BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Marviana (2009) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Debt to Equity Ratio (DER), Loan to Deposit Ratio (LDR), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Burden Ratio. Analisis data yang digunakan dengan pendekatan regresi linear berganda pada tingkat signifikan 5%. Hasil penelitian menunujukkan bahwa secara simultan faktor fundamental Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Debt to Equity Ratio (DER), Loan to Deposit Ratio (LDR), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Burden Ratio berpengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003-2007. Sedangkan secara parsial hanya Net Interest Margin (NIM), Loan to Deposit Ratio (LDR), Earning Per Share (EPS), dan Price Earning Ratio (PER) yang memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003-2007. Parhusif (2009) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Faktorfaktor Fundamental Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Pada Perusahaan Sektor Perbankan dan Properti yang Terdaftar di Bursa Indonesia. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio
(PER), dan Debt to Equity Ratio (DER). Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji F dan uji t, dengan tingkat signifikansi 5%. Penganalisaan data menggunakan software pengolahan data statistik yaitu SPSS 14.00 for windows. Hasil uji F menunjukkan bahwa Faktor-faktor Fundamental yang terdiri atas Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER) dan Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham. Hasil uji t (secara individual) menunjukkan bahwa pada sektor perbankan hanya variabel Earning Per Share (EPS) yang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengembalian saham, variabel Price Earning Ratio (PER) memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap tingkat pengembalian saham, sedangkan Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat pengembalian saham. Pada sektor properti variabel Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham, sedangkan Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat pengembalian saham. Salim (2008) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Faktor Fundamental dan Beta Saham Terhadap Return Saham Perbankan di Bursa Efek Jakarta. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Risked Assets (RORA), Loan to Assets Ratio (LAR), Net Profit Margin (NPM), Operation Profit Margin (OPM), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Loan to deposit ratio (LDR), dan Beta Saham. Pengujian hipotesis menggunakan metode regresi logistik. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa secara simultan faktor fundamental
Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Risked Assets (RORA), Loan to Assets Ratio (LAR), Net Profit Margin (NPM), Operation Profit Margin (OPM), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Loan to deposit ratio (LDR), dan Beta Saham memiliki pengaruh positif terhadap return saham perbankan di Bursa Efek Jakarta. Sedangkan secara parsial, faktor fundamental Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Risked Assets (RORA), Loan to Assets Ratio (LAR), Net Profit Margin (NPM), Operation Profit Margin (OPM), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Loan to deposit ratio (LDR), dan Beta Saham memiliki pengaruh negatif terhadap return saham perbankan di Bursa Efek Jakarta. B. Bank 1. Pengertian Bank Pengertian Bank menurut Undang-undang RI Nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan adalalah: Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan pengertian di atas disimpulkan bahwa Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya usaha perbankan selalu berkaitan dengan masalah bidang keuangan. Usaha perbankan meliputi tiga kegiatan utama yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa Bank lainnya
2. Laporan Keuangan Bank Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Dari laporan keuangan para investor akan mengetahui bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki oleh suatu bank. Laporan keuangan bank juga menunjukkan kinerja manajemen bank selama satu periode. Melalui laporan ini, pihak manajemen bank dapat memperbaiki kelemahan yang ada serta mempertahankan kekuatan yang dimilikinya. Menurut Kasmir (2004:243), Jenis-jenis laporan keuangan bank adalah sebagai berikut: a. Neraca Neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan bank pada tanggal tertentu. Posisi keuangan neraca meliputi posisi aktiva (harta), pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu bank. b. Laporan Komitmen dan Kontinjensi Laporan komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak (irrevocable) dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi, sedangkan laporan kontinjensi merupakan tagihan atau kewajiban bank yang kemungkinan timbulnya tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa yang akan datang. c. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank yang menggambarkan hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan
ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan serta jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan. d. Laporan Arus Kas Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan bank, baik yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kas. e. Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang berisi catatan tersendiri mengenai Posisi Devisa Neto, menurut jenis mata uang dan aktivitas lainnya. f. Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi Laporan gabungan merupakan laporan dari seluruh cabang-cabang bank yang bersangkutan baik yang ada didalam negeri maupun di luar negeri, sedangkan laporan konsolidasi merupakan laporan bank yang bersangkutan dengan anak perusahaannya. C. Saham 1. Pengertian Saham Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham (stock). Saham didefenisikan sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan atau kepemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan( Anoraga, 2006:58). Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan diperusahaan tersebut. Pemilik saham akan mendapatkan hak untuk menerima
