STUDI PERENCANAAN JEMBATAN SULAWESI DENGAN STRUKTUR BETON PRATEKAN DI KOTA BANJARMASIN

dokumen-dokumen yang mirip
KONTROL ULANG PENULANGAN JEMBATAN PRESTRESSED KOMPLANG II NUSUKAN KOTA SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meskipun istilah aliran lebih tepat untuk menyatakan arus lalu lintas dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti

PEMBEBANAN JALAN RAYA

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG STRUKTUR JEMBATAN MERR II-C DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN MENERUS (STATIS TAK TENTU)

PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT

MACAM MACAM JEMBATAN BENTANG PENDEK

TKS 4022 Jembatan PEMBEBANAN. Dr. AZ Department of Civil Engineering Brawijaya University

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bawah, bangunan pelengkap dan pengaman jembatan serta trotoar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL BOX GIRDER PRESTRESS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN JEMBATAN MALANGSARI MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR RANGKA TIPE THROUGH - ARCH. : Faizal Oky Setyawan

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah dengan analisis studi kasus

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK

BAB 1 PENDAHULUAN. mulailah orang membuat jembatan dengan teknologi beton prategang.

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN JUANDA DENGAN METODE BUSUR RANGKA BAJA DI KOTA DEPOK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram

MODIFIKASI PERANCANGAN JEMBATAN TRISULA MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA DENGAN DILENGKAPI DAMPER PADA ZONA GEMPA 4

TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN GAYAM KABUPATEN BLITAR DENGAN BOX GIRDER PRESTRESSED SEGMENTAL SISTEM KANTILEVER

PERHITUNGAN STRUKTUR JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DELI KECAMATAN MEDAN-BELAWAN TUGAS AKHIR GRACE HELGA MONALISA BAKARA NIM:

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perancangan Struktur Atas P7-P8 Ramp On Proyek Fly Over Terminal Bus Pulo Gebang, Jakarta Timur. BAB II Dasar Teori

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian tugas akhir ini adalah balok girder pada Proyek Jembatan Srandakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konstruksi jembatan adalah suatu konstruksi bangunan pelengkap sarana

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG PERLINTASAN KERETA API KALIGAWE DENGAN U GIRDER

4.1 URAIAN MATERI I : MENENTUKAN MODEL DAN BEBAN JEMBATAN

STANDAR JEMBATAN DAN SNI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN

BAB II LANDASAN TEORI

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector)

BAB II PERATURAN PERENCANAAN

JEMBATAN. Februari Bahan Bahan Jembatan

Bab I. Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

BAB V PERHITUNGAN STRUKTUR

ABSTRAKSI STUDI EVALUASI DESAIN BANGUNAN BAWAH ( PONDASI TIANG PANCANG ) JEMBATAN WANGKAL - PROBOLINGGO

JURNAL ILMU-ILMU TEKNIK - SISTEM, Vol. 11 No. 1

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BANGILTAK DESA KEDUNG RINGIN KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN DENGAN BUSUR RANGKA BAJA

PERANCANGAN SLAB LANTAI DAN BALOK JEMBATAN BETON PRATEGANG SEI DALU-DALU, KABUPATEN BATU BARA, SUMATERA UTARA TUGAS AKHIR

ANALISIS BANGUNAN ATAS DARI RANGKA BAJA MENJADI BETON PRATEGANG PADA JEMBATAN AWANG DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH

BAB III METODOLOGI. 3.2 TAHAPAN PENULISAN TUGAS AKHIR Bagan Alir Penulisan Tugas Akhir START. Persiapan

TEGANGAN TEGANGAN IZIN MAKSIMUM DI BETON DAN TENDON MENURUT ACI Perhitungan tegangan pada beton prategang harus memperhitungkan hal-hal sbb.

