Cahyo Lukito Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Bojonegoro Jl. Lettu Suyitno No 2 Bojonegoro

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

PENGARUH DESENTRALISASI BPHTB TERHADAP PENERIMAAN DAERAH KABUPATEN BADUNG. Komang Yogi Wirasatya Made Yenni Latrini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

BAB I PENDAHULUAN. untuk diselesaikan oleh pemerintah daerah. Salah satu urusan yang diserahkan

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017 Website :

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

ANALISIS EFEKTIVITAS PAJAK DAERAH ATAS PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA BADAN PELAYANAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap daerah di Indonesia, terutama Kabupaten dan Kota sebagai unit pelaksana

Pande Kadek Yuda Mahardika. Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH BOJONEGORO DAN JOMBANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan wujud partisipasi dari masyarakat dalam. pembangunan nasional. Pajak merupakan salah satu pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Kemandirian keuangan daerah sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pelaksanaan pembangunan nasional. Keberhasilan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Bab I : Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. provinsi. Setiap provinsi terbagi dari beberapa Kabupaten maupun Kota.

KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BADUNG MEMUNGUT BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

ANALISIS PERANAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya dana yang dibutuhkan untuk membiayai pengeluaranpengeluaran. pemerintah di bidang pembangunan dan kemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah-daerah

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB II. Tinjauan Pustaka. Puspitasari dkk (2016) menjelaskan bahwa 1. Proses pemungutan Pajak

KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

Keterangan Pers POKOK-POKOK PENGATURAN UNDANG-UNDANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

ANALISIS RASIO KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRACT. Keywords : Effectiveness, contribution, land and building tax ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

EVALUASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) SETELAH PENETAPAN UU NO

Isfatul Fauziah Achmad Husaini M. Shobaruddin

BAB I PENDAHULUAN. umum adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

I. PENDAHULUAN. Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya

ANALISIS POTENSI SUBJEK PAJAK DAN KONTRIBUSI PAJAK ATAS PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR TANAH DI KOTA BATU

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan kebijakan yang. daerahnya masing-masing atau yang lebih dikenal dengan sebutan

UIN MALIKI MALANG ABSTRACT

Jurnal Ekonomi Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah

KONSTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN PAMEKASAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

BAB III PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR KOTA SURABAYA. A. Pengaruh Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Tanggal 18 Agustus 2009 REPUBLIK INDONESIA

PENDAPATAN ASLI DAERAH BERDAMPAK PADA KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH. Rosmiaty Tarmizi. Abstract

KONTRIBUSI PAJAK HOTEL TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan pelaksanaan otonomi daerah

PENDEKATAN DINAMIS PRINSIP OTONOMI DAERAH TERHADAP KEBIJAKAN PAJAK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. wilayah sebesar km². Dari total luas keseluruhan tersebut, sebesar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BPHTB

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan

ANALISIS KONTRIBUSI RETRIBUSI JASA UMUM TERHADAP PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN SAROLANGUN

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Adanya otonomi daerah membuat pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk

EFEKTIVITAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DI KOTA KEDIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuntutan reformasi disegala bidang membawa dampak terhadap hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

KONTRIBUSI PAJAK SARANG BURUNG WALET TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN BANGKA INDUK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tuntutan reformasi disegala bidang membawa dampak terhadap

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA SAMARINDA

ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PENCATATANNYA PADA DINAS PENDAPATAN KOTA MANADO

Transkripsi:

UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH MELALUI BEA PERALIHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) DI KABUPATEN BOJONEGORO (Studi Di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Bojonegoro) Cahyo Lukito Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Bojonegoro Jl. Lettu Suyitno No 2 Bojonegoro Email : lukito_cahyo@yahoo.com Abstract Collection of BPHTB in Bojonegoro Regency, with the passage of the PDRD Law No.28 of 2009, the BPHTB becomes regional tax. This study aims to analyze the implementation of BPHTB collection in Bojonegoro Regency using a qualitative approach. The results of the study show that the efforts made to increase Regional Original Revenue through Customs for Land and Building Rights in Bojonegoro have been carried out through two channels, namely the policy path and the governance path. The path of this policy has been carried out through Regional Regulation number 16 of 2010 which became the legal basis in implementing the decentralization policy of collecting Customs and Land Rights in Bojonegoro Regency, and Bojonegoro Regency's Original Regional Income over the past three years which tends to decrease. The fee for acquiring land and building rights in Bojonegoro Regency has not been pursued comprehensively in a manner that is consistent with stakeholders. Keywords: BPHTB, Regional Tax Abstrak Pemungutan BPHTB di Kabupaten Bojonegoro, dengan disahkannya UU PDRD No.28 Tahun 2009 maka BPHTB menjadi pajak daerah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan pemungutan BPHTB di Kabupaten Bojonegoro dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa upaya-upaya yang dilakukan untuk peningkatan Pendapatan Asli Daerah melalui Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan di Bojonegoro telah dilakukan melalui dua jalur, yaitu jalur kebijakan dan jalur tata kelola. Jalur kebijakan ini telah dilakukan melalui Peraturan Daerah nomor 16 Tahun 2010 yang menjadi landasan hukum dalam pelaksanaannya kebijakan desentralisasi pemungutan Bea Bangunan di Kabupaten Bojonegoro, serta Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bojonegoro selama tiga tahun terakhir terus menerus cenderung turun hal ini menandakan bahwa Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan di Kabupaten Bojonegoro belum diupayakan peningkatannya secara komprehensif kepada pemangku kepentingan secara konsisten. Kata Kunci : BPHTB, Pajak Daerah JIAN Vol 2 Nomor 2, Agustus 2018 ISSN: 2549-3566. Halaman - 21

PENDAHULUAN Pembangunan daerah adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang dilaksanakan untuk memberikan kesempatan dan juga ruang gerak bagi upaya-upaya pengembangan demokratisasi dan kinerja dari Pemerintah Daerah untuk peningkatan kesejahteraan rakyatnya. Kebijakan otonomi daerah memberi peluang bagi perubahan paradigma pembangunan yang semula ialah lebih mengedepankan pada pencapaiannya pertumbuhan menjadi pemerataan dengan prinsip mengutamakan keadilan dan juga perimbangan. Sebagai daerah otonom, daerah mempunyai kewenangan dan tanggung- jawabnya untuk dapat mengakomodasi kepentingan masyarakat luas. Dengan semangat perubahan paradigma tersebut, Pemerintah Daerah diharapkan mampu mengurus rumah tangganya sendiri. Kemandirian dalam mengelola kepentingan daerahnya sendiri telah menempatkan mereka dalam keadaan dimana mereka ini mampu untuk bertindak lebih baik. Pendapatan Asli Daerah adalah semua penerimaan yang didapatkan daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sektor pendapatan daerah memegang peran yang amat penting, karena melalui sektor ini dapat dilihat sejauhmana suatu daerah membiayai kegiatan pemerintah dan pembangunan daerah. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah mutlak harus dilakukan oleh Pemerintah Daerah agar mampu membiayai kebutuhannya sendiri, sehingga ketergantungan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat akan semakin berkurang dan pada akhirnya daerah dapat mandiri. Besarnya peran yang diberikan pajak sebagai sumber dana dalam pembangunan nasional, maka tentu perlu lebih digali lagi potensi pajak yang ada di dalam masyarakat sesuai situasi, kondisi perekonomian dan perkembangan bangsa ini. Salah satu sumber potensi pajak yang patut digali sesuai situasi kondisi perekonomian serta perkembangan pembangunan bangsa pada sekarang ini adalah jenis Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Bea Bangunan, sebenarnya bukanlah hal yang baru dalam bidang perpajakan yang dipungut oleh pemerintah. Karena pajak jenis ini telah pernah diberlakukan di Indonesia ketika masih dibawah masa penjajahan Belanda. Pajak jenis ini dengan sendirinya terhapus setelah berlakunya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria (UUPA), tetapi kemudian diberlakukan lagi sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam UUPA. Dasar hukum pemungutan atas Bea Bangunan (BPHTB) adalah Undangundang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang dikeluarkan pada tanggal 29 Mei 1997. Dalam memori penjelasan Undang- Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) disebutkan bahwa tanah sebagai bagian dari bumi yang merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa serta mempunyai fungsi sosial, disamping memenuhi kebutuhan dasar untuk papan dan lahan usaha, juga alat investasi yang menguntungkan. Disamping itu juga bagi yang memperoleh hak atas tanah dan bangunan, wajib untuk menyetorkan pada negara melalui pembayaran pajak, JIAN Vol 2 Nomor 2, Agustus 2018 ISSN: 2549-3566. Halaman - 22