sebagian pendapatan tetap/dividen dari perusahaan serta kewajiban menanggung risiko kerugian yang diderita perusahaan. Saham yang diperdagangkan di bursa ada dua jenis yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock) (Anoraga, 2006:54). Saham biasa (common stock) adalah saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi yang paling junior dalam pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Sedangkan, saham preferen (preferred stock) adalah saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan yang tetap tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:7). Harga saham yang terjadi di pasar sangat berfluktuasi tergantung dari jumlah permintaan dan penawaran saham tersebut. Harga saham akan cenderung naik apabila suatu saham mengalami kelebihan permintaan dan akan cenderung turun apabila mengalami kelebihan penawaran. 2. Manfaat Kepemilikan Saham Secara umum, ada dua manfaat yang bisa diperoleh pembeli saham yaitu manfaat ekonomis dan manfaat non ekonomis (Anoraga, 2006:60). a. Manfaat Ekonomis meliputi: 1. Dividen Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit sahamatas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai (cash dividend) yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham, atau dapat pula berupa dividen
saham (stock dividend) yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan dividen dalam bentuk saham sehingga jumlah saham yang dimiliki investor akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:12). 2. Capital Gain Capital gain adalah keuntungan yang diperoleh investor dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan nilai beli yang lebih rendah (Anoraga, 2006:60). b. Manfaat Non-ekonomis Manfaat non-ekonomis yang diperoleh pemegang saham adalah kepemilikan hak suara dalan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk menentukan jalannya perusahaan. Semakin besar jumlah saham yang dimiliki oleh investor, maka semakin besar pula hak suaranya dalam RUPS. D. Return Saham Pada dasarnya, tujuan investor berinvestasi adalah memaksimalkan return, tanpa melupakan faktor risiko investasi yang harus dihadapinya. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Return realisasi ini sangat penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan, sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan risiko di masa mendatang (Jogiyanto, 2003:109). Beberapa pengukuran return realisasi yang
banyak digunakan adalah return total (total returns), relatif return (return relative), kumulatif return (return cumulative), dan return disesuaikan (adjusted return). Sedangkan rata-rata dari return dapat dihitung berdasarkan rata-rata aritmatika (arithmetic mean) atau rata-rata geometrik (geometric mean). Rata-rata geometrik banyak digunakan untuk menghitung rata-rata return beberapa periode. Oleh karena itu, rata-rata geometrik lebih tepat digunakan daripada metode ratarata aritmatika biasa (Jogiyanto, 2003:110). Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu. Return total sering disebut dengan return saja. Return total terdiri dari capital gain (loss) dan yield (Jogiyanto, 2003:110). Rumus yang digunakan sebagai berikut: Return =Capital gain (loss)+ Yield Atau Return = P P t P t 1 t 1 + Yield Capital gain atau capital loss merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Untuk saham biasa yang membayar dividen periodik sebesar D t rupiah per-lembarnya, maka yield adalah sebesar D t /P t-1 dan return saham dinyatakan sebagai berikut: Return Saham = P P t P t 1 t 1 + D P t t 1 Atau
Return Saham= P t P t 1 + P t 1 D t Keterangan: P t = harga saham sekarang P t-1 = harga saham periode lalu D t = dividen periodik E. Analisis Fundamental Analisis fundamental merupakan analisis penilaian atas laporan keuangan perusahaan (Widoatmodjo, 2009:178). Adapun target analisis fundamental ini adalah memberikan jawaban tentang sehat atau tidaknya kondisi suatu perusahaan. Jika sehat, maka perusahaan tersebut layak untuk dijadikan tempat investasi, misalnya dengan cara membeli sahamnya. Analisis fundamental merupakan salah satu cara melakukan penilaian saham dengan cara mempelajari atau mengamati berbagai indikator terkait kondisi makro ekonomi dan kondisi suatu perusahaan (Darmadji, Fakhruddin, 2006:189). Dengan demikian analisis fundamental merupakan analisis yang berbasis pada berbagai data riil untuk mengevaluasi atau memproyeksi nilai suatu saham. Fakhruddin dan Sopian, (2001:55) menyatakan bahwa analisis fundamental adalah teknik-teknik yang dipakai untuk memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan cara: 1) Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang. 2) Menerapakan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Tandelilin (2001:232) menyatakan bahwa dalam melakukan analisis perusahaan, investor harus mendasarkan kerangka pikirnya pada dua komponen
utama dalam analisis fundamantal yaitu EPS (Earning Per Share) dan PER (Price Earning Ratio) perusahaan. Ada tiga alasan utama yang mendasari penggunaan dua komponen tersebut. Pertama, karena pada dasarnya kedua komponen tersebut bisa dipakai untuk mengestimasi nilai intrinsik suatu saham. Kedua, dividen yang dibayarkan perusahaan pada dasarnya dibayarkan dari earning. Ketiga, adanya hubungan antara perubahan earning dengan perubahan harga saham. F. Faktor Fundamental Aspek fundamental merupakan faktor-faktor yang diindikasikan dapat mempengaruhi return saham. Faktor fundamental merupakan informasi penting bagi investor dalam menginvestasikan dananya. Menurut Darmadji, Fakhruddin (2006:189), faktor fundamental yang mempengaruhi return saham dapat diukur dari berbagai indikator terkait kondisi makro ekonomi dan kondisi suatu perusahaan, seperti Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Long term Debt to Assets Ratio (LDAR). 1. Return on Assets (ROA) Return on Assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset (Dendawijaya, 2005:118).
