PEMBUATAN BIODIESEL DARI BAHAN BAKU PFAD DENGAN KATALIS ASAM OKSALAT (SNTEKPAN) ITATS 2016 Romdoni 1, M. Arif Hidayat 2, dan Hana Nur Aini 3 Teknik Kimia ITATS 1,2,3 Jl. Arief Rachman Hakiem No. 100 Surabaya e-mail: romdoni.rbr@gmail.com ABSTRACT Indonesia's dependence on fossil until today still continue, it can be proven by the increasing demand for oil and gas which very high. Indonesia has many reliable renewable resources such as various types of vegetable oils (palm oil, jatropha oil, soybean oil, etc.). One of vegetable oils which potentially used as alternative materials is palm oil such as PFAD. For the development of previous research, we used Oxalic Acid catalysts, the price of Oxalic Acid relatively cheaper and easier to find than other weak acids. Various variables to be observed are, the molar ratio of methanol: PFAD (1: 4, 1: 5, 1: 6, 1: 7) and percent weight of the catalyst (1%, 2%, 3% and 4%). The lowest biodiesel conversion produced was 31% at a 1: 4 ratio with a 1% catalyst. The highest biodiesel conversion produced was 55.6% at a 1: 7 molar ratio with a 4% catalyst. The more addition catalyst, the result of biodiesel conversion also increases. Kata kunci: Biodiesel, PFAD, Oxalic Acid ABSTRAK Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap bahan bakar fosil sampai saat ini masih tetap berlanjut hal ini dapat dibuktikan terhadap meningkatnya kebutuhan tehadap minyak dan gas bumi yang sangat tinggi. Jika melihat potensi di Indonesia, berbagai sumber energi baru yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan dapat diandalkan adalah berasal dari berbagai jenis minyak nabati (minyak sawit, minyak jarak pagar, minyak kedelai, dll). Minyak nabati yang berpotensi digunakan sebagai bahan alternatif adalah minyak kelapa sawit, salah satunya PFAD. Untuk pengembangan penelitian sebelum-sebelumnya, kami menggunakan katalis Asam Oksalat, karena harga Asam Oksalat relatif lebih murah dan mudah ditemukan dibandingkan asam lemah lainnya. Berbagai variabel proses yang akan dipelajari antara lain, rasio molar metanol:pfad ( 1:4, 1:5, 1:6, 1:7) dan persentasi berat katalis (1%, 2%, 3% dan 4%). Konversi biodiesel terendah yang dihasilkan adalah 31% pada rasio 1:4 dengan katalis 1%. Konversi biodiesel tertinggi yang dihasilkan 55,6% pada rasio molar 1:7 dengan katalis 4%. Semakin besar penambahan berat katalis maka konversi biodiesel yang dihasilkan juga ikut naik. Kata kunci: Biodiesel, PFAD, Asam Oksalat PENDAHULUAN Ketergantungan terhadap bahan bakar fosil setidaknya memiliki tiga ancaman serius, yaitu : (1) menipisnya cadangan minyak bumi (bila tanpa temuan sumur baru), (2). Kenaikan/ kestabilan harga akibat laju permintaan yang lebih besar dari produksi minyak, (3). Polusi gas rumah kaca (terutama CO 2 ) akibat pembakaran bahan bakar fosil (Indartono, 2005). Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 79 tahun 2014 tentang kebijakan energi nasional yang berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya Kemandirian Energi dan Ketahanan Energi Nasional. Kemandirian dan ketahanan energi nasional dapat dicapai dengan melakukan diversifikasi energi. Diversifikasi energi adalah pemanfaatan energi alternatif, salah satunya adalah bahan bakar nabati (BBN), yang merupakan energi alternatif yang mudah diperoleh di Indonesia. Untuk memproduksi biodiesel yang kompetitif diperlukan bahan baku yang harganya murah dan pemakaiannya tidak bersaing dengan kebutuhan pokok manusia yang salah satunya adalah PFAD. Asam-asam lemak yang terkandung dalam PFAD dapat dikonversi menjadi metil ester asam lemak. Dengan potensi tersedianya PFAD sekitar 0,21 juta ton per tahun, maka bisa dihasilkan metil ester asam lemak (biodiesel) sebesar 0,189 juta ton. Nilai ini setara dengan 3,78 juta ton atau 4.195,8 juta liter biosolar pertahun (Prihandana dkk, 2006). Maka dari itu PFAD sangat berpotensi untuk dijadikan bahan baku pembuatan Bahan Bakar Nabati (BNN). Dari penelitian ini kami berharap B-123
