HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN DENGAN INFESTASI CACING PADA SISWA SEKOLAH DASAR DI KELURAHAN BENGKOL KECAMATAN MAPANGET KOTA MANADO

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN DENGAN INFESTASI CACING PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI 47 KOTA MANADO

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Eka Muriani Limbanadi*, Joy A.M.Rattu*, Mariska Pitoi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih

BAB I PENDAHULUAN. Helminthes (STH) merupakan masalah kesehatan di dunia. Menurut World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. ditularkan melalui tanah. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesehatan,

I. PENDAHULUAN. tropis dan subtropis. Berdasarkan data dari World Health Organization

Lampiran I. Oktaviani Ririn Lamara Jurusan Kesehatan Masyarakat ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. (cacing) ke dalam tubuh manusia. Salah satu penyakit kecacingan yang paling

ABSTRAK. Kata Kunci: Cirebon, kecacingan, Pulasaren

FREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN

HUBUNGAN ANTARA KECACINGAN DENGAN STATUS GIZI PADA SISWA KELAS 4 DAN 5 SD KATOLIK St. THERESIA MALALAYANG KOTA MANADO

Gambaran Kejadian Kecacingan Dan Higiene Perorangan Pada Anak Jalanan Di Kecamatan Mariso Kota Makassar Tahun 2014

Factors correlated with helminthiasis incidence on students of Cempaka 1 Elementary School Banjarbaru

BAB 1 PENDAHULUAN. diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract. Rizka Yunidha Anwar 1, Nuzulia Irawati 2, Machdawaty Masri 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan misi Indonesia sehat 2010 maka ditetapkan empat misi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit infeksi cacing usus terutama yang. umum di seluruh dunia. Mereka ditularkan melalui telur

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terserang berbagai penyakit. (Depkes RI, 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dan beriklim tropis, termasuk Indonesia. Hal ini. iklim, suhu, kelembaban dan hal-hal yang berhubungan langsung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

ABSTRAK. Antonius Wibowo, Pembimbing I : Meilinah Hidayat, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto Lana, dr

SUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain

ABSTRAK. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, dan Soil Transmitted Helminths. ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah untuk proses pematangan sehingga terjadi perubahan dari bentuk non-infektif

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan infeksi cacing yang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat sehingga perlu dipersiapkan kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan

Faktor risiko terjadinya kecacingan di SDN Tebing Tinggi di Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan Abstrak

PREVALENSI INFEKSI CACING USUS YANG DITULARKAN MELALUI TANAH PADA SISWA SD GMIM LAHAI ROY MALALAYANG

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kurang bersih. Infeksi yang sering berkaitan dengan lingkungan yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. satu kejadian yang masih marak terjadi hingga saat ini adalah penyakit kecacingan

PERILAKU MENCUCI TANGAN DAN KEJADIAN KECACINGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI

Kata Kunci: kebersihan kuku, kebiasaan mencuci tangan tangan, kontaminasi telur cacing pada kuku siswa

I. PENDAHULUAN. Kecacingan adalah masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

HUBUNGAN HIGIENITAS PERSONAL SISWA DENGAN KEJADIAN KECACINGAN NEMATODE USUS

1. BAB I PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA STATUS HIGIENE INDIVIDU DENGAN ANGKA KEJADIAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS DI SDN 03 PRINGAPUS, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK PERBANDINGAN PREVALENSI INFEKSI CACING TULARAN TANAH DAN PERILAKU SISWA SD DI DATARAN TINGGI DAN SISWA SD DI DATARAN RENDAH

PREVALENSI CACING USUS MELALUI PEMERIKSAAN KEROKAN KUKU PADA SISWA SDN PONDOKREJO 4 DUSUN KOMBONGAN KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

Pencegahan Kecacingan dan Peningkatan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar untuk Peningkatan Kualitas Pendidikan

