PROMOTOR Jurnal Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Vol. 1 No

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit akibat kerja, keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. manual (Manual Material Handling/MMH). Kelebihan MMH bila

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan kerja merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran risiko..., Pongki Dwi Aryanto, FKM UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

BAB V PEMBAHASAN. terbanyak pada usia 35 tahun sebanyak 76 responden (80.00%) dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja

Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDS) Pada Aktivitas Manual Handling Pekerja Jasa Pengiriman Barang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja pada industri

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penentuan Faktor Resiko Musculetal Disorder (MSDs) Bagi Pekerja Pengglasir Keramik

BAB I PENDAHULUAN. berdiri yang di lakukan secara terus menerus atau dalam jangka waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN. Health Association) adalah beberapa kondisi atau gangguan abnormal

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel,

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labor Organization (ILO) dalam Nurhikmah

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2020 mendatang, di mana Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan persyaratan yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PEKERJA BATIK DI KECAMATAN SOKARAJA BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBAIKAN METODE KERJA OPERATOR MELALUI ANALISIS MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs)

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

BAB 1 PENDAHULUAN. mendukung satu sama lain dari tiap-tiap bagian yang ada di dalamnya. Sistem

HUBUNGAN ANTARA POSISI KERJA DENGAN KELUHAN MUKULOSKELETAL PADA EKSTREMITAS BAWAH TENAGA KERJA MATAHARI MEGA MALL DI MANADO

BAB V PEMBAHASAN. yang cukup kuat untuk menyebabkan peningkatan resiko keluhan low back

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NYERI PINGGANG PADA PENGERAJIN BATIK TULIS DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI TAHUN 2012

Kata Kunci: masa kerja, suhu lingkungan, sikap kerja, keluhan musculoskeletal

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada

BAB I PENDAHULUAN. berbagai situasi dan keadaan, yang memberikan intervensi untuk. pada perawat sebesar 45,8% dengan rasa nyeri yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan di

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Saat ini pembangunan industri menjadi salah satu andalan dalam

ANALISIS POSTUR KERJA PADA MEKANIK BENGKEL SEPEDA MOTOR HIDROLIK X DAN NON-HIDROLIK Y KOTA SEMARANG

Riana Gustarida Jamal 1 Hendra 2. Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PENJAHIT DI PUSAT INDUSTRI KECIL MENTENG MEDAN 2015

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

GAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

Analisis Postur Kerja Terkait Musculoskeletal Disorders (MSDS) pada Pengasuh Anak

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I-1

Disusun Oleh : FREDYLA J PROGRAM FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA OPERATOR PADA PROSES PEMBUATAN PIPA UNTUK MENGURANGI MUSCULOSKELETAL DISORDERS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

TUGAS AKHIR PENILAIAN POSTUR KERJA PADA PEKERJA PENGGULUNGAN TEH DI PT. RUMPUN SARI KEMUNING I DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA (RAPID UPPER LIMB

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

Hubungan Tingkat Risiko Ergonomi Dan Masa Kerja Dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Pemecah Batu

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI

terjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang

ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA

NASKAH PUBLIKASI ADI OKANANTO J Disusun oleh :

I. PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi pada daerah

BAB I PENDAHULUAN. permanen dalam bekerja. Pada tahun 2010 World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik

GAMBARAN POSISI KERJA DAN KELUHAN GANGGUAN MUSCULOSKELETAL PADA PETANI PADI DI DESA KIAWA 1 BARAT KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA

HUBUNGAN ANTARA SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI PASAR 45 MANADO Victoria P. Pinatik*,,A. J. M. Rattu*, Paul A. T.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Occupational Health and Safety Council of Ontario (OHSCO)

Transkripsi:

