My 20 th Birthday 28 Mei dua tahun yang lalu Happy Birthday! lampu ruang tamu tibatiba menyala tepat saat aku membuka pintu masuk rumahku, yang memang membuat aku bingung karena tidak seperti biasanya yang selalu terkunci rapat lengkap dengan selot dan gemboknya, kali ini pintu itu tidak dikunci sama sekali. Aku memandang keadaan di sekelilingku, kaget, senang, bingung, menyadari di rumahku tidak cuma ada Mama, Papa, dan Dimas adikku yang memang penghuni tetap di rumah, tetapi juga ada sahabat-sahabatku, Mely, Tari, dan Andhara. Bahkan Gita, Adis dan Mira yang berkuliah di luar kota juga ikut datang. Sudah lama sekali aku tidak bertemu dengan mereka karena jarak yang jauh dan kesibukan masing-masing. By the way, aku dan keenam sahabatku itu sudah dekat dan bersahabat sejak kita masih SMA dulu. Kita bisa dekat awalnya karena kita semua sekelas sewaktu di kelas satu. Karena kita merasa cocok ketika mengobrol dan bergosip, kita jadi sering berkumpul, ke kantin bersama-sama, pulang sekolah bersama, jalan-jalan, sampai dilabrak kakak kelas
juga bersama-sama. Karena itulah kita bersahabat sampai sekarang. Aku senang sekali bisa berkumpul dengan mereka semua hari ini. Ya ampun, kok semuanya ada disini? Reaksi bingungku langsung ditanggapi gelak tawa Mama, Papa, dan Dimas sambil bergiliran memberi ucapan selamat ulang tahun padaku, juga diikuti sahabat-sahabat SMA ku. Aku tersenyum senang menyambut ucapan selamat dari orang-orang terdekatku itu. Sekilas terlihat olehku perubahan di ruangan tempatku dan orang-orang terdekatku itu berkumpul. Karena kaget, aku sampai tidak sadar kalau rumahku sudah berubah sedemikian rupa. Aku mengamati sekelilingku. Ada pita berwarna-warni di hampir setiap sisi rumahku, lengkap dengan balon-balon beraneka warna, banyak makanan dan minuman di meja panjang di halaman belakang, dan yang membuat suasana semakin seru adalah musik yang mengalun dari pengeras suara di ujung ruang keluarga. Ooohhh pantas saja Dinta kemarin tibatiba disuruh menginap di rumah Oma. Dinta jadi tahu sekarang kenapa kemarin pulang dari kampus, Mama tiba-tiba telepon dan nyuruh Dinta nggak usah pulang ke rumah. Dinta kira memang Oma yang meminta Dinta menginap. Hahaha... protesku yang langsung ditanggapi pembelaan dari mama. Iya, mama kan mau menyiapkan semuanya supaya pagi-pagi sewaktu pulang dari rumah Oma,
kamu kaget dengan surprise yang sudah menunggu di hari ulang tahun kamu. Kalau ada kamu di rumah kan namanya bukan kejutan lagi. Mama juga undang teman-teman kamu biar tambah ramai. Dan untungnya kamu setuju-setuju saja menginap di rumah Oma. Jadi rencana Mama bisa berhasil. Ucapan mama langsung disambut dengan suara tawa dari sahabat-sahabatku. Ketika semua sedang asyik tertawa, bel rumahku tiba-tiba berbunyi. Ooh iya, Dinta, Mama hampir lupa, mungkin itu yang datang teman-teman kampus kamu. Mama juga mengundang mereka. Ucapan Mama menyadarkanku dan langsung membuatku berteriak karena senang dan kaget. Aaaaaahhh! Mama serius ngundang temanteman kampusku juga? Aku terburu-buru berlari keluar rumah tanpa menunggu jawaban dari Mama dan segera menyambut teman-teman kampusku yang sudah berdiri rapi di depan pagar rumahku. Sepuluh orang teman-teman satu organisasi yang kebetulan juga sering sekelas denganku sudah menunggu sambutanku. Oh iya, sejak semester dua aku memang ikut satu organisasi mahasiswa di kampus sebagai kegiatan extra kurikuler. Happy Birthdaaaay!
Teman-temanku kompak mengucapkan selamat ulangtahun untukku. Yuk, masuk semuanya. Ucapku setelah selesai bersalam-salaman. Aku mengajak temanteman kampusku itu untuk masuk dan bergabung bersama keluarga dan sahabat-sahabat SMA ku. Nah, karena semua tamu sudah datang, sekarang kita mulai acaranya ya. Dinta, kesini sayang, kamu harus tiup lilin dan potong kue ulang tahun kamu. panggil Mama. Dengan semangat 45 aku berjalan menuju ke arah Mama dan berdiri tepat di sebelahnya. Tapi ada satu hal yang membuatku bingung, sepertinya dari tadi aku tidak melihat ada kue ulang tahun. Happy birthday to you Happy birthday to you Happy birthday Happy birthday Happy birthday Dinta Aku langsung mengenali suara yang sudah sangat kurindukan itu. Mas Donniiii! GUBBRRRAAAAAKKK
Karena terlalu semangat berlari ke arah kakak laki-laki kesayanganku itu, akibatnya aku harus merasakan sakit dan lebam biru-biru di lututku karena terbentur meja. Aduuuhhh Dinta! Kaget sih kaget, tapi kenapa pakai kepentok meja segala sih? kamu tuh sudah 20 tahun sekarang, kok masih nggak berubah juga, tetap saja ceroboh! Ejek mas Doni yang langsung disambut tawa oleh semua orang yang ada di ruang tengah rumahku. Habisnya Dinta kangen banget sama mas Doni. Aku memeluk kakakku satu-satunya itu yang ternyata menyempatkan pulang ke Jakarta dari kuliahnya di Australia, khusus untuk acara ulang tahunku. Aku betul-betul kaget, dan tidak menyangka mas Doni bisa pulang ke Jakarta di hari ulang tahunku, melengkapi surprise untukku hari ini. * * *