mengetahui perbandingan pengaruh katalis asam lemah yang pernah dilakukan sebelumnya, PTSA, dengan katalis Asam Oksalat TINJAUAN PUSTAKA BIODIESEL Biodiesel atau Biosolar adalah senyawa organik yang dapat digunakan sebagai bahan bakar diesel, yang dihasilkan dari minyak nabati, lemak, hewani, atau minyak bekas (Dwiarum, 2006). Karena bahan bakunya berasal dari minyak tumbuhan atau lemak hewan, biodiesel digolongkan sebagai bahan bakar yang dapat diperbarui.. ESTERIFIKASI Esterifikasi adalah metode yang dikembangkan untuk menghasilkan mono-alkyl ester dari minyak berkandungan asam lemak bebas tinggi menggunakan katalis asam dan alkohol. Esterifikasi asam lemak lebih cepat dari pada transesterifikasi dari trigliserida karena pada esterifikasi terdapat satu tahap reaksi sedangkan transesterifikasi terdapat tiga tahap reaksi. Reaksi Esterifikasi : RCOOH + CH 3 OH RCOOCH 3 + H 2 O Asam lemak metanol Metil ester Air (Parikesit, 2015). PFAD asam-asam lemak yang terkandung dalam PFAD dapat dikonversi menjadi metil ester asam lemak. Dengan potensi tersedianya PFAD sekitar 0,21 juta ton per tahun, maka bisa dihasilkan metil ester asam lemak (biodiesel) sebesar 0,189 juta ton. Nilai ini setara dengan 3,78 juta ton atau 4.195,8 juta liter biosolar pertahun (Prihandana dkk, 2006). PFAD tidak digunakan sebagai bahan pangan karena beracun. Sehingga PFAD sangat cocok dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan BBM alternatif karena pemakaiannya tidak bersaing dengan kebutuhan pokok manusia dan harganya yang relatif murah (Parikesit, 2015). KATALIS Katalis pada proses esterifikasi dapat dibagi menjadi katalis asam homogen dan katalis asam heterogen. Katalis asam homogen memiliki kelemahan sulit memisahkan antara katalis dengan produk biodieselnya sedangkan keuntungannya konversi tinggi. Katalis asam heterogen mudah memisahkan antara katalis dan produk biodiselnya sehingga pemakaian katalis bisa diminimalkan sedangkan konversinya tidak terlalu tinggi. (Parikesit, 2015). Untuk mendapatkan konversi tinggi maka digunakan katalis homogen, peneliti menggunakan Asam oksalat sebagai katalis, Asam oksalat merupakan senyawa organik yang memiliki rumus H 2 C 2 O 4, berupa senyawa kristal yang larut dalam air, alkohol dan pelarut organik polar lainnya METODE Hal pertama yang harus dilakukan adalah memanaskan bahan baku PFAD pada suhu 70⁰ C. Karena pada suhu tersebut PFAD akan meleleh kemudian mencampurkan katalis asam homogen Asam Oksalat sesuai dengan % berat katalis pada setiap rasio molar dengan metanol. PFAD yang sudah mencair kemudian diaduk menggunakan megnetik strirer yang dijaga pada suhu 70 ⁰ C. Kemudian memanaskan campuran selama ± 1 jam. Setelah itu memisahkan biodiesel dengan pengotor menggunakan corong pemisah. Setelah mendapatkan hasil biodiesel lalu menganalisa hasil biodiesel yang didapat dari proses esterifikasi PFAD ke laboratorium untuk mengetahui kualitas biodiesel yang dihasilkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Kadar FFA Asam lemak bebas atau free fatty acid (FFA) merupakan parameter yang sangat penting untuk dianalisa, karena nilai FFA akan menjadi parameter dalam perhitungan % konversi biodiesel. B-124
Konversi Biodiesel (%) Nilai FFA pada bahan baku (PFAD) adalah 81,03%, setelah dilakukan proses esterifikasi dengan katalis asam oksalat didapatkan nilai FFA pada tabel 1. Tabel 1. Nilai FFA pada biodiesel dari PFAD dengan katalis Asam oksalat Run Rasio Molar %berat katalis Nilai FFA (%) Konversi (%) 1 1:4 1 55.80665263 31.12903 2 1:4 2 53.58484211 33.87097 3 1:4 3 52.27789474 35.48387 4 1:4 4 49.66400000 38.70968 5 1:5 1 51.36303158 36.61290 6 1:5 2 49.66400000 38.70968 7 1:5 3 47.70357895 41.12903 8 1:5 4 45.48176842 43.87097 Run Rasio Molar %berat katalis Nilai FFA (%) Konversi (%) 9 1:6 1 44.43621053 45.16129 10 1:6 2 43.25995789 46.6129 11 1:6 3 41.03814737 49.35484 12 1:6 4 39.86189474 50.80645 13 1:7 1 40.51536842 50.00000 14 1:7 2 38.55494737 52.41935 15 1:7 3 36.59452632 54.83871 16 1:7 4 35.94105263 55.64516 Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui adanya penurunan % FFA setelah dilakukan proses esterifikasi, semakin besar berat katalis Asam oksalat yang digunakan dalam setiap rasio molar pada pembuatan biodiesel menggunakan PFAD maka hasil % FFA mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan semakin banyak penambahan jumlah katalis akan meningkatkan kecepatan reaksi sehingga kemurnian biodiesel yang dihasilkan juga semakin meningkat. Akan tetapi % FFA yang dihasilkan masih lebih dari 5 %, hal ini mungkin dikarenakan jenis katalis yang digunakan merupkan asam lemah dan % berat katalis yang digunakan masih cenderung rendah. Pengaruh Rasio Molar Terhadap Konversi Biodiesel 60 50 40 30 20 10 0 1:4 1:5 1:6 1:7 Rasio molar 1% w/w 2% w/w 3% w/w 4% w/w Gambar 1 Grafik Hubungan Rasio Molar Terhadap Konversi Biodiesel B-125