I. PENDAHULUAN. dengan sekitar 4,5 juta kasus di klinik. Secara epidemiologi, infeksi tersebut

GAMBARAN KEJADIAN KECACINGAN PADA MURID SEKOLAH DASAR DI KELURAHAN TANJUNG JOHOR KECAMATAN

Pemeriksaan Kualitatif Infestasi Soil Transmitted Helminthes pada Anak SD di Daerah Pesisir Sungai Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Riau

RIAMA SANTRI SIANTURI

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA RANOWANGKO KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA TAHUN

xvii Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. nematoda yang hidup di usus dan ditularkan melalui tanah. Spesies cacing

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ** Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PERILAKU ANAK SEKOLAH DASAR NO HATOGUAN TERHADAP INFEKSI CACING PERUT DI KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2005

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN INFEKSI CACING USUS DI SD NEGERI 58 MANADO Chintya Derek*, Angela Kalesaran*, Grace Kandou*

HELMINTH INFECTION OF CHILDREN IN NGEMPLAK SENENG VILLAGE, KLATEN. Fitri Nadifah, Desto Arisandi, Nurlaili Farida Muhajir

Pada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan yang sehat telah diatur dalam undang-undang pokok kesehatan

SKRIPSI. Oleh. Yoga Wicaksana NIM

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Hubungan Infeksis Askariasis dengan Status Sosial Ekonomi pada Murid Sekolah Dasar Negeri 29 Purus

BAB I PENDAHULUAN. yang menentukan kualitas sumber daya manusia adalah asupan nutrisi pada

BAB I PENDAHULUAN.

ABSTRAK PENGARUH FAKTOR KEBIASAAN PADA SISWA SD TERHADAP PREVALENSI ASCARIASIS DI DESA CANGKUANG WETAN KABUPATEN BANDUNG

Diterima: 2 Mei 2013; Disetujui: 30 Mei Keywords: Personal protective equipment, Personal hygiene, Helminths infection

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

FAKTOR RISIKO PENYAKIT KECACINGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BELIMBING PADANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

PREVALENSI NEMATODA USUS GOLONGAN SOIL TRANSMITTED HELMINTHES (STH) PADA PETERNAK DI LINGKUNGAN GATEP KELURAHAN AMPENAN SELATAN

HUBUNGAN KECACINGAN DENGAN STATUS GIZI PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 41 AMPENAN KELURAHAN JEMPONG BARU KECAMATAN SEKARBELA TAHUN 2011

Prevalensi Soil Transmitted Helminth di 10 sekolah dasar Kecamatan Labuan Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. belum mendapatkan perhatian serius, sehingga digolongkan dalam penyakit

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI CACING ASKARIASIS LUMBRICOIDES PADA MURID SDN 201/IV DI KELURAHAN SIMPANG IV SIPIN KOTA JAMBI

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan sumber kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan,

HUBUNGAN INFEKSI CACING ASCARIS LUMBRICOIDES DENGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA SISWA PEREMPUAN SD SALSABILA KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN TAHUN 2014

PREVALENSI KECACINGAN PADA MURID SEKOLAH DASAR NEGERI DI DESA CIHANJUANG RAHAYU PARONGPONG BANDUNG BARAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

Diponegoro No.1, Pekanbaru,

Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Pengetahuan Siswa Kelas 4, 5 dan 6 dalam Upaya Pencegahan Kecacingan di SDN 2 Keteguhan Teluk Betung Barat

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi parasit pada saluran cerna dapat disebabkan oleh protozoa usus dan

HUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN KECACINGAN DI SD ATHIRAH BUKIT BARUGA MAKASSAR

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI IBU TENTANG PENCEGAHAN ASCARIASIS ( CACINGAN ) PADA BALITA DI PUSKESMAS TAHTUL YAMAN KOTA JAMBI TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA PARASITES LOAD SOIL TRANSMITTED HELMINTH DENGAN KADAR HEMOGLOBIN LAPORAN ILMIAH

Prevalensi Infeksi Soil Transmitted Helminths pada Siswa Madrasah Ibtidaiyah Ittihadiyah Kecamatan Gandus Kota Palembang

