BAB 3 METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

Lampiran 2. Tumbuhan dan daun ketepeng. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.)

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

BAB III METODE PENELITIAN. adalah dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 95%. Ekstrak yang

Lampiran 1.Identifikasi tumbuhan

LAMPIRAN. Sampel Daun Tumbuhan. dicuci dikeringanginkan dipotong-potong dihaluskan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Juni 2014 di Laboraturium

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai September 2016.

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

Lampiran 1. Hasil identifikasi dari jenis rumput laut Kappaphycus alvarezii (Doty)

Lampiran 1. Hasil identifikasi bunga lawang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Pertanian Universitas Sultan Syarif Kasim Riau.

Lampiran 2. Morfologi Tanaman Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth)

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik.

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Jengkol

III. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Hasil Identifikasi hewan Teripang. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Oktober Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium, mengenai uji potensi antibakteri ekstrak etilasetat dan n-heksan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian terapan dengan menggunakan

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Kecipir

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi Dasar Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi (FST), Universitas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

Lampiran 1. Persiapan Media Bakteri dan Jamur. diaduk hingga larut dan homogen dengan menggunakan batang pengaduk,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental yang bersifat analitik

3. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

III. Metode Penelitian A. Waktu dan Tempat Penelitian kelimpahan populasi dan pola sebaran kerang Donax variabilis di laksanakan mulai bulan Juni

Lampiran 1. Hasil identifikasi daun ekor naga (Rhaphidopora pinnata (L.f.) Schott.)

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat dan Bahan Alat Spektrofotometri UV-Visible Rotari Evaporator. Fiber Scientific

BAB III METODE PENELITIAN

SKEMA ALUR PIKIR. Kulit Buah Manggis

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Isolasi Bakteri Endofit dari Batang dan Akar Tanaman Dara metode Radu & Kqueen (2002) yang dimodifikasi

Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Skema Alur Pikir

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. MIPA dan Laboratorium Universitas Setia Budi Surakarta. B.

BAB III BAHAN DAN METODA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada

BAB 3 METODE PENELITIAN. Erlenmeyer 250 ml. Cawan Petri - Jarum Ose - Kertas Saring Whatmann No.14 - Pipet Tetes - Spektrofotometer UV-Vis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Lampiran I. Hasil Identifikasi/Determinasi Tumbuhan. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. vitro pada bakteri, serta uji antioksidan dengan metode DPPH.

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2012

METODELOGI PENELITIAN. Umum DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung dan Laboratorium. Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dalam waktu 4

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB III. A. Jenis Penelitian. Penelitian ini termasuk ke dalam metoda penelitian eksperimental dimana

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2012 bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode eksperiment.

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancanngan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial. Pada penelitian ini digunakan 2

LAPORAN HASIL PENELITIAN PENENTUAN POTENSI JAMU ANTI TYPHOSA SERBUK HERBAL CAP BUNGA SIANTAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

LAMPIRAN 1. Standar zona hambat antibiotik menurut CLSI

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Sampel penelitian ini adalah biakan murni S. mutans yang berasal dari

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA AKTIF DAUN SENGGANI (Melastoma candidum D.Don) TERHADAP Bacillus Licheniformis.

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek pada penelitian ini adalah bakteri Enterococcus faecalis yang

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

III. BAHAN DAN METODE

LAMPIRAN A SKEMA KERJA PEMBUATAN SUSPENSI BAKTERI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

Transkripsi:

19 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : - Rotari Evaporator Heidolph WB 2000 - Autoklaf Yamata SN 20 - Oven Ficher Scientific - Inkubator Fiber Scientific - Neraca Analitis Mettler AE 200 - Pipet Mikro Eppendorf - Lemari Pendingin - Penangas Air - Cawan Petri - Bunsen - Jarum Ose - Jangka Sorong - Corong Pisah Pyrex - Kertas Cakram - Tabung Reaksi Pyrex - Beaker Glass Pyrex - Erlenmeyer Pyrex - Rak Tabung Reaksi - Botol Vial - Batang Pengaduk - Spatula - Kapas - Pipet Tetes