Reza Murby Hermawan Dosen Pembimbing Endah Wahyuni, ST. MSc.PhD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERENCANAAN JEMBATAN. JALAN BY PASS PROF. Dr. Ir. IDA BAGUS MANTRA, GIANYAR, BALI

Pengaruh Rasio Tinggi Busur terhadap Bentang Jembatan Busur pada Gaya Dalam dan Dimensi Jembatan

PERENCANAAN JEMBATAN COMPOSITE GIRDER YABANDA JAYAPURA, PAPUA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU. Oleh : RIVANDI OKBERTUS ANGRIANTO NPM :

BAB 3 LANDASAN TEORI. perencanaan underpass yang dikerjakan dalam tugas akhir ini. Perencanaan

JEMBATAN RANGKA BAJA. bentang jembatan 30m. Gambar 7.1. Struktur Rangka Utama Jembatan

PERANCANGAN JEMBATAN KALI KEJI

MODIFIKASI STRUKTUR JEMBATAN BOX GIRDER SEGMENTAL DENGAN SISTEM KONSTRUKSI BETON PRATEKAN (STUDI KASUS JEMBATAN Ir. SOEKARNO MANADO SULAWESI UTARA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memungkinkan suatu jalan menyilang sungai/saluran air, lembah atau menyilang

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS FLY OVER SIMPANG BANDARA TANJUNG API-API, DENGAN STRUKTUR PRECAST CONCRETE U (PCU) GIRDER. Laporan Tugas Akhir

STUDI BENTUK PENAMPANG YANG EFISIEN PADA BALOK PRATEGANG TERKAIT DENGAN BENTANG PADA FLYOVER

BAB V PONDASI DANGKAL

BAB III METODOLOGI 3.1. PERSIAPAN

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR UTAMA Pre-Elemenary Desain Uraian Kondisi Setempat Alternatif Desain

DESAIN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL SINGLE TWIN CELLULAR BOX GIRDER PRESTRESS TUGAS AKHIR RAMOT DAVID SIALLAGAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah pemakai jalan yang akan menggunakan sarana tersebut.

BAB V ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF JEMBATAN

BAB II PERILAKU DAN KARAKTERISTIK JEMBATAN

KAJIAN EFISIENSI BULB-TEE SHAPE AND HALF SLAB GIRDER DENGAN BLISTER TUNGGAL TERHADAP PC-I GIRDER

Kata kunci : Jembatan Pagotan Pacitan, pondasi tiang pancang, pondasi sumuran.

METODA KONSTRUKSI GELAGAR JEMBATAN BETON PRATEKAN PROYEK JALAN LAYANG CIMINDI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, yaitu konstruksi struktur atas dan struktur bawah jembatan. Bagianbagian

PERENCANAAN JEMBATAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG TUKAD YEH NGONGKONG DI KABUPATEN BADUNG, BALI

Modifikasi Jembatan Lemah Ireng-1 Ruas Tol Semarang-Bawen dengan Girder Pratekan Menerus Parsial

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN KALI BAMBANG DI KAB. BLITAR KAB. MALANG MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA JEMBATAN LINGKAR UNAND,PADANG

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Insitut Teknologi Sepuluh Nopember 2014

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Pemilihan Tipe Jembatan Tinjauan Penelitian Pembahasan...

DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MUHAMMAD SYAHID THONTHOWI NIM.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU 2014

PERENCANAAN JEMBATAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG TUKAD YEH PENET, DI SANGEH

Kajian Pengaruh Panjang Back Span pada Jembatan Busur Tiga Bentang

ABSTRAK. Oleh : Wahyu Rifai Dosen Pembimbing : Sapto Budi Wasono, ST, MT

PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN, SANDARAN DAN TROTOAR

PERILAKU DAN SISTEM STRUKTUR RANGKA BAJA JEMBATAN

ANALISIS ALTERNATIF PERKUATAN JEMBATAN RANGKA BAJA (STUDI KASUS : JEMBARAN RANGKA BAJA SOEKARNO-HATTA MALANG)

Transkripsi:

