai maksimum sebesar 80, diperoleh dari skor maksimum dikali bobot. Sedangkan nilai minimum sebesar 0, diperoleh dari skor minimum dikali bobot. Penentuan interval kelas dan nilai kesesuaian parameter kualitas air tambak untuk budidaya rumput laut digunakan rumus yang dikemukakan oleh Aryati dkk (007) sebagai berikut: I = N maks N min K
6 Dimana : I K N maks N min = Interval kelas; = Jumlah kelas kesesuaian lahan yang diinginkan = Nilai akhir maksimum = Nilai akhir minimum Berdasarkan rumus dan perhitungan diatas diperoleh interval kelas dan nilai kesesuaian seperti pada Tabel dan Tabel. Tabel. Kriteria Kesesuaian Kualitas Air Budidaya Rumput Laut Gracilaria sp Parameter Kelas Skor Bobot 90-00 Kecerahan (%) 80-89 70-79 <70 7-0 Suhu ( C) 5 6,9 atau 0, -,9 atau, 5 < dan >5 0-00 Kedalaman (cm) 0-0 0 >0-5 Salinitas (ppt) 0 0 atau 6-0 5 9 atau -5 <5 atau >5 7 8 ph 5, 6,9 atau 8, 9, 5 atau 9, - 0 < atau >0,6,5 CO (mg/l),,5 0,5 - <0,5
65 Fosfat(mg/l) Nitrat(mg/l) >0,0 0, 0,0 0,05 0, <0,05,6 -,5 0,5,5 0, 0,5 <0, Sumber: Dimodifikasi dari Alam (05); Hasan dkk (05); Khasanah (0); Papalia dan Hairati (0); Hayati (0); Widyorini (00); Neksidin dkk (0); Suparjo (008); Ariyanti dkk (007); Poncomulyo (006) Anggadireja, dkk (006); Ahda, dkk (005); Effendy (00); Malingkas (00); Aslan (999); Boyd (989). Tabel. Kriteria Kesesuaian Parameter Kualitas Air Tambak untuk Budidaya Rumput Laut Gracilaria sp No Nilai (skor) Kriteria Kode. 65-80 Sangat Sesuai SS. 50-65 Sesuai S. 5-50 Cukup Sesuai CS. 0-5 Tidak Sesuai TS HASIL Hasil pengukuran parameter kualitas air pada tambak di Desa Panaikang diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel. Hasil pengukuran kisaran kualitas air pada masing-masing stasiun Parameter Stasiun I Skor Bobot Nilai Stasiun II Skor Bobot Nilai Stasiun III Skor Bobot Nilai Kecerahan (%) 00 00 00 Suhu ( C) 0,6, 6 8,7, 8 9,,9 6 Kedalaman (cm) 8-65 8 5-50 8 0-5 8 Salinitas (ppt) 7,6,9,6 5, 8 8,0 7,5 6 ph 5,0 7, 6 7,0 7,7 8 6,5 7, 6 CO(mg/l),9 5,9 9,0, 9 0,0,9 6 Fosfat(mg/l) 0,0-0,0 0,0-0,0 0,0-0,0 Nitrat(mg/l) 0,-0, 6 0,5-0,7 6 0,-0, 6 Jumlah Total Nilai Kesesuaian 5 6 5 Hasil pengukuran kecerahan pada semua stasiun 00%. Suhu pada stasiun I berkisar antara 0,6, C, pada stasiun II 8,7, C dan stasiun III 9,,9 C. Untuk hasil pengukuran
66 kedalaman stasiun I berkisar antara 8 65 cm, pada stasiun II sekitar 5 50 cm, dan stasiun III sekitar 0 5cm. Salinitas yang terukur selama penelitian pada stasiun I berkisar antara 7,6,9 ppt, stasiun II berkisar antara,6 5, ppt, dan pada stasiun III berkisar antara 8 7,5 ppt. Hasil pengukuran ph air tambak pada stasiun I antara 5 7,, stasiun II antara 7 7,7, dan stasiun III antara 6,5 7,. Kadar karbondioksida dalam tambak untuk stasiun I berkisar antara,9 5,9 mg/l sedangkan pada stasiun II antara -, mg/l dan stasiun III antara 0,0,9 mg/l. Hasil analisa laboratorium untuk fosfat pada stasiun I berkisar antara,0 0,0 mg/l, stasiun II 0,0 0,0 mg/l dan 0,0 0,0 mg/l pada stasiun. Sedangkan untuk analisa nitrat pada stasiun I berkisar antara 0, 0, mg/l, 0,5-0,7 mg/l dan 0, 0, pada stasiun II dan Stasiun III. Tabel. Hasil Analisis Kesesuaian Parameter Kualitas Air Tambak untuk Budidaya Rumput Laut Desa Panaikang Stasiun Nilai yang diperoleh Kriteria Keterangan 5 Sesuai 6 Sesuai 5 Sesuai PEMBAHASAN Kualitas Air. Kecerahan Nilai kecerahan yang diperoleh pada semua stasiun sangat baik untuk pertumbuhan rumput laut. Kecerahan yang menembus sampai ke dasar tambak mendukung berlangsungnya proses fotosintesis secara maksimal. Ditjenkanbud (006), menyatakan bahwa nilai kecerahan air yang baik untuk pertumbuhan dan kelangsungan organisme perairan adalah lebih besar dari 5 cm. Rendahnya nilai kecerahan perairan umumnya disebabkan oleh tingginya kekeruhan oleh banyaknya bahan organik terlarut dan tersuspensi, benda-benda terapung dan intensitas cahaya. Air yang keruh biasanya mengandung lumpur sehingga dapat menghalangi tembusnya cahaya matahari dalam air sehingga proses fotosintesis menjadi terganggu. Disamping itu kotoran dapat menutupi permukaan thallus dan menyebabkan thallus tersebut membusuk dan patah. Kondisi ini akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan rumput laut. Ditambahkan oleh Zatnika (009) bahwa persyaratan lokasi budidaya Gracilaria adalah tidak keruh yakni matahari menembus sampai ke dasar tambak.