20 3.2 Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: - Daun Ketapang (Terminalia catappa L) - Metanol Teknis - FeCl 3 5% - Aquadest - CeSO 1% dalam H 2 SO 4 10% - Pereaksi Bouchardat - Pereaksi Dragendorf - Pereaksi Meayer - Pereaksi Wagner - Natrium Clorida (NaCl) - Mueller Hinton Agar(MHA) - Nutrient Agar (NA) - Dimetilsulfoksida (DMSO) - Biakan Staphylococcus aureus - Biakan Streptococcus mutan - Biakan Salmonella typhi 3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Penyediaan Sampel Sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah daun ketapang yang diperoleh di daerah Taman Biro Rektor, Kota Medan. Daun ketapang dipisahkan dari batangnya, dicuci bersih, dipotong kecil-kecil dan dikeringkan dalam suhu ruang selama 14 hari lalu dihaluskan dengan menggunakan blender dan diperoleh serbuk daun ketapang 3.3.2. Pembuatan Ekstrak Metanol Daun Ketapang Sebanyak 300 gram serbuk daun ketapang kering dimasukkan kedalam ekstraktor, ditambahkan pelarut metanol sebanyak 4 liter sampai serbuk daun ketapang terendam kemudian dimaserasi dan didiamkan selama 24 jam. Hasil maserat

21 disaring dan ditampung dan diperoleh ekstrak metanol daun ketapang. Ekstrak metanol daun ketapang dipekatkan dengan rotari evaporator hingga diperoleh ekstrak pekat metanol daun ketapang, kemudian dipanaskan kembali di penangas air untuk mendapatkan ekstrak padat metanol. Ekstrak padat metanol yang diperoleh kemudian dilarutkan dengan etil asetat hingga terbentuk endapan dan ekstrak etil asetat. Endapan dipisahkan (tidak dilanjutkan) dan diuji pada pereaksi untuk identifikasi senyawa tanin positif, dilanjutkan dengan uji antibakteri terhadap bakteri S. mutan, S.typhi dan S.aureus. Ekstrak etil asetat dipekatkan dengan menggunakan penangas air sehingga diperoleh ekstrak padat etil asetat, ekstrak pekat yang diperoleh diuapkan hingga semua etil asetat menguap. Ekstrak pekat tersebut dilarutkan dengan metanol dan dipartisi dengan n-heksan hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan bawah yaitu etil asetat dan lapisan atas yaitu n-heksan. Partisi dilakukan kembali secara berulangulang menggunakan pelarut n-heksan sampai lapisan n-heksan bening dan ekstrak etil asetat yang diperoleh memberikan hasil uji yang positif pada pereaksi untuk identifikasi senyawa flavonoid. Ekstrak etil asetat dan n-heksan dipadatkan kembali dengan penangas air hingga diperoleh ekstrak padat etil asetat dan ekstrak padat n- heksan. Ekstrak padat etil asetat dan n-heksan dilanjutkan dengan uji antibakteri terhadap bakteri S. mutan, S.typhi dan S.aureus 3.3.3 Skrining Fitokimia Daun Ketapang Sampel daun ketapang segar dipotong kecil-kecil kemudian panaskan pada waterbath hingga diperoleh ekstraknya, ekstrak yang diperoleh dilakukan uji skrining dengan beberapa tahap uji sebagai berikut: 3.3.3.1 Uji Tanin Ekstrak Metanol daun ketapang dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan FeCl 3 5%, jika terbentuk larutan berwarna hitam maka positif mengandung tanin.

