BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada anak obesitas mengalami defisiensi besi, yang ditandai dengan rendahnya kadar serum besi atau saturasi transferin, lebih banyak bila dibandingkan dengan anak yang normal. Keadaan ini dihubungkan dengan terjadinya inflamasi kronis pada anak obesitas yang ditandai dengan tingginya kadar Interleukin 6 (IL-6). National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) melakukan survai di United States mendapatkan hasil bahwa 16,9 % anak-anak dan remaja yang berusia 2 sampai 19 tahun mengalami obesitas. Survai obesitas pada anak usia 6 sampai 11 tahun meningkat dari 7% pada tahun 1980 menjadi 18% pada tahun 2010, dan pada remaja usia 12 sampai 19 tahun, obesitas meningkat dari 5% menjadi 18,4 % pada periode yang sama (Ogden dkk., 2012). Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada anak usia sekolah (6 sampai 12 tahun) prevalens obesitas mencapai 9,2% pada tahun 2010. Prevalens obesitas di Bali, berdasarkan data Balitbangkes tahun 2010 dilaporkan 7,1%, sedangkan di kota Denpasar obesitas pada anak meningkat dari 11% pada tahun 2002 (Gary dan Soetjiningsih, 2002) menjadi 21% pada tahun 2013 (Dewi dan Sidiartha, 2013). Obesitas pada anak berpotensi untuk meningkatkan morbiditas bahkan mortalitas di masa yang akan datang. Obesitas berhubungan dengan morbiditas yang melibatkan berbagai sistem dalam tubuh seperti sistem endokrin, 1
2 kardiovaskular, gastrointestinal, renal, pulmonal, muskuloskeletal, saraf pusat, psikologi, dan gangguan ginekologi (Sanchez dkk., 2011), bahkan dapat menyebabkan kematian di usia muda (Franks dkk., 2010). Morbiditas ini berhubungan dengan proses inflamasi yang berhubungan dengan obesitas. Pada obesitas terjadi penumpukan sel lemak, hal ini dikatakan mengakibatkan pelepasan mediator inflamasi derajat ringan dalam jangka waktu yang lama disebut dengan chronic low-grade inflamation. Inflamasi tersebut dikaitkan dengan terjadinya stres oksidatif, hipoksia intraseluler, aktifasi endoplasmik retikulum, penumpukan amiloid, lemak, lipotoxicity dan glucotoxicity yang kemudian dapat merangsang pelepasan hormon dan mediatormediator inflamasi, seperti IL-6, Interleukin 1 (IL-1) dan Tumor Necrocis Factor alpha (TNF-α) (Garanty-Bogacka dkk., 2005; Scwarzenberg dan Sinaiko, 2006; Rocha dan Folco, 2011). Dewasa ini salah satu morbiditas yang dihubungkan dengan obesitas dan proses inflamasi adalah gangguan metabolisme besi. Hubungan antara obesitas dan defisiensi zat besi telah diteliti dalam beberapa penelitian pada anak-anak dan remaja. Penelitian cross sectional yang dilakukan di Israel melaporkan defisiensi besi pada anak dan remaja yang overweight dan obesitas lebih besar dibanding anak normal. Penelitian lain mendapatkan bahwa anak overweight memiliki risiko dua kali lipat mengalami defisiensi besi daripada anak dengan berat badan normal (Nead dkk., 2004). Salah satu sitokin proinflamasi yang sering dihubungkan dengan gangguan metabolisme besi adalah IL-6. Interleukin 6 merupakan kunci perangsang dari
3 sintesis hepsidin selama inflamasi yang berhubungan dengan regulasi besi. Interleukin 6 sebanyak 90% dihasilkan oleh jaringan adipose visceral (Schwarzenberg dan Sinaiko, 2006). Pada obesitas terjadi peningkatan dari kadar IL-6, peningkatan ini juga terjadi pada penyakit lain seperti infeksi, keganasan, dan trauma. Peningkatan IL- 6 merangsang sintesis hepsidin dari hati atau jaringan adiposa selama inflamasi. Hepsidin merupakan regulator penting pada hemostasis besi sebagai penghambat absorpsi besi pada enterosit, sehingga pada individu dengan obesitas dapat terjadi penurunan status besi (McClung dan Karl, 2009). Hal tersebut terjadi akibat aktivasi terhadap IL-6 reseptor yang terdapat pada hepatosit oleh sitokin proinflamasi IL-6, melalui jalur signal transducer and activator of transcription 3 (STAT3) kemudian menstimulasi peningkatan produksi hepsidin dan kadar hepsidin di darah selama infeksi dan inflamasi sistemik (Gans dan Nemeth, 2012). Stimulasi hepsidin pada sel hepatosit berujung pada disregulasi besi, berupa penurunan kadar besi, dan saturasi transferin, serta meningkatnya kadar feritin yang jika berlanjut akan memengaruhi sistem homeostasis. (Greenberg dan Obin, 2006; McClung dan Karl, 2009). Keseimbangan zat besi dipengaruhi juga oleh asupan zat besi, simpanan zat besi, dan kehilangan zat besi. Beberapa penyakit juga akan menunjukkan gambaran defisiensi besi seperti pada penyakit keganasan, kelainan darah, gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal dan penyakit kronis dengan berbagai mekanisme (Baker dan Greer, 2010).
