BAB I PENDAHULUAN. bentuk tetes atau sirup. Selanjutnya, UNICEF bersama Worldo Health Assembly (WHA)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk. meningkatkan pembangunan di bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang sehat dan berkualitas. Upaya dari United Nation untuk

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi yang diberikan pada bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia masih tergolong tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran seseorang hingga berusia 18 atau 24 bulan. Masa-masa bayi adalah

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

1

BAB I PENDAHULUAN. enam bulan pertama kehidupan bayi (Saleha, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi adalah anak yang baru lahir sampai berumur 12 bulan dan

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I LATAR BELAKANG. bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia sering ditemukan pada anak balita,tetapi juga pada orang dewasa

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan (IDAI, 2008).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

2015 GAMBARAN DUKUNGAN SUAMI DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU PADASUKA RW 06 DAN RW 12 KELURAHAN PADASUKA KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial dalam masa transisi menjadi seorang ibu. (Afiyanti, 2003) Minggu-minggu pertama setelah kelahiran bayi,

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB l PENDAHULUAN. pada angka 26 kematian per kelahiran hidup (WHO, 2014). Beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Anak merupakan generasi penerus bangsa untuk melanjutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan. Setelah untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes, 2006). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), BKKBN, dan Depkes dalam

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. bagi bayi, ibu maupun lingkungan. Bayi yang diberikan ASI eksklusif akan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tumbuh kembang anak. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif juga menguntungkan ibu, yaitu dapat

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

PENDAHULUAN. United Nations International Children s Emergency Fund (UNICEF)

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB I PENDAHULUAN. tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti empiris

serta suami sangat dibutuhkan. Karena pikiran pikiran negatif atau rasa kurang

BAB I PENDAHULUAN Millennium Develepment Goals (MDG s) Indonesia menargetkan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah angka kematian bayi (AKB) di Indonesia sebanyak 25 kematian

BAB 1 : PENDAHULUAN. Eksklusif, ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ibu pada saat hamil dan setelah melahirkan sebagian besar akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB I PENDAHULUAN. ASI merupakan susu yang tepat untuk bayi karena susu ini khusus diproduksi ibu

BAB I. A. Latar Belakang. Dalam Al-Qur an terkandung segala bentuk tata kehidupan, mulai dari. Qur an surat Al- Baqarah dan surat Yunus yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO) merekomendasikan untuk pemberian ASI eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. mikro disebabkan karena kurangnya asupan vitamin dan mineral essensial

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa, dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kelenjar mamae

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA

BAB I PENDAHULUAN. balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. ASI merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena mengandung

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2012 yang sebesar 48,6%. Persentase pemberian ASI Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. obstetri di Indonesia adalah sebesar 23 per Kelahiran Hidup (KH)

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan bayi baik fisik maupun psikologi sosial. ASI mengandung nutrisi,

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup serta dapat melindungi bayi dari penyakit infeksi. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. (Depkes RI, 2003) dengan harapan pada tahun 2010 AKB di Indonesia turun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kebaikan ASI mendorong WHO merekomendasikan pemberian ASI selama 6 bulan secara eksklusif. Pemberian ASI eksklusif yang dimaksud adalah memberi ASI saja tanpa tambahan cairan atau makanan pada bayi kecuali vitamin, mineral atau obat dalam bentuk tetes atau sirup. Selanjutnya, UNICEF bersama Worldo Health Assembly (WHA) dan beberapa Negara lain menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (Amiruddin, 2007). Jangka waktu yang ditetapkan untuk pemberian ASI eksklusif yaitu enam bulan, ternyata belum sepenuhnya diterapkan sebagian besar di Indonesia. Penelitian oleh Nutrition & Health Surveillance System Indonesia bersama Helen Keller International (2003) mendapatkan hasil hanya 27-42% bayi dibawah dua bulan yang mendapatkan ASI eksklusif. Laporan kementrian pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak (2008) menunjukkan rata-rata balita disusui selama 16.5 bulan. Hal ini mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni sebesar 16.9 bulan (Pee. Et al., 2003). ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi berumur 0 6 bulan tanpa makanan dan minuman lain. ASI sangat mudah sekali didapat dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Bayi memiliki risiko tinggi untuk terkena penyakit karena daya tahan tubuh yang belum sempurna. Infeksi saluran pernafasan akut merupakan penyebab utama kematian pada bayi dan anak balita di Indonesia (Naim, 2002). Naim dalam penelitiannya menemukan bayi yang tidak diberi ASI secara eksklusif memiliki resiko mengidap pneumonia lebih besar 4,89 kali dari pada bayi yang diberi ASI.