STUDI PERENCANAAN JEMBATAN SULAWESI DENGAN STRUKTUR BETON PRATEKAN DI KOTA BANJARMASIN Muhammad Yusni Anshari, Bambang Suprapto, Azizah Rachmawati Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Islam Malang Jl. MT.Haryono 193, Malang, Jawa Timur 65144 Email : m.yusnianshari@gmail.com ABSTRAKSI Jembatan Sulawesi Kota Banjarmasin yang mengalami banjir sampai mengakibatkan jembatan tersebut roboh pada tahun 013 lalu, sekarang jembatan tersebut dibangun kembali. Mengingat arti pentingnya sarana transportasi bagi masyarakat sekitar maka perlu adanya peningkatan sarana penghubung darat yang salah satunya berupa jembatan baru yang layak digunakan sebagai pendukung transportasi. Ditinjau dari faktor-faktor jembatan baru direncanakan dibangun dengan bentang 40 m dan lebar 9 m serta meninggikan abutmen menjadi 6,5 m untuk menghindari hantaman air sungai. Studi perencanaan ini membahas beberapa perhitungan yang diantaranya plat lantai kendaraan, trotoar dan sandaran, gelagar beton prategang, jumlah tendon, kontrol lendutan, balok ujung, abutmen, serta perencanaan pondasi. Dari hasil perhitungan perencanaan gelagar beton pratekan dapat disimpulkan dimensi gelagar direncanakan dengan tinggi gelagar m, lebar flens atas 0,7m, lebar flens bawah 0,6 m, tebal flens 0, m, tebal flens atas 0, m dan bawah 0,5 m. Tendon direncanakan dengan jenis tendon VSL type 31 dengan untaian kawat baja 4 strand. Jumlah yang direncanakan sesuai perhitungan menggunakan 6 buah tendon dengan maksimal gaya F = 1.836.000 kg, untuk ukuran abutmen direncanakan dengan tinggi 7,85 m panjang abutmen sesuai dengan lebar jembatan yaitu 9 m, lebar abutmen sebesar 3 m, pondasi yang dipakai adalah pondasi kaison karena penggunaan pondasi ini sesuai dengan keadaan tanah dilapangan dengan kedalaman 5 m, diameter luar 0 cm, diameter dalam 50 cm, serta jumlah pondasi sebanyak buah. Kata Kunci : Jembatan, Abutmen, Kaison, Banjarmasin PENDAHULUAN Latar Belakang Pada tahun 013 Jalan Sulawesi Kota Banjarmasin terjadi banjir yang menyebabkan satu-satunya penghubung antara Jalan Sulawesi dan Jalan Mesjid Jami terputus. Penghubung tersebut adalah sebuah jembatan yang terletak di Kecamatan Pasar Lama Kota Banjarmasin perbatasan diantara Jalan Sulawesi dan Jalan Mesjid Jami. Jembatan Sulawesi yang telah rusak tersebut mempunyai panjang bentang 30 meter dengan lebar 5 meter, dimana jarak Muka Air Terendah (MAT) dengan lantai kendaraan ± 3 meter. Untuk mengatasi masalah ini dibangun sebuah jembatan baru disamping jembatan yang telah roboh tersebut menggunakan sistem jembatan rangka baja yang pengerjaannya belum selesai hingga sekarang. Untuk alternatif 53 penghubung sekarang dipakai sebuah jembatan darurat terbuat dari kayu yang dibangun diatas jembatan yang lama. Akan tetapi penggunaan jembatan darurat itu tidak dapat menampung arus kendaraan yang melaluinya karena keterbatasan kualitas jembatan. Hanya mobilmobil kecil yang bisa melintas diatas jembatan darurat tersebut dengan cara bergantian menggunakan satu jalur yang sama. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut : 1. Kondisi kontruksi lantai kendaraan kurang lebar.. Gelagar jembatan yang ada kurang besar. 3. Perencanaa tendon dengan kondisi gelagar yang baru.