22 3.3.3.2 Uji Terpenoida Ekstrak metanol daun ketapang diteteskan pada plat klomatografi lapis tipis (KLT) lalu ditambahkan CeSO 4 1% Kemudian dipanaskan pada Hot Plate, jika terbentuk warna merah kecoklatan maka positif mengandung terpenoida. 3.3.3.3 Uji Alkaloida Ekstrak metanol daun ketapang dimasukkan ke dalam 4 tabung reaksi. Tabung I ditetesi pereaksi Boucharda, jika terbentuk endapan coklat maka positif mengandung alkaloida. Tabung II ditetesi pereaksi Wanger, jika terbentuk endapan jingga, maka positif mengandung alkaloida. Tabung III ditetesi pereaksi Meyer, jika terbentuk endapan putih, maka positif mengandung alkaloida. Tabung IV ditetesi pereaksi Dragendorf, jika terbentuk endapan jingga, maka positf mengandung alkaloida. 3.3.3.4 Uji Saponin Ekstrak metanol daun ketapang dimasukkan kedalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 10 ml aquadest, kemudian dikocok kuat-kuat. Jika terbentuk busa maka positif mengandung saponin. 3.3.3.5 Uji Flavonoida Ekstrak metanol daun ketapang dimasukkan dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan etil asetat dan peraksi FeCl 3, jika terbentuk larutan warna kuning maka positif mengandung flavonoida. 3.3.4 Pengujian Sifat Antibakteri Ekstrak Metanol, Etil Asetat dan n-heksan Daun Ketapang 3.3.4.1 Sterilisasi Alat Alat yang digunakan dicuci sampai bersih dan dikeringkan lalu ditutup rapat dengan kapas dan kertas. Kemudian dimasukkan kedalam autoklaf dan ditutup rapat. Kemudian disterilisasi selama 15 pada suhu 121ºC. 3.3.4.2 Pembuatan Media Mueller Hinton Agar (MHA)

23 Sebanyak 19 gram serbuk Mueller Hinton Agar (MHA), dimasukkan kedalam Erlenmeyer lalu dilarutkan dalam 500 ml aquadest dan dipanaskan hingga semua larut dan mendidih sambil diaduk, ditutup dengan kapas kemudian diserilisasikan didalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121ºC. 3.3.4.3 Pembuatan Media Nutrient Agar (NA) Sebanyak 7 gram Nutrien Agar (NA) dimasukkan dalam Erlenmeyer lalu dilarutkan dalam 250 ml aquadest dan dipanaskan hingga semua larut dan mendiddih sambil diaduk, ditutup dengan kapas kemudia distrerilisasikan dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121ºC 3.3.4.4 Pembuatan Media Agar Miring Dan Stok Kultur Bakteri Kedalam tabung reaksi yang steril dimasukkan 10 ml media Nutrien Agar (NA) steril, didiamkan pada temperature kamar sampai memadat pada posisi miring membentuk sudut 30º - 45º. Biakan bakteri S.mutan.dari strain utama diambil dengan jarum ose steril lalu diinokulasikan pada permukaan media Nutrien Agar (NA) miring dengan menggoreskan pada permukaan media, kemudian diinkubasi pada suhu 36ºC selama 24 jam. Hal yang sama dilakukan pada pembuatan biakan bakteri S.typhi dan S.aureus 3.3.4.5 Penyiapan Suspensi Bakteri Sebanyak 10 ml aquadest dalam tabung reaksi ditutup rapat menggunakan kapas kemudian disterilisasi kedalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121ºC. Dimasukkan biakan stok kultur bakteri S.mutan menggunakan jarum ose steril, kemudian disuspensikan kedalam Aquadest steril dihomogenkan dengan menggunakan vortex, disamakan kekekeruhan dengan larutan McFarland (10 8 CFU/ml). Hal yang sama dilakukan untuk koloni bakteri S.typhi dan S aureus

