PEDOMAN PENGELOLAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DAERAH PENYANGGA



dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN KRITERIA DAN INDIKATOR PEMBERDAYAAN MAYARAKAT DI SEKITAR KAWASAN KONSERVASI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 16/Menhut-II/2011 TENTANG

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN,

TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

PEDOMAN MONITORING DAN EVALUASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI SEKITAR KAWASAN KONSERVASI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.29/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENDAMPINGAN KEGIATAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENYULUHAN KEHUTANAN

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.44/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN UNIT PERCONTOHAN PENYULUHAN KEHUTANAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN B O G O R

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman.

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR 677/KPTS-II/1998 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 677/Kpts-II/1998 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN,

Materi Teknis RTRW Kabupaten Pidie Jaya Bab VIII

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

BAB III Tahapan Pendampingan KTH

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.13/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN PERIKANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya yang kita miliki terkait dengan kepentingan masyarakat

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG

III KERANGKA PEMIKIRAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.78/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN KEHUTANAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 92 TAHUN 2013 TENTANG

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN,

MEMBANGUN MODEL DESA KONSERVASI SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENYELAMATAN KAWASAN KONSERVASI. Oleh : Kusumoantono Widyaiswara Madya BDK Bogor ABSTRACT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER. 13/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.38/Menhut-II/2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 28/Menhut-II/2006

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

2 Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lem

BAGIAN KESATU PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

Sejalan dengan sifat peran serta masyarakat di atas, pada intinya terdapat 6 (enam) manfaat lain terhadap adanya peran serta masyarakat tersebut, anta

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.78/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN KEHUTANAN

PEMBAHASAN UMUM Visi, Misi, dan Strategi Pengelolaan PBK

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 1

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN

Transkripsi:

PEDOMAN PENGELOLAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DAERAH PENYANGGA Oleh : Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam Direktorat Jenderal PHKA Departemen Kehutanan DIPA BA-29 TAHUN 2008 SATKER Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam Direktorat Jenderal PHKA

KATA PENGANTAR Buku Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga ini disusun sebagai bahan yang dapat dipedomani bagi pelaksana dilapangan terkait dengan kegiatan pengelolaan pemberdayaan masyarakat, yang dalam pelaksanaannya mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku. Secara umum pedoman ini membahas pengelolaan pemberdayaan masyarakat di daerah penyangga kawasan konservasi, mulai dari proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, sampai kepada kegiatan monitoring dan evaluasi dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Dengan telah tersusunnya buku pedoman ini, tim penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya dalam pelaksanaan maupun penyelesaian pedoman ini. Semoga bermanfaat. Direktur DR. Hilman Nugroho NIP. 710005945 i

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 2 1.2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran... 5 1.3. Ruang Lingkup... 6 1.4. Batasan dan Pengertian... 6 II. KEBIJAKAN PENGELOLAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT... 12 III. PERENCANAAN PENGELOLAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT... 18 3.1. Visi dan Misi... 19 3.1.1. Visi... 19 3.1.2. Misi... 19 3.2. Kedudukan dan Fungsi Perencanaan... 19 3.3. Proses/Tahapan Dalam Perencanaan Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat... 20 IV. PENGORGANISASIAN PENGELOLAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT... 25 4.1. Pihak-Pihak yang Berkepentingan... 26 ii

4.2. Wilayah Kerja Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat... 31 4.3. Proses/Tahapan Dalam Pengorganisasian Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat... 31 4.4. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat... 32 V. PELAKSANAAN PENGELOLAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT... 36 VI. MONITORING DAN EVALUASI PENGELOLAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT... 42 VII. PENUTUP... 45 LAMPIRAN... 47 iii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka/Alur Pikir Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Dalam dan Sekitar Kawasan Konservasi Gambar 2. Proses berulang (iterative process) perencanaan pengelolaan pemberdayaan masyarakat di daerah penyangga. iv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Beberapa Peraturan Peundang-undangan yang menjadi dasar dalam pengelolaan pemberdayaan masyarakat di daerah penyangga Lampiran 2. Gambaran Umum PRA (Participatory Rural Appraisal) dalam pemberdayaan masyarakat Lampiran 3. Jenis kegiatan yang dapat dikembangkan dalam rangka pemberdayaan masyarakat v

