BAB I PENDAHULUAN. 1 Elizabeth Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1980), p. 206

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu institusi yang bertugas mendidik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersikap tenang dalam menghadapi ujian nasional. Orangtua dan

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lina Nurlaelasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sebagai sebuah tahapan dalam kehidupan seseorang yang berada di

KARYA TULIS ILMIAH PENERAPAN PENDIDIKAN EMOSI SEJAK DINI PADA ANAK DALAM MEMBENTUK KARAKTER POSITIF DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS AKHIR SEMESTER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyenangkan dan muncul dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat kesulitan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rupa sehingga menjadi tingkah laku yang diinginkan (Gunarsa, 1987). Di sini

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 10 KOTA JAMBI. Oleh: HENNI MANIK NIM:ERA1D009123

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses mental seseorang dapat mempengaruhi tuturan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI JURUSAN IPS SMA PGRI 2 KAYEN TAHUN AJARAN 2008/2009

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Sinar Baru Al-Gasindo, 1995), hlm Nana Sujana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Siswa SMA pada umumnya berusia 16 sampai 19 tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DENGAN PERILAKU KENAKALAN REMAJA SISWA KELAS VII SMPN 2 PAGERWOJO TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. Secara filosofis, ibadah dalam Islam tidak semata-mata bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang sangat penting. Masa remaja adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perbaikan perilaku emosional. Kematangan emosi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya memiliki kemampuan untuk memberi kesan yang baik tentang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Oleh: Deasy Wulandari K BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku altruistik adalah salah satu dari sisi sifat manusia yang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peristiwa merosotnya moral di kalangan remaja, akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut SISDIKNAS Tahun 2001 dalam M. Jumali dkk (2004: 21) menjelaskan:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. untuk pembentukan konsep diri anak menurut (Burns, 1993). bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

manusia dimulai dari keluarga. Menurut Helmawati (2014:1) bahwa Keluarga adalah tempat pertama dan utama bagi pembentukan dan pendidikan anak.

BAB I PENDAHULUAN. Ketrampilan sosial merupakan kemampuan individu untuk bergaul dan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keberadaan orang lain dalam hidupnya. Dorongan atau motif sosial pada manusia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. ke arah positif maupun negatif, maka intervensi edukatif dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Pada umumnya kebanyakan

BAB I PENDAHULUAN. sangat berguna dan bermanfaat untuk memperlancar dan memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dapat dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: Pendidikan formal,

Definisi remaja menurut para ahli - Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yaitu diawali dengan

BAB I PENDAHULUAN. juga dirasa sangat penting dalam kemajuan suatu negara karena berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah adalah pendidikan yang dijalankan setelah selesai

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan manusia. Dalam keluarga komunikasi orang tua dan anak itu. sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laki-laki dan perempuan. Responden siswa laki-laki sebanyak 37 siswa atau 60 %.

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian dan definisi operasional variabel dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam setiap proses kehidupan, manusia mengalami beberapa tahap

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VIII SMPN 3 NGADIROJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DENGAN PENGENDALIANN DIRI PESERTA DIDIK KELAS VII SMPN 5 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era globalisasi dan informasi yang ditandai oleh perubahan sosial, budaya, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah elemen yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada kalangan pelajar saat ini yang mengakibatkan citra dari sekolah

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanakkanak menuju dewasa. Pada usia ini seseorang mengalami banyak perubahan, diantaranya ialah perubahan secara fisik, sikap dan perilaku. Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock bahwa masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. 1 Remaja juga cenderung mudah dipengaruhi oleh faktor lingkungan, baik lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah. Remaja yang sedang menempuh pendidikan di Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA), akan mudah terpengaruh oleh lingkungan pergaulannya, dimana remaja lebih memilih bermain dan berkumpul bersama teman-temannya dibandingkan dengan keluarganya sendiri. Siswa Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA) sebagai remaja merupakan generasi penerus yang akan melanjutkan cita-cita bangsa. Harapan dan masa depan bangsa merupakan tanggung jawab generasi penerus termasuk siswa. Siswa senantiasa berusaha untuk menjadi seseorang yang dibanggakan oleh masyarakat. Masyarakat sangat mendambakan sosok siswa yang mampu mengembangkan potensi diri dan mencapai tugas-tugas 1 Elizabeth Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1980), p. 206 1