4. Kondisi abutmen yang ada kurang dapat memikul beban yang akan diterima jembatan. 5. Kondisi pondasi yang sesuai dengan keadaan tanah agar bisa menahan beban yang diterima. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut, yaitu: 1. Berapa besarnya pembebanan yang terjadi pada lantai kendaraan?. Berapa dimensi gelagar tipe beton prategang? 3. Berapa jumlah tendon yang memenuhi syarat kontruksi? 4. Berapa ukuran abutment pada jembatan? 5. Berapa dimensi ukuran pondasi? Tujuan dan Manfaat Tujuan dari Studi Perencanaan Jembatan Sulawesi dengan Struktur Beton Pratekan di Kota Banjarmasin ini adalah : 1. Merencanakan studi perencanaan jembatan yang kokoh dengan kualitas struktur yang efektif.. Meningkatkan kapasitas jembatan sehingga mampu digunakan dalam perkembangan arus lalu lintas lebih dari 0 tahun yang akan datang. Sedangkan manfaat dari Studi Perencanaan Jembatan Sulawesi dengan Sturktur Beton Pratekan di Kota Banjarmasin adalah memberi alternatif perencanaan jembatan yang kokoh dan efisien serta memberikan gambaran atau masukan kepada pemerintah tentang keuntungan-keuntungan yang bisa didapat pada masa yang akan datang. Lingkup Pembahasan Sesuai dengan judul skripsi yaitu Studi Perencanaan Jembatan Sulawesi dengan Struktur Beton Pratekan di Kota Banjarmasin, maka penulis membatasi pembahasannya hanya pada bangunan atas jembatan, yang meliputi : 1. Perhitungan plat lantai kendaraan a. Pembebanan lantai kendaraan. Perhitungan Trotoar dan sandaran a. Pembebanan Trotoar b. Pembebanan sandaran 3. Perhitungan gelagar beton prategang a. Perencanaan balok prategang b. Perhitungan statistika c. Tegangan uji 54 4. Perhitungan jumlah tendon a. Perencanaan tendon b. Perencanaan Daerah aman tendon c. Menentukan koordinat tendon 5. Perhitungan kontrol lendutan a. Menentukan keadaan awal b. Menentukan keadaan setelah kehilangan gaya prategang 6. Perhitungan balok ujung (End Block) a. Gaya tarik pemecah b. Besar gaya tarik pada lepas gumpal 7. Perhitungan abutment a. Perencanaan abutment b. Perhitungan pembebanan kepala jembatan c. Perhitungan perhitungan gaya-gaya horisontal d. Kontrol stabilitas e. Penulangan abutment 8. Perencanaan pondasi sumuran atau kaison a. Perhitungan berat sendiri pondasi b. Perhitungan daya dukung pondasi c. Menentukan jumlah pondasi d. Kontrol jarak antar pondasi e. Efisiensi satu caisson dalam kelompok f. Perhitungan penahan geser kaison g. Perhitungan penulangan pondasi kaison TINJAUAN PUSTAKA Jembatan Jembatan adalah suatu struktur konstruksi yang memungkinkan rute transportasi melalui sungai, danau, jalan raya, jalan keret api dan lainlain. Pengertian jembatan secara umum adalah suatu struktur konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yng terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai, danau, saluran irigasi, jalan kereta api, jalan raya yang melintang tidak sebidang dan lain-lain. Jembatan juga merupakan sarana pelengkap lalu lintas darat dengan struktur terdiri atas pondasi, bangunan bawah dan struktur bangunan atas, yang menghubungkan dua ujung jalan yang terputus akibat bentuk rintangan melalui struktur bangunan atas. Karena perkembangan lalu lintas yang relatif besar jembatan yang dibangun biasanya dalam beberapa tahun tidak mampu lagi menampung volume lalulintas sehingga biasanya perlu diadakan pelebaran. Untuk memudahkan pelebaran perlu dipersiapkan desain dari seluruh

