BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
Tabel 6.1. Program Kelompok Ruang ibadah

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN AGROBISNIS, KABUPATEN SEMARANG

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

Tabel 5.1 Perhitungan Besaran Program Ruang Gelanggang a. Pengelola. No Ruang Kapasitas Standar Ruang Luas Ruang Sumber

BAB V PROGRAMMING. Luas (m 2 ) (orang) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) KELOMPOK KEGIATAN MASJID

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEREJA KATOLIK SANTO PAULUS PRINGGOLAYAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb :

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERANCANGAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB V. Tabel 5.1. Besaran Kebutuhan Ruang Kelompok Kegiatan Belajar-Mengajar (Sumber: Analisa Pribadi, 2016)

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI LANDASAN PROGAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Program Perencanaan Arsitektur Aspek Fungsional

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG

Bab V Konsep Perancangan

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

GEREJA KATOLIK SANTO PAULUS DI PRINGGOLAYAN, BANTUL

BAB VI LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RESORT DI PULAU SAMOSIR. Kegiatan Privat

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

BAB III KONSEP PERANCANGAN INTERIOR

BAB VI KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Aktivitas Utama Ruang Jumlah Kapasitas Luas (m 2 ) Entrance hall dan ruang tiket

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VII PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEDUNG KULIAH SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB 5 KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Konsep dasar rancangan yang mempunyai beberapa fungsi antara lain: 1.

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan

STADION AKUATIK DI SEMARANG

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Tabel 5.1 Program Ruang Kegiatan Pelayanan Umum. Jenis Ruang

BAB 6 LANDASAN PROGAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

Lapas Kelas I A Kedungpane

Tabel 5.1 : Rekapitulasi Program Ruang Depo Lokomotif

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

Tabel 2.7: Hasil Studi Banding Aspek Kampus Perkapalan Undip Kampus Perkapalan ITS Kampus Perkapalan UI Kesimpulan Aspek Kontekstual

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Tabel 5.1 Program Ruang Kegiatan Pelayanan Umum. Jenis Ruang

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR I DESTI RAHMIATI, ST, MT

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN FASILITAS TRANSPORTASI INTERMODA BSD

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN KERETA API TAMBUN BEKASI

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Shopping Center ini terletak di Buring kecamatan

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TRANS STUDIO SEMARANG. Keg. Penerima Gate / Main Entrance Disesuaikan Parkir Pengunjung 16.

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL RESORT

BAB VI KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN GLAMPING BARU BOLANG

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR III DESTI RAHMIATI, ST, MT

Transkripsi:

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Program Dasar Perencanaan Konsep program perencanaan dan perancangan merupakan hasil dari pendekatan perencanaan dan perancangan. Hasil ini berupa segala sesuatu mengenai kebutuhan dan bentuk menggunakan pendekatan standar. Pendekatan perencanaan dan perancangan menghasilkan program ruang dan persyaratan-persyaratan desain dari segi kinerja, teknis, kontekstual dan arsitektural yang nantinya akan diaplikasikan dalam pengembangan Gereja Katolik Upahoda menjadi Gereja Katolik Paroki di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir 5.1.1 Program Ruang Kelompok Ruang Gereja 1. Panti Imam 60m 2 2. Panti umat 1.200m 2 3. Area Pemusik dan paduan suara 35,81m 2 4 Ruang Pengakuan Dosa 12m 2 5. Ruang Sakristi 20 m 2 6. Ruang Misdinar 13,2 m 2 7. Ruang/menara Lonceng 10,4 m 2 8. Ruang kontrol audio dan multimedia 9,00 m 2 9. Lavatory Difabel 12,20 m 2 10. Lavatory Jemaat Pria 16,40 m 2 11. Lavatory Jemaat Wanita 24,40 m 2 Jumlah 1.397,01m 2 Sirkulasi 30% 419,103 m 2 Jumlah Keseluruhan 1.816,11m 2 Kelompok Ruang Pastoral 1. Ruang Aula Serbaguna 376,48 m 2 103 L P 3 A