BAB I PENDAHULUAN 1

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan konservasi yang memiliki beragam jenis flora dan fauna serta segala keunikannya merupakan salah satu kekayaan alam yang dapat dijadikan andalan dalam menjamin kelangsungan hidup manusia baik di masa sekarang maupun dimasa yang akan datang. Selain itu masyarakat lokal dan masyarakat adat yang berada di dalam dan sekitar kawasan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kawasan konservasi. Berdasarkan fakta yang terjadi di hampir semua kawasan konservasi, bahwa ancaman dan gangguan terhadap konservasi yang berupa perambahan maupun perladangan liar terus meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain, baik dari sisi Pengelola kawasan konservasi yang masih belum optimal dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan tersebut, maupun dari sisi maysarakat sendiri yang tingkat kesadaran akan nilai-nilai konservasi masih sangat rendah. Sehingga ketergantungan masyarakat di sekitar kawasan konservasi sangat tinggi. Disisi lain yang menjadi pemicu ancaman dan gangguan terhadap kawasan konservasi adalah rendahnya tingkat pendidikan/pengetahuan, keterbatasan 2

lahan pertanian serta terisolirnya desa-desa disekitar kawasan konservasi. Salah satu solusi untuk menekan ancaman dan gangguan tersebut adalah melalui pemberdayaan masyarakat disekitar kawasan konservasi. Ini merupakan langkah tepat untuk menanggulangi masalah tersebut, karena pemberdayaan masyarakat bertujuan antara lain untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memberikan akses bagi masyarakat lokal dan adat dalam pemanfaatan potensi kawasan sesuai dengan prinsip-prinsip kelestarian. Oleh karena itu, pengelola kawasan konservasi selaku fasilitator juga dituntut untuk mengelola pemberdayaan masyarakat secara profesional sehingga masyarakat sebagai pelaku, yang memiliki potensi dan daya untuk dikembangkan, dapat dimotivasi untuk melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat sesuai dengan rencana dan program yang telah ditetapkan. Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya membangun masyarakat kearah kemandirian, sehingga dapat diartikan sebagai upaya guna memperbaiki mutu hidup/kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Pemberdayaan Masyarakat yang dilaksanakan secara beriringan oleh Pemerintah bersama masyarakat atau dilakukan masyarakat dengan fasilitasi pemerintah akan memotivasi peranserta masyarakat secara aktif dan dinamis. Dengan demikian, peran serta masyarakat dalam keseluruhan proses pembangunan merupakan syarat mutlak yang harus diperhatikan oleh semua 3

penentu kebijakan dan penyelenggara pembangunan di segala bidang, termasuk bidang kehutanan, dan pada akhirnya melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat diharapkan masyarakat ikut merasa bertanggung jawab terhadap kelestarian dan keberadaan kawasan konservasi sebagai sumber kehidupan mereka, baik secara langsung maupun tidak langsung. Landasan hukum yang mengatur tentang peranserta masyarakat di bidang Kehutanan, adalah sebagai berikut : 1). Undang-undang No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Bab I pasal 4 dan Bab IX pasal 37); 2). Undang-undang No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan (Bab X pasal 70). Pasal 4 Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 menyatakan bahwa konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya merupakan kewajiban dan tanggung jawab pemerintah serta masyarakat. Selanjutnya dipertegas dengan pasal 37 yang menjelaskan bahwa pemerintah berkewajiban untuk mendorong peranserta masyarakat melalui pendidikan dan penyuluhan. Dalam Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 pasal 2, lebih lanjut dijelaskan bahwa penyelenggaraan kehutanan berazaskan manfaat dan lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan, keterbukaan, dan keterpaduan. Lestari yang dimaksud dalam undang-undang ini adalah adanya keseimbangan antara fungsi ekologi, fungsi sosial budaya dan fungsi ekonomi. 4

Berdasarkan Surat Keputusan Menhut Nomor 456/Menhut-II/2004, bahwa 5 (lima) kebijakan prioritas bidang kehutanan, salah satu diantaranya adalah pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan, maka wilayah pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan hutan konservasi (baik wilayah daratan maupun yang berupa laut/perairan), meliputi : 1. Desa di sekitar kawasan hutan konservasi/di daerah penyangga. 2. Desa enclave di dalam kawasan hutan konservasi. 3. Desa adat (yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah). Peranserta masyarakat dapat tumbuh dan berkembang apabila mendapat arahan dan dukungan dari Pengelola kawasan konservasi, serta para pihak terkait. Sebagai langkah lebih lanjut demi membangun kesadaran bersama (penyamaan persepsi) antara masyarakat dan Pengelola kawasan konservasi, serta stakeholders terkait lainnya tentang arti penting pemberdayaan masyarakat di daerah penyangga kawasan konservasi, maka disusun Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah penyangga. 1.2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran 1.1.1. Maksud Sebagai acuan/pedoman UPT Direktorat Jenderal PHKA/Pengelola kawasan konservasi dalam pengelolaan kegiatan 5