24 3.3.4.6 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol, Etil Asetat dan n-heksan Daun Ketapang Kedalam cawan petri steril dituangkan media Mueller Hinton Agar (MHA) steril dan didiamkan hingga memadat. Diambil suspensi bakteri S mutan yang sudah dihomogenkan dalam aquadest dengan menggunakan cotton bud steril pada media, kemudian digoreskan kedalam media MHA yang telah memadat secara merata dan masukkan kertas cakram. Kedalam media ditambahkan ekstrak metanol daun ketapang dengan berbagai konsentrasi sebanyak 10 µl, kemudian diinkubasi pada suhu 34º-35ºC selama 18-24 jam. Selanjutnya diukur diameter zona bening yang terbentuk disekitar kertas cakram dengan menggunakan jangka sorong statis. Hal yang sama dilakukan pada ekstrak etil asetat dan n-heksan dengan bakteri S typhi dan S aureus.

25 3.3.5 Bagan Penelitian 3.3.5.1 Pembuatan ekstrak Metanol, Etil Asetat dan n-heksan Daun Ketapang 300 gram Serbuk kering daun ketapang Dimaserasi dengan Metanol selama 24 jam Disaring Larutan Metanol Ampas Dipekatkan dengan Rotari Evaporator Ekstrak Pekat Metanol Dipadatkan dengan menggunakan Penangas Air Ekstrak Padat Metanol Dilarutkan dengan Etil Asetat Disaring Larutan Etil Asetat Dipekatkan Ekstrak Pekat Etil Asetat Dilarutkan dengan Metanol Bagian padatan yang tidak larut dalam Etil Asetat Diuji aktivitas antibakteri Larutan Metanol mengandung Ekstrak Etil Asetat Dipartisi dengan n-heksan Lapisan Metanol mengandung Ekstrak Etil Asetat Dipadatkan dengan menggunakan Penangas Air Lapisan n-heksan Dipadatkan Ekstrak Padat n-heksan Ekstrak Padat Etil Asetat Diuji aktivitas antibakteri Diuji aktivitas antibakteri

26 3.3.5.2. Uji Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol, Etil Asetat dan n-heksan Daun Ketapang Sampel Daun Ketapang ditambahkan Metanol disaring Larutan Ekstrak Metanol Daun Ketapang dimasukkan kedalam tabung reaksi secukupnya ditambahkan pereaksi untuk masing-masing uji Alkaloida Flavonoida Saponin Terpenoida Tanin Tabung I + pereaksi Bouchardat Tabung II + pereaksi Meyer Tabung III + pereaksi Dragendorf ditambahkan FeCl 3 ditambahkan aquadest dikocok kuat - kuat ditotolkan pada KLT disemprotkan dengan CeSO 4 ditambahkan FeCl 5% Alkaloida Negatif Flavonoida Positif Saponin Negatif Terpenoida Positif Tanin Positiif 3.3.5.3 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol, Etil Asetat dan n-heksan Daun Ketapang 3.3.5.3.1 Pembuatan Media Mueller Hinton Agar (MHA) 19 gr Media Mueller Hinton Agar (MHA) dilarutkan dengan 500ml aquadest dalam erlenmeyer dipanaskan sambil diaduk hingga mendidih dan larutan jernih disterilkan dalam autoklaf pada suhu 120 0 C Media Mueller Hilton Agar (MHA) steril

27 3.3.5.3.2 Pembuatan Media Nutrient Agar (NA), Media Agar Miring dan Stok Kultur Bakteri 7gr Media Nutrient Agar (NA) Media Nutrient Agar (NA) steril Stok kultur Bakteri S. mutan dilarutkan dengan 250ml aquadest dalam erlemeyer dipanaskan sambil diaduk hingga larut dan mendidih disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 o C selama 15 menit dituangkan sebanyak 10ml kedalam tabung reaksi dibiarkan pada temperatur kamar sampai memadat pada posisi miring membentuk sudut 30-45 0 diambil biakan bakteri S. mutan dari strain utama dengan jarum ose lalu digoreskan pada media Nutrient Agar yang telah memadat diinkubasi pada suhu 35 O C selama 18-24 jam Dilakukan hal yang sama pada Bakteri S typhi dan S.aureus