Efektifitas Dosis Tunggal Berulang Mebendazol500 mg Terhadap Trikuriasis pada Anak-Anak Sekolah Dasar Cigadung dan Cicadas, Bandung Timur

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN DENGAN INFESTASI CACING PADA SISWA SEKOLAH DASAR DI KELURAHAN BENGKOL KECAMATAN MAPANGET KOTA MANADO Nur Dini Nadila Mokoginta 1, Paul A.T. Kawatu 2, Hengky Loho 3 1) Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi 2) Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi 3) Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi ABSTRACT Worms infection is a public health problem that could infected many people in the wprld. In Indonesia worms infection is a common people disease, especially in children. It is estimated more than 60% of children in Indonesia infected worms. Personal hygiene is one of the factors that influence the occurance of intestinal worms. The objective of this research was to analyze the relation between personal hygiene (nail cleanliness, the usage of footwear, hand washing habits, and bathing habits) with worm infestations in elementary school students at Bengkol Subdistrict Mapanget District Manado City. This study was a survey analytic research with a cross sectional design. This research was conducted in SD GMIM and SD ADVENT Bengkol, from May June 2013. Population were all students from grade IV, V, an VI of SD GMIM and SD ADVENT Bengkol, consists 89 students. Samples were 80 people who determined based on inclusion and exclusion criteria. Research instruments were a questionnaire and laboratory equipments. Bivariate analysis between nail cleanliness, the usage of footwear, hand washing habits, and bathing habits with worms infestation using fisher s exact test with significant degree (α) 0,05. The results showed the percentage of tapeworm infestation was 11,25% (Ascaris lumbricoides 44,44%, Trichuris trichiura 22,22%, and Hookworm 33,33%). From the result of statistical test, we get probability value for variable of nail cleanliness, the usage of footwear, hand washing habits, and bathing habits were 1,00 (p>α), 0,434 (p>α), 0,012 (p<α), and 1,00 (p>α). Based on the results of this study concluded that there was a relation between hand washing habits and worm infestation, and there was no a relation between nail cleanliness, the usage of footwear, and bathing habits with worm infestation. Keywords: Personal Hygiene,, WormInfestations, Elementary Students. ABSTRAK Kecacingan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak menginfeksi manusia di dunia. Di Indonesia kecacingan adalah penyakit rakyat yang umum ditemukan, terutama pada anakanak. Diperkirakan lebih dari 60% anak-anak di Indonesia terinfeksi cacing. Higiene perorangan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya kecacingan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah ada hubungan antara higiene perorangan (kebersihan kuku, penggunaan alas kaki, kebiasaan cuci tangan, dan kebiasaan mandi) Dasar di Kelurahan Bengkol Jenis penelitian adalah survei analitik dengan rancangan cross-sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SD GMIM dan SD ADVENT Bengkol, pada bulan Mei-Juni 2013. Populasi adalah seluruh siswa kelas IV, V, dan VI SD GMIM dan SD ADVENT Bengkol yang berjumlah 89 orang. Sampel berjumlah 80 orang yang ditentukan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Instrument penelitian adalah kuesioner dan alat Laboratorium. Analisis bivariat antara kebersihan kuku, penggunaan alas kaki, kebiasaan cuci tangan, dan kebiasaan mandi dengan infestasi cacing menggunakan uji stastistik Fisher exact dengan derajat signifikan (α) 0,05.Hasil penelitian menunjukkan presentase infestasi cacing sebesar 11,25% (Ascaris lumbricoides 44,44%, Trichuris trichiura 22,22%, dan Hookworm 33,33%). Hasil uji stastistik didapatkan nilai probabilitas untuk variabel kebersihan kuku, penggunaan alas kaki, kebiasaan cuci tangan, dan kebiasaan mandi masing-masing sebesar 0,434 (p>α), 1,00 (p>α), 0,012 (p<α), dan 1,00 (p>α).berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan cuci tangan dengan infestasi cacing, dan tidak ada hubungan antara kebersihan kuku, penggunaan alas kaki, dan kebiasaan mandi dengan infestasi cacing. Kata Kunci: Higiene Perorangan, Infestasi Cacing, Siswa Sekolah Dasar.