jembatan. Sehingga dimungkinkan dilakukan pelebaran dikemudian hari, sehingga pelebaran dapat dilaksanakan dengan biaya murah dan konstruksi menjadi mudah. Klasifikasi Jembatan 1. Berdasarkan fungsinya jembatan bisa dibedakan sebagai berikut : a. Jembatan Jalan Kereta Api (Railway Bridge) b. Jembatan Pejalan Kaki atau Penyebrangan (Pedestrian Bridge) c. Jembatan Jalan Raya (Highway Bridge). Berdasarkan bahan konstruksi jembatan dapat dibedakan sebagai berikut : a. Jembatan Kayu (Log Bridge) b. Jembatan Beton ( Concrete Bridge) c. Jembatan beton Prategang (Prestressed Concrete Bridge) d. Jembatan Baja (Steel Bridge) e. Jembatan komposit (Composite Bridge) 3. Berdasarkan tipe strukturnya jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam antara lain : a. Jembatan Plat (Slab Bridge) b. Jembatan Plat Berongga (Voided Slab Bridge) c. Jembatan Rangka (Truss Bridge) d. Jembatan Gelagar (Girder Bridge) e. Jembatan Pelengkung (Arch Bridge) f. Jembatan Gantung (Suspension Bridge) Bagian Struktur Jembatan Struktur jembatan terbagi atas tiga bagian penting. Bagian-bagian tersebut adalah : 1. Struktur Atas (Superstructures) Struktur atas jembatan merupakana bagian yang menerima beban secara langsung, yang meliputi : berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu lintas kendaraan, gaya rem, beban pejalan kaki, dan lain-lain. Struktur atas jembatan umumnya meliputi : a. Trotoar. b. Slab Lantai Kendaraan c. Gelagar (Girder) d. Balok Diafragma e. Ikatan Pengaku (ikatan angin, ikatan melintang) f. Tumpuan (bearing). Struktur Bawah (Substructures) Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur atas dan beban lain yang ditimbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan, tumbukan, gesekan pada tumpuan dan sebagainya untuk kemudian disalurkan ke pondasi. Selanjutnya beban-beban tersebutdisalurkan oleh pondasi ketanah dasar. Struktur bawah jembatan umunya meliputi : a. Pangkal Jembatan (Abutment) b. Pilar Jembatan (Pier) 3. Pondasi Pondasi jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban dari struktur atas dan struktur bawah jembatan ketanah dasar. Berdasarkan sistimnya, fondasi abutment atu pier jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain : a. Pondasi Telapak (Spread Footing) b. Pondasi Sumuran (Sumuran Coisson) c. Pondasi tiang (Pile Foundation) Pembebanan Jembatan Pada Jalan Raya Pada suatu perencanaan jembatan jalan raya terdapat klasifikasi jalan raya yang ditetapkan dalam standar spesifikasi bina marga. Adapun spesifikasi tersebut adalah : 1. Jenis 1 a. Kelas I Jalan standar tertinggi untuk melayani lalu lintas kecepatan tinggi antar daerah atau antar kota dengan bebas hambatan. b. Kelas II Jalan standar tinggi untuk melayani lalu lintas kecepatan tinggi antar daerah atau dalam kota metropolitan dengan bebas hambatan.. Jenis a. Kelas I Jalan standar tertinggi dengan 4 jalur atau lebih untuk melayani antar kota dari dalam-kota, kecepatan tinggi, melalui lalu lintas dengan hambatan sebagian. b. Kelas II Jalan standar tinggi dengan jalur atau lebih untuk melayani antar/dalamkota (dalam distrik), kecepatan tinggi, terutama melalui lalu lintas dengan/tanpa hambatan sebagian. c. Kelas III Jalan standar menengah dengan jalur atau lebih untuk melayani dalam distrik, kecepatan sedang melalui lalu lintas dengan hambatan. d. Kelas IV Jalan standar rendah dengan satu jalan kendaraan untuk melayani kedaerah pedalaman. 55