PROMOTOR Jurnal Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Vol. 1 No. 1 2018 FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDER (MSDs) PADA PEKERJA OPERATOR SEWING DI PT DASAN PAN FASIFIC INDONESIA TAHUN 2018 Fila Meilani (1), Andi Asnifatima (2) Dan Anissatul Fathimah (3) (1) Konsentrasi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, Prodram Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ibn Khaldun Bogor Email: filafebri08@gmail.com (2) Program Studi Kesehatan Masyarakat,Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ibn Khaldun Bogor Email: andiasnifatima@gmail.com (3) Program Studi Kesehatan Masyarakat,Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ibn Khaldun Bogor Email: anissatulfathimah@gmail.com Abstrak MSDs adalahgangguan musculoskeletal pada area leher, pungung, kaki, lengan bagian bawah, bagian atas, dan nyeri pungung bawah yang dapat menghambat produksi dan efesiensi kerja. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor risiko yang mempengaruhi keluhan Musculoskeletal Disorder (MSDs) pada pekerja bagian operator sewing di PT Dasan Pan Pasific Indonesia sukabumi tahun 2018.Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah populasi pekerja pada bagian operator sewing sebanyak 1098 pekerja, dengan menggunakan rumus slovin maka besar sampel dalam penelitian sebanyak 91 responden. Berdasarkan hasil penelitian diketahui yang mengalami keluhan MSDs 82,4% dan tidak ada keluhan 17,6%. Berdasarkan analisi bivariat diketahui bahwa terdapat 2 variabel yang memiliki hubungan yang bermakna dengan keluhan MSDs yaitu postur janggal (p-value = 0.003) Durasi kerja (p-value= 0,004). Variable yang tidak berhubungan yaitu pencahayaan (p-value = 1,000). Kesimpulan penelitian ini ada hubungan antara postur janggal, durasi kerja dengan keluhan MSDs. Tetapi tidak ada hubungan antara pencahayaan dengan keluhan MSDs pada pekerja operator sewing.sehingga disarankan memperhatikan posisi tubuh saat bekerja serta memperbaiki sikap kerja jika merasa sikap tersebut dapat menimbulkan keluhan pada otot dan mealukan istirahat disaat tubuh sudah mulai merasakan pegal pada bagian-bagian tubuh. Kata kunci : Ergonomik, Keluahan MSDs Pendahuluan Perkembangan sektor industri pada saat ini berpengaruh besar terhadap tenaga kerja dan menciptakan tujuan pembangunan nasional yang merupakan perwujudan masyarakat adil dan makmur, yang merata material dan spiritual, berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945, untuk memenuhi tuntunan hidup manusia semakin memerlukan peralatan dan perlengkapan yang canggihnya peralatan semakin besar pula bahaya yang di timbulkan. Peralatan pekerja hanya sebagai alat bantu manusia untuk tenaga kerja, masalahnya yang timbul adalah bagaimana tenaga kerja tetap aman dan sehat atau tercegah dari bahaya-bahaya akibat kerja. Fakor yang berperan penting dari efek manusia dalam hubungannya dengan alat dan lingkungan kerja adalah ergonomi dan psikologi kerja (Soekidjo Notoatmodjo, 1997 : 187 ). Ergonomik merupakan studi mengenai pekerjaan (OHSA,2000). dimana ergonomi bertujuan untuk mencapai kesesuaian antara kebutuhan manusia pada 62