PENDAHULUAN Infeksi cacing atau kecacingan adalah salah satu masalah kesehatan yang paling umum tersebar dan menjangkiti banyak manusia di seluruh dunia, karena kondisi sosial dan ekonomi di beberapa bagian dunia. Di Indonesia, kecacingan adalah penyakit rakyat umum dimana infeksinya dapat terjadi oleh beberapa jenis cacing sekaligus (Zulkoni, 2011). Cacing usus atau disebut juga dengan nematoda usus merupakan jenis cacing yang paling banyak menimbulkan infeksi. Manusia adalah hospes beberapa nematoda usus. Diantara nematoda usus terdapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah (Soil Transmitted Helmunths) (Sutanto dkk, 2008). Cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), dan cacing tambang (Necator americanus) merupakan jenis cacing yang termasuk dalam kelompok STH. Kejadian penyakit kecacingan di dunia masih tinggi yaitu 1 miliar orang terinfeksi cacing Ascaris lumbricoides, 795 juta orang terinfeksi cacing Trichuris trichiura dan 740 juta orang terinfeksi cacing tambang (Hookworm) (WHO, 2011). Beberapa survei di Indonesia terhadap jenis-jenis cacing yang sering menginfeksi manusia menunjukkan bahwa prevalensi Ascaris lumbricoides yang lebih tinggi 60% misalnya di Sumatra (70%), Kalimantan (79%), Sulawesi (88%), Nusa Tenggara Barat (92%), dan Jawa Barat (90%). Di daerah tersebut prevalensi Trichuris trichura juga tinggi yaitu untuk masing-masing daerah Sumatra (83%), Kalimantan (79%), Sulawesi (83%), Nusa Tenggara Barat (84%), dan Jawa Barat (91%). Untuk prevalensi cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale) berkisar 30-50 % di berbagai daerah di Indonesia (Sutanto dkk, 2008). Penelitian dari Dareda (2011) tentang hubungan antara higiene perorangan dengan infestasi cacing usus pada siswa SDN 119 Manado menemukan persentase kecacingan pada siswa SDN 119 Manado adalah 7,8% dengan jenis cacing yang teridentifikasi yaitu cacing Ascaris lumbricoides (5,2%) dan Trichuris trichiura (2,6%). Selanjutnya penelitian dari Kundaian (2011) tentang hubungan antara sanitasi lingkungan dengan infestasi cacing pada murid Sekolah Dasar di Desa Teling Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa menemukan dari 90 orang siswa, 11 orang (12,2%) diantaranya dinyatakan positif terinfestasi cacing, sedangkan 79 orang (87,8%) lainnya dinyatakan negatif. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Manado pada tahun 2012 terdapat 102 kasus kecacingan, dimana 59 kasus pada anak 1-4 tahun, 34 kasus pada anak 5-9 tahun, 6 kasus pada anak 10-14 tahun, dan 3 kasus pada usia 20-24 tahun. Kasus terbanyak ditemukan adalah di wilayah kerja Puskesmas Bengkol dengan jumlah 32 kasus. Anak usia sekolah dasar merupakan usia dimana anak masih sering kontak dengan tanah karena itu anak-anak pada usia ini sangat rentan terinfeksi cacing. Diperkirakan lebih dari 60% anak-anak di Indonesia menderita kecacingan (Zulkoni, 2011). Kecacingan pada anak-anak dapat menimbulkan kerugian zat gizi berupa kalori dan protein serta kehilangan darah. Selain dapat menghambat perkembangan fisik, kecerdasan dan produktifitas kerja, dapat menurunkan ketahanan tubuh sehingga mudah terkena penyakit lainnya (Depkes RI, 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kecacingan adalah rendahnya tingkat kebersihan pribadi (perilaku hidup bersih & sehat) seperti kebiasaan cuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar (BAB), kebersihan kuku, perilaku makan makanan di sembarang tempat yang kebersihannya tidak dapat dikontrol, perilaku BAB tidak jamban yang menyebabkan pencemaran tanah dan lingkungan oleh tinja yang mengandung telur cacing, serta ketersediaan sumber air bersih (Winita dkk, 2012). Kelurahan Bengkol adalah salah satu kelurahan yang terletak di daerah pinggiran kota dan beriklim panas. Hasil observasi awal menunjukkan bahwa kebanyakan siswa sekolah dasar masih kurang mengetahui tentang higiene perorangan, seperti tidak menggunakan alas kaki (sepatu) pada saat bermain di halaman sekolah dan tidak mencuci tangan sebelum makan maupun setelah bermain di tanah. Berdasarkan data di atas penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang hubungan antara higiene perorangan dengan infestasi cacing pada siswa Sekolah Dasar di Kelurahan Bengkol Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara higiene perorangan (kebersihan kuku, penggunaan alas kaki, kebiasaan cuci tangan, dan kebiasaan mandi) dengan infestasi cacing pada siswa METODE PENELITAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah survei analitik dengan rancangan penelitian cross sectional (studi potong lintang). Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD GMIM dan SD ADVENT di Kelurahan Bengkol Kecamatan Mapanget Kota Manado, pada bulan April Juni 2013. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV, V, dan VI SD GMIM yang berjumlah 44 siswa dan seluruh siswa kelas IV, V, dan VI SD ADVENT yang berjumlah 45 siswa di Kelurahan Bengkol Kecamatan Mapanget Kota Manado dengan total sebanyak 89 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV, V, dan VI SD GMIM dan SD ADVENT yang berjumlah 80menurut kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut: Kriteria Inklusi: 1.Siswa kelas IV, V, dan VI SD GMIM dan SD ADVENT di Kelurahan Bengkol 2.Dapat berkomunikasi dengan baik. 3.Siswa yang bersedia menjadi responden. 4.Siswa yang hadir pada saat penelitian. 5.Mendapatkan izin dari orang tua. Kriteria Eksklusi: 1.Siswa yang minum obat cacing dalam waktu 6 bulan terakhir. 2.Tidak bersedia menjadi responden.. Variabel Penelitian Variabel bebas dalam penelitian ini adalah higiene perorangan (kebersihan kuku, penggunaan alas kaki, kebiasaan mencuci tangan, dan kebiasaan mandi.variabel terikat dalam penelitian ini adalah infestasi cacing. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan yaitu Kuisioner dan alat dan & bahan Laboratorium Parasitologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Samratulangi Manado Teknik Pengumpulan Data Wawancara yaitu peneliti melakukan wawancara (interview) dengan responden sesuai dengan daftar pertanyaan tertulis mendapatkan data tentanghigiene perorangan dan Pemeriksaan Laboratorium yaitu data tentang infestasi cacing diperoleh dari hasil pemeriksaan feses responden di Laboratorium Parasitologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 20. data yang telah diolah selanjutnya di analisis dengan menggunakan uji Fisher s Exact Test untuk mengetahui hubungan antara higiene perorangan dengan infestasi cacing. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisi Univariat 1.Prevalensi Infestasi Cacing pada Siswa Sekolah Dasar Prevalensi infestasi cacing pada siswa Kecamatan Mapanget Kota Manado dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Prevalensi Infestasi Cacing pada Siswa Mapanget Kota Manado Infestasi Cacing n % Positif 9 11,25 Negatif 71 88,75 Total 80 100 Berdasarkan tabel 1, jumlah siswa yang positif infestasi cacing adalah 9 orang (11,25%), sedangkan jumlah siswa yang negatif infestasi cacing adalah 71 orang (88,75%). 2. Prevalensi Infestasi Cacing Berdasarkan Jenis Cacing pada Siswa Sekolah Dasar Prevalensi infestasi cacing berdasarkan jenis cacing pada siswa Sekolah Dasar di Kelurahan Bengkol Kecamatan Mapanget Kota Manado dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2. Prevalensi Infestasi Cacing Berdasarkan Jenis Cacing pada Siswa Kecamatan Mapanget Kota Manado Tabel2.Prevalensi InfestasiCacing Berdasarkan Jenis Cacing pada SiswaSekolah Dasar Jenis Cacing Frekuensi % Ascaris lumbricoides Trichuris trichiura 4 44,44 2 22,22 Hookworm 3 33,33 Total 9 100 Berdasarkan tabel 5, prevalensi infestasi cacing pada siswa Sekolah Dasar di Kelurahan Bengkol Kecamatan Mapanget Kota Manado adalah Ascaris lumbricoides 4 orang (44,44%), Trichuris trichiura 2 orang (22,22%), dan Hookworm 3 orang (33,33%). Analisis Bivariat Hubungan antara higiene perorangan (kebersihan kuku, penggunaan alas kaki, kebiasaan cuci tangan, dan kebiasaan mandi) Mapanget Kota Manado dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.Hubungan antara higiene perorangan (kebersihan kuku, penggunaan alas kaki, kebiasaan cuci tangan, dan kebiasaan mandi) Dasar Hubungan antara Kebersihan Kuku Higiene perorangan Kebersihan Kuku Positif Cacingan Negatif Total n % n % n % Baik 8 10 49 61,2 57 71,25 Tidak Baik 1 1,25 22 27,5 23 28,75 Penggunaan Alas Kaki Baik 7 8,7 55 68,7 62 78,75 Tidakbaik 2 2,5 16 20 18 21,25 Kebiasaan Cuci Tangan Baik 2 2,5 48 60 50 62,5 dengan Infestasi Cacing Hubungan antara kebersihan kuku dengan Mapanget Kota Manado menunjukkan nilai p = 0,434 (p > 0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara kebersihan kuku dengan Mapanget Kota Manado. Dari 23 siswa yang mempunyai kebersihan kuku tidak baik, terdapat 1 orang (1,25%) positif infestasi cacing. Meskipun kebersihan kuku tidak mempunyai hubungan dengan infestasi cacing pada siswa Sekolah Dasar di Kelurahan Bengkol Kecamatan Mapanget Kota Manado, namun kebersihan kuku harus tetap dijaga. Anak pada usia sekolah P 1,00 0,434 Tidak baik 7 8,7 23 28,7 30 37,5 0,012 Kebiasaan mandi Baik 9 11,25 65 81,2 74 92,5 1,00 Tidak baik 0 0 6 7,5 6 7,5