Pemberdayaan masyarakat di daerah Penyangga. 2.1.2. Tujuan Tercapainya pengelolaan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang efektif dan efisien, serta terwujudnya fungsi dan manfaat kawasan konservasi bagi masyarakat. 3.1.3. Sasaran 1). Terbangunnya kesadaran dan partisipasi masyarakat terhadap kelestarian fungsi dan manfaat kawasan konservasi. 2). Terlaksananya pengelolaan pemberdayaan masyarakat di daerah penyangga oleh UPT Ditjen PHKA secara berhasil guna dan berdaya guna, berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. 3). Meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang berada di daerah penyangga kawasan konservasi. 1.3. Ruang Lingkup Ruang lingkup pengelolaan pemberdayaan masyarakat di daerah penyangga secara umum meliputi 4 (empat) unsur manajemen, meliputi : kegiatan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan/implementasi (actuating), serta monitoring dan evaluasi (controlling). 6

1.4. Batasan dan Pengertian 1). Daerah Penyangga, adalah wilayah yang berada di luar kawasan konservasi, baik sebagai kawasan hutan, tanah negara maupun tanah yang dibebani hak, yang diperlukan dan mampu menjaga keutuhan kawasan konservasi, maupun melindungi kepentingan masyarakat. 2). Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mangatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul, adat istiadat setempat yang diakui dalam sistim pemerintahan nasional dan berada didaerah kabupaten. 3). Desa di dalam hutan, adalah desa enclave, desa/desa adat yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku. 4). Desa di sekitar hutan, adalah desa/desa adat yang berada di sekitar kawasan konservasi/daerah penyangga. 5). Desa Enclave, adalah desa yang letaknya didalam kawasan konservasi yang dihuni oleh masyarakat, dan telah ditetapkan sebagai desa enclave. 6). Fasilitasi, adalah upaya yang dilakukan oleh instansi kehutanan pusat dan daerah, instansi terkait, swasta dan organisasi non pemerintah yang dilaksanakan sesuai dengan kewenangannya, antara lain melalui 7

pengakuan status legalitas, penguatan kelembagaan, bimbingan produksi, bimbingan teknologi, pendidikan dan latihan, akses terhadap pasar, serta pemberian hak dalam bentuk ijin pemanfaatan hutan. 7). Hutan konservasi, adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. 8). Kawasan konservasi, adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keaneka ragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Sedangkan yang dimaksud kawasan konservasi disini adalah kawasan konservasi yang telah ditunjuk oleh pemerintah mencakup wilayah perairan/laut. 9). Keberlanjutan, dalam arti kegiatan pemberdayaan masyarakat bukan merupakan kegiatan sesaat, melainkan merupakan program yang berkelanjutan sampai terwujudnya visi pemberdayaan masyarakat tercapai dan dapat dilestarikan. 10). Kemandirian, artinya memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengembangkan kreatifitas dan memanfaatkan keswadayaannya, sehingga tidak menciptakan ketergantungan kepada pemerintah maupun pihak luar yang lain, namun tetap menjaga kelestarian kawasan konservasi. 11). Kemitraan, artinya kegiatan pemberdayaan masyarakat harus melibatkan dan 8