2. Ruang Sekretariat 16 m 2 3. Ruang Arsip 8,64 m 2 4. Ruang Kerja Pastor Paroki 12 m 2 5. Ruang Kerja Pastor Rekan 12 m 2 6. Ruang P3K 12 m 2 7. Ruang Poliklinik 7,1 m 2 8. Ruang OMK 30 9. Ruang Obat dan Administrasi 5 m 2 10. Ruang Rapat 40 m 2 11 Ruang Dewan Paroki 20,1 m 2 12. Ruang Keamanan 12,40 m 2 13. Gudang Pastoral/ Ruang Penyimpanan 6,00 m 2 14. Ruang Kebersihan 3,00 m 2 15. Lavatory Pria 10,80 m 2 16 Lavatory Wanita 10,80 m 2 Jumlah 571,52m 2 Sirkulasi 30 % 171,456 m 2 Jumlah Keseluruhan 742,976 m 2 Kelompok Ruang Pastoran 1. Ruang Tamu Pastoran 10,3 m 2 2. Ruang Keluarga/ santai 13,38 m 2 3. Ruang Makan 5,84 m 2 4. Kamar Pastor Paroki 20,96 m 2 5. Kamar Pastor Rekan 20,96 m 2 6. Kamar Pastor Tamu 8,54 m 2 7. Dapur 6,60 m 2 8. Ruang Cuci Setrika 11,40 m 2 9. Kamar Mandi 6,138 m 2 10. Garasi 2,45 m 2 11. Rumah koster 83 m 2 104 L P 3 A

Rumah pastor + rumah koster (sudah termasuk sirkulasi) 255 m 2 Kelompok Ruang Luar 1. Gua Maria dan Area Jalan Salib 50 m 2 Jumlah 50 m 2 Sirkulasi 30 % 15 m 2 Jumlah Keseluruhan 65 m 2 Kelompok Ruang Utilitas 1. Ruang Pompa 5,00 m 2 2. Ruang Elektrikal 5,00 m 2 3. Ruang Genset 5,00 m 2 Jumlah 15 m 2 Sirkulasi 30 % 4,5 m 2 Jumlah Keseluruhan 19,5 m 2 Kelompok Ruang Parkir 1. Parkir Mobil Umat 460,00m 2 2. Parkir Motor Umat 196,00m 2 3. Parkir Mobil Staff dan petugas ibadah 57,50m 2 4. Parkir Motor Staff dan petugas ibadah 42,00m 2 Jumlah 755,50m 2 Sirkulasi 100% 755,50m 2 Jumlah Keseluruhan 1511,00m 2 Tabel 5. 1 Kebutuhan ruang berdasarkan kelompok Jumlah Kebutuhan Ruang Keseluruhan Jenis Ruang Luas Kelompok ruang Gereja Utama 1.816,11m 2 Kelompok Ruang Pastoral 742,976 m 2 Kelompok ruang pastoran 255 m 2 Kelompok ruang luar 65 m 2 Kelompok utilitas 19,5 m 2 Kelompok parkir 1511,00m 2 TOTAL 4.409,586 Tabel 5.2 Kebutuhan ruang keseluruhan 105 L P 3 A

5.1.2 Lokasi dan Tapak Terpilih Lokasi tapak yang terpilih adalah di Kawasan Gereja Stasi Upahoda (lokasi awal) yang berada di Desa Huta Tinggi, Kecamatan Pangururan tepatnya di Jalan Pangururan-Ronggur Ni Huta. Gambar 5.1 Lokasi tapak berada di Desa Huta Tinggi, Kecamatan Pangururan Sumber : Googlemaps Gambar 5.2 Peta tata guna lahan desa huta tinggi Sumber : Dokumentasi Pribadi 106 L P 3 A

107 L P 3 A Gambar 5.3 Rencana Tapak Sumber : Dokumentasi Penulis, 2018

Gambar 5.4 View menuju Tapak Gambar 5.5 View Dari Tapak 108 L P 3 A

Luas : 22.245 m² Batas-batas tapak Utara : Lahan hutan Timur : Lahan kosong Selatan : Hutan Barat : Lahan kosong, hutan Selain itu, peraturan bangunan setempat: KDB = 60% KLB = 2,0 KDH = 30% Tinggi bangunan maksimal bangunan fasilitas umum dan sosial di Kabupaten Samosir adalah 15 lantai Luas Lahan Terbangun = Luas Lahan x KDB = 22.245 m² x 60% = 13.347 m² Jumlah Lantai = Luas Total Bangunan / Luas Lahan Terbangun = 4.409,586 m² / 13.347m² = 0,64 = 1 lantai = memenuhi KLB = Luas Total Bangunan / Luas Lahan = 4.409,586m² / 22.245 m² = 0,198 = memenuhi Bangunan yang harus berada di lantai dasar bangunan adalah : Jenis Ruang Luas Kelompok Ruang Gereja Utama 1.816,11m 2 Kelompok Ruang Pastoral 742,976 m 2 Kelompok ruang luar 65 m 2 Kelompok utilitas 19,5 m 2 Kelompok parkir 1511,00m 2 TOTAL 4.154,586 Tabel 5.2 Bangunan di Lantai Dasar Sumber : Analisa Penulis, 2018 109 L P 3 A

