BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Arthropoda merupakan filum terbesar dalam dunia Animalia yang mencakup serangga, laba-laba, udang,

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah Brazil dan

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Serangga merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang harus dijaga kelestariannya dari kepunahan

BAB I PENDAHULUAN. dunia, termasuk juga keanekaragaman Arthropodanya. 1. Arachnida, Insecta, Crustacea, Diplopoda, Chilopoda dan Onychophora.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki mega biodiversity

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015

BAB I PENDAHULUAN. kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki luas wilayah lebih dari 7,2 juta km 2 yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang didominasi oleh perairan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Propinsi Sumatera Utara, dan secara geografis terletak antara 98 o o 30 Bujur

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sementara Pasal 2, Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati (Convention

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal karena memiliki kekayaan yang melimpah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Anggapan ini terbentuk berdasarkan observasi para ahli akan keanekaragamannya

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar dari luas daratan, oleh karena itu dikenal sebagai negara maritim. Total

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

TINJAUAN PUSTAKA. I. Ekologi Tanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) baik di daerah tropis (15 LU - 15 LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pandangan al-qur an, mempelajari dan mengamati fenomena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. di danau dan lautan, air sungai yang bermuara di lautan akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati tersebut harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai panjang garis pantai lebih kurang 114 km yang membentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kumpulan tanaman pinus. Pinus yang memiliki klasifikasi berupa : Species : Pinus merkusii (van Steenis, et al., 1972).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber daya alam untuk keperluan sesuai kebutuhan hidupnya. 1 Dalam suatu

EKOLOGI TANAMAN. Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI (1)

BAB I PENDAHULUAN. satu keaneragaman hayati tersebut adalah keanekaragaman spesies serangga.

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada tumbuhan lain yang lebih besar dan tinggi untuk mendapatkan cahaya

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengatur keseimbangan alam. Perairan merupakan ekosistem yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya hutan dalam dasawarsa terakhir dihadapkan pada

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

Analisis Keanekaragaman..I Wayan Karmana 1

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 12. Ekosistem Dan Pencemaran LingkunganLatihan Soal 12.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan

I. PENDAHULUAN. hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem yang sangat. berguna bagi manusia (Soerianegara dan Indrawan. 2005).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dunia dan akhirat sebagai wahyu ilahi, di dalam Alqur an banyak berisi

ABSTRAK DIVERSITAS SERANGGA HUTAN TANAH GAMBUT DI PALANGKARAYA KALIMANTAN TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN. serangga yang ada di perkebunan jeruk manis semi organik dan anorganik.

BAB I PENDAHULUAN. 41 tahun 1999). Menurut Indriyanto (2006), hutan merupakan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pantai Nanganiki merupakan salah satu pantai yang terletak di Desa

BAB I PENDAHULUAN. hidup dari bidang pertanian (Warnadi & Nugraheni, 2012). Sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. mengeksplor kekayaan alam Indonesia. kehendak Allah SWT yang tidak ada henti-hentinya memberikan keindahan

I. PENDAHALUAN. dan kehutanan. Dalam bidang kehutanan, luas kawasan hutannya mencapai. (Badan Pusat Statistik Lampung, 2008).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

V. INDIKATOR-INDIKATOR EKOSISTEM HUTAN MANGROVE

SILABUS. Kewirausahaan/ Ekonomi Kreatif. Kegiatan Pembelajaran. Percaya diri Berorientasi tugas dan hasil. Mengamati. an hayati

Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya

5/4/2015. Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan daerah beriklim tropis yang terdiri dari daratan dan perairan, beberapa wilayah daratan di Indonesia ditumbuhi oleh tumbuhtumbuhan lebat yang menempati daerah yang cukup luas yang membentuk hutan. Salah satu jenis hutan yang terdapat di Indonesia yaitu hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis merupakan hutan dengan curah hujan yang tinggi dan kelembapan yang tinggi sehingga baik dijadikan sebagai rumah bagi ribuan jenis flora dan fauna, maka tidak salah apabila Indonesia disebut sebagai Mega biodiversity country. Salah satu hutan hujan tropis yang terletak di kabupaten Bandung Barat yaitu Hutan pinus Jayagiri Lembang, hutan pinus merupakan hutan homogen yang didominasi oleh satu jenis tumbuhan yaitu pinus. Tumbuhan pinus memiliki batang yang menjulang tinggi dan kanopi yang tidak begitu lebar, selain itu tumbuhan pinus memiliki ciri khas yaitu menghasilkan zat alelokimia yang disebut resin dan diduga berperan menghambat pertumbuhan tanaman herba disekitarnya. Sebagaimana dikatakan Andi, S. Y., & Surakusumah, W. (2007, hlm.1) Beberapa kajian ekologis pada daerah pertumbuhan pohon pinus menunjukkan tidak ada pertumbuhan tanaman herba, yang diduga karena serasah daun pinus yang terdapat pada tanah mengeluarkan zat alelopati yang menghambat pertumbuhan herba. Kondisi iklim di hutan pinus Jayagiri Lembang termasuk tipe B, sebagaimana Dishut (2008, hlm.1) menyatakan Berdasarkan klasifikasi dari Schmidt dan Ferguson, iklim di kawasan hutan pinus Jayagiri termasuk tipe iklim B dengan curah hujan sekitar 2.000-3.000 mm per tahun, serta temperaturnya berkisar antara 15 0 Celcius 29 0 Celcius dan kelembapan udara rata-rata 45%- 97%. Salah satu potensi biotik fauna yang dapat hidup di kawasan hutan pinus Jayagiri Lembang yaitu Arthropoda. Arthropoda merupakan filum terbesar dalam dunia hewan yang mencakup serangga, laba-laba, udang, lipan, kaki seribu dan 1

2 lainnya. Arthropoda termasuk hewan paling dominan (dari segi jumlah) diantara anggota-anggota kelompok hewan lainnya. Sebagaimana dikatakan Nurhadi & Widiana, R (2009, hlm.1) bahwa Saat ini diperkirakan terdapat 713.500 jenis Arthropoda dan dari jumlah tersebut diperkirakan 80% yang sudah dikenal. Arthropoda dapat ditemukan hampir pada semua habitat yaitu di air, di dalam tanah, permukaan tanah, pada pepohonan, pada serasah, dibawah batu, pada kayu lapuk, pada tanaman bahkan pada hewan dan manusia. Arthropoda memiliki peran penting bagi hutan pinus yaitu berperan dalam rantai makanan baik sebagai herbivor contohnya pada ulat dan belalang yang memakan daun-daunan, karnivor contohnya laba-laba yang memakan hewan kecil, maupun detritivor contohnya lipan dan kaki seribu yang menguraikan bahan organik pada serasah daun pinus di permukaan tanah. Selain itu arthropoda berperan sebagai polinator (penyerbuk) bunga contohnya serangga. Hutan pinus dan arthropoda yang ada di Jayagiri Lembang dapat memberi banyak informasi dan manfaat, namun hal ini belum dimanfaatkan oleh masyarakat, pelajar, maupun guru sebagai sarana untuk belajar. Menurut Supriadi (2015, hlm. 131) mengatakan sumber belajar yang beraneka ragam di sekitar kehidupan peserta didik, baik yang didesain maupun yang dimanfaatkan pada umumnya belum dimanfaatkan secara maksimal, penggunaannya masih terbatas pada buku teks. Pernyataan tersebut dapat menjadi landasan bahwa hutan pinus dapat dijadikan sebagai labolatorium alam yang dapat dijadikan ruang belajar yang menarik bagi siswa SMA. Hewan Arthropoda yang berada di hutan pinus Jayagiri dapat dijadikan sebagai sumber belajar yang nyata sehingga memungkinkan pelajar untuk berinteraksi secara langsung dengan objek biologi. Selain itu, data mengenai keanekaragaman dan kelimpahan Arthropoda dapat dijadikan informasi sebagai tambahan bahan ajar mengenai materi keanekaragaman hayati. Hal ini sesuai dengan kurikulum 2013, dimana dalam KD 3.2 siswa diminta menganalisis data hasil observasi tentang berbagai tingkat keanekaragaman hayati (gen, jenis, ekosistem). Serta berdasarkan hasil analisis data KD 4.2 siswa menyajikan hasil observasi keanekaragaman hayati Indonesia dan upaya pelestariannya. Sehingga berdasarkan tuntutan kurikulum ini siswa

