BAB I PENDAHULUAN. perubahan kognitif, psikologi dan perubahan fisik mencakup perubahan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kalsium adalah mineral yang paling banyak kadarnya dalam tubuh manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi kalsium..., Endang Mulyani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya patah tulang. Selama ini osteoporosis indentik dengan orang tua tapi

Calcium Softgel Cegah Osteoporosis

BAB 1 PENDAHULUAN. Osteoporosis adalah kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta merupakan kota metropolitan yang terbagi. Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Kep.Seribu (Riskesdas 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pada sekelompok masyarakat disuatu tempat. Hal ini berkaitan erat dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

BAB I PENDAHULUAN. tulang ditentukan oleh tingkat kepadatannya. Penurunan massa tulang akan terus

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tulang dan osteoporosis di kehidupan selanjutnya (Greer et al,2006)

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa remaja memberikan dampak pada masalah kesehatan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada masa remaja puncak pertumbuhan masa tulang (Peak Bone Massa/PBM)

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa yang paling penting karena pada masa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran asupan...,rindu Rachmiaty, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. makanan pada masa itu menjadi penyebab utama munculnya masalah gizi remaja

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

EFEK JALAN KAKI PAGI TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG PADA WANITA LANSIA DI DESA GADINGSARI SANDEN BANTUL SKRIPSI

LATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur. diperkirakan akan meningkat pada tahun 2025 yaitu 73,7 tahun.

MAKALAH GIZI KALSIUM

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB I PEN DAHULUAN. prasarana pendidikan yang dirasakan masih kurang khususnya didaerah pedesaan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pencegahannya. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit

Apa itu Kalsium (Ca)?

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima.

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

Kompartemen cairan di dalam tubuh

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia (Khomsan, 2013). Menurut Undang-Undang No.13/1998

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

POLA MAKAN Sumber: Kiat Sehat diusia Emas - vegeta.co.id

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi Susu pada saat remaja terutama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Karakteristik kasus menopause..., Herdiana Christanty Sihombing, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pembentukan tulang. Salah satu penyakit yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan ekstraksi biji tanaman kopi. Kopi dapat digolongkan sebagai minuman

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang. menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dengan usia 6-14 tahun saat sedang duduk di bangku SD

Syarat makanan untuk bayi dan anak :

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

Bab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. gaya hidup dan kebiasan makan remaja mempengaruhui baik asupan

Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami?

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

DEFISIENSI ZAT GIZI SITI SULASTRI SST

BAB 1 : PENDAHULUAN. mengancam hidup seperti penyakit kardiovaskuler.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang besar dan persebaran penduduk yang belum merata. Berdasarkan data

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan gizi remaja di Indonesia perlu mendapatkan perhatian khusus karena dapat berpengaruh terhadap masalah gizi dewasa nantinya. Remaja merupakan periode kritis dimana terjadi perubahan kognitif, psikologi dan perubahan fisik mencakup perubahan dalam besar, jumlah dan ukuran (Arisman, 2004). Asupan makanan yang tidak mencukupi adalah masalah yang umum dialami oleh remaja putri. Keinginan untuk menjadi kurus dengan cara yang tidak tepat, gaya hidup yang kurang tepat dan pengaruh teman sebaya secara umum. Hal inilah yang banyak menyebabkan remaja mengurangi asupan makanannya, seperti susu, daging, keju dan hasil olahannya yang direkomendasikan untuk mencegah osteoporosis dan fraktur. Makanan-makanan tersebut mengandung sumber kalsium yang baik untuk menunjang pertumbuhan mereka. Penyerapan kalsium dari makanan pada masa remaja mencapai 75% dan menurun hingga 20-40% begitu menginjak dewasa. Periode pembentukan tulang optimal pada usia 9-18 tahun dengan anjuran asupan kalsium sebesar 1200 mg/hari berdasarkan AKG 2013. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengoptimalkan konsumsi kalsium pada masa remaja (Mulyani, 2009). Namun, bila pada usia muda tidak mampu mencukupi kebutuhan kalsiumnya, seorang wanita ketika berusia 70 tahun akan