2 perkembangan (menyangkut aspek fisik, sosial, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual). 2 Siswa dituntut untuk mampu menyalurkan dan mengelola emosi dengan tepat. Mengelola emosi bertujuan untuk memperoleh kecerdasan emosional, sehingga perilaku yang dihasilkan akan baik. Apabila emosi tersebut berhasil dikelola maka siswa akan mampu menghibur dirinya sendiri ketika ditimpa kesedihan, ditimpa suatu masalah siswa akan cepat bangkit dan melepas kemurungan dari masalah yang dialaminya. Kecerdasan emosional sebagai kemampuan yang dimiliki dalam mengelola emosi dan menjadikan sebagai hal positif yang bermanfaat. Hal ini sesuai pendapat Riana Mashar bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali, mengolah, dan mengontrol emosi agar anak mampu merespon secara positif setiap kondisi yang merangsang munculnya emosi-emosi ini. 3 Kecerdasan emosional sangat penting dimiliki oleh siswa karena untuk mengontrol diri terhadap sesuatu yang akan dilakukan atau yang diinginkan. Siswa yang emosionalnya tidak stabil akan melakukan hal-hal negatif yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Norma-norma tersebut akan dilanggar oleh siswa dengan melakukan suatu hal yang akan merugikan orang lain terutama merugikan dirinya sendiri baik dalam bersikap, berperilaku maupun dalam bertindak. 2 Syamsul Bachri, Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif, (Jakarta: Kencana, 2010), p. 32 3 Riana Mashar, Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya, (Jakarta: Kencana, 2011), p. 60

3 Berdasarkan hasil pengamatan peneliti secara langsung di lingkungan sekitar bahwa perkembangan siswa pada saat ini banyak ditemukan permasalahan emosional yang berupa gejalagejala tekanan perasaan, frustasi, atau konflik baik internal maupun eksternal pada diri individu. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosial. Siswa sangat rentan dan mudah terpengaruh dalam pergaulan, sehingga keadaan di lingkungan sekitar bisa menjadikan suatu reaksi bagi siswa dalam mengelola emosi yang dimilikinya. Kecerdasan emosional diperlukan siswa untuk mengendalikan diri, emosi, jiwa, pikiran dan raga agar menjalani aktivitas di sekolah dengan baik dan dapat menjadikan diri sebagai siswa yang mampu menjadi pribadi yang baik serta dapat mengontrol diri dari stimulus yang tidak baik. Berdasarkan hasil pengamatan langsung peneliti ketika kegiatan praktik lapangan di sekolah peneliti menemukan beberapa fenomena yang terjadi di lingkungan sekolah, ditandai dengan kegiatan belajar di sekolah yang tidak baik serta tidak kondusif, dikarenakan siswa yang sedang menjalankan proses kegiatan belajar mengajar namun tidak dapat mengendalikan diri dari penggunaan sosial media ketika proses belajar berlangsung, sehingga siswa tidak dapat memahami apa yang disampaikan oleh guru pada saat belajar di kelas. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tersebut tidak dapat mengendalikan dan mengontrol diri dari stimulus yang merespons dirinya untuk melakukan suatu hal yang dapat merugikan dirinya sendiri.

4 Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Wakil Kepala Sekolah bahwa terjadinya tawuran pada siswa SMA Negeri 3 Pandeglang, pada hari Sabtu tanggal 9 April tahun 2016. Kejadian tersebut bukan terjadi pada waktu jam sekolah akan tetapi kejadian tersebut di luar jam sekolah yang dimana banyak siswa yang sedang nongkrong di suatu tempat sekitar pukul 02.00 WIB, ketika siswa tersebut sedang nongkrong tiba-tiba ada serangan dari luar tanpa banyak berpikir siswa tersebut langsung membalasnya dan terjadinya tawuran sehingga dapat menyakiti dirinya sendiri maupun orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kondisi terdesak kecerdasan emosional dan kontrol diri seseorang rendah dan biasanya pada individu tersebut emosi tidak terkontrol dan tidak dapat menahannya sehingga individu tidak dapat mengendalikan dan mengontrol dirinya dari stimulus-stimulus yang merangsang dirinya. Sehingga terjadilah tawuran tersebut. Kemampuan kontrol diri siswa dalam menghadapi situasi tersebut terkadang tidak setinggi dan sekuat yang dibayangkan. Ketidakmampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran, mereka kurang dan bahkan tidak dapat mengontrol dirinya dari stimulus-stimulus yang tidak baik dan tidak tepat digunakan pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Situasi ini tampak terjadi ketika proses pembelajaran langsung di kelas. Jadi kontrol diri harus dimiliki oleh setiap individu ketika menghadapi berbagai stimulus. Sesuai dengan pendapat Berk, kontrol diri adalah kemampuan individu untuk menahan keinginan atau dorongan