28 3.3.5.3.3 Penyiapan Suspensi Bakteri 10 ml Aquadest dimasukkan kedalam tabung reaksi ditutup rapat menggunakan kapas disterilkan kedalam autoklaf pada suhu 121 o C selama 15 menit Aquadest Steril Inokulum bakteri S.mutan diambil koloni bakteri dari stok kultur Bakteri S. mutan dengan menggunakan jarum ose disuspensikan kedalam Aquadest steril lalu dihomogenkan dibandingkan kekeruhannya dengan standard Mc Farland FN : Dilakukan dengan cara yang sama terhadap bakteri S. thypi dan S.aureus 3.3.5.3.4 Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol, Etil Asetat dan n- Heksan Daun Ketapang Media Mueler Hilton Agar (MHA) Dimasukkan kedalam cawan petri steril Didiamkan hingga media memadat Diambil suspensi bakteri S.mutan yang sudah dilarutkan dalam aquadest steril Digoreskan suspensi bakteri kedalam media MHA secara merata Dimasukkan kertas cakram yang telah direndam dengan ekstrak metanol, etil asetat dan n-heksan daun ketapang dengan berbagai konsentrasi kedalam cawan petri yang telah berisi bakteri diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 35 o C diukur media zona bening disekitar kertas cakram dengan menggunakan jangka sorong Hasil FN : Dilakukan dengan cara yang sama terhadap bakteri S. thypi dan S.aureus

29 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Uji Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol, Etil Asetat dan n-heksan Daun Ketapang Ekstrak Metanol, Etil Asetat dan n-heksan daun ketapang yang diperoleh diuji skrining fitokimia untuk mengetahui adanya golongan senyawa alkaloida, flavonoida, terpenoida, saponin dan tanin yang ditunjukkan pada tabel 4.1 Tabel 4.1 Hasil Uji Skrining Fitokimia Ekstrak Metanol, Etil Asetat dan n-heksan Daun Ketapang No. Parameter Pereaksi Ekstrak Metanol Ekstrak Etil Asetat Ekstrak n-heksan 1. Alkaloida Bouchardat - - - Wagner - - - Meyer - - - Dragendorf - - - 2. Flavonoida FeCl 3 + + + 3. Saponin Aquadest - - - 4. Tanin FeCl 3 5% + + + 5. Terpenoida CeSO 4 1% + + + Keterangan : (+) = Reaksi positif (-) = Reaksi negatif 4.1.2 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol, Etil Asetat dan n-heksan Daun Ketapang Uji aktivitas antibakteri ekstrak metanol, etil asetat dan n-heksan daun ketapang menunjukkan zona hambat pada pertumbuhan beberapa bakteri yaitu Sthapylococus aureus, Salmonella typhi dan Streptococcus mutan. Hal ini dapat dilihat dari

30 pengukuran diameter zona bening yang terbentuk, yaitu berupa wilayah bening disekeliling kertas cakram yang mengandung ekstrak Metanol, Etil Asetat dan n- Heksan daun ketapang. Zona bening yang terbentuk dari hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak metanol dengan berbagai konsentrasi adalah seperti Tabel 4.2 Tabel 4.2. Zona Bening Dari Hasil Uji Antibakteri Ekstrak Metanol Konsentrasi Ekstrak Metanol (mg/ml) Zona Hambat Bakteri a (mm) 100 (mm) 200 (mm) 300 (mm) 400 (mm) 500 (mm) Sthapylococus aureus 0 8,8 11,5 14,6 18,7 21,3 Salmonella typhi 0 7.6 10,8 14,1 17,2 19,8 Streptococcus mutan 0 5,9 8,1 11,7 14,4 16,9 Keterangan : a = blanko (kertas cakram direndam dengan DMSO) Berdasarkan hasil konsentrasi zona bening yang terdapat pada Tabel 4.2 diatas, zona hambat bakteri Staphylococus aureus, Salmonella typhi, Escherichia coli dari ekstrak metanol juga dapat dilihat pada gambar 4.1, 4.2, dan 4.3 berikut ini : 300mg/ml Blanko 100mg/ml 200mg/ml 400mg/ml 500mg/ml Gambar 4.1. Zona hambat bakteri Sthapylococus aureus dari ekstrak metanol Blanko 300mg/ml 100mg/ml 200mg/ml 400mg/ml 500mg/ml