5.2 Program Dasar Perancangan 5.2.1 Aspek Kinerja 1. Sistem Akustik Ruang Sistem akustik yang digunakan pada bangunan ibadah utama menggunakan akustik yang tertutup. Hal ini untuk mencegah adanya kebisingan luar yang masuk ke dalam gedung. Karena gedung gereja memiliki fungsi utama sebagai tempat ibadah dimana faktor suara/audio merupakan salah satu hal yang vital, permasalahan yang sering muncul apabila akustik ruangnya tidak didesain dengan baik adalah adanya suara berulang (gema), waktu dengung ruangan yang panjang, serta artikulasi pada saat khotbah atau pujian tidak jelas. Penggunaan panel akustik yang dapat meredam suara di dalam ruangan diperlukan agar tidak terjadi gaung. 2. Sistem Penghawaan/Pengkondisian Ruang Pada ruangan ibadah utama, penghawaan yang diadakan adalah penghawaan alami. Selain karena lokasi tapak merupakan area dengan temperature yang cukup dingin dan sejuk, adanya pepohonan hutan dapat menambah penghawaan untuk masuk ke dalam area gereja. 110 L P 3 A Gambar 5.6 Sirkulasi Udara Sumber : Analisa Pribadi, 2018

3. Sistem Jaringan Air Bersih Air bersih didapatkan dari PDAM yang digunakan untuk minum dan memasak makanan. Sistem yang digunakan adalah sistem down feed. Cara kerja sistem down feed ini adalah mengalirkan air PDAM masuk ke dalam ground tank kemudian dipompa ke tendon atas kemudian disalurkan. Kegiatan yang membutuhkan tendon adalah kegiatan penunjang serta kegiatan ibadah yang digabung dengan kegiatan pelayanan, sehingga jumlah tendon yang dibutuhkan yaitu 2 buah. Untuk kebutuhan air yang digunakan untuk kegiatan servis, dipenuhi melalui hasil recycle air melalui treatment atau yang disebut juga dengan sistem rain water harvesting. Hasil recycle air hujan digunakan untuk kegiatan servis seperti mencuci mobil gereja, menyiram tanaman, dan kegiatan servis lainnya. 4. Sistem Pembuangan Air Kotor Sistem drainase dan limbah dalam bangunan Gedung HKBP Resort Pematangsiantar dibedakan menjadi 2 : Sistem buangan manusia Sistem air hujan Treatment pada rain water harvesting bisa dilakukan dengan beberapa alternatif: dengan tangki aerasi (mengalirkan udara ke dalam tanki), dengan filter sand, dan dengan pemberian kaporit untuk menjernihkan air. 5. Sistem Jaringan Listrik Jaringan listrik dibutuhkan untuk penerangan terutama pada saat sore menjelang malam hari. Sumber listrik yang digunakan berasal dari PLN dan listrik cadangan dari genset. Genset diutamakan untuk ruang ibadah utama yang apabila listrik mati maka ibadah akan terganggu. Genset juga diperlukan untuk ruangan yang dipakai untuk kegiatan besar seperti ruang aula. 111 L P 3 A

6. Sistem Pencegahan Kebakaran Sistem perlindungan terhadap kebakaran sangatlah penting pada gereja, sehingga gereja membutuhkan adanya deteksi dini kebakaran dan dilengkapi dengan fire hydrant yang diletakkan dekat dengan jalan raya. Pada bagian kantor diperlengkapi dengan fire extinguisher. Selain itu perlu adanya jalur evakuasi apabila terjadi kebakaran. 7. Sistem Komunikasi Untuk ruang kantor gereja, sistem komunikasi yang dipakai adalah sistem komunikasi eksternal yang menggunakan telepon kabel. 8. Sistem Penangkal Petir Sistem penghantar petir yang digunakan adalah sistem Franklin yang berupa tongkat panjang terbuat dari logam berupa tiang-tiang kecil setinggi 50 cm yang dipasang di atap sebagai penangkap petir. Kemudian dihubungkan dengan kabel-kabel timah yang telah diberi isolator dialirkan ke bumi. Bangunan yang perlu diberi sistem ini adalah bangunan gereja dan bangunan penunjang. 9. Sistem Pencahayaan Untuk Sistem pencahayaan gereja katolik paroki di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir terdiri dari pencahayaan alami dan buatan. Untuk pencahayaan buatan diterapkan dalam suatu ruang bukan hanya untuk penerangan saja melainkan untuk bisa membangkitkan suasana dan membantu pengguna menikmati ruangan tersebut. Bangunan gereja seharusnya mengundang dan melibatkan Tuhan dalam suasana kebersamaan. Memiliki struktur yang memancarkan keindahan dan menampilkan nilai mulia dan sakral. Pencahayaan dalam gereja ini nantinya sebagai pembangun suasana yang khusuk dan sakral dalam ibadah, penambah visual gereja, serta untuk symbol terang yang muncul dalam kegelapan. 112 L P 3 A