4 Hasil studi epidemiologi pertama yang diterbitkan pada awal 1960 melaporkan bahwa obesitas memiliki hubungan dengan kejadian anemia defisiensi besi. Hubungan antara obesitas dan defisiensi zat besi telah diselidiki dalam beberapa penelitian pada anak-anak dan remaja. (Żekanowska dkk., 2011). Sharma dkk. (2009) melakukan penelitian pada 179 anak-anak (pasien anak di Children s Hospital of Eastern Ontario), obesitas didapatkan 16,7 % subyek. Pada penelitian itu dilaporkan pada grup dengan Body Mass Index (BMI) yang tinggi didapatkan level serum besi yang rendah dan kadar C-Reactive Protein (CRP) yang tinggi. Serum besi menunjukkan korelasi yang signifikan pada BMI dan kadar CRP. Konsentrasi feritin didapatkan sama pada kelompok obesitas dan kelompok anak-anak dengan berat badan normal. Penelitian Amato dkk. (2010) di Italia, melaporkan adanya penurunan kadar hepsidin serum dan peningkatan absorbsi besi secara bermakna pada anak obesitas yang mengikuti program penurunan berat badan. Data yang dipublikasikan mengenai korelasi IL-6 dengan kadar besi, feritin, dan saturasi transferin serum pada anak obesitas di Indonesia sampai saat ini belum ada. Berdasarkan data di atas peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui korelasi antara inflamasi dan defisiensi besi pada anak- anak dengan obesitas, peneliti akan memakai kadar IL-6 sebagai sitokin pro- inflamasi. Peneliti menggunakan subjek dengan rentang usia enam sampai 11 tahun dikarenakan pada periode ini anak sangat rentan menderita obesitas apabila asupan nutrisi berlebihan. Menurut data Riskesdas tahun 2013, prevalens obesitas pada anak dengan rentang usia tersebut paling tinggi dibandingkan dengan usia di
5 bawah maupun di atasnya (Riskesdas, 2013). Komplikasi obesitas seperti gangguan metabolism besi, obstructive sleep apnea syndrome, dan lainnya sudah mulai terjadi pada rentang usia tersebut (Nead dkk., 2004). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah : 1. Berapa kadar IL- 6 pada anak obesitas? 2. Berapa kadar besi serum pada anak obesitas? 3. Berapa kadar feritin pada anak obesitas? 4. Berapa saturasi transferin pada anak obesitas? 5. Apakah kadar IL-6 memiliki korelasi negatif dengan kadar besi serum pada anak obesitas? 6. Apakah rerata kadar IL-6 memiliki korelasi positif dengan kadar feritin serum pada anak obesitas? 7. Apakah rerata kadar IL-6 memiliki korelasi negatif dengan saturasi transferin pada anak obesitas? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk membuktikan korelasi kadar IL-6 dengan kadar besi serum, kadar feritin, dan saturasi transferin pada anak obesitas, yang mengindikasikan bahwa gangguan metabolisme besi pada anak obesitas terkait dengan proses inflamasi.
6 1.3.2 Tujuan khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui kadar Interleukin 6 (IL-6) pada anak obesitas 2. Untuk mengetahui kadar besi serum pada anak obesitas 3. Untuk mengetahui kadar feritin pada anak obesitas 4. Untuk mengetahui saturasi transferin pada anak obesitas 5. Untuk membuktikan bahwa kadar interleukin 6 terdapat korelasi negatif dengan kadar serum besi pada anak obesitas 6. Untuk membuktikan kadar interleukin 6 terdapat korelasi positif dengan feritin pada anak obesitas 7. Untuk membuktikan kadar interleukin 6 terdapat korelasi negatif dengan saturasi transferin pada anak obesitas 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1.4.1 Manfaat akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendukung teori inflamasi kronis derajat rendah pada obesitas (peningkatan IL-6) yang menyebabkan terjadinya ganguan metabolisme besi yang ditandai dengan rendahnya kadar serum besi dan saturasi transferin serta tingginya kadar feritin. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya mengenai dampak negatif obesitas pada anak.
7 1.4.2 Manfaat praktis Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada para orang tua bahwa obesitas berdampak buruk terhadap status besi, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan kadar besi pada anak yang didapatkan dengan obesitas serta dilakukan penatalaksanaan dengan mengendalikan berat badan pada anakanak mereka.