Klasifikasi Beton Pratekan Beton Pratekan (prestressed concrete) adalah balutan beton dikelilingi kabel baja, yang ditarik dengan dongkrak hidraulis. Setelah beton mengeras dongkrak dilepas. Sehingga kabel menekan beton pada kedua ujungnya. Tegangan awal adalah suatu tegangan yang bekerja sekalipun tidak ada beban yang diterima oleh kontruksi. Pada suatu jembatan, tegangan awal itu membantu peniadaan tekanan bawah, akibat berat badan jembatan dan berat kendaraan diatasnya. Tegangan awal yang bekerja itu timbul oleh kabel baja. Kabel baja dipasang dalam beton dengan membentuk busur dan ditempat kabel baja didalam beton secara pasti diperoleh dari perhitungan. 1. Sistem Pratarik (Pre-tensioning) Sistem Pratarik adalah system pemberian gaya Pratekan dengan cara menarik tendon sebelum beton dicor, tendon-tendon itu harus diangkur sementara pada abutment atau lantai penahan pada waktu ditarik dan gaya Pratekan dialihkan ke beton setelah beton tersebut mengeras.. Sistem Pasca Tarik (Post Tensioning) Sistem pasca tarik adalah suatu sistem Pratekan di mana kabel ditarik setelah beton mengeras, tendon-tendon diangkurkan pada beton tersebut segera setelah gaya Pratekan diberikan. Cara ini dapat dipakai pada elemen-elemen baik beton pracetak maupun beton yang dicetak ditempat. Metode ini biasanya dipakai pada jembatan dan struktur berat yang pelaksanaannya dituang langsung di tempat. Dasar Perencanaan Kepala Jembatan Kepala jembatan dan pondasi termasuk dalam bangunan bawah jembatan yang menerima beban dari bangunan diatasnya yang bekerja, meliputi beban mati, beban hidup, dan bebanbeban lainnya yang bekerjapada struktur jembatan yang kemudian diteruskan ke tanah sebagai dasar landasan struktur jembatan. Pengolahan data pada penelitian ini dapat dilihat pada Flowchart atau bagan alir dibawah ini: DATA PERENCANAAN Data Struktur Tipe gelagar jembatan Panjang total jembatan Lebar total jembatan Lebar trotoir Lebar lantai kendaraan Jarak gelagar memanjang Tebal plat lantai kendaraan Tebal trotoir Mutu baja tulangan (Fy) Mutu beton (Fc) Balok pracetak Mutu baja (fy) Mutu beton (fc) = Gelagar Pratekan = 40,00 m = 9,00 m = x 1,00 m = 7,00 m =,33 m = 0 cm = 40 cm = 300 Mpa = 5 Mpa = 400 MPa = 50 Mpa Dasar Perencanaan Pondasi Sumuran (Kaison) Kaison adalah suatu pondasi yang terletak pada lapisan pendukung, yang terbenam ke dalam tanah karena beratnya sendiri dan dengan mengeluarkan tanah galian dari dasar bangunan bulat, yang terbuat dari beton bertulang. Jenis-Jenis Pondasi Sumuran : a. Kaison Terbuka (Open Caisson) b. Kaison Tekanan (Pneumatic Caisson) 56

00 cm m 30 cm 30 cm 90 cm 0 cm 30 cm Konstruksi jembatan seperti gambar dibawah ini : 9 m 1 m 70 cm,33 m Gambar 1 Potongan Melintang Jembatan Data Pembebanan a. Lapisan aspal lantai kendaraan - Tebal Aspal = 0,05 meter - Berat jenis aspal = 40 kg/m3 - Faktor beban K = 1,3 (RSNI T-0-005 Hal : 1) b. Plat beton lantai trotoar - Tebal plat beton = 0,0 meter - Tebal tegel dan spesi = 0,05 meter - Berat jenis beton bertulang = 400 kg/m 3 - Berat jenis tegel dan spesi = 40 kg/m 3 - Faktor beban K = 1,3 (RSNI T-0-005 Hal : 1) c. Plat beton lantai kendaraan - Tebal plat beton = 0,0 meter - Berat jenis beton bertulang = 400 kg/m 3 - Faktor beban K = 1,3 d. Air hujan dengan faktor beban - Tinggi air hujan = 0,05 meter - Berat jenis air hujan = 1000 kg/m 3 - Faktor beban K =,0 HASIL DAN PEMBAHASAN Perencanaan Balok Pratekan 1. Sebelum Komposit Penentuan tipe gelagar jembatan pratekan Menggunakan Tipe VI 0 cm 0 cm 0 cm 60 cm Gambar. Balok Sebelum Komposit Tabel 1. Luas Penampang Melintang (A) dan Titik Berat (Y) Jarak garis netral (c.g.c) A. Y Terhadap sisi bawah : Yb = A 687480 = 6900 = 99,634783 cm Terhadap sisi atas : Ya = Tinggi Balok - Y b = 00 99,63 = 100,37 cm Momen Inersia : I = ΣIi + ΣaδY = 1550833,33 + 3044713,65 57