mengembangkan kemitraan dengan semua stakeholder (birokrasi, pelaku bisnis, pakar, dll) atas dasar prinsip: saling ketergantungan, saling membutuhkan, saling menguntungkan, saling memperkuat dan saling melindungi dalam kedudukan yang setara. 12). Masyarakat di dalam dan sekitar hutan, adalah penduduk yang bermukim didalam dan sekitar hutan yang memiliki kesatuan komunitas sosial dengan mata pencaharian yang bergantung pada hutan dan dapat berpengaruh terhadap kelestarian hutan. 13). Model Desa Konservasi, adalah desa yang dijadikan model dalam upaya pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan konservasi, dengan memperhatikan aspek konservasi, sosial, ekonomi, dan budaya. 14). Participatory Rural Appraisal (PRA), adalah model pendekatan yang digunakan untuk mendapatkan data potensi desa, kehidupan dan kondisi masyarakat agar mereka dapat membuat rencana dan tindakan. 15). Partisipatif, artinya dalam keseluruhan tahapan proses pembangunan kehutanan (pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dan pemanfaatan hasil pembangunan) memberikan kesempatan dan kedudukan yang setara dan dilaksanakan bersama masyarakat setempat. 16). Pedoman Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Di Daerah Penyangga, merupakan 9

acuan/pedoman dalam kegiatan pengelolaan pemberdayaan masyarakat dari mulai kegiatan perencanaan, pengotganisasian, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi pengelolaan pemberdayaan masyarakat tersebut. (delete) 17). Pemberdayaan masyarakat, adalah segala upaya yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat, dengan atau tanpa dukungan pihak luar, agar mampu terus mengembangkan daya atau potensi yang dimiliki, demi perbaikan mutu-hidupnya, secara mandiri dan berkelanjutan. (disesuaikan dengan Master Plan, rencana makro) 18). Pemberdayaan masyarakat di daerah penyangga kawasan konservasi, adalah segala upaya yang bertujuan untuk terus meningkatkan keberdayaan masyarakat di daerah penyangga sekitar kawasan konservasi, untuk memperbaiki kesejahteraannya dan meningkatkan partisipasi mereka dalam segala kegiatan konservasi sumberdaya hayati dan ekosistemnya, secara berkelanjutan. 19). Pengembangan jejaring, adalah upaya untuk mengembangkan dan menjamin keberlanjutan aktivitas kelompok yang dibentuk melalui kerjasama usaha yang melibatkan kelompok dengan kelompok lain, lembaga keuangan maupun perusahaan untuk mengembangkan usaha yang produktif. 10

20). Pengembangan kapasitas, adalah upaya agar kelompok sasaran dapat meningkat pengetahuan, sikap, ketrampilan, wawasan, pengelola usaha, kemandirian, dan percaya diri melalui pelatihan, temu wicara, karya wisata, studi lapangan/banding, pertemuan informal yang dilakukan di kalangan masyarakat sendiri. 21). Perencanaan, adalah suatu proses kegiatan penentuan tindakan/langkah-langkah yang akan dilakukan secara terkoordinasi dan terarah dalam rangka mencapai tujuan pengelolaan pemberdayaan masyarakat dalam waktu tertentu dengan mempertimbangkan potensi, peluang, dan kendala yang timbul. 22). Tenaga Pendamping, adalah tenaga profesional dari berbagai disiplin ilmu yaitu kehutanan dan disiplin lainnya yang sehari-hari mengembangkan sumberdaya hutan dan masyarakat setempat sehingga kelembagaan masyarakat dalam pemanfaatan hutan secara lestari dapat berkembang; 23). PAM Swakarsa, adalah pengamanan kawasan konservasi dengan melibatkan masyarakat setempat dan pihak lain yang terkait. 24). Peran masyarakat, adalah Cara melakukan interaksi antar kelompok yang selama ini diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan yang akan membicarakan apa yang akan dan ingin mereka/masyarakat lakukan. 11

25). RRA, adalah salah satu model pendekatan yang digunakan untuk mendapatkan data potensi desa. 26). Pengembangan Jejaring Kerja, adalah upaya untuk mengembangkan dan menjamin keberlanjutan aktivitas kelompok yang dibentuk melalui kerjasama usaha yang melibatkan kelompok dengan kelompok lain, lembaga keuangan maupun perusahaan untuk mengembangkan usaha yang produktif. 27). Strategi, adalah perencanaan umum untuk dilaksanakan sesuai tujuan yang telah ditetapkan. 12

BAB II KEBIJAKAN PENGELOLAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT II. KEBIJAKAN PENGELOLAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 13

Perumusan program dan kegiatan dalam pengelolaan pemberdayaan masyarakat di daerah penyangga selain harus mengarah pada pencapaian tujuan dan sasaran, perlu pula disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi, serta memperhatikan kondisi, potensi, dan karakteristik pada masingmasing kawasan. Uraian kerangka/alur pikir pengelolaan pemberdayaan masyarakat disajikan secara diagramatis sebagai berikut :...Ada di file excel...(alur Pikir Pengelolaan PM) 14