keterbatasannya dan beban kerja (IEA,2010). Bila beban kerja yang lebih besar dari kemampuanatau kapasitas kerja seseorang, maka akan menimbulkan ketidak nyamanan, overstress, kelelahan, kecelakaan, cedera, rasa sakit dan sakit (Tarwaka et al, 2004) salah Metode Metode Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional (potong lintang). Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional untuk melihat faktor resiko yang mempengaruhi keluhan muskoloskeletal disorder pada pekerja operator sewing di PT Dasan Pan Pacific Indonesia tahun 2018. Pada penelitian ini, untuk mendapatkan penilaian mengenai resiko yang mempengaruhi keluhan MSDs pada seluruh aktifitas pekerjaan dengan menggunakan metode (REBA). Sedangkan untuk melihat keluhan penyakit yang diderita para penjahit menggunakan kuesioner keluhan Nordic Body Map (NBM) Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pekerja dibagian operator sewing di PT Dasan Pan Pacific Indonesia yaitu sebanyak 1098 pekerja. Sampel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah pekerja operator sewing yaitu sebanyak 91 pekerja Berdasarkan hasil dari pehitungan dengan menggunakan Rumus Slovin, (Ridwan,2005). Sumber Data yang digunakan yaitu : Data primer merupakan data langsung yang diperoleh peneliti dengan cara memberikan kuesioner Nordic Body Map kepada responden, observasi untuk pengisian metode REBA ( Rapid Entri body Assesment) di PT Dasan Pan Pacific Indonesia. Dan Data sekunder merupakan data yang telah dikumpulkan oleh orang lain. Data sekunder yang digunakan dalam dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari PT Dasan Pan Pacific Indonesia.berupa data terkait pekerja satunya adalah muscoluskeletal Disorder (MSDs) yang merupakan kondisi sakit atau nyeri pada otot,tendon, sendi dan saraf (European Agency of Safty and Health at work, 2010). dan profil perusahaan. Teknik Pengumpulan Data yang dilakukan diantaranya Wawancara dalam penelitian ini melibatkan pekerja dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik pekerja.adapun data yang didapatkan pada wawancara adalah : variabel postur janggal, durasi kerja dan pencahayaan. Serta Pengamatan (Observasi) Pengamatan dalam penelitian ini adalah peneliti apakah terdapat tanda-tanda keluhan kerja yang terjadi pada pekerja dan melihat kondisi lingkungan kerja yang menyebabkan keluhan muskoleskeletal padapekerja.dan Pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan muskoluskeletal disorder pada tahun 2018.Adapun pengukuran yang dilakukan adalah pengukuran metode REBA. Data yang diperoleh dianalisis melalui komputer dengan menggunakan program Statistical package for social sciene (SPSS).Berikut hasil pengolahan penelitian. Berdasarkan hasil analisis univariat diperoleh sebagian besar operator sewing di PT Dasan Pan Fasifik Indonesia ada sebanyak 75 (82,4%) mengalami keluhan musculoskeletal Disorder (MSDs). Hal ini terjadi karena pekerja bagian operator sewing di PT Dasan Pan Fasifik Indonesia bekerja dalam postur janggal, sehingga menimbulkan keluhan MSD, Sedangkan 16 responden (17,6%) pekeja bagian operator sewing di PT Dasan Pan Fasifik Indonesia tidak mengalami keluhan MSDs. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan melalui kuesioner bahwa karakteristik pekerja bagian operator paling banyak berada rentan 63

usia<30 tahun sebanyak 74responden (81.3%). Dapat diketahui bahwa hampir separuh pekerja bagian operator di PT Dasan dinyatakan oleh suma mur (1996) bahwa umur seseorang akan mempengauhi kondisi tubuh. Hasil Dari hasil penelitian diketahui bahwa bagian tubuh yang mengalami keluhan MSDs tertinggi pada pekerja operator sewing keluhan Musculosceletal Disorder (MSDs) pada bagian operator sewing PT Dasan Pan Fasifik Indonesia yaitu leher bagian atas Sebanyak 48 responden (52,7 %) mengalami keluhan pada bagian leher bagian atas. Hal ini karena pekerja operator Pan Fasifik Indonesia berada pada usia produktif, pada usia inilah manusia sedang berada pada puncak aktivitasnya. Seperti yang sering bekerja dengan posisi duduk membungkuk dan menunduk menyebabkan cidera pada tulang belakang, otot, ligamen, tendon dan syaraf dapat menjadi penyebab nyeri pingang. Hal ini sejalan Departemen of EH&S (2002) bahwa salah satu yang termasuk kedalam postur janggal adalah memiringkan badan secara signifikan menyimpang dari posisi tubuh normal pada saat bekerja. Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan Postur Janggal Dengan Keluhan Muscoluscelektal Dirorder (MSDs) Sumber : Data Primer 2018 Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan Durasi Kerja Dengan Keluhan Musculoskeletal Disorder (Msds) Durasi Kerja Keluhan Musculosceletal Disorder Tidak Ada Ada Keluhan Keluhan Total P- Value OR (95% Cl) N % N % N % Tidak Ada Resiko (<8 Jam) Beresiko(>8jam) 10 37,0 6 9,4 17 63,0 58 90,6 27 100,0 64 100,0 0,004 5,686 (1,805-17,912) Jumlah 16 17,6 75 82,4 91 100,0 Sumber : Data Primer 2018 64

Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan Pencahayaan Dengan Keluhan Yang Mengarah Pada Musculoskeletal Disorder (Msds) Pencahayaan Keluhan Musculosceletal Disorder Total P- Value OR (95% Cl) Tidak Ada Keluhan Ada Keluhan N % N % N % Rendah >69,32 Lux Sangat Rendah 8 18,2 8 17.0 36 81,8 39 83,0 44 100,0 47 100,0 1,000 1,083 (0,368-3,189) <69,32 Lux Jumlah 16 17,6 75 82,4 91 100,0 Sumber : Data Primer 2018 Pembahasaan Berdasarkan tabel 1, hasil analisis hubungan postur janggal dengan keluhan Muskoluskeletal Disorder (MSDs) pada pekerja diproleh ada sebanyak 50responden dimana sebanyak 47 ( 94,0%) responden dengan kategori tinggi mengalami adanya keluhan Muskoluskeletal Disorder (MSDs) dan 3 responden (6,0%) tidak mengalami keluhan MSDs. Dan sebanyak 41 responden dimana 28 (68,3%) responden dengan kategori sedang dan sebanyak 13 ( 31.7 %) responden tidak menggalami keluhan Muskoluskeletal Disorder (MSDs). Hal ini sejalan dengan Agnesty Putri S (2015) menatkan bahwa terdapat hubunan yang bermakna anatar postur kerja dengan keluhan musculoskeletal Disorder (MSDs) dimana semakin tingi nilai tingka risiko postur kerja maka semakin tinggi keluhan MSDs ang disebabkan oleh peratalatan kerja yang tidak sesuai sehingga mempenaruhi postur kerja pekerja yang kemudian berpengaruh juga terhadap keluhan MSDs. Namun tidak sejalan dengan penelitian Muhammad Icsal (2016) bahwa tidak ada hubungan postur kerja dengan keluhan MSDs pada penjahit wilayah pasar panjang kota kediri yang dikarenakan 65 melakukan peregangan otot dengan melakukan pekerjaannya. Berdasarkan tabel 2, hasil analisis hubungan durasi kerja dengan keluhan Musculoskeletal Disorder (MSDs) pada pekerja diperoleh bahwa ada sebanyak 64 respondenberesiko (bekerja lebih dari 8 jam)dimana sebanyak 58 (90,6%) responden yang mengalami adanya keluhan MSD, Dan sebanyak 6 (9,4%) tidak menalami keluhan MSDs. Dan 27 responden dimana 17 responden (63,0%) bekerjakuran dari 8 jam menalami keluhan MSDs dan sebnak 10 responden (37,0%) tidak mengalami keluhan MSDs.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh muhammad ischal et al (2016) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara durasi kerja denan keluhan musculoskeletal Disorder (MSDs) karena semakin lama durasi kerjanya atau semakin lama seseorang terpapar faktor risiko MSDs ini maka semakin besar pula risiko untuk mengalami keluhan MSDs. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Paulina Jaru (2014) menyatakan bahwa tidak ada hubungan anatara lama kerja dengan keluhan MSDs pada pekerja batik tulis karena pekerja sewaktu-waktu dapat beristirahat atau melakukan kegiatan lainnya. Berdasarkan Dari tabel 3, dapat diketahui bahwa pengaruh pencahayaan