00 cm 30 cm 30 cm 90 cm 0 cm 30 cm 0 cm 00 cm 30 cm 30 cm 90 cm 0 cm 30 cm 70 cm Tabel. Luas Penampang melintang (A) dan Titik Berat (Y) 1 4 5 6 7 100 cm 3 70 cm 0 cm 0 cm 0 cm 60 cm = 319946,99 Gambar 3 Balok Pembagian Momen Inersia Jari-jari inersia (i) I 31993456,9 9 i = = = 4636,746 cm A 6900 Letak kern (titik inti) i 4636,746 Kern atas : ka = = = 46,54 cm Yb 99,63 i 4636,746 Kern bawah : kb = = = 46,19 cm Ya 100,37. Sesudah Komposit Pada beton pratekan pembebanan prestess berlangsung lama, maka dipakai modulus tekan dimana : - Balok pracetak = fc = 50 Mpa - Beton bertulang = fc = 5 Mpa fc = 50 Mpa Ec = 4700 fc = 4700 50 = 3334,0 Mpa fc = 5 Mpa Ec = 4700 fc = 4700 5 = 00 Mpa Jarak garis netral (c.g.c) Gambar 4 Balok Komposit Terhadap sisi bawah : Yb = A. Y 957498 = I 8900 = 107,584 cm Terhadap sisi atas : Ya = 0 107,584 = 11,416 cm I komp = 465705 + 1617500 Jari-jari inersia i = I komp A = 4474705 cm 4 00 Maka n = = 0,71 3334,0 = n. b = 0,71 x,00 = 1,4 m = 14 cm B ef = 4474705 = 4974,686 cm 8900 Letak kern (titik inti) i 4974,686 Kern atas : ka = = Yb' 107,584 = 46,4 cm 58

500 785 Kern bawah : kb = i = Ya' 4974,686 11,416 = 44,5 cm Tegangan Ijin Pemeriksaan tegangan pada penampang harus ditinjau pada beberapa keadaan yaitu : 1. Keadaan awal adalah tegangan ijin setelah pelimpahan (transfer) Pratekan, sebelum terdapat kehilangan tegangan diukur terhadap kuat tekan saat Pratekan awal : - Tegangan tarik (f c) f c = 0,5 f ' c = 0,5 50 = 1,768 Mpa = 17,68 kg / cm - Tegangan tekan (f c i ) f ci = 0,6. f c = 0,6. 50 = 30 Mpa = 300 kg/cm. Keadaan akhir adalah tegangan ijin beton pada tahap pelayanan beban kerja (sesudah kehilangan Pratekan) - Tegangan tarik (f ct) f ' ct = 0, 5 fc = 0,5 50 = 3,5 Mpa =, kg/m - Tegangan tekan (f c) f ci = 0,45 f ' c = 0,45.50 =,5 Mpa = 5 kg /cm Perencanaan Tendon Data tendon yang digunakan : - Jenis tendon = VSL type 31 - Jumlah strand = 4 strand - Diameter strand = ½ - Diameter selongsong = 90 mm - Kekuatan putus 80% = 360 ton = 360000 kg - fpu : 70 ksi = 1861,9 kg/cm - fpi : 0,7 fpu = 0,7. 1865,9 = 130,33 kg/cm Fo n = gaya pra peregangan terhadapputus 1988418,14 = 360000 = 5,5 6 buah tendon (VSL type 31untaian kawat 4) Fo = n x 360000 = 6 x 360000 = 160000 kg Daerah Aman Tendon Menentukan Koordinat Tendon, berdasarkan bentuk tendon parabola maka penempatan kabel disusun menurut persamaan berikut : 4. f. x( L x) Y = L Dimana : f = tegangan puncak parabola x = panjang x y = perbedaan tinggi tendon diukur dari ujung L = panjang bentang = 40 m PERENCANAAN KONTRUKSI BANGUNAN BAWAH Perencanaan Abutmen Direncanakan bentuk abutment sebagai berikut : 5 Keterangan : 55 130 50 300 5 (Gambar Dalam cm) Gambar 5 Bentuk Abutmen 15 50 315 50 100 75 70 F = 0,85 x 160000 = 1836000 kg 59 Panjang (L) Lebar (B) Tinggi (h) = 9 m = 3 m = 7,85 m