67. Suhu Kisaran suhu perairan tambak cukup tinggi menyebabkan rumput laut harus menyesuaikan diri dengan suhu yang tinggi tersebut. Kondisi seperti ini akan berdampak pada pertumbuhan yang lambat dan cenderung mengecil atau kerdil. Suhu dengan kisaran tersebut pada semua stasiun masih cukup layak untuk budidaya rumput laut sedangkan untuk suhu yang optimal untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan rumput laut adalah dengan kisaran -7 ºC (Amalia, 0). Suhu air yang teramati pada setiap stasiun relatif tinggi, karena pengamatan dilakukan pada siang hari dimana intensitas cahaya matahari yang tinggi. Sinar matahari dapat meningkatkan suhu perairan namun tidak menimbulkan suhu mencapai titik suhu yang dapat mematikan organisme karena adanya hutan manggrove yang dapat menstabilkan suhu. Berdasarkan penelitian Mustafa dkk (008) Suhu air yang baik untuk budidaya rumput laut gracillaria adalah 5-0 ºC.. Kedalaman Rumput laut memerlukan sinar matahari untuk proses fotosintesis, karena itu rumput laut hanya dapat tumbuh pada perairan dengan kedalaman tertentu dimana sinar matahari dapat sampai ke dasar perairan. Kedalaman rata-rata semua stasiun masih pada taraf yang menguntungkan pertumbuhan dan perkembangan budidaya rumput laut gracillaria sp karena pada kedalaman tersebut intensitas cahaya matahari sampai pada rumput laut masih sangat tinggi sehingga proses fotointesis masih dapat berlangsung dengan baik. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Darmi dkk (0) bahwa budidaya rumput laut ditambak membutuhkan kedalaman 60-80 cm dengan baik karena pada kondisi tersebut matahari masih dapat menembus dasar perairan. 5. Salinitas Pada penelitian ini diperoleh kisaran salinitas yang bervariasi untuk masing-masing stasiun. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini masih pada kisaran salinitas yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan budidaya rumput laut gracillaria sp di tambak. Salinitas yang baik untuk budidaya rumput laut gracillaria berkisar antara 8 0 ppt dimana kadar garam optimal adalah 0 5 ppt. Untuk memperoleh perairan dengan kondisi salinitas tersebut harus dihindari lokasi yang berdekatan dengan muara sungai (Ditjenkanbud, 006). 5. ph ph singkatan dari puissance Negatif de H, yaitu logaritma Negatif dari kepekaan ion-ion H yang terlepas dalam suatu larutan (cairan) mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan tumbuh-tunbuhan dan hewan air, sehingga sering kali ph dari suatu perairain itu di pakai sebagai petunjuk untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan. ph yang cocok untuk pertumbuhan Gracilaria sp umumnya berkisar antara 6, 8, sedangkan yang optimal adalah 6-8. Kandungan
68 derajat keasaman ini masih dalam kisaran sesuai jika ditinjau dari tingkat kesesuaian lahan perairan untuk budidaya Gracilaria sp. dibawah kadar kritis tersebut, maka laju pertumbuhan sel akan menurun (Badruddin dkk, 0) 6. CO Karbondioksida yang terdapat dalam air merupakan hasil proses difusi CO dari udara dan hasil proses respirasi organisme perairan. Didasar perairan CO juga di hasilkan oleh proses dekomposisi yang menyebabkan Kandungan CO dalam perairan juga tinggi. Hasil titrasi yang diperoleh pada saat penelitian diperoleh konsentrasi yang cukup rendah. Keberadaan CO cukup sulit untuk dideteksi dalam perairan karena langsung dimanfaatkan oleh rumput laut untuk berfotosintesis. Hal ini sesuai dengan pendapat Ruslaini dan Iba (0), yang menyatakan bahwa CO di perairan sulit terdeteksi karena CO segera terpakai atau diserap oleh organisme tanaman termasuk fitoplankton saat berlangsungnya fotosintesis pada siang hari. 7. Fosfat (PO) Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. Menurut Mustafa et al. (00). Konsentrasi fosfat pada perairan alami berkisar antara 0,005-0,00 mg/l, sedangkan pada air tanah biasanya berkisar 0,0 mg/l Selanjutnya dikatakan bahwa PO jarang melebihi mg/l, meskipun pada perairan