Prinsip yang digunakan sebagai kebijakan dasar dalam pemberdayaan masyarakat sesuai dengan Permenhut No. P. 01/Menhut-II/2004, pasal 5 yaitu : 1). Penciptaan suasana iklim yang memungkinkan berkembangnya potensi masyarakat, 2). Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat, 3). Melindungi masyarakat melalui keberpihakan kepada masyarakat untuk mencegah persaingan yang tidak sehat. Dalam pengelolaan pemberdayaan masyarakat di daerah penyangga yang dilakukan perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : 1). Prinsip Pendekatan Kelompok, Apapun kegiatan yang dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat harus dilakukan melalui pendekatan kelompok, sehingga menumbuhkan kelompok-kelompok yang terus bergerak dinamis untuk melanjutkan dan mengembangkan kegiatan-kegiatan yang ditumbuhkan dari, oleh dan untuk kepentingan warga masyarakat desa di dalam dan sekitar kawasan konservasi, bukan untuk kepentingan yang lain. 2). Prinsip Keserasian, Setiap kelompok pemberdayaan masyarakat haruslah terdiri dari warga masyarakat desa di dalam dan sekitar kawasan konservasi yang saling mengenal, saling percaya dan mempunyai kepentingan yang sama, sehingga 14

akan tumbuh kerjasama yang kompak dan serasi. 3). Prinsip Kepemimpinan dari mereka sendiri, Memberi kesempatan seluas-luasnya kepada seluruh warga masyarakat desa di dalam dan sekitar kawasan konservasi untuk mengembangkan kepemimpinan dari kalangan mereka sendiri. 4). Prinsip Pendekatan Kemitraan, Memperlakukan warga masyarakat desa di dalam dan sekitar kawasan konservasi sebagai mitra kerja pembangunan kehutanan, yang berperan serta secara aktif dalam pengambilan keputusan. Ikut sertanya mereka dalam proses pengambilan keputusan, akan menjadikan mereka sebagai mitra kerja yang aktif dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan hutan yang lestari. 5). Prinsip Swadaya, Semua kegiatan yang dilakukan berupa bimbingan, dukungan dan kemudahan haruslah mampu menumbuhkan keswadayaan dan kemandirian. 6). Prinsip Belajar sambil Bekerja (Partisipatif), Dirancang dan dilaksanakan sebagai proses pembelajaran yang partisipatif, yang dilakukan sendiri oleh warga masyarakat desa di dalam dan sekitar kawasan konservasi, agar mereka mengalami dan menemukan sendiri masalahmasalah serta alternatif pemecahannya. 7). Prinsip Pendekatan Keluarga, 15

Tidak hanya diperuntukkan bagi kaum laki-laki dewasa (bapak-bapak) saja, tetapi juga para ibu dan anak-anaknya, sehingga seluruh anggota keluarga warga masyarakat desa di dalam dan sekitar kawasan konservasi memperoleh pemberdayaan sesuai dengan masalah dan kebutuhan masing-masing. Pengelolaan pemberdayaan masyarakat perlu memperhatikan beberapa strategi sebagai berikut : 1). Pengelolaan usaha diprioritaskan berbasis sumber daya hutan yang efisien dalam arti mampu menghasilkan keuntungan untuk kemakmuran masyarakat, yang tinggal di dalam dan sekitar kawasan konservasi. 2). Pemanfaatan, konservasi, dan rehabilitasi sumber daya hutan demi menjaga kelestarian sumber daya hutan dan lingkungan hidup. 3). Pelestarian nilai-nilai sosial budaya dan kearifan tradisional kaitannya dengan pemanfaatan dan pelestarian sumber daya hutan. 4). Memberikan akses kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan kawasan konservasi. Dalam pelaksanaan pengelolaan pemberdayaan masyarakat didaerah penyangga strategi tersebut diarahkan kepada : 1). Pemihakan dan pemberdayaan masyarakat, 16