2 mengalami kehilangan kalsium sebanyak 50% sehingga akan meningkatkan resiko osteoporosis. Selain itu, peran penting kalsium adalah dalam meringankan sindrom premenstruasi. Hal ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Susan Thys Jacobs di Amerika Serikat, ternyata pada siklus haid ketiga gejala sindrom pramenstruasi dapat dikurangi sebesar 48% pada wanita yang mengkonsumsi kalsium (Rahmawati, 2012). Kalsium merupakan mineral yang sangat penting bagi tubuh manusia dan paling banyak terdapat di dalam tubuh. Fungsi kalsium antara lain sebagai metabolisme tubuh, penghubung antar syaraf, kerja jantung, pertumbuhan, mengurangi keluhan saat haid dan menopause, mencegah hipertensi dan pergerakan otot. Komposisi kalsium di dalam tubuh sebanyak 1,5-2% dari berat badan orang dewasa atau kurang lebih sebanyak 1kg. Dari jumlah tersebut, sebanyak 99% berada di dalam jaringan tulang dan gigi. Kecukupan asupan kalsium sangat penting untuk mencapai massa tulang puncak optimal dan mengurangi laju kehilangan tulang karena bertambahnya usia. Densitas tulang berbeda menurut umur, meningkat pada bagian pertama kehidupan dan menurun secara berangsur setelah dewasa (Almatsier, 2010). Asupan kalsium biasanya diperoleh dari susu, keju, ikan daging, telur, kacang-kacangan dan sayuran. National Institute of Health dalam Worthington et.al (2000) menyebutkan bahwa di negara-negara maju seperti Amerika dan Australia angka kecukupan kalsium yang dianjurkan bagi remaja adalah sebesar 1.200 sampai 1.500 mg/hari. Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi tahun 2013, Angka Kecukupan Gizi kalsium pada remaja

3 wanita sebesar 1200 mg/hari. Konsumsi kalsium dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung kalsium seperti susu dan produk susu 2-3 porsi ditambah sayuran 3-5 porsi setiap hari. Pada remaja dan pada wanita usia 20-30 tahun, kalsium dibutuhkan untuk menstabilkan hormon. Wanita biasanya berada dalam masa subur dan kalsium sangat dibutuhkan untuk kesuburan dan kalsium juga menjadi kebutuhan utama bagi wanita yang sedang hamil dan menyusui. Kondisi kebutuhan kalsium pada wanita berbeda jauh dengan kebutuhan kalsium pada pria. Wanita mengalami proses menstruasi bulanan, melahirkan dan menyusui, semua itu membutuhkan kalsium. ketika wanita kekurangan kalsium dan tubuh membutuhkan kalsium, kalsium dari tulang akan diurai dan digunakan untuk melanjutkan kegiatan sehari-hari. Dalam jangka waktu sekian tahun, kalsium yang ada di tulang pun semakin terambil. Hal inilah yang dapat menyebabkan osteoporosis. Tulang tubuh menjadi rapuh dan sangat rentan untuk patah bahkan hancur (Agustiani, 2011). Hasil penelitian Storey (2004) di Amerika rata-rata konsumsi kalsium pada remaja hanya 704-1022 mg/hari dari 1300 mg/hari yang dianjurkan (Mason, 2002). Kecukupan kalsium pada remaja di Indonesia yaitu 1200 mg/hari (AKG Indonesia, 2013). Namun yang terjadi adalah rata-rata konsumsi kalsium hanya 240 mg/hari. Penelitian Fikawati dan Syafiq (2003) menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi kalsium pada remaja adalah 526,9 mg/hari. Angka rata-rata ini kelihatannya tinggi karena mereka juga mengkonsumsi suplemen kalsium jika dihitung tanpa mengkonsumsi suplemen kalsium angkanya jauh kelihatan rendah yaitu 394,7 mg/hari.