dalam hal ini yaitu Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Kabupaten Bojonegoro sebagai daerah otonom harus benar-benar mampu dalam mengelola sumber penerimaan daerah terutama pendapatan asli daerah khususnya dari retribusi Daerah dan pajak daerah karena peran Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bojonegoro memang besar dalam kontribusinya terhadap pelaksanaan otonomi daerah penarikan pajak, retribusi, dan peranan BUMD harus benar-benar memberikan kontra prestasi langsung kepada masyarakat pengguna jasa. Potensi dalam penerimaan daerah di Kabupaten Bojonegoro sebenarnya sangat banyak, wilayah di kabupaten Bojonegoro juga terdapat beberapa perguruan tinggi swasta. Tumbuh dan berkembangnya suatu kawasan ekonomi bisa dijadikan salah satu sumbernya Pendapatan Asli Daerah, hal tersebut berhubungan dengan pajak daerah dan retribusi daerah. Apalagi di bagian yang lainnya wilayah Kabupaten Bojonegoro juga terdapat pusat pusat pertokoan yang tentu saja terdapatnya area parkir bagi kendaraan, namun dengan kondisi wilayah ekonomi seperti yang disebutkan di atas apakah dapat menjadikan Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber utama bagi pendapatan daerah di kabupaten Bojonegoro juga memiliki potensi yang lain seperti tempat wisata. Sebelum diterbitkannya Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah pada tanggal 15 September 2009 dan Peraturan Daerah Nomor 15 tahun 2010, maka Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ini dipungut pusat dan daerah.setelah diundangkannya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 dan diterbitkan Peraturan Daerah Nomor 15 tahun 2010, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sepenuhnya dipungut daerah, dan ini dialokasikannya sebagai Pendapatan Asli Daerah. Adanya peralihan dalam pemungutan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ini, diharapkan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Bojonegoro. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini berlokasi di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Bojonegoro. Fokus penelitian ini ialah 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bojonegoro, 2) Bea Bangunan (PBHTB). Pengambilan informan penelitian menggunakan teknik purposive sampling, dalam proses penelitian terinventarisir sumber data primer sebanyak 20 informan yang terdiri dari 7 orang pegawai Bapenda, 5 orang pejabat pembuat akta tanah, 8 orang dari masyarakat. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan data sekunder dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam menganalisa menggunakan teknik analisis data interaktif Model miles and Huberman, yang mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Aktifitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display and conclusion drawing/verifying. HASIL DAN PEMBAHASAN Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan merupakan pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas JIAN Vol 2 Nomor 2, Agustus 2018 ISSN: 2549-3566. Halaman - 23

tanah dan/ atau bangunan oleh orang pribadi maupun Badan. Sedangkan Pendapatan Asli Daerah merupakan gabungan dari kontribusi pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba perusahaan daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah. 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Bojonegoro Berdasarkan data Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Bojonegoro, bahwa pendapatan unggulan yakni meliputi Lifting Migas, Dana bagi hasil minyak, Dana bagi hasil gas bumi, Dana bagi hasil migas untuk Pendidikan, laba Badan Usaha Milik Daerah, pajak Hotel, pajak Resto, pajak PBB Pedesaan Perkotaan, PBHTB dan bagi hasil Pendapatan selama kurun waktu lima tahun disajikan tabel berikut ini. Tabel 1 Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bojonegoro Tahun Target Realisasi 2012 2013 2014 2015 2016 150.374.556.078 204.465.047.818 251.875.175.093 262.951.712.448 334.791.640.112 159.247.616.977 215.766.157.632 291.243.177.519 337.694.098.877 339.444.424.423 Sumber : Bapenda Bojonegoro, 2017 Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa, di tahun 2013 terjadi kenaikan realisasi Pendapatan Asli Daerah sebesar 35%, kemudian tahun 2014 kenaikan realisasi Pendapatan Asli Daerah sebesar 35%, pada tahun 2015 terjadi kenaikan lagi realisasi Pendapatan Asli Daerah sebesar 16% dan tahun 2016 hanya terjadi kenaikan realisasi Pendapatan Asli Daerah sebesar 1%. Fluktuasinya pendapatan asli daerah Bojonegoro ini memang didorong oleh terjadinya fluktuasi dana bagi hasil minyak bumi karena ini merupakan sumber terbesar bagi Pendapatan Asli Daerah Bojonegoro, sehingga perlu bagi pemangku kepentingan untuk menggali sumber pendapatan asli daerah berasal dari sektor lain salah satunya Bea Bangunan. 2. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (PBHTB) Sejak diberlakukannya pemungutan BPHTB mulai tahun 2011, sudah beberapa tahapan persiapan dalam pengalihan dilakukan sesuai dengan.peraturan bersama antara Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan. Berdasarkan acuan peraturan bersama tersebut, tahapan persiapan pengalihan tersebut ditinjau sesuai item tugas dan tanggung jawabnya telah dilakukan. Hasil Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan di Kabupaten Bojonegoro selama kurun waktu lima tahun terakhir dapat disajikan pada tabel berikut ini. Tabel 2. Bea Bangunan Kabupaten Bojonegoro Tahun Target Realisasi 2012 2013 2014 2015 2016 14.000.000.000 11.500.000.000 7.500.000.000 8.600.000.000 10.267.461.000 5.685.354.646 13.086.644.312 10.132.833.113 10.267.461.591 9.472.557.658 Sumber : Bapenda Bojonegoro, 2017 Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa, di tahun 2013 terjadi kenaikan realisasi Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan sebesar 130%, kemudian tahun 2014 terjadi penurunan realisasi Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan sebesar 23%, pada tahun 2015 terjadi kenaikan realisasi pada Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan sebesar 1,33% dan tahun 2016 terjadi penurunan realisasi Bea Bangunan sebesar 7,74%. Fluktuasinya Bea Bangunan disebabkan terjadinya fluktuasi transaksi pengalihan tanah dan JIAN Vol 2 Nomor 2, Agustus 2018 ISSN: 2549-3566. Halaman - 24