2). Pemantapan otonomi dan pendelegasian wewenang dalam pengelolaan pembangunan serta mengembangkan peran serta masyarakat, 3). Modernisasi melalui penajaman arah perubahan struktur sosial, ekonomi, budaya dan politik yang bersumber pada partisipasi masyarakat, 4). Memperhatikan potensi, lokasi, aspirasi dan tuntutan masyarakat setempat, 5). Pemberdayaan Masyarakat haruslah merupakan program pembelajaran yang dilakukan melalui suatu proses yang berkelanjutan dan sistematis, 6). Mampu mengakses terhadap permodalan, 7). Mampu mengakses terhadap teknologi, 8). Mampu mengakses pasar, 9). Mendorong dan membimbing Warga Masyarakat Desa di dalam dan sekitar kawasan konservasi agar mampu bekerjasama di bidang ekonomi secara individu maupun kelompok, 10). Menumbuhkembangkan gabungan atau jaringan antara kelompok atau asosiasi Pemberdayaan Masyarakat, Kelompok-kelompok yang sudah tumbuh didorong dan dibimbing agar mau dan mampu bekerjasama antar kelompok dalam bentuk organisasi yang lebih besar, yang disebut gabungan kelompok atau asosiasi. Dengan bergabung dalam asosiasi akan mampu memberi manfaat dalam hal 17

: menghimpun modal usaha yang lebih besar, memperbesar skala usaha, meningkatkan posisi tawar-menawar (bargaining position), meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha. 11).Menumbuhkan Lembaga Ekonomi Formal. Gabungan kelompok/asosiasi Peserta Pemberdayaan Masyarakat didorong agar mereka mau dan mampu menjadi satu lembaga ekonomi formal, yang antara lain adalah Koperasi. BAB III PERENCANAAN PENGELOLAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 18

III. PERENCANAAN PENGELOLAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 3.1 Visi dan Misi 3.1.1. Visi Rumusan visi dalam pengelolaan pemberdayaan masyarakat di daerah penyangga yaitu terwujudnya kemandirian masyarakat untuk memperbaiki kesejahteraan hidupnya melalui partisipasinya secara aktif dalam kegiatan pemanfaatan, pengamanan dan pelestarian. 3.1.2. Misi 19

Sejalan dengan rumusan visi tersebut, maka pemberdayaan masyarakat di daerah penyangga kawasan konservasi memiliki misi : 1). Memantapkan kelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistemnya,dengan meningkatkan peranserta masyarakat. 2). Mengembangkan partisipasi, desentralisasi, kemitraan, pemerataan, keberlanjutan, kemandirian, guna meningkatkan kelestarian kawasan konservasi. 3). Meningkatkan kontribusi kawasan konservasi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan konservasi. 3.2 Kedudukan dan Fungsi Perencanaan Perencanaan adalah suatu proses kegiatan penentuan tindakan/langkah-langkah yang akan dilakukan secara terkoordinasi dan terarah dalam rangka mencapai tujuan pengelolaan pemberdayaan masyarakat dalam waktu tertentu dengan mempertimbangkan potensi, peluang, dan kendala yang timbul. Perencanaan pengelolaan pemberdayaan masyarakat secara umum meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan (membangun kesepahaman, membangun dan mengembangkan kelembagaan, menyiapkan tenaga pendamping/fasilitator, melakukan pelatihan PRA (Participatory Rural Appraisal), melaksanakan PRA desa, meningkatkan kapasitas masyarakat, mengembangkan usaha ekonomi produktif, 20

membangun kemitraan dengan stakeholders terkait), serta monitoring dan evaluasi. Dengan adanya rencana pengelolaan pemberdayaan masyarakat, pihak-pihak yang berkepentingan dengan pengelolaan pemberdayaan masyarakat diharapkan kegiatan dapat berjalan secara berkelanjutan dan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang diharapkan. Perencanaan pemberdayaan masyarakat merupakan bagian dari Rencana Pengelolaan Kawasan, dengan fungsi sebagai rencana detail dari kegiatan pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan konservasi yang akan dilaksanakan. 3.3 Proses/Tahapan Dalam Perencanaan Pengelolaan Pemberdayaan Masyarakat Hal yang penting diperhatikan dalam penyusunan rencana pengelolaan pemberdayaan masyarakat adalah bahwa perencanaan merupakan suatu proses berulang (iterative process). Perencanaan tersebut mengatur langkah-langkah atau aktifitas pengelolaan pemberdayaan masyarakat yang harus dilaksanakan termasuk rencana kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) terhadap tujuan dan sasaran yang diharapkan. Dengan demikian dapat tercipta suatu mekanisme umpan balik (feedback) terhadap keseluruhan proses pengelolaan pemberdayaan masyarakat sehingga dapat dilakukan perbaikan terhadap rencana yang telah disusun (gambar 2). 21