Menurut sumber data PSG (pemantauan status gizi) Provinsi Gorontalo tahun 2012, menunjukan 37,05% ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayinya. Sedangkan, menurut Data statistik penelitian dan pengembangan Kabupaten Gorontalo 2012 menunjukkan seluruh Desa di Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo memiliki cakupan ASI dibawah target departemen kesehatan yaitu sebesar 35,36%, salah satunya adalah desa Tuladenggi memiliki cakupan ASI eksklusif terendah yaitu sebesar 24,87%. Hal ini masih jauh dari target departemen kesehatan yaitu 67%. Rendahnya angka balita yang disusui dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal, yaitu berasal dari ibu, diantaranya, usia ibu, tingkat pengetahuan, kondisi kesehatan, dan persepsi ibu. Sedangkan faktor eksternal dapat berupa tingkat pendidikan, pekerjaan, promosi susu formula dan dukungan orang terdekat dilingkungan tempat tinggal ibu. Namun peneliti hanya membatasi 4 faktor yang akan diteliti yaitu Faktor internal antara lain usia ibu dan tingkat pengetahuan sedangkan pada faktor eksternal yaitu pendidikan dan dukungan orang terdekat. Faktor internal yang pertama, yaitu tingkat pengetahuan ibu, memiliki andil dalam pemberian ASI eksklusif. (Novita, 2009) dalam penelitiannya menemukan tingkat pengetahuan berbanding lurus dengan tingkat pendidikan dan berbanding terbalik dengan pemberian ASI pada bayi. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, semakin tinggi jumlah ibu yang tidak memberikan ASI pada bayinya. Berdasarkan hasil wawancara dari salah satu ibu yang berada di Puskesmas Tuladenggi, ibu yang berpendidikan rendah mempengaruhi pengetahuan ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Sebab ibu tersebut tidak mempunyai pengetahuan lebih mengenai kandungan ASI tersebut. Dimana seperti

yang kita ketahui bahwa kandungan ASI mempunyai manfaat yang lebih dibandingkan dengan susu formula biasa. Faktor selanjutnya yaitu umur ibu. Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan epidemiologi, angka kesakitan maupun angka kematian. Dalam hal ini, hampir semua keadaan menunjukan hubungan dengan umur (Notoadmodjo, 2003). Hal ini juga ditentukan menjadi persoalan yang berat untuk ibu dalam menyusui bayinya. (Baskoro, 2008) dalam penelitiannya, ibu yang tergolong umur dibawah 30 tahun pada umumnya dapat menghasilkan cukup ASI dibanding dengan ibu yang berusia lebih tua. Ibu yang berusia lebih dari 30 tahun biasanya tidak akan dapat menyusui bayinya dengan jumlah ASI yang sedikit. Hal ini dikarenakan fisik ibu sudah jauh berkurang dan menurun. Berdasarkan pernyataan dari salah satu petugas kesehatan, sebagian besar ibu yang tergolong umur diatas 30 tahun tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Hal ini di dukung oleh pernyataan yang dikemukakan oleh salah satu ibu di wilayah kerja puskesmas tuladenggi, bahwa ibu tersebut kurang memproduksi ASI sehingga Kebutuhan bayi akan pemberian ASI tidak terpenuhi. Selain faktor umur masih banyak alasan lain yang mempengaruhi pemberian asi eksklusif. Selain pengaruh dari faktor internal, faktor eksternal juga berperan penting dalam pemberian ASI eksklusif. Faktor yang pertama adalah dukungan orang terdekat seperti suami, ibu dan saudara perempuan. Studi yang dilakukan oleh (Novita, 2011) pada tahun 2009 menunjukkan 13% ibu memutuskan untuk pemberian ASI atau susu formula karena pengaruh dari ibu dan saudara perempuannya (Swarts, Kruger, & Dolman, 2011). Menurut hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti selama tiga hari di Desa Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo dengan salah satu warga