dibawah NAB (kurang dari 300 lux ) dengan keluhan yang mengarah pada musculoskeletal Disordr (MSDs) adalah sebanyak 47 responden mendapatkan pencahayaan diruang kerja sangat rendah (kurang dari 69,32lux) dimana sebanyak 39 responden (83,0%) mengalami keluhan Musculosceletal Disorder, dan sebanyak 8 responden (17.0%)tidak mengalami keluhan MSDs. Sedangkan sebanyak 44 responden mendapatkan pencahayaan ruangan kerja yang rendah (lebih dari 69,32 lux) dimana sebanyak 36 responden (81,8%) mengalami keluhan MSDs dan 8 responden (18,2) tidak mengalami keluhan musculoskeletal Disorder (MSDs).Hal ini sejalan dengan Fuady (2013) bahwa tidak adahubungan pencahayaan area kerja dengan MSDs kemungkinan dikarenakan rata-rata intensitas cahaya ynag digunakan adalah sebesar 181,94 lux. Halini tidak sejalan dengan putri (2017) menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pencahayaan denan keluhan MSDs pada pekerja karena bekerja denan pencahayaan yang kuran memadai dapat meningkatkan keluhan MSDs pada pekerja, semakin lama bekerja dengan pencahayaan yang kurang maka mengakibatkan kelelahan yang akan dapat mengakibatkan MSDs. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis hubungan postur janggal dengan keluhan Muskoluskeletal Disorder (MSDs) Ada hubungan anatar Postur janggal dengan keluhan Musculoskeletal Disorder (MSDs), Ada hubungan anatar Durasi kerja dengan keluhan Musculoskeletal Disorder (MSDs) dan Tidak ada hubungan antara pencahayaan dengan keluhan Musculoskeletal Disorder (MSDs). Dari hasil analisis hubungan Pencahayaan dengan keluhan Muskoluskeletal Disorder (MSDs), pada pekerja bagian operator sewing Pan Pasific Indonesia tahun 2018. PT Dasan Saran Untuk mencegah keluhan MSDs akibat postur janggal pada pekerja, maka sebaiknya perusahaan mensosialisasikan postur kerja yang baik dan benar kepada pekerja yang sesuai dengan pekerjaannya, sosialisai dapat menggunakan media promosi dengan cara memasang postur kerja yang baik dan benar sesuai dengan kerjaannya, Untuk mencegah keluhan MSDs akibat durasi kerja pada pekerja, membatasi jam kerja pekerja atau bisa dilakukan dengan rotasi jam kerja. Daftar Pustaka [1] Astuti, Sri Endah Budi, Gambaran Factor Risiko Pekerjaan Dan Keluhan Gejala Musculoskeletal Disorder (MSDS) Pada Bagian Tubuh Atas Pekerja Di Sector Informal Butik Lamode, Depok Lama Tahun 2009, Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. 2009. [2] Bridger, R.S. Introduction To Ergonomics. Singapore: McGraw-Hill. 1995-2003. [3] Farras Hadyan, Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Low Back Pain Pada Pengemudi Angkutan, Fakultas Universitas Lampung. (2015) [4] Fuady, Rifqi A. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Musculoskeletal Disorder (MSDs) Pada Pengrajin Sepatu Di Perkampungan Insustri Kecil (PIK) Penggilingan Kecematan Cakung. Skripsi UIN, Jakarta. (2013). [5] ILO. Safety and health at work: a vision for sustainable prevention. (2014). [6] Indonesia Undang-Undang Tentang Keselamatan Kerja UU No.1 Tahun 1970 66

[7] Notoatmodjo, S. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rienka Cipta (2010). [8] Notoatmodjo, S. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rienka Cipta (2010). [9] Riningrum,Hanif., Widowati,Evi. Pengaruh Sikap Kerja, Usia, Dan Masa Kerja Terhadap Keluhan Low Back Pain. Jurnal FKM UNESA. (2016). [10] Riyanto, Agus. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Madika 2011 [11] Tarwaka, dkk. Ergonomic untuk kesehatan kerja dan produktifitas. 2004 Surakarta:UNIBA PRESS 67