bangunan di Kabupaten Bojonegoro, namun juga dapat disebabkan kondisi ekonomi pada umumnya, sehingga terjadi fluktuasi peralihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. Kondisi diatas merupakan faktor ekternal yang sulit dikendalikan, sehingga bagi Stakeholders perlu lebih difokuskan mempertajam obyek dan subyek pajaknya. Berdasarkan tabel 1 dan tabel 2 diatas. Dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2012 konstribusi pajak Bea Bangunan terhadap Pendapatan Asli daerah Bojonegoro hanya 3,57%, tahun 2013 konstribusi Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan terhadap Pendapatan Asli daerah Bojonegoro terjadi peningkatan menjadi 6,07%, kemudian di tahun 2014 turun menjadi 3,48%, tahun 2015 juga terjadi penurunan dan tahun 2016 turun lagi menjadi 2,79%. Hal ini menandakan bahwa Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan di Kabupaten Bojonegoro belum diupayakan peningkatan secara komprehensif kepada pemangku kepentingan secara konsisten. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis penelitian dapat disimpulkan tentang upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah Melalui Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Di Kabupaten Bojonegoro. 1. Upaya-upaya yang dilakukan untuk peningkatan Pendapatan Asli Daerah melalui Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan di Bojonegoro telah dilakukan melalui dua jalur, yaitu jalur kebijakan dan jalur tata kelola. Jalur kebijakan ini telah dilakukan melalui Peraturan Daerah nomor 16 Tahun 2010 yang menjadi landasan hukum dalam pelaksanaannya kebijakan desentralisasi pemungutan Bea Bangunan di Kabupaten Bojonegoro 2. Sosialisasi peraturan daerah perihal pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan di Kabupaten Bojonegoro sudah beberapa kali telah melakukan dengan mengumpulkan stakeholder yang berkaitan dengan pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan di Kabupaten Bojonegoro atau penggunaan media elektronik maupun non elektronik. 3. Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bojonegoro selama tiga tahun terakhir terus menerus cenderung turun hal ini menandakan bahwa Bea Bangunan di Kabupaten Bojonegoro belum diupayakan peningkatannya secara komprehensif kepada pemangku kepentingan secara konsisten. DAFTAR PUSTAKA Bambang Prakosa, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Grasindo, Jakarta, 2007 Halim Abdul, Akuntansi Keuangan Daerah, Salemba Empat, Jakarta, 2008 Hidayanto, Bunga Rampai Desentralisasi, Salemba Empat, Jakarta, 2008 Marzuki, Drs., Metodologi Reset, Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta, 1983 Sutrisno Hadi, Prof. Dr. SH., Metodologi Research, Jilid II, Cetakan I, Fak. Psychologi UGM Yogyakarta, 1973 Taliziduhu Ndraha, Dr., Research Teori Metodologi Administrasi, PT Bina Aksara, Jakarta, 1985 JIAN Vol 2 Nomor 2, Agustus 2018 ISSN: 2549-3566. Halaman - 25

Usman Tampubolon, PN, Drs, Metodologi Penelitian Administrasi, Sospol UGM, Yogyakarta, 1978 Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria Undang-undang Undang-undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang BPHTB JIAN Vol 2 Nomor 2, Agustus 2018 ISSN: 2549-3566. Halaman - 26