3 diharuskan melakukan field trip. Dengan demikian penelitian yang dilakukan bisa dijadikan landasan untuk siswa melakukan studi lapangan (field trip). Potensi Arthropoda di hutan pinus Jayagiri Lembang Kabupaten Bandung Barat masih belum tergali, belum tersedianya data pada hutan ini mengenai keanekaragaman dan kelimpahan Arthropoda. Mengingat peran penting Arthropoda terhadap ekosistem hutan pinus serta pentingnya hutan pinus sebagai sumber belajar dan informasi mengenai keanekaragaman dan kelimpahan arthropoda membantu dalam mempelajari materi keanekaragaman hayati, maka perlu dilakukan penelitian mengenai studi keanekaragaman dan kelimpahan Arthropoda di hutan pinus Jayagiri Lembang Kabupaten Bandung Barat sebagai sumber belajar biologi. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirasa perlu untuk melakukan penelitian studi keanekaragaman dan kelimpahan Arthropoda di kawasan hutan pinus Jayagiri Lembang Kabupaten Bandung Barat. Dengan judul penelitian STUDI KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN ARTHROPODA DI HUTAN PINUS JAYAGIRI LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu : 1. Belum diketahui jumlah jenis Arthropoda yang ada di hutan pinus Jayagiri Lembang, Kabupaten Bandung Barat. 2. Belum diketahui bagaimana keanekaragaman Arthropoda yang ada di hutan pinus Jayagiri Lembang, Kabupaten Bandung Barat. 3. Belum diketahui bagaimana kelimpahan Arthropoda yang ada di hutan pinus Jayagiri Lembang, Kabupaten Bandung Barat. 4. Perlunya mempertahankan wilayah hutan pinus yang ada di Jayagiri Lembang, Kabupaten Bandung Barat agar bisa menjadi habitat hidup bagi Arthropoda yang ada disana.

4 5. Belum dijadikannya potensi hutan pinus di Jayagiri Lembang sebagai laboratorium alam yang dapat dijadikan ruang belajar yang menarik bagi siswa SMA. 6. Belum dimanfaatkannya potensi keanekaragaman dan kelimpahan Arthropoda di hutan pinus Jayagiri Lembang sebagai sumber belajar biologi dalam rangka mempelajari materi keanekaragaman hayati bagi siswa SMA. C. Batasan Masalah Agar permasalahan yang dibahas dalam penelitian menjadi lebih terarah dan tidak terlalu meluas, peneliti membuat beberapa batasan masalah sebagai berikut: 1. Lokasi penelitian dilakukan di hutan pinus Jayagiri Lembang Kabupaten Bandung Barat. 2. Objek yang diteliti adalah spesies dari filum Arthropoda yang dicuplik dengan metode pitfall Trap, Hand Sorting, Insect net, dan Pengapungan. 3. Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah keanekaragaman dan kelimpahan Arthropoda. 4. Faktor klimatik yang diukur meliputi suhu udara, kelembapan udara, suhu tanah, kelembapan tanah, intensitas cahaya, dan ph tanah pada kawasan hutan pinus Jayagiri Lembang Kabupaten Bandung Barat. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah yaitu Bagaimana Studi Keanekaragaman dan Kelimpahan Arthropoda di hutan pinus Jayagiri Lembang Kabupaten Bandung Barat Sebagai Sumber Belajar Biologi? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian mengenai studi keanekaragaman dan kelimpahan Arthropoda di hutan pinus Jayagiri Lembang Kabupaten Bandung Barat sebagai sumber belajar biologi antara lain:

5 1. Mengetahui jumlah spesies Arthropoda yang ada di hutan pinus Jayagiri Lembang, Kabupaten Bandung Barat. 2. Mengetahui indeks kelimpahan Arthropoda di hutan pinus Jayagiri Lembang, Kabupaten Bandung Barat. 3. Mengetahui indeks keanekaragaman Arthropoda di hutan pinus Jayagiri Lembang, Kabupaten Bandung Barat. 4. Mengetahui faktor klimatik yang memengaruhi keanekaragaman dan kelimpahan Arthropoda di hutan pinus Jayagiri Lembang, Kabupaten Bandung Barat. 5. Mengetahui bagian dari hasil penelitian yang dapat dijadikan tambahan sumber belajar bagi siswa. F. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian mengenai studi keanekaragaman dan kelimpahan Arthropoda di hutan pinus Jayagiri Lembang Kabupaten Bandung Barat sebagai sumber belajar biologi antara lain: 1. Penelitian ini diharapkan dapat mengungkap berbagai informasi mengenai keanekaragaman dan kelimpahan Arthropoda di hutan pinus Jayagiri Lembang yang masih belum terungkap yang nantinya akan menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan sebagai sumber belajar yang dapat digunakan untuk menambah wawasan dan pengetahuan. 2. Menambah potensi hutan pinus Jayagiri Lembang sebagai sumber belajar bagi masyarakat luas terutama siswa SMA yang berkunjung, selain itu juga memberi alternatif sumber belajar yang inovatif sehingga dapat memotivasi wisatawan untuk belajar sambil berwisata. 3. Sebagai salah satu alternatif kegiatan pembelajaran yang mengajak siswa untuk melakukan kegiatan belajar biologi dengan menghadap objek secara langsung di lapangan.

6 G. Definisi Operasional 1. Keanekaragaman Menurut Campbell (2014, hlm.385) menyatakan bahwa keanekaragaman spesies (species diversity) Arthropoda yaitu berbagai macam arthropoda yang berbeda jenis yang menyusun komunitas. 2. Kelimpahan Menurut (Michael, 1984) (Wibowo, 2016, hlm.16) mengatakan bahwa Kelimpahan arthropoda merupakan banyaknya individu arthropoda untuk setiap jenis, kelimpahan juga diartikan sebagai jumlah individu persatuan luas atau per satuan volume. 3. Arthropoda Menurut (Campbell, 2008, hlm. 257) mengatakan Arthropoda merupakan hewan yang memiliki ciri tubuh beruas-ruas, eksoskeleton yang keras, dan memiliki tonjolan yang berbuku. 4. Sumber Belajar Menurut Susilana (2007) (Ali dkk, 2009, hlm. 199) mengatakan Sumber belajar adalah segala sesuatu yang mendukung terjadinya proses belajar, termasuk sistem pelayanan, bahan pembelajaran, dan lingkungan. H. Sistematika Skripsi 1. Bab I Pendahuluan Bab I merupakan bagian awal dari skripsi yang berisi latar belakang dilakukannya penelitian mengenai studi keanekaragaman dan kelimpahan Arthropoda di hutan pinus Jayagiri Lembang Kabupaten Bandung Barat sebagai sumber belajar biologi. Selain itu dalam bagian ini terdapat identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan sistematika penulisan skripsi.

7 2. Bab II Kajian Teori Bab II berisi kajian teori yang berkaitan dengan penelitian ini. Teori yang terdapat dalam bagian ini untuk menunjang dalam penelitian dan pengolahan data yang didapatkan dari proses penelitian. Teori yang terdapat pada bagian ini meliputi ekosistem, keanekaragaman, kelimpahan, Arthropoda, dan sumber belajar. Selain itu terdapat hasil penelitian terdahulu yang dapat menjadi gambaran dan acuan terhadap penelitian ini. Kajian teori yang mendukung penelitian ini kemudian dikembangkan menjadi kerangka pemikiran yang menjelaskan keterkaitan antara variabel yang diteliti dengan teori-teori tersebut. Kerangka pemikiran ini menjadi gambaran umum dilakukannya penelitian tentang Studi Keanekaragaman dan Kelimpahan Arthropoda Di Hutan Pinus Jayagiri Lembang Kabupaten Bandung Barat Sebagai Sumber Belajar Biologi. 3. Bab III Metode Penelitian Bab III merupakan deskripsi tentang metode penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian ini. Dalam bab ini juga terdapat desain penelitian, subjek dan objek penelitian, pengumpulan data dan instrumen penelitian, rancangan analisis data dan prosedur penelitian. 4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini berisi tentang hasil penelitian yang didapatkan dari hasil pengolahan dan analisis data hasil cuplikan dan pembahasan dari hasil penelitian tersebut. 5. Bab V Simpulan dan Saran Bab ini berisi simpulan dari hasil penelitian yang sudah dilakukan untuk menjawab rumusan masalah dan saran penulis sebagai pemaknaan terhadap hasil analisis penelitian.