dasar mempunyai kebiasaan bermain di tanah dan tidak mencuci tangan pakai air dan sabun sebelum makan, setelah kontak dengan tanah, dan setelah buang air besar sehingga menyebabkan banyak mikroorganisme seperti telur cacing melekat di tangan dan kuku. Hubungan antara Penggunaan Alas Kaki dengan Infestasi Cacing Hubungan antara penggunaan alas kaki Mapanget Kota Manado menunjukkan nilai p = 1,00 (p > 0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara penggunaan alas kaki Mapanget Kota Manado. Dari 18 siswa yang tidak baik dalam penggunaan alas kaki, terdapat 2 orang (2,5%) positif infestasi cacing. Meskipun tidak ada hubungan yang bermakna antara penggunaan alas kaki Mapanget Kota Manado, namun dalam melakukan aktivitas di luar rumah dan pada saat bermain di sekolah anak-anak harus menggunakan alas kaki (sepatu/sandal) untuk mengurangi resiko infeksi kecacingan.tanah halaman yang ada di sekeliling rumah merupakan tempat bermain paling disukai bagi anak. Manakala pada tanah halaman tersebut mengandung larva infektif cacing tambang, peluang anak untuk terinfeksi cacing tambang akan semakin besar (Sumanto, 2010). Hubungan antara Kebiasaan Cuci Tangan dengan Infestasi Cacing Hubungan antara kebiasaan cuci tangan dengan infestasi cacing menunjukkan nilai p = 0,012 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan antara kebiasaan cuci tangan Mapanget Kota Manado. Dari 30 siswa yang mempunyai kebiasaan cuci tangan tidak baik terdapat 7 orang (8,75%) positif infestasi cacing. Hubungan ini disebabkan karena kebiasaan cuci tangan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap infeksi kecacingan (Dly, 2008). Anak-anak paling sering terserang penyakit cacingan karena biasanya jari-jari tangan mereka dimasukkan ke dalam mulut, atau makan nasi tanpa cuci tangan, namun demikian sesekali orang dewasa juga perutnya terdapat cacing.cacing yang paling sering ditemui ialah cacing gelang, cacing tambang, cacing benang, cacing pita, dan cacing kremi (Oswari, 1991 dalam Dareda, 2011). Hubungan antara Kebiasaan Mandi dengan Infestasi Cacing Hubungan antara kebiasaan mandi dengan Mapanget Kota Manado menunjukkan nilai p = 1,00 (p > 0,05) yang artinya tidak ada hubungan antara kebiasaan mandi dengan Mapanget Kota Manado. Dari 6 siswa yang mempunyai kebiasaan mandi tidak baik, tidak terdapat siswa yang positif infestasi cacing. Meskipun tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan mandi dengan Mapanget Kota Manado, namun sebaiknya para siswa tetap menjaga dan meningkatkan kebiasaan mandi yang baik dalam mencegah terjadinya infestasi cacing.mandi minimal 2x sehari adalah salah satu bentuk upaya menjaga kebersihan perorangan pada anak sekolah dasar.