4 Pada penelitian lainnya pada remaja di Kota Bandung juga menyebutkan bahwa rata-rata kecukupan kalsium masih kurang dari angka kecukupan gizi (AKG) yaitu hanya 55,9% AKG atau sebesar 559,05 mg/hari dan sebanyak 76,2% remaja mengkonsumsi kalsium kurang dari 75% AKG (Fikawati dkk, 2005). Semakin tinggi kebutuhan dan semakin rendah persediaan kalsium dalam tubuh semakin efisien absorpsi kalsium. Peningkatan kebutuhan terjadi pada saat pertumbuhan, difisiensi kalsium dan tingkat aktivitas fisik yang meningkatkan densitas tulang. Jumlah kalsium yang dikonsumsi mempengaruhi absorpsi kalsium. Penyerapan akan meningkat bila kalsium yang dikonsumsi menurun. Vitamin D dalam bentuk aktif 1,25 (OH)D 3 merangsang absorpsi kalsium pada mukosa usus dengan cara merangsang produksi protein pengikat kalsium. Absorpsi paling baik dalam keadaan asam. Asam klorida yang dikeluarkan lambung membantu absorpsi dengan cara menurunkan Ph di bagian atas duodenum. Asam amino tertentu meningkatkan ph saluran cerna (Almatsier, 2010). Kekurangan vitamin D dalam bentuk aktif menghambat absorpsi kalsium. Asam oksalat yang terdapat dalam bayam, sayuran lain dan kakao membentuk garam kalsium oksalat yang tidak larut, sehingga menghambat absorpsi kalsium. Asam fitat, ikatan yang mengandung fosfor yang terutama terdapat di dalam sekam serealia, membentuk kalsium fosfat yang juga tidak dapat larut sehingga tidak dapat di absorpsi. Serat menurunkan absorpsi kalsium, diduga karena serat menurunkan waktu transit makanan di dalam saluran cerna sehingga mengurangi kesempatan untuk absorpsi. Stres mental

5 atau stres fisik cenderung menurunkan absorpsi kalsium dan meningkatkan ekskresi serta obat-obatan tertentu dapat berpengaruh terhadap ketersediaan biologik kalsium atau meningkatkan ekskresi yang dapat menyebabkan penurunan densitas tulang (Supariasa, 2012). Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan, tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh, osteoporosis, osteomalasia atau riketsia. Kadar kalsium dalam darah yang sangat rendah dapat menyebabkan tetani atau kejang. Kepekaan serabut saraf dan pusat saraf terhadap rangsangan meningkat, sehingga terjadi kejang otot misalnya pada kaki. Konsumsi kalsium hendaknya tidak melebihi 2500 mg/hari, kelebihan kalsium dapat menimbulkan batu ginjal atau gangguan ginjal. Selain itu, dapat menyebabkan konstipasi (susah buang air besar). Kelebihan kalsium bisa terjadi bila menggunakan suplemen kalsium berupa tablet atau bentuk lain (Almatsier, 2010). Menurut WHO, rata-rata osteoporosis di Amerika dialami oleh wanita setelah menopause, diperkirakan 14% pada usia 50-59 tahun, 22% pada usia 60-69 tahun, 39% pada usia 70-79 tahun dan 70% diatas 80 tahun. Dilaporkan semua etnik mengalami osteoporosis. Menurut data dari Depkes tahun 2007, angka Osteopenia (awal osteoporosis) di Indonesia sudah mencapai 40% (Rachmiaty, 2009). Menurut WHO (1994), angka kejadian patah tulang (fraktur) akibat osteoporosis di seluruh dunia mencapai angka 1,7 juta orang. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai 6,3 juta orang pada tahun 2050 dan 71% kejadian ini akan terdapat di negara-negara berkembang (Kosnayani, 2007).

6 Penelitian di Indonesia, pada remaja di Bogor menunjukkan bahwa asupan kalsium yang berasal dari susu dan olahannya ditambah suplemen kalsium pada remaja masih kurang dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan yaitu sebesar 526,9% mg/hr atau 52,7% AKG. Sementara itu, studi konsumsi kalsium lainnya di Kota Bandung menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan telah memperhitungkan asupan suplemen kalsium sebesar 55,9%. Asupan kalsium yang kurang pada remaja putri merupakan masalah yang potensial karena akan menyebabkan berkurangnya cadangan kalsium dalam tulang serta kekurangan kalsium selagi muda merupakan penyebab osteoporosis di usia lanjut dan keadaan ini tidak dapat diperbaiki dengan meningkatkan konsumsi kalsium ketika tanda penyakit ini tampak (Fikawati, 2005). Hasil penelitian yang dilakukan pada penduduk usia remaja di beberapa kota oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan Depkes RI tahun 2005 dan PT Fonterra Brands menunjukkan bahwa prevalensi osteoporosis penduduk Indonesia sebesar 10,3%. Sementara itu, penderita osteopenia atau penurunan massa tulang dini mencapai 41,8%. Penelitian terbatas menunjukkan bahwa osteopenia juga telah menyerang kaum muda yang berumur kurang dari 25 tahun dengan prevalensi 37,1% (Rachmawati, 2006 dalam Hardinsyah dkk, 2008). Beberapa survei yang dilakukan secara terpisah di beberapa kota besar menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada anak sekolah dan remaja cukup tinggi. Pada anak SD prevalensi obesitas mencapai 9,7% di Yogyakarta dan 15,8% di Denpasar. Banyak upaya yang telah dilakukan