Langkah-langkah dalam penyusunan rencana pengelolaan pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut : 1). Menetapkan tujuan; 2). Mengidentifkasi keadaan saat ini (sosial ekonomi; potensi masyarakat, peluang pasar dll); 3). Mengidentifikasi kemudahan, hambatan dan permasalahan; 4). Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan. Sedangkan proses/tahapan dalam perencanaan pengelolaan pemberdayaan masyarakat yaitu : 1). Strategi Dalam menentukan strategi ini beberapa hal yang perlu diperhatikan bahwa pemberdayaan masyarakat bertujuan : Untuk menghasilkan keuntungan dan meningkatkan pendapatan masyarakat di daerah penyangga; Untuk kelestarian sumber daya alam di hutan konservasi; Memperhatikan nilai-nilai sosial, budaya serta kearifan tradisional setempat; Menghindari konflik antara masyarakat dengan hutan konservasi serta potensinya. Agar strategi pemberdayaan masyarakat yang ditentukan dapat mencapai sasaran yakni menumbuhkan kesadaran dan keterlibatan masyarakat untuk mewujudkan kemandirian 22

dalam meningkatkan kesejahteraannya diperlukan strategi sebagai berikut : strategi pengembangan sumber daya manusia; strategi pengembangan kelembagaan kelompok; strategi pemupukan modal swasta (mandiri); strategi usaha produktif; strategi penyediaan informasi; strategi pengembangan potensi, manfaat, dan fungsi kawasan konservasi. 2). Penentuan Metoda Diintegrasikan dengan rencana-rencana yang telah disusun seperti rencana pengelolaan kawasan konservasi yang berbatasan dengan daerah penyangga baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang, rencana pengembangan daerah dll. 3). Penentuan Kegiatan Penentuan kegiatan pemberdayaan masyarakat disesuaikan dengan program yang telah disusun dengan memperhatikan beberapa aspek sebagai berikut : a. Jumlah dan letak desa Berapa jumlah desa yang masyarakatnya mendapat bantuan kegiatan pemberdayaan masyarakat serta letak administrasi berada di wilayah mana (kecamatan, kabupaten). b. Jumlah kepala keluarga / kelompok 23

Berapa banyak kepala keluarga, atau kelompok yang menerima bantuan. c. Jenis - jenis kegiatan yang akan dikembangkan disesuaikan dengan kondisi sosial, potensi sumberdaya hutan serta peluang pasar. Beberapa jenis kegiatan yang mungkin dapat dikembangkan antara lain : Pelestarian sumber daya alam (budidaya/ penangkaran flora dan fauna) Penyadaran masyarakat Perlindungan dan pengamanan hutan Pengembangan usaha tani Pengembangan ekowisata (desa wisata, home stay, home industry dll) 4). Penentuan Pemasaran Produk Mengidentifikasi pemasaran produk untuk mengetahui apakah telah ada pemasaran produk dari kegiatan pemberdayaan serta mencari peluang pasar lain apabila belum ada pemasaran produk. Membentuk jaringan usaha pemasaran produk. 5). Penentuan Kelembagaan Bentuk kelembagaan yang seperti apa yang diinginkan sehingga dapat meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia dalam berbagai hal, termasuk pemasaran produk. 24

6). Penentuan Pembiayaan Internal UPT Pemerintah Perorangan/Donor Lembaga Konservasi Mitra (stakeholders) terkait lainnya. Secara garis besar proses perencanaan dalam pengelolaan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat pada gambar berikut : Karakteristik Masyarakat Di DP Peraturan Perundangan & Kebijakan Kendala : Biofisik Manajemen Teknologi Modal dll Permasalahan Pemberdayaan Masyarakat (PM) Tujuan dan Sasaran Pengelolaan PM Hasil Identifikasi PRA Alternatif Kegiatan Evaluasi Terhadap Alternatif Kegiatan (Sesuai Potensi, Sosekbud, kendala, PRA, dll) Pilihan Kegiatan Rencana Kegiatan R E V I E W Implementasi/ Pelaksanaan Kegiatan 25 Keberlanjutan Kegiatan PM Monitoring & Evaluasi