Untuk pencahayaan alami akan diciptakan pada sebagian besar ruang gereja utama. Dan yang terpenting adalah masuknya cahaya menuju kaca khusus gereja utama, untuk menunjukkan simbol terang dalam gereja. 5.2.2 Aspek Teknis 1. Sistem Struktur dan Bahan Bangunan a. Sistem struktur Sistem struktur yang digunakan adalah sistem struktur bentang lebar, dikarenakan pandangan jemaat ke arah altar sebisa mungkin tidak terhalangi. Sedangkan untuk bangunan penunjang menggunakan sistem modular. Selain itu struktur Gereja Katolik Paroki Pangururan Kabupaten Samosir disesuaikan dengan konsep struktur Tritunggal Banua yang merupakan prinsip arsitektur batak toba. Maknanya adalah pembedaan antara Tuhan, manusia, dan alam semesta. b. Bahan bangunan Penentuan jenis bangunan yang akan digunakan menyesuaikan dengan kondisi kawasan. Penggunaan bahan bangunan untuk interior gereja menggunakan bahan bangunan yang dapat meredam suara sehingga meningkatkan kualitas akustik bangunan. Bahan bangunan diusahakan bahan yang tidak menyerap panas secara berlebih agar kondisi ruang di dalam gereja tidak panas. Untuk dinding luar atau kolom gereja utama menggunakan batu yang menjadi ciri khas arsitektur gereja katolik. 1. Aspek Elemen Perancangan Kawasan a. Sirkulasi Sirkulasi jemaat saat masuk ke dalam areal gereja baiknya perlu dibedakan antara sirkulasi kendaraan dan sirkulasi perorangannya. 113 L P 3 A

Gambar 5.7 Akses masuk pengendara dan pejalan kaki Sumber : Analisa Penulis b. Penataan vegetasi Vegetasi digunakan sebagai elemen barrier yang membantu mengurangi kebisingan dari jalan raya, elemen pembatas kegiatan yang berbeda, dan elemen peneduh yang mengurangi kesilauan c. Ruang terbuka Ruang terbuka dipakai untuk pengikat ruang-ruang dan sebagai tempat dimana komunitas jemaat gereja dapat melakukan kegiatan pelayanan bersama. Di area ruang terbuka disediakan sopo dan gua maria.selain itu ruang terbuka mampu mewadahi kegiatan jalan salib. 5.2.3 Aspek Visual Arsitektur Desain perancangan harus dapat mengekspresikan kegiatan utama yang ada di dalamnya, dalam hal ini kegiatan utama dari Gereja Katolik Paroki di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir adalah ibadah. Sebagai gedung ibadah, maka desain Gereja Katolik Paroki di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir haruslah memiliki 114 L P 3 A

sifat bangunan yang simbolis dan terpusat pada satu sumbu (Tuhan). Motif keagamaan harus muncul dalam desain bangunan. Selain itu, karena Gereja Katolik Paroki di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir adalah gereja yang tumbuh berkembang di dalam suatu tradisi dan kebudayaan Batak Toba, maka perlu adanya desain bangunan yang sesuai dengan tradisi dan kebudayaan Batak Toba. Desain bangunan perlu menunjukkan corak khusus yang menandakan bahwa Gereja Katolik Paroki di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir adalah gereja yang menyatu dengan kebudayaan Batak Toba. Untuk menunjukkan perpaduan budaya dan gereja, maka dipadukan antara ornamen Batak Toba yang mengandung unsur kebaikan dengan bangunan gereja. 1. Gorga Hariara Sundung di Langit: Pada dasarnya merupakan simbol sumber penghidupan. Dimasukkan dalam konsep perencanaan desain karena Tuhan Yesus merupakan sumber penghidupan yang kekal. Untuk penempatannya berada di dinding tabernakel Gorga Hariara Tabernakel Gambar 5.8 Sketsa Perpaduan gorga hariara dengan tabernakel Sumber : Dokumentasi Pribadi 115 L P 3 A