terdekat yang mempunyai jadwal kunjungan di puskesmas tuladenggi, mengakui bahwa ia menyusui bayinya dikarenakan dukungan dari suaminya, yang ingin memberikan makanan terbaik untuk anaknya selama 6 bulan. Selain itu, berdasarkan pengalaman ibunya juga turut mendukung pemberian ASI eksklusif. Faktor eksternal selanjutnya adalah pendidikan ibu. Tingkat pendidikan ibu yang rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan ibu dalam menghadapi masalah tertuma dalam pemberian ASI eksklusif. Menurut penelitian (Kasmayanti, 2005), ibu yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi, umumnya terbuka menerima perubahan atau hal-hal yang baru guna pemeliharaan kesehatan bayinya. Pendidikan juga membuat ibu terdorong untuk mencari pengalaman sehingga informasi yang di terima menjadi pengetahuan ibu itu sendiri. Dari hasil Survey lapangan selama tiga hari di Puskesmas Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo, sebagian besar ibu yang memiliki bayi berusia lebih dari 6 bulan adalah ibu yang berpendidikan rendah, yaitu 15 orang ibu yang berpendidikan tamatan SD. Sedangkan ibu yang mempunyai pendidikan tamatan SMP sebanyak 2 orang, 5 orang ibu lulusan SMA dan 2 orang ibu yang mempunyai pendidikan tinggi yaitu Akademi/PT. Namun dari 24 orang Ibu yang di wawancarai, sebagian besar Ibu tidak memberikan ASI eksklusif. Seluruh Ibu berpendidikan Akademi/PT yang diwawancarai oleh peneliti, tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Sedangkan sebagian ibu yang berpendidikan SD, mengakui bahwa mereka akan menjalankan program ASI eksklusif sampai bayi tersebut berusia 6 bulan atau kurang lebih selama 2 tahun.

Seperti yang kita ketahui, ibu yang berpendidikan tinggi mempunyai pengetahuan yang cukup dalam memanfaatkan ASI eksklusif sebaik mungkin demi perkembangan buah hatinya. namun harus di akui bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, maka semakin banyak kesibukan ibu, sehingga kebutuhan bayi tidak lagi terpenuhi dan kewajiban ibu tersebut terabaikan. Berdasarkan permasalahan di atas membuat peneliti tertarik untuk mengetahui Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo Tahun 2013. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian ini merumuskan masalah penelitian yaitu belum diketahuinya gambaran faktor - faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Adapun pertanyaan penelitian dari masalah ini sebagai berikut : 1.2.1 Bagaimana gambaran pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo Tahun 2013? 1.2.2 Apakah terdapat hubungan antara usia dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo? 1.2.3 Apakah terdapat hubungan antara tingkat pegetahuan dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo? 1.2.4 Apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo?

1.2.5 Apakah terdapat hubungan antara orang terdekat dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif DiWilayah Kerja Puskesmas Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo Tahun 2013. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui : 1. Menganalisis pemberian ASI ekskusif di Wilayah Kerja Puskesmas Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten 2. Menganalisis hubungan usia dengan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten 3. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten 4. Menganalisis hubungan tingkat pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten 5. Menganalisis hubungan dukungan orang terdekat dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten

1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat Institusi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi penentu kebijakan maupun pengambilan keputusan dalam rangka menurunkan angka prevalensi kejadian kesakitan dan kematian akibat pemberian ASI eksklusif. 1.4.2 Manfaat Profesi Hasil penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu pengetahuan dan dapat menjadi bahan bacaan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif. 1.4.3 Manfaat Bagi Ibu Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan ibu tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif. 1.4.4 Manfaat Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat mengenai Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif, baik dari segi pengetahuan untuk bisa memanfaatkan ASI sebaik mungkin. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat agar mereka lebih meningkatkan pemberian ASI eksklusif sehingga kebutuhan bayi mereka terpenuhi. 1.4.5 Manfaat Bagi Penelitian Selanjutnya Diharapkan menjadi acuan bagi peneliti lain dalam mengembangkan penelitian sejenis dan penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut sehingga bermanfaat bagi kita semua.