31 Gambar 4.2. Zona hambat bakteri Salmonella typhi dari ekstrak metanol 300mg/ml 100mg/ml Blanko 200mg/ml 400mg/ml 500mg/ml Gambar 4.3. Zona hambat bakteri Streptococcus mutan dari ekstrak metanol Zona bening yang terbentuk dari hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat dengan berbagai konsentrasi adalah seperti Tabel 4.3 Tabel 4.3. Zona Bening Dari Hasil Uji Antibakteri Ekstrak Etil Asetat Konsentrasi Ekstrak Etil Asetat (gr/ml) Zona Hambat Bakteri a (mm) 100 (mm) 200 (mm) 300 (mm) 400 (mm) 500 (mm) Sthapylococus aureus 0 7,5 11,9 14,5 16,3 19,1 Salmonella typhi 0 6,6 8,7 11,8 13,7 16,2 Streptococcus mutan 0 5,6 6,7 8,2 11,3 13,4 Keterangan : a = blanko (kertas cakram direndam dengan DMSO) Berdasarkan hasil konsentrasi zona bening yang terdapat pada Tabel 4.3 diatas, zona hambat bakteri Sthapylococus aureus, Salmonella typhi, Streptococcus mutan dari ekstrak etil asetat juga dapat dilihat pada gambar 4.4, 4.5, dan 4.6 berikut ini : Blanko 300mg/ml 100mg/ml 200mg/ml 400mg/ml 500mg/ml

32 Gambar 4.4. Zona hambat bakteri Sthapylococus aureus dari ekstrak etil asetat Blanko 200mg/ml 100mg/ml 400mg/ml 300mg/ml 500mg/ml Gambar 4.5. Zona hambat bakteri Salmonella typhi dari ekstrak etil asetat Blanko 300mg/ml 100mg/ml 200mg/ml 500mg/ml 400mg/ml Gambar 4.6. Zona hambat bakteri Streptococcus mutan dari ekstrak etil asetat Zona bening yang terbentuk dari hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak n-heksan dengan berbagai konsentrasi adalah seperti Tabel 4.4 Tabel 4.4. Zona Bening Dari Hasil Uji Antibakteri Ekstrak n-heksan Konsentrasi Ekstrak n-heksan (mg/ml) Zona Hambat Bakteri a (mm) 100 200 300 400 500 (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) Sthapylococus aureus 0 5,6 6,4 8,2 9,4 11,3 Salmonella typhi 0 5,0 6,3 7,8 9,1 10,6 Escherichia coli 0 3,4 5,3 6,7 8,9 9,6 Keterangan : a = blanko (kertas cakram direndam dengan DMSO) Berdasarkan hasil konsentrasi zona bening yang terdapat pada Tabel 4.4 diatas, zona hambat bakteri Sthapylococus aureus, Salmonella typhi, Streptococcus mutan dari ekstrak n-heksan juga dapat dilihat pada gambar 4.7, 4.8, dan 4.9 berikut ini :