Gambar 5.9 Gorga Hariara Sundung di langit diletakkan dekat dengan altar Sumber : Dokumentasi Pribadi 2. Gorga Susu : Pada dasarnya mengandung makna sifat keibuan. Dalam perencanaan Gereja, diutamakan di patung bunda maria, karena merupakan bunda Patung Bunda Maria sumber pertolongan yang dipercaya oleh umat katolik serta bunda yang penuh belas kasih. 116 L P 3 A Gambar 5.10 Sketsa Perpaduan Gorga Batak dan patung bunda maria Sumber : Dokumentasi Pribadi Gorga susu

3. Gorga Singa-singa : Mengandung makna keadilan dan kebenaran. Dimasukkan dalam desain karena sesuai dengan ajaran gereja untuk memegang nilai keadilan dan kebenaran. Diletakkan di pojok kanan dan kiri dinding luar bangunan, yang berarti tidak berat sebelah dan menunjukkan keadilan. Gambar 5. 11 Sketsa gorga singa-singa di sudut bangunan Sumber : Dokumentasi Pribadi Selain ornament batak toba, penting pula memasukkan simbol-simbol gereja katolik. 1) Simbol Salib : Diletakkan di area tertentu 2) Simbol Roti dan Anggur : Merupakan simbol tubuh dan darah Yesus. Sopo Sopo merupakan tempat serbaguna yang digunakan orang batak untuk berbagai kegiatan, terutama kegiatan bersama. Dalam hal ini sopo digunakan sebagai tempat doa umat. Sopo yang direncanakan adalah sopo dengan 6 tiang atau sopo sionom. Untuk lantai dasar atau biasanya dalam arsitektur batak merupakan kandang, akan dialih fungsikan menjadi area doa umat. Namun ketinggiannya terhadap plafon lebih rendah dari lantai atas. Untuk penutup yang biasanya menyerupai penutup kandang tidak sepenuhnya dihilangkan, hanya dihilangkan di bagian depan dan belakang. Untuk lantai berikutnya juga digunakan sebagai tempat doa. 117 L P 3 A

Area doa lantai atas Area doa lantai bawah Gambar 5.12 Sketsa rencana penempatan area doa pada sopo Sumber : Dokumentasi Pribadi Hal lain yang perlu diperhatikan adalah : 1. Penggunaan Lahan Lahan yang digunakan sebesar 50% dari lahan yang tersedia. Bangunan gereja tidak boleh melebihi 2 lantai agar menjaga kekhusyukan ibadah. Tetapi untuk bangunan penunjang dibuat sampai 2 lantai. 2. Material bangunan Material yang digunakan dalam bangunan nantinya adalah material lokal yang mudah didapatkan dan tahan lama. Untuk itu pemilihan material batu bata dan kayu menjadi material utama dalam bangunan. 3. Hemat Energi Konsep hemat energi yang perlu diterapkan dalam bangunan. Dengan bangunan gereja yang menggunakan penghawaan alami maka bangunan tidak terlalu 118 L P 3 A

menggunakan energi buatan. 4. Sirkulasi Sirkulasi di dalam bangunan gereja perlu mempertimbangkan sakramen atau prosesi ibadah dari gereja tersebut. Selain itu perlu dipertimbangkan pula sirkulasi jemaat masuk untuk beribadah dan jemaat yang keluar setelah ibadah. Rata-rata gereja memiliki 3 pintu, yaitu pintu utama dan dua pintu samping. Gambar 5.13 Akses masuk gereja utama Sumber : Analisa Pribadi, 2018 5. Desain Universal Gereja mampu mengakomodasi kebutuhan daripada jemaat-jemaat yang memakai alat bantu berjalan ataupun jemaat yang sudah lanjut usia, dikarenakan konsep gereja yang terbuka untuk semua orang. Akses untuk pengguna kursi roda atau umat lansia akan diadakan. Selain itu untuk akses masuk pejalan kaki yang berjalan dari jalan setapak akan disediakan akses masuk yang jelas. 119 L P 3 A