7 untuk menurunkan berat badan, tetapi cara yag efektif adalah melalui perbaikan pola makan atau dengan diet yang diimbangi dengan olahraga yang cukup. Peranan kalsium untuk menurunkan berat badan dan kolesterol telah terungkap secara empiris, konsumsi kalsium yang cukup dalam diet harian dianjurkan untuk menurunkan berat badan dan menurunkan sintesis lemak dan mencegah hiperkolesterol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang kegemukan (obesitas) akan dapat menurunkan berat badan dengan tingkat keberhasilan 60% -80% jika konsumsi kalsium sesuai anjuran (Widodo dkk, 2006). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di 5 sekolah menengah atas terhadap masing-masih sekolah pada 5 orang siswi SMA Muhammadiyah 1 Pontianak rata-rata asupan kalsium sebesar 544,3 mg/hari, tingkat pengetahuan siswi sebesar 60%, ketersediaan makanan sumber kalsium sebesar 80%, pemilihan makanan sumber kalsium sebesar 40%, tidak ada pengaruh teman sebaya, kebiasaan jajan sebesar 20% dan perilaku diet sebesar 20%. SMA Negeri 9 Pontianak rata-rata asupan kalsium sebesar 685,2 mg/hari, tingkat pengetahuan siswi sebesar 40%, ketersediaan makanan sumber kalsium sebesar 40%, pemilihan makanan sumber kalsium sebesar 60%, tidak ada pengaruh teman sebaya, kebiasaan jajan sebesar 60% dan perilaku diet sebesar 40%. SMA Negeri 5 Pontianak rata-rata asupan kalsium sebesar 683,7% mg/hari, tingkat pengetahuan siswi sebesar 80%, ketersediaan makanan sumber kalsium sebesar 60%, pemilihan makanan sumber kalsium sebesar 20%, tidak ada pengaruh teman sebaya, kebiasaan jajan sebesar 60% dan

8 perilaku diet sebesar 40%. SMA Koperasi Pontianak rata-rata asupan kalsium sebesar 459,14 mg/hari, tingkat pengetahuan siswi sebesar 60%, ketersediaan makanan sumber kalsium sebesar 40%, pemilihan makanan sumber kalsium sebesar 60%, pengaruh teman sebaya sebesar 60%, kebiasaan jajan sebesar 60% dan perilaku diet sebesar 40%. SMA Negeri 6 Pontianak rata-rata asupan kalsium sebesar 791,94 mg/hari, tingkat pengetahuan siswi sebesar 60%, ketersediaan makanan sumber kalsium sebesar 40%, pemilihan makanan sumber kalsium sebesar 20%, pengaruh teman sebaya sebesar 60%, kebiasaan jajan sebesar 60% dan perilaku diet sebesar 60%. Berdasarkan fakta tersebut maka penulis bermaksud untuk meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi kalsium pada remaja putri SMA di SMA Muhammadiyah 1 Pontianak, SMA Negeri 9 Pontianak, SMA Negeri 5 Pontianak, SMA Koperasi dan SMA Negeri 6 Pontianak tahun 2015. 1.2. Rumusan Masalah Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan, tulang kurang kuat, mudah rapuh dan bengkok. Kekurangan kalsium dapat pula menyebabkan osteomalasia, yang dinamakan juga riketsia pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena kekurangan vitamin D dan ketidakseimbangan konsumsi kalsium terhadap fosfor. Mineralisasi matriks tulang terganggu, sehingga kandungan kalsium di dalam tulang menurun.