33 Blanko 300mg/ml 100mg/ml 200mg/ml 400mg/ml 500mg/ml Gambar 4.7. Zona hambat bakteri Sthapylococus aureus dari ekstrak n-heksan Blanko 300mg/ml 100mg/ml 200mg/ml 400mg/ml 500mg/ml Gambar 4.8. Zona hambat bakteri Salmonella typhi dari ekstrak n-heksan Blanko 300mg/ml 100mg/ml 200mg/ml 400mg/ml 500mg/ml Gambar 4.9. Zona hambat bakteri Streptococcus mutan dari ekstrak n-heksan Pada Tabel 4.1; Tabel 4.2 dan Tabel 4.3, menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun ketapang memiliki daya hambat pertumbuhan bakteri yang lebih efektif

34 dibandingkan ekstrak etil asetat dan ekstrak n-heksan daun ketapang. Hal ini dapat dilihat juga dari ketiga pelarut diatas lebih efektif menghambat pertumbuhan bakteri Sthapylococus aureus dibandingkan dengan bakteri Salmonella typhi dan Streptococcus mutan dengan sifat daya hambat berbanding lurus dengan jumlah konsentrasi yang dapat dilihat pada gambar 4.10; 4.11 dan 4.12 berikut Diameter Zona Bening (mm) 25 20 15 10 5 0 Ekstrak Metanol 100 200 300 400 500 Konsentrasi (mg/ml) Sthapylococus aureus Salmonella typhi Streptococcus mutan Gambar 4.10. Grafik Diameter Zona Bening Ekstrak Metanol Ekstrak Etil Asetat Diameter Zona Bening (mm) 25 20 15 10 5 0 Blanko 100 200 300 400 500 Konsentrasi (mg/ml) Sthapylococus aureus Salmonella typhi Streptococcus mutan Gambar 4.11. Grafik Diameter Zona Bening Ekstrak Etil Asetat

35 Diameter Zona Bening (mm) 12 10 8 6 4 2 0 Ekstrak n-heksan Blanko 100 200 300 400 500 Konsentrasi (mg/ml) Sthapylococus aureus Salmonella typhi Streptococcus mutan Gambar 4.12. Grafik Diameter Zona Bening Ekstrak n-heksan 4.2. Pembahasan Ekstraksi daun ketapang dengan menggunakan pelarut metanol, etil asetat dan n-heksan diperoleh secara berturut-turut adalah 12,55 gr, 5,70 gr, 3,80 gr. Ekstrak padat yang paling banyak diperoleh adalah ekstrak metanol. Ekstrak metanol merupakan hasil proses ekstraksi dari residu terakhir. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komponen-komponen senyawa yang terkandung pada daun ketapang lebih banyak terekstrak atau larut pada pelarut yang bersifat polar. Hal ini sesuai dengan pendapat Moyler, 1991 bahwa pelarut metanol merupakan pelarut yang baik dalam proses ekstraksi karena mampu mengekstraksi semua senyawa. Ini juga didukung oleh tampilan warna yang diperoleh pada ekstraksi metanol adalah warna yang paling gelap. Berdasarkan uji skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak daun ketapang dari masing-masing ekstraksi menunjukkan bahwa ada senyawa terpenoida dan flavonoida. Hal ini tampak dari perubahan warna yang terjadi pada uji skrining untuk golongan terpenoida dengan pereaksi CeSO 4 yang mana menunjukkan perubahan warna menjadi merah dan pada golongan flavonoida dengan pereaksi FeCl 3 yang mana menunjukkan perubahan warna kuning. Untuk senyawa alkaloid tidak ada terkandung didalam masing-masing ekstraksi.