5 sesaat yang bertentangan dengan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma sosial. 4 Kontrol diri menjadi aspek yang penting dalam mengelola dan mengendalikan aktualisasi pola pikir, rasa dan perilaku kita dalam menghadapi setiap situasi serta dapat menahan diri dari perbuatan yang dapat merugikan diri atau orang lain dalam mencapai tujuan hidup seseorang. Fenomena lain yang terjadi pada saat peneliti memberikan layanan di kelas yaitu ketika ada salah satu siswa yang sedang diam duduk di kelas tiba-tiba datang seorang temannya dengan mengganggu dan mengejek maka siswa tersebut langsung emosi dan akhirnya temannya dipukuli sampai terjatuh pingsan. Kejadian ini menandakan bahwa siswa memiliki emosi yang tinggi sehingga tidak dapat mengontrol dirinya dari perilaku yang tidak baik sehingga akan merugikan dan menyakiti orang lain. Fenomena lain yang menunjukkan rendahnya kontrol diri siswa yaitu seperti yang dikemukakan oleh Koordinator Pos Pemantauan Ujian Nasional tahun 2014 yang menyatakan terdapat siswi yang meninggal karena bunuh diri diduga tertekan akibat tidak mampu mengerjakan soal Ujian Nasional Matematika. Hal itu menunjukkan bahwa siswa tidak dapat mengontrol diri sehingga emosi yang muncul tidak bisa terkendalikan dengan baik yang mengakibatkan perilaku negatif seperti bunuh diri, melukai diri sendiri dan lain-lain. 4 Singgih D Gunarsa, Bunga Rampai Psikologi Perkembangan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), p.251

6 Berdasarkan dengan permasalahan yang dijelaskan di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Kontrol diri Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Pandeglang. B. Pembatasan Masalah Peneliti membatasi permasalahan pada Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kontrol Diri Siswa kelas XI SMA Negeri 3 Pandeglang C. Rumusan Masalah Dapat dikemukakan rumusan masalah adalah: 1. Bagaimana kecerdasan emosional siswa dikelas XI SMA Negeri 3 Pandeglang? 2. Bagaimana kontrol diri siswa kelas XI SMA Negeri 3 Pandeglang 3. Bagaimana hubungan kecerdasan emosional dengan kontrol diri siswa kelas XI SMA Negeri 3 Pandeglang? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan diatas, maka penelitian bertujuan. 1. Untuk mengetahui kecerdasan emosional siswa kelas XI SMA Negeri 3 Pandeglang. 2. Untuk mengetahui kontrol diri siswa kelas XI SMA Negeri 3 Pandeglang.

7 3. Untuk mengetahui kecerdasan emosional dengan kontrol diri siswa kelas XI SMA Negeri 3 Pandeglang. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis diharapkan hasil penelitian dapat mengembangkan pengetahuan keilmuan bimbingan dan konseling berkaitan dengan kecerdasan emosional dengan kontrol diri. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa Siswa memiliki kemampuan untuk memahami emosi sehingga dapat menghasilkan kecerdasan emosional untuk mengontrol diri dengan baik dalam lingkungannya. b. Bagi Peneliti Peneliti berpengalaman langsung serta dapat menambah wawasan berpikir dalam upaya meningkatkan ilmu pengetahuan bagi peneliti berikutnya. c. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling Dapat dijadikan sebagai rujukan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang ditimbulkan oleh para siswa, khususnya bagi guru BK dalam memberikan bimbingan sehingga dapat dibantu secara terarah serta dapat memahami dan mengetahui bagaimana kecerdasan emosional dan kontrol diri yang baik.

8 F. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembuatan laporan hasil penelitian, penulisan menyusun dengan sistematika sebagai berikut: Bab Pertama, pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan. Bab Kedua kajian teori, deskripsi teori, penelitian yang revelan, kerangka berfikir, hipotensis penelitian. Bab Ketiga, metode penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi dan sampel, jenis metode penelitian, teknik penelitian data, tektik analisis data. Bab Keempat, pembahasan hasil penelitian yang meliputi: deskripsi data, uji persyaratan analisis, analisis data, pembahasan hasil penelitian. Bab Kelima, penutup meliputi: kesimpulan dan saransaran.