9 Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013, angka kecukupan gizi kalsium pada remaja wanita sebesar 1200 mg/hari. Konsumsi kalsium dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi kalsium seperti susu dan produk susu 2-3 porsi ditambah sayuran 3-5 porsi setiap hari. Namun pada kenyataannya baik di negara-negara maju maupun Indonesia asupan kalsium pada remaja masih kurang dari angka kecukupan yang dianjurkan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 5 orang siswi SMA Muhammadiyah 1 Pontianak rata-rata asupan kalsium sebesar 544,3 mg/hari, tingkat pengetahuan siswi sebesar 60%, ketersediaan makanan sumber kalsium sebesar 80%, pemilihan makanan sumber kalsium sebesar 40%, tidak ada pengaruh teman sebaya, kebiasaan jajan sebesar 20% dan perilaku diet sebesar 20%. SMA Negeri 9 Pontianak rata-rata asupan kalsium sebesar 685,2 mg/hari, tingkat pengetahuan siswi sebesar 40%, ketersediaan makanan sumber kalsium sebesar 40%, pemilihan makanan sumber kalsium sebesar 60%, tidak ada pengaruh teman sebaya, kebiasaan jajan sebesar 60% dan perilaku diet sebesar 40%. SMA Negeri 5 Pontianak rata-rata asupan kalsium sebesar 683,7% mg/hari, tingkat pengetahuan siswi sebesar 80%, ketersediaan makanan sumber kalsium sebesar 60%, pemilihan makanan sumber kalsium sebesar 20%, tidak ada pengaruh teman sebaya, kebiasaan jajan sebesar 60% dan perilaku diet sebesar 40%. SMA Koperasi Pontianak rata-rata asupan kalsium sebesar 459,14 mg/hari, tingkat pengetahuan siswi sebesar 60%, ketersediaan makanan sumber kalsium sebesar 40%, pemilihan makanan sumber kalsium sebesar 60%, pengaruh teman sebaya sebesar 60%, kebiasaan jajan sebesar 60% dan

10 perilaku diet sebesar 40%. SMA Negeri 6 Pontianak rata-rata asupan kalsium sebesar 791,94 mg/hari, tingkat pengetahuan siswi sebesar 60%, ketersediaan makanan sumber kalsium sebesar 40%, pemilihan makanan sumber kalsium sebesar 20%, pengaruh teman sebaya sebesar 60%, kebiasaan jajan sebesar 60% dan perilaku diet sebesar 60%. Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah Faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan asupan kalsium pada siswi SMA di Kota Pontianak? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan kalsium pada siswi SMA di Kota Pontianak 1.3.2 Tujuan Khusus : 1. Memperoleh informasi gambaran pengetahuan gizi seimbang pada siswi SMA di Kota Pontianak 2. Memperoleh informasi gambaran ketersediaan makanan sumber kalsium pada siswi SMA di Kota Pontianak 3. Memperoleh informasi gambaran cara pemilihan bahan makanan pada siswi SMA di Kota Pontianak 4. Memperoleh informasi gambaran kebiasaan jajan pada siswi SMA di Kota Pontianak 5. Memperoleh informasi gambaran pengaruh teman sebaya pada siswi SMA di Kota Pontianak

11 6. Memperoleh informasi gambaran perilaku diet pada siswi SMA di Kota Pontianak 7. Memperoleh informasi gambaran asupan kalsium pada siswi SMA di Kota Pontianak 8. Memperoleh informasi hubungan antara jenis kelamin dengan asupan kalsium pada siswi SMA di Kota Pontianak 9. Memperoleh informasi hubungan antara pengetahuan gizi seimbang dengan asupan kalsium pada siswi SMA di Kota Pontianak 10. Memperoleh informasi hubungan antara ketersediaan makanan sumber kalsium dengan asupan kalsium pada siswi SMA di Kota Pontianak 11. Memperoleh informasi hubungan antara cara pemilihan bahan makanan dengan asupan kalsium pada siswi SMA di Kota Pontianak 12. Memperoleh informasi hubungan antara kebiasaan jajan dengan asupan kalsium pada siswi SMA di Kota Pontianak 13. Memperoleh informasi hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan asupan kalsium pada siswi SMA di Kota Pontianak 14. Memperoleh informasi hubungan antara perilaku diet dengan asupan kalsium pada siswi SMA di Kota Pontianak

12 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Universitas Muhammadiyah Pontianak Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan untuk penelitian berikutnya ataupun sebagai tambahan literatur tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan kalsium pada siswi SMA di Kota Pontianak. 1.4.2 Bagi Sekolah Siswi SMA di Kota Pontianak dapat mengetahui informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan kalsium pada siswi. Selain itu, diharapkan siswi SMA di Kota Pontianak dapat meningkatkan kesadaran untuk memenuhi kebutuhan asupan kalsium sesuai anjuran yang sudah ditetapkan dan dalam memilih makanan dan minuman yang kaya kalsium. 1.4.3. Bagi Peneliti Peneliti dapat menambah pengetahuannya tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan kalsium pada siswi SMA di Kota Pontianak dan dapat menerapkan ilmu yang telah didapat selama di bangku kuliah.