PENUTUP Kesimpulan 1. Tidak ada hubungan antara kebersihan kuku dengan infestasi cacing pada pada siswa 2. Tidak ada hubungan antara penggunaan alas kaki dengan infestasi cacing pada siswa 3. Ada hubungan antara kebiasaan cuci tangan dengan infestasi cacing pada siswa 4. Tidak ada hubungan antara kebiasaan mandi dengan infestasi cacing pada siswa DAFTAR PUSTAKA Dareda, K. 2011. Hubungan Antara Higiene Perorangan Dengan Infestasi Cacing Usus Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri 119 Manado.Artikel ilmiah. Manado: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Depkes RI. 2006. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 424/MENKES/SK/VI/2006 tentang Pedoman Pengendalian Cacingan. (Online).http;//www.hukor.Depkes.go. id/up_prod_kepmenkes/kmk%20no. %20424%20ttg%20Pedoman%20Peng endalian%20cacingan.pdf, diakses pada tangal 28 Februari 2013. Kabupaten Minahasa.Artikel ilmiah. Manado: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Sumanto, D. 2010. Faktor Resiko Infeksi Cacing Tambang Pada Anak Sekolah.Tesis. Semarang: Program Studi Magister Epidemiologi Universitas Diponegoro. Sutanto, I, Ismid, S, Sjarifuddin, P, Sungkar, S (editor). 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran (edisi ke-4 cetakan ke-1). Jakarta: FKUI. Winita, R, Mulyanti, Astuti, H. 2012. Upaya Pemberantasan Kecacingan di Sekolah Dasar. Makara, Kesehatan, Vol. 16 No. 2 Desember 2012: 65-71 (online). Diakses pada tanggal 13 Mei 2013. World Health Organization (WHO). 2011. Helminthiasis (online). http://www.who.int/topics/helminthiasi s/en, diakses pada tanggal 28 Februari 2013. Zulkoni, H, A. 2011. Parasitologi untuk Keperawatan, Kesehatan Masyarakat, dan Teknik Lingkungan. Yogyakarta: Nuha Medika. Dinas Kesehatan Kota Manado.2012. Laporan Bulanan Data Kesakitan (LB1). Manado. diakses pada tanggal 28 Februari 2013. Kundaian, F. 2011. Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan dengan Infestasi Cacing pada Murid Sekolah Dasar di Desa Teling Kecamatan Tombariri