500 785 70 55 130 Sudut geser tanah = 0 0 γ tanah = 1,90 t.m 3 γ beton =,500 t.m Pembebanan : G1 G G3 G4 G5 G6 G7 G8 G9 15 50 315 50 100 75 5 50 300 5 (Gambar Dalam cm) Gambar 6 Gaya yang Bekerja Pada Abutmen Reaksi akibat bebn mati (Rm)= ½. 814694,08 kg Tabel 3. Gaya-Gaya Vertikal Berat Sendiri Abutmen = 407347,04 Kg Beban Hidup : Qu = 04,97 kg/m Beban garis (P) = 461,1 kg Reaksi tumpuan akibat beban hidup : Rh R total = ½. Qu x L = (½. 04,97 x 40) = 70099,4 kg = Rm + Rh = 407347,04 + (461,1 + 70099,4) = 501707,56 kg Tabel 4. Gaya-Gaya Vertikal Berat Tanah Urugan Perhitungan Pembebanan Kepala Jembatan 60

500 785 70 Pa 55 130 W1 W W3 W4 W5 W6 W7 W8 15 50 315 50 100 75 3. Pada tendon direncanakan jenis tendon VSL type 31 dengan untaian kawat baja 4 strand. Jumlah yang direncanakan sesuai perhitungan menggunakan 6 buah tendon dengan maksimal gaya F = 1.836.000 kg. 4. Dari Perhitungan dan data yang ada maka direncanakan ukuran abutmen untuk tinggi 7,85m panjang abutmen sesuai dengan lebar jembatan yaitu 9 m, lebar abutmen sebesar 3m. 5. Pondasi yang dipakai adalah pondasi koison karena penggunaan pondasi ini sesuai dengan keadaan tanah dilapangan dengan kedalaman 5 m, Diameter luar 0 cm, Diameter dalam 50 cm serta jumlah pondasi sebanyak buah. Gambar 7 Gaya-Gaya Vertikal Akibat Berat Tanah Urugan PENUTUP Kesimpulan 5 50 300 (Gambar Dalam cm) 5 Dari hasil analisa perhitungan perencanaan gelagar beton pratekan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Perencanaan perhitungan gelagar beton pratekan didapat hasil beban penampang komposit pada : a. Beban Primer : Saran 1. Dalam merencanakan suatu konstruksi jembatan harus menggunakan aturan-aturan yang sesuai dan masih relevan.. Dalam perencanaan setiap dimensi dari komponen-komponen strukturnya harus diadakan kontrol agar konstruksi aman dan dimensi yang dihasilkan menjadi lebih efektif. 3. Dalam merencanakan konstruksi harus dipakai faktor keamanan, sehingga konstruksi yang direncanakan bisa menjadi konstruksi yang kokoh, serta tahan terhadap berbagai macam kondisi yang selalu berubah-ubah dalam setiap waktu. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 199, "Bridge DesainManual (Panduan Perencanaan) Bridge Management System" Departement Pekerjaan Umum Bina Marga. Anonim, 00, "SK SNI 03-847-00", Departemen Pekerjaan Umum Bina Marga. b. Beban Sekunder Anonim, 005, "Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan (RSNI T-0-005)", Departemen Pekerjaan Umum Bina Marga.. Dimensi gelagar direncanakan untuk tinggi geagar m, lebar flens atas 0,7 m, lebar flens bawah 0,6 m, tebal badan flens 0, m, tebal flens atas 0, m dan tebal flens bawah 0,5 m. Fadila Sumantri, R, 1989, "Analisis Perencanaan Jembatan", Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta. 61

Hadi Pratomo, W, 1994 "Struktur Beton Prategang (Teori dan Prinsip Desain)", Nova. Joseph E Bowles, 1993, "Analisis Desain Pondasi",Jakarta. Krisna Raju, N., 1988 "Beton Prategang", edisi kedua, Erlangga, Jakarta. Supriyadi, B., 000, "Jembatan" Edisi Ketiga,Yogyakarta. Suyono Sosrodarsono, 000, "Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi" Edisi Ketujuh, - PT.PradnyaParamitha. Struyk, Van Der Veen, Sumargono, 1990, "Jembatan" Edisi Ketiga, PT Pradnya Paramita. TY Lin, Burn, H., "Desain Struktur Beton Prategang", Edisi Ketiga, Jilid 1 dan, Erlangga,Jakarta. Winarni, "Struktur Beton Prategang", Jakarta. 6