Konversi biodiesel (%) Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa rasio molar berpengaruh pada konversi biodiesel yang dihasilkan. Nilai konversi yang dihasilkan semakin besar dan berbanding lurus dengan rasio molar yang digunakan. Konversi terendah yang dihasilkan adalah 31% pada rasio 1:4 dengan katalis 1% dan yang tertinggi 55,6% pada rasio molar 1:7 dengan katalis 4%. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan penelitian dan treatment lebih lanjut untuk menghasilkan konversi lebih dari 90%. Pengaruh Berat Katalis Terhadap Konversi Biodiesel 60 50 40 30 20 10 0 0 2 4 6 Berat katalis (%) rasio molar 1:4 rasio molar 1:5 rasio molar 1:6 rasio molar 1:7 Gambar 2. Grafik Pengaruh Berat Katalis Terhadap Konversi Biodiesel Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat grafik pengaruh berat katalis terhadap konversi biodiesel, semakin besar penambahan berat katalis maka konversi biodiesel yang dihasilkan juga ikut naik. Hasil konversi terbaik yang dihasilkan pada berat katalis 4% dengan rasio molar 1:7 yaitu 55,6%. Penambahan berat katalis berpengaruh terhadap konversi biodiesel, semakin besar berat katalis yang ditambahkan pada pembuatan biodiesel maka hasil konversi biodiesel yang didapatkan semakin tinggi, hal ini dikarenakan penambahan jumlah katalis sangat berpengaruh pada hasil biodiesel yang didapatkan untuk menentukan tingkat kemurnian biodiesel. Apabila jumlah katalis ditingkatkan maka jumlah molekul yang bertumbuk akan bertambah dan kecepatan reaksi juga akan meningkat. (Parikesit, 2015) Perbandingan Pengaruh Katalis PTSA dengan Asam Oksalat Gambar 4 Grafik Pengaruh Berat Katalis Terhadap Konversi Biodiesel berbahan baku PFAD dengan katalis PTSA (Parikesit, 2015) Berdasarkan grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa konversi biodiesel berbahan baku PFAD dengan katalis asam oksalat lebih rendah daripada menggunakan katalis PTSA karena tingkat reaksinya pun lebih rendah. Selain itu, crudebiodiesel dengan katalis PTSA dalam suhu ruang akan B-126
tetap menjadi cair, namun biodiesel dengan katalis asam oksalat akan memadat, sisi positif dari hal ini adalah mempermudah pendistribusian biodiesel ke daerah terpencil. KESIMPULAN Konversi biodiesel terendah yang dihasilkan adalah 31% pada rasio 1:4 dengan katalis 1%. Konversi biodiesel tertinggi yang dihasilkan 55,6% pada rasio molar 1:7 dengan katalis 4%. Semakin besar penambahan berat katalis maka konversi biodiesel yang dihasilkan juga ikut naik. DAFTAR PUSTAKA [1] Dwiarum, S.. 2006. Pengurangan Emisi Biosolar oleh Tanaman dan Pengaruhnya terhadap Tanaman. Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati. Program Studi Biologi. ITB: Bandung [2] Freedman,B., Pryde E.H. and Mounts T.L. Variables Affecting the Yields of Fatty Esters from Transesterified Vegetable Oils. J. Am. Oil Chem. Soc., 1984; 61: 1638-43. [3] Indartono, Yuli Setyo. 2005. Krisis Energi di Indonesia : Mengapa dan Harus Bagaimana. Inovasi online vol. 5/XVII/November 2005. http://io.ppi-jepang.org/ article.php?id=104 [4] Kusminingrum, Nanny. 2013. Bahan Bakar Nabati Sebagai Salah Satu Alternatif untuk Mendukung Penggunaan Bahan Bakar Ramah Lingkungan. PUSLITBANG Jalan dan Jembatan. Jl. AH Nasution 264 : Bandung [5] Parikesit, Adji Mochamad dan Vivi Dwi Utamy. 2015. Esterifikasi PFAD Menjadi Biodiesel. Teknik Kimia FTI-ITATS : Surabaya. [6] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2014. Nomor 79. Kebijakan Energi Nasional. [7] Prihandana, R., Hendroko, R., Nuraimin. 2006. Menghasilkan Biodiesel Murah, Mengatasi Polusi dan Kelangkaan BBM. Agromedia. Jakarta. B-127
Halaman ini sengaja dikosongkan B-128