Gambar 2. Proses berulang (iterative process) perencanaan pengelolaan PM di daerah penyangga. BAB IV PENGORGANISASIAN PENGELOLAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 26

IV. PENGORGANISASIAN PENGELOLAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 4.1. Pihak-Pihak yang Berkepentingan Dalam pengelolaan pemberdayaan masyarakat diperlukan peran serta secara aktif dari masyarakat serta dukungan dari pihak-pihak (stakeholders) terkait lainnya terutama pemerintah daerah setempat, guna pencapaian tujuan dan sasaran yang ditetapkan secara optimal. Dalam pengelolaan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan pihak-pihak yang terlibat langsung/berkepentingan dan merupakan aktor utama pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan peranan dari masing-masing pihak dapat dijelaskan sebagai berikut : 27

1). Pihak Pengelola Kawasan (Balai KSDA dan TN), Melakukan orientasi, identifikasi dan inventarisasi terhadap desa-desa disekitar kawasan konservasi yang akan dijadikan sasaran kegiatan. Menyusun data dasar dan informasi. Menyusun master plan (Model Desa Konservasi). Mempersiapkan pra kondisi masyarakat. Sosialisasi kepada penyuluh, LSM dan Dinas Propinsi/Kabupaten /Kota yang menangani kehutanan. Fasilitasi dalam bentuk pengadaan sarana dan prasarana produksi. Membentuk tim pendamping/fasilitator. Melaksanakan temu usaha tingkat lokal. Koordinasi dengan penyuluh kehutanan/pertanian, masyarakat, LSM dan pihak terkait lainnya. Koordinasi dengan per-bank-an dalam alokasi kredit. Melakukan kemitraan dengan pihak terkait. Supervisi, pembinaan dan bimbingan teknis. Memfasilitasi pelayanan informasi teknologi tepat guna. Melaksanakan temu usaha tingkat lokal. Membantu perencanaan alokasi kredit. Koordinasi dalam rangka mendapatkan bibit yang berkualitas. Pelayanan informasi teknologi tepat guna. Pelayanan informasi pasar. Menfasilitasi dan mengupayakan pemecahan permasalahan. 28

Pengendalian (monitoring dan evaluasi, pembinaan, supervisi, dll). Mengusulkan rencana kegiatan dan anggaran. Melaporkan secara periodik/tahunan kepada Direktur Jenderal PHKA melalui Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam. Membantu/ memberikan kemudahan memberikan akses informasi dan pemanfaatan SDAH&E. 2). Masyarakat/Kelompok Masyarakat Membentuk kelompok, menyusun struktur organisasi kelompok, menyusun Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga kelompok, menyusun Rencana Umum kelompok, menyusun Rencana Definitif Kebutuhan kelompok, menyusun Profil Keluarga, Rencana Usaha Keluarga, Rencana Kegiatan Kelompok, Rencana Kegiatan Desa, melaksanakan dan mengembangkan perencanaan yang telah disusun, dll. (masyarakat juga sebagai pelaku) 3). Pendamping/Fasilitator Melakukan pendampingan masyarakat dalam semua kegiatan (pembentukan kelompok, penyusunan struktur organisasi kelompok, penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga kelompok, penyusunan Rencana Umum kelompok, Rencana Definitif Kebutuhan kelompok, dll). 29

Koordinasi dengan pihak terkait dalam pelaksanaan pendampingan kelompok. Membuat laporan kegiatan kepada atasannya dengan tembusan kepada KUPT Ditjen PHKA. 4). Pemerintah Daerah Sosialisasi dan koordinasi dengan instansi teknis terkait dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Penyediaan perangkat lunak untuk mendukung kegiatan. Melakukan pra kondisi masyarakat. Pembinaan kepada masyarakat. Mengetahui/menyetujui Master Plan yang disusun oleh UPT. Mengalokasi anggaran/dana pada instansi terkait (sesuai Tupoksi) guna mendukung kegiatan ekonomi produktif masyarakat. Sedangkan pihak-pihak (stakeholders) lain yang juga mempunyai peranan dalam pengelolaan pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut : 1). Instansi/Lembaga di Jajaran Departemen Kehutanan, meliputi : a. Ditjen PHKA Fasilitasi dan supervisi penyusunan data dasar dan informasi. Menyempurnakan peraturan perundangan. 30