eutrof. Simanjuntak (006) yang menyatakan bahwa perairan relatif subur jika kisaran zat hara fosfat normal yaitu 0,0-,68 ppm. Berdasarkan konsentrasi fosfat, perairan diklasifikasikan menjadi tiga yaitu : parairan dengan kesuburan rendah, yang memiliki konsentrasi fosfat berkisar antara 0-0,0 mg/l; perairan dengan tingkat kesuburan sedang, yang memiliki konsentrasi fosfat 0,0-0,05 mg/l; dan perairan dengan tingkat kesuburan tinggi, yang memiliki konsentrasi fosfat 0,05-0,0 mg/l (Mustafa et al., 00). Kandungan fosfat pada semua stasiun tergolong rendah namun masih layak untuk budidaya Gracilaria sp. Jika dalam perairan budidaya kandungan fosfat minimal 0,0 ppm, laju pertumbuhan biota tidak mengalami hambatan namun jika kadar fosfat turun dibawah kadar kritis tersebut maka laju pertumbuhan sel akan terganggu. Fosfat merupakan unsur yang esensial bagi tumbuhan dan alga akuatik serta sangat mempengaruhi tingkat produktifitas perairan (Armita, 0) 8. Nitrat (NO) ppm Unsur hara nitrat merupakan salah satu faktor yang berperanan penting dalam mendukung proses metabolisme, pertumbuhan dan kelansungan hidup organisme. Menurut Wahyuni dkk (0) Konsentrasi nitrat diduga mempengaruhi pertumbuhan rumput laut. Kisaran nitrat yang layak untuk organisme yang dibudidayakan sekitar 0,55-0,665 mg/l (Kangkan, 006).
69 Nitrat dapat terbentuk karena tiga proses, yakni badai listrik,organisme pengikat nitrogen, dan bakteri yang menggunakan amoniak. Peningkatan konsentrasi amoniak disebabkan adanya peningkatan pembusukan sisa tanaman atau hewan (Kangkan, 006). Lebih lanjut dikatakan nitrat dapat menyebabkan menurunnya oksigen terlarut, air cepat tua dan bau busuk. Nitrat dibutuhkan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Kesesuaian Tambak untuk Budidaya Rumput Laut Gracillaria sp. Dengan melihat dinamika parameter kualitas air yang diamati di tambak Desa Panaikang selanjutnya dilakukan perhitungan matriks kesesuaian lahan berdasarkan analisis lapangan kemudian dibandingkan dengan nilai kisaran parameter yang optimal pada tingkatan kelas kesesuaian lahan. Setiap peubah kualitas air yang dijadikan tingkat kesesuaian pada semua stasiun pengambilan sampel, sudah merupakan integrasi dari beberapa peubah dengan empat kode kesesuain yaitu: sangat sesuai (SS), sesuai (S), cukup sesuai (CS) dan tidak sesuai (TS). Nilai dari hasil perhitungan matriks kesesuaian tambak akan di dapatkan kesesuaian tiap stasiun pengamatan lokasi di Tambak Desa Panaikang. Berdasarkan hasil nilai perhitungan matriks kesesuaian parameter kualitas air untuk budidaya rumput laut Gracilaria di tambak Desa Panaikang diketahui bahwa pada stasiun I yakni tambak yang dekat dengan laut sesuai dengan nilai 5. Stasiun II yang berdekatan dengan pemukiman penduduk dengan nilai 6. Stasiun III yang berdekatan dengan persawahan mendapatkan nilai 5. Ketiga stasiun masuk dalam kategori sesuai. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa tambak yang ada Desa Panaikang masuk dalam katagori sesuai untuk kegiatan budidaya rumput laut. Namun untuk memberikan informasi yang lebih baik kepada pembudidaya maka perlu dilakukan penelitian selama satu tahun dan melakukan analisa tanah dasar tambak. DAFTAR PUSTAKA Ahda, A., Surono, A. dan Imam, B., 005. Profil Rumput Laut Indonesia. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Alam, A.A. 05. Kualitas Karaginan Rumput Laut Eucheuma spinosum di Perairan Desa Punaga Kabupaten Takalar. [Skripsi]. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin Makassar, Makassar, 8 hlm Anggadiredja, J.T., A. Zatnika, H. Purwoto, dan S. Istini, 006. Rumput Laut: pembudidayaan, pengolahan, dan pemasaran komoditas perikanan potensial. Penebar Swadaya. Ariyati, R. W., L. Sya rani, dan E. Arini. 007. Analisis Kesesuaian Perairan Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan sebagai Lahan Budidaya Rumput Laut Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Jurnal Pasir Laut. (): 7 5.