36 Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa ekstrak metanol, etil asetat dan n-heksan menunjukkan semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka jumlah senyawa antibakteri yang dilepaskan semakin besar yang akan menentukan besaran diameter zona hambat yang terbentuk (Brock, et.al.,1988) Pada ekstraksi metanol, etil asetat dan n-heksan daun ketapang dapat menghambat pertumbuhan bakteri lebih baik dengan zona hambat yang efektif terhadap bakteri Sthapylococus aureus, Salmonella typhi dan Streptococcus mutan pada konsentrasi 500 mg/ml dengan diameter zona hambat masing-masing 21,3 mm, 19,8 mm dan 16,9 mm. Hal yang sama juga ditunjukkan pada ekstrak etil asetat daun ketapang yang menunjukkan zona hambat yang efektif terhadap bakteri Sthapylococus aureus, Salmonella typhi dan Streptococcus mutan pada konsentrasi 500 mg/ml dengan diameter zona hambat masing-masing 19,1 mm, 16,2 mm dan 13,4 mm. sedangkan pada ekstrak n-heksan daun ketapang menunjukkan zona hambat yang efektif terhadap bakteri Sthapylococus aureus, Salmonella typhi dan Streptococcus mutan pada konsentrasi 500 mg/ml dengan diameter zona hambat masing-masing 15,3 mm, 12,2 mm dan 13,6 mm. Adanya perbedaan besaran hambatan untuk setiap masing-masing konsentrasi dapat disebabkan oleh perbedaan besar kecilnya konsentrasi, banyak sedikitnya kandungan zat aktif antimikroba yang terkandung dalam ekstrak, kecepatan difusi bahan antimikroba medium dan inkubasi, ph lingkungan, komponen media,ukuran inokulum, waktu inkubasi dan aktivitas metabolik mikroorganisme (Purwanto, 2015) Bila ditinjau dari ketiga bakteri tersebut, diperoleh aktivitas antibakteri yang paling besar pada bakteri gram negatif Sthapylococus aureus untuk ekstraksi metanol dan ekstraksi etil asetat, namun yang paling lebar zona beningnya adalah pada ekstrak metanol untuk konsentrasi 100 mg/ml=8,8mm; 200 mg/ml=11,5 mm; 300 mg/ml=14,6 mm; 400 mg/ml=18,7 mm dan 500 mg/ml=21,3 mm. Hal ini menunjukan bahwa aktivitas antibakteri yang besar terdapat pada ekstraksi metanol. Struktur dinding bakteri gram positif terdiri atas beberapa lapisan peptidogligan yang membentuk struktur yang yang tebal dan kaku serta mengandung substansi dinding sel yang disebut asam teikoat, sedangkan bakteri gram negatif memiliki lapisan

37 peptidogligan yang lebih tipis, hanya 1 sampai 2 persen dari berat keringnya. Karena mengandung sedikit lapisan peptidogligan dan tidak mengandung asam teikoat, maka dinding bakteri gram negatif seperti Streptococcus mutan lebih rentan terhadap guncangan fisik, seperti pemberian antibiotik atau bahan antibakteri lainnya (Radji, 2011).

38 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5. 1 Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil uji skrinning fitokimia ekstrak metanol, etil asetat dan n- heksan daun mengandung senyawa kimia tanin, flavonoid dan terpenoid. 2. Hasil uji aktivitas antibakteri dengan metode difusi menunjukkan bahwa pada ekstrak metanol daun ketapang dapat menghambat pertumbuhan bakteri lebih baik dengan zona hambat yang dikategorikan kuat terhadap bakteri S.mutan S.typhi dan S.aureus pada konsentrasi 500 mg/ml dengan diameter zona hambat masing-masing 16,9 mm, 19,8 mm dan 21,3 mm, pada ekstrak etil asetat daun ketapang menunjukkan zona hambat yang dikategorikan kuat pada konsentrasi 500 mg/ml dengan diameter zona hambat masing-masing 13,4 mm, 16,2 mm dan 19,1 mm dan pada ekstrak n Heksan daun ketapang menunjukkan zona hambat yang dikategorikan sedang pada konsentrasi 500 mg/ml dengan diameter zona hambat masing-masing 9,6 mm, 10,6 mm dan 11,3 mm. 5.2 Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai uji antioksidan dan uji antibakteri daun ketapang (Terminalia catappa L) dengan metode dilusi sebagai bahan pembanding dari hasil penelitian ini.