2. Return on Equity (ROE) Return on Equity (ROE) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran dividen. Semakin besar ROE berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan ROE tersebut akan menyebabkan kenaikan return saham. Rasio ROE merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor (Dendawijaya, 2005:118). 3. Net Interest Margin (NIM) Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank menghasilkan pendapatan bunga bersih dengan menggunakan income producing assets (Koch, Timothy, 1995:116). Rasio ini sangat penting untuk mengevaluasi kemampuan bank mangukur risiko tingkat suku bunga. Perubahan tingkat suku bunga akan mengakibatkan perubahan pendapatan bunga dan beban bunga. Earning Assets terdiri dari kredit yang diberiakan, surat berharga, penempatan dana pada bank lain dan penyertaan. Calon investor memandang bahwa bank yang mempunyai NIM yang tinggi akan menunjukkan kemampuan bank untuk menghasilkan pendapatan bunga yang tinggi pula. 4. Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh utangutangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek dengan dana yang berasal dari modal bank sendiri. Dengan kata lain, rasio ini mengukur seberapa besar total pasiva yang terdiri atas persentase modal bank sendiri
dibandingkan dengan besarnya utang (Dendawijaya, 2005:122). Dalam bisnis perbankan, sebagian besar dana yang ada pada suatu bank berasal dari simpanan masyarakat, baik berupa simpanan giro, tabungan, dan deposito. Dengan demikian, hanya sebagian kecil saja dana yang berasal dari modal sendiri. 5. Earning Per Share (EPS) Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham untuk setiap lembar saham. Semakin tinggi nilai EPS, semakin besar laba yang tersedia bagi pemegang saham (Darmadji, 2006:195). Oleh karena itu semakin tinggi tingkat EPS akan semakin baik karena investor akan tertarik menanamkan investasinya kedalam perusahaan dengan anggapan akan mendapatkan return saham yang tinggi. 6. Price Earning Ratio (PER) Price Earning Ratio (PER) merupakan salah satu pendekatan yang sering digunakan oleh analisis sekuritas untuk menilai suatu saham. Pendekatan ini mendasarkan atas ratio antara harga per lembar saham yang berlaku di pasar modal dengan tingkat keuntungan bersih yang tersedia bagi pemegang saham (Horne dan Wachowicz,2007:300). PER menunujukkan barapa banyak jumlah uang yang dikeluarkan oleh para investor untuk membayar setiap satuan laba yang dilaporkan. Penilaian saham dengan Price Earning Ratio berusaha membuat analisis harga saham dengan memperhatikan kinerja keuangan perusahaan yang diambil dari komponen-komponen laporan keuangan yang mempengaruhi harga saham. Price Earning Ratio akan lebih tinggi pada
perusahaan-perusahaan yang memiliki prospek pertumbuhan yang kuat, jika hal-hal lain dianggap konstan, tetapi Price Earning Ratio akan lebih rendah pada perusahaan-perusahaan yang lebih berisiko (Brigham dan Houston 2006:110). 7. Long term Debt to Assets Ratio (LDAR) Long term Debt to Assets Ratio digunakan untuk mengukur seberapa jauh nilai seluruh aktiva bank dibiayai atau didananya diperoleh dari sumbersumber utang jangka panjang. Dalam bisnis perbankan, utang jangka panjang biasanya diperoleh dari simpanan masyarakat dengan jatuh tempo diatas satu tahun, dana pinjaman dari bank lain dalam rangka kerja sama antar bank, pinjaman luar negeri (biasanya dalam valuta asing), pinjaman dari BI, serta pinjaman dari pemegang saham (Dendawijaya, 2005:122).