70 Armita, D. 0. Analisis Perbandingan Kualitas Air Di Daerah Budidaya Rumput Laut Di Dusun Malelaya, Desa Punaga, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar. Skripsi. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Jurusan Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan. Universitas Hasanudin. Makassar. Aslan, M. 999. Budidaya Rumput Laut. Kanisius.Yogyakarta. Boyd, C.E. 989. Water Quality in Warm Water Fish Ponds.Auburn University. Alabama. Badruddin, Boedi, S.J. 0. Better Management Practices. Seri Panduan Perikanan Skala Kecil. Budidaya Rumput Laut Gracillaria sp di Tambak. WWF Indonesia. Ditjenkanbud, 006. Profil Rumput Laut Indonesia Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Departemen Perikanan dan Kelautan, Jakarta. DKP Sinjai. 0. Statistik Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sinjai Tahun 0. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sinjai. Sinjai. Effendy, H. 00. Telaah Kualitas Air. Kanisisus. Yogyakarta. Hasan, M. R., S. Rejeki dan R. Wisnu. 05. Pengaruh Bobot Awal yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Gracilaria sp yang Dibudidayakan dengan Metode Longline di Perairan Tambak Terabrasi Desa Kaliwlingi Kabupaten Brebes. Journal of Aquaculture Management and Technology. (): 9 99 Kangkan A.L. 006. Studi Penentuan Lokasi untuk Pengembangan Budidaya Laut Berdasarkan Parameter Fisika, Kimia dan Biologi di Teluk Kupang, Nusa Tenggara Timur.Tesis.Universitas Diponegoro, Semarang. Khasanah, U. 0. Analisis Kesesuaian Perairan untuk Lokasi Budidaya Rumput Laut (Eucheuma cottonii) di Perairan Kecamatan Sajoanging Kabupaten Wajo. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Hasanuddin Makassar. Makassar. Hal. 8 0. Malingkas, R. 00. Perbanyakan Benih Gracilaria Kultur In Vitro. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin.Makassar Mustafa, A., Tarunamulia dan Sammut, J. 008. Klasifikasi Kesesuaian Lahanuntuk Budidaya Tambak di Indonesia. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau. Maros. Mustafa A. Hasnawi dan Tarunamulia. 00. Karakteristik Kesesuaian dan Pengelolaan Lahan untuk Budidaya Tambak di Kabupaten Mamuju. Provinsi Sulawesi Barat. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau.Maros. Neksidin, Pangerang, U.K., Emiyarti. 0. Studi Kualitas Air untuk Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) di Perairan Teluk Kolono Kabupaten Konawe Selatan. Jurnal Mina Laut Indonesia Vol. No. : 7-55. Papalia, S. dan Hairati A. 0. Produktivitas Biomasa Makroalga di Perairan Pulau Ambalau, Kabupaten Buru Selatan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 5 () : 65-77 Parenrengi, A., Emma Suryati, Rahmansyah. 0. Budidaya Rumput Laut. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, Djakarta. Poncomulyo, 006. Budidaya dan Pengolahan Rumput Laut. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Jakarta. Ruslaini dan W. Iba. 0. Studi Kondisi Kualitas Air Budidaya Rumput Laut (Gracilaria verrucosa) pada Tambak Tanah Sulfat Masam (Studi Kasus di Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara). Aqua Hayati. 7(): 89 95. Suparjo, M.N. 008. Daya Dukung Lingkungan Perairan Tambak Desa Mororejo Kabupaten Kendal. Jurnal Saintek Perikanan, (): 50 55 Wahyuni, E. A., Arisandi, A. dan Farid, A. 0. Studi Karakteristik Biologi Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) Terhadap Ketersediaan Nutrien Di Perairan Kecamatan Bluto Sumenep. Universitas Trunojoyo Madura, Sumenep (Dipresentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 0. Widyorini, N. 00. Analisis Pertumbuhan Gracilaria sp di Tambak Udang Ditinjau dari Tingkat Sedimentasi. Jurnal Saintek Perikanan Vol.6 No. :0-6. Zatnika, A. 009. Pedoman Teknis Budidya Rumput Laut. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta.