Pengembangan Bahan Ajar Modul Berbasis Masalah pada Materi Reaksi Redoks di SMA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA POKOK BAHASAN LARUTAN PENYANGGA KELAS XI IPA SMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kurikulum merupakan ciri utama pendidikan disekolah, dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) DENGAN PENDEKATAN PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MATERI PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KELAS X SMKN 6 PADANG.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan mempunyai daya saing tinggi sangat diperlukan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kurikulum yang digunakan saat ini adalah kurikulum 2013 (penjelasan pada Lampiran 1), yang didalamnya

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pengembangan modul pembelajaran fisika berbasis PBL (problem based learning)

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan stoikiometri ini merupakan materi pelajaran yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

signifikan lebih tinggi dari kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran langsung (direct instruction).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PEMBERIAN TUGAS BERBASIS PROYEK TERHADAP PENGEMBANGAN LIFE SKILL MAHASISWA FKIP UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO

Jurnal Redox. Vol.6, No.1 ISSN :

Jurnal EduFisika Vol. 02 No. 01, Juli 2017 E-ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN. Development). Penelitian ini berjudul Pengembangan LKPD IPA tema

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UNESA Journal of Chemical Education Vol.6, No.3 pp , September 2017

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan

BAB III METODE PENELITIAN. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah Lembar Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM YANG DILENGKAPI GAMBAR PADA MATERI PROTISTA UNTUK SISWA KELAS X SMA

DAFTAR PUSTAKA. Ahmadi, K., Amri,S., dan Elisah,T., (2011), Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, Perintis Pustaka, Jakarta

PENGEMBANGAN LKS BERORIENTASI PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH UNTUK KELAS XI SMA E JURNAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Chemistry in Education

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini. Pendidikan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan

2 Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, Universitas Pasir Pengaraian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Seiring dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia

PENGEMBANGAN CD PEMBELAJARAN BERBANTU CABRI 3D DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

THE DEVELOPMENT MODULE OF PRACTICAL CHEMISTRY BASED PROBLEM BASED LEARNING (PBL) ON THE SUBJECT OF ACID BASES FOR CLASS XI SENIOR HIGH SCHOOL LEVELS

PENGRUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK OPTIK GEOMETRI KELAS X SMA St.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bahan ajar yang inovatif dan interaktif memiliki peran yang sangat penting

PENGEMBANGAN LKS BERPROGRAMA PADA SUB POKOK BAHASAN PERPINDAHAN KALOR DI SMA. Binar Ayu Dewanti, Sri Wahyuni, Yushardi

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL UNTUK SISWA KELAS VII SMP 1 BAYANG UTARA ABSTRACT

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center learning) menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, SOCIETY (SETS) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA BAB ALAT OPTIK DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih berkualitas. Dalam menciptakan SDM yang berkualitas tidak terlepas

PENGEMBANGAN MODUL PADA MATERI SEGIEMPAT DAN SEGITIGA BERBASIS PEMECAHAN MASALAH UNTUK SISWA KELAS VII SMP. Oleh ABSTRACT

Ratulani Juwita *), Afrida Yanti. STKIP PGRI Sumatera Barat

BAB I PENDAHULUAN. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem pendidikan nasional

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI POLA BILANGAN

Abstrak PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI BERBASIS MOVIE MAKER PADA MATERI VIRUS UNTUK KELAS X DI MAN KINALI PASAMAN BARAT

PENGEMBANGAN BUKU SAKU SEBAGAI BAHAN AJAR AKUNTANSI PADA POKOK BAHASAN JURNAL PENYESUAIAN PERUSAHAAN JASA

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Surakarta. Keperluan korespondensi, telp: ,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pencapaian prestasi belajar yang tinggi sebagai indikator keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 1, No 1, JULI 2014 Halaman e-issn :

*Keperluan Korespondensi, telp/fax: ,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimia merupakan ilmu yang mencari jawaban atas dasar pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam

I. PENDAHULUAN. Karakteristik materi pembelajaran fisika yang abstrak, menuntut kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

Seminar Nasional Hasil Penelitian Universitas Kanjuruhan Malang 2017

1.1. Latar Belakang Masalah

Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Mendukung Kemampuan Literasi Matematika Siswa Kelas VIII

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

PENGEMBANGAN BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM FISIKA: PENGUJIAN JENIS KAWAT KONDUKTOR KOMERSIAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

TALENTA Conference Series: Science & Technology PAPER OPEN ACCESS Pengembangan Bahan Ajar Modul Berbasis Masalah pada Materi Reaksi Redoks di SMA Author : Anna Juniar dkk., DOI : 10.32734/st.v2i1.333 Electronic ISSN : 2654-7082 Print ISSN : 2654-7074 Volume 2 Issue 1 2018 TALENTA Conference Series: Science & Technology (ST) This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NoDerivatives 4.0 International License. Published under licence by TALENTA Publisher, Universitas Sumatera Utara

TM Conference Series 02 (2019) TALENTA Conference Series Available online at https://talentaconfseries.usu.ac.id Pengembangan Bahan Ajar Modul Berbasis Masalah pada Materi Reaksi Redoks di SMA Anna Juniar a*, Jonter Siregar b, Albinus Silalahi a, Retno Dwi Suyanti a, Pravil Mistryanto c * a, Dosen Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Negeri Medan b Alumni Program Studi Pendidikan Kimia FMIPA, Universitas Negeri Medan c Dosen Jurusan Farmasi, Universitas Tjut Nyak Dhien anna.juniar@ymail.com Abstrak Penelitian pengembangan bahan ajar modul berbasis masalah pada materi reaksi redoks bertujuan untuk 1) memperoleh bahan ajar modul yang disusun yang sudah memenuhi standar kelayakan isi, kelayakan bahasa, kelayakan penyajian dan kelayakan kegrafikan menurut BSNP, 2) mengetahui tanggapan dosen dan guru kimia terhadap bahan ajar modul, dan 3) mengetahui tanggapan siswa terhadap bahan ajar modul. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development/R&D) yang telah dimodifikasi sesuai kebutuhan. Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu (1) analisis kebutuhan, (2) pengembangan bahan ajar bahan ajar modul, (3) standarisasi bahan ajar bahan ajar modul berdasarkan angket penilaian BSNP, dan (4) tanggapan siswa terhadap bahan ajar modul yang dirancang. Penelitian ini melibatkan 2 dosen dari jurusan kimia UNIMED yang menajar Kimia Umum, 2 orang guru dari SMA Negeri 14 Medan sebagai validator ahli, serta 12 siswa kelas X-MIPA3 SMA Negeri 14 Medan sebagai responden. Instrumen yang digunakan adalah angket penilaian kelayakan berdasarkan BSNP dan angket tanggapan siswa. Hasil yang diperoleh dari pengolahan data angket adalah: 1) bahan ajar modul berbasis masalah pada materi reaksi redoks sudah memenuhi standar kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikan yang merujuk standar BSNP dengan nilai rata-rata kelayakan isi sebesar 3,58; kelayakan bahasa sebesar 3,56; kelayakan penyajian 3,65; dan kelayakan kegrafikan 3,72, 2) para dosen dan guru kimia memberi tanggapan positif terhadap bahan ajar modul berbasis masalah pada materi reaksi redoks yang disusun, dan 3) para siswa memberi tangggapan sangat baik terhadap bahan ajar modul yang disusun dengan perolehan skor rata-rata angket sebesar 3,45. Kata Kunci: Bahan ajar modul; pembelajaran berbasis masalah; reaksi redoks 1. Pendahuluan Kurikulum merupakan ciri utama pendidikan disekolah, dengan kata lain kurikulum merupakan syarat mutlak bagi pendidikan atau pengajaran. Pemerintah telah berusaha memperbaiki kurikulum dari awalnya yang menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014 dengan tujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Permasalahan yang timbul pada setiap perubahan kurikulum adalah persoalan sosialisasi dan implementasi. Dalam konteks implementasi kurikulum 2013, peserta didik diharapkan dapat memberi pengalaman proses pembelajaran yang tidak c 2019 The Authors. Published by TALENTA Publisher Universitas Sumatera Utara Selection and peer-review under responsibility of Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 2018 p-issn: 2654-7074, e-issn: 2654-7082, DOI: 10.32734/st.v2i1.333

142 Anna Juniar dkk., / ST Conference Series 02 (2019) hanya meningkatkan pengetahuan saja, tetapi harus meningkatkan kreativitas, inovasi, berpikir kritis, dan berkarakter kuat, bertanggung jawab, mandiri, toleran, produktif, bekerja sama, dan dengan dukungan kemampuan memanfaatkan informasi dan berkomunikasi [1]. Berdasarkan hasil observasi di SMA Negeri 14 Medan, pembelajaran kimia yang dilakukan masih cenderung berpusat pada guru. Selain itu, kesadaran belajar siswa juga masih kurang. Hal ini dapat diketahui dari 70 orang siswa kelas X MIPA, hanya 10 orang siswa saja yang mempunyai buku pegangan sebagai sumber belajarnya. Berdasarkan wawancara dengan guru bidang studi kimia didapatkan bahwa dalam pembelajaran kimia, guru tidak menggunakan buku teks/ bahan ajar sesuai kurikulum 2013, namun siswa hanya memiliki LKS ketika pembelajaran kimia berlangsung. Hal yang sama juga diperoleh Seftiana [2] dimana dalam pembelajaran kimia guru tidak menggunakan buku teks atau LKS, namun siswa hanya di pinjami ketika pembelajaran kimia berlangsung, oleh karena itu sumber belajar yang dimiliki siswa masih kurang dan siswa hanya bergantung pada penjelasan dan catatan dari guru. Hal ini dapat menghambat siswa untuk dapat belajar secara mandiri [3]. Kimia sebagai salah satu mata pelajaran wajib peminatan bidang MIPA dalam kurikulum 2013 pembelajaran di Kelas X SMA. Reaksi Redoks adalah salah satu materi yang disajikan di mata pelajaran kimia, yang memiliki karakteristik gejalanya bersifat konkrit, menggunakan hitungan matematis logis, memerlukan hafalan simbolik, pemahaman, terapan dan peristiwa yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Banyak peristiwa yang berkaitan dengan reaksi redoks yang harus diidentifikasi penyebabnya, dirumuskan masalahnya, dianalisis untuk membuat keputusan, Materi redoks ini juga kadangkala menjadi kendala dalam belajar siswa, sehingga siswa akan kesulitan dalam mengikuti pembelajarannya. Kesulitan yang dialami peserta didik akan berdampak terhadap pemahaman peserta didik [4]. Materi reaksi redoks tersebut menjadi sangat penting untuk dipelajari dan dipahami. Dalam kenyataannya, siswa dituntut oleh guru untuk sekedar menghafal tanpa menuntut siswa memahami materi tersebut secara mendalam dengan cara menghubungkan materi dengan permasalahan sehari - hari. Materi ini tidak hanya membutuhkan suatu bahan ajar yang tepat agar siswa dapat menguasai konsep akan tetapi juga dibutuhkan suatu model pembelajaran kreatif yang dapat membuat siswa menguasai konsep dan aplikasi materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Solusi dari permasalahan diatas adalah pembelajaran harus dikemas dalam suatu bahan ajar berupa bahan ajar modul yang menarik dan juga dapat membuat siswa lebih berperan secara aktif dalam pembelajaran kimia. Bahan ajar juga dapat dikolaborasi dengan salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013. Pembelajaran berbasis masalah (PBL) merupakan model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif pilihan, yang nantinya akan membuat siswa dapat belajar secara mandiri dengan adanya bahan ajar modul berbasis model pembelajaran [5]. Bahan ajar modul merupakan paket belajar mandiri siswa yang meliputi serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang secara sistematis untuk membantu peserta didik mencapai tujuan belajar. Menurut Russel dalam Wena [6], sistem pembelajaran bahan ajar modul akan menjadikan pembelajaran lebih efisien, efektif dan relevan. Bahan ajar modul merupakan bahan ajar yang dapat dijadikan sebagai sarana belajar mandiri bagi siswa, karena didalam bahan ajar modul telah dilengkapi dengan petunjuk untuk belajar mandiri [7]. Peran guru dalam pembelajaran menggunakan bahan ajar modul yaitu sebagai fasilitator bukan lagi yang mendominasi dalam pembelajaran [8]. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang bertujuan untuk: (1) memperoleh bahan ajar modul berbasis masalah pada materi reaksi redoks yang memenuhi standar kelayakan isi, kelayakan bahasa, kelayakan penyajian, dan kelayakan kegrafikan yang merujuk standar BSNP, (2) mengetahui tanggapan dosen dan guru kimia terhadap bahan ajar modul berbasis masalah pada materi reaksi redoks yang telah disusun, dan (3) mengetahui tanggapan siswa terhadap bahan ajar modul berbasis masalah pada materi reaksi redoks yang telah disusun. 2. Metode penelitian Desain penelitian Jenis penelitian pengembangan bahan ajar modul berbasis masalah dilakukan mengikuti prosedur yang dijelaskan oleh Arends dalam Susilo [9], yaitu Research and Development (R & D), sehingga penelitian ini merupakan suatu

Anna Juniar dkk., / ST Conference Series 02 (2019) 143 pengembangan penelitian dari penelitian sebelumnya oleh peneliti yang lain. Jenis penelitian ini mengadopsi model 4D, yang terdiri dari define (tahap pendefinisian), design (tahap perancangan), develope (tahap pengembangan), dan disseminate (tahap penyebaran). Penelitian ini dilakukan sampai pada tahap penyebaran terbatas (disseminate). Populasi dan sampel Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 14 Medan, dengan jadwal alokasi waktu, yaitu pada bulan Januari-Mei 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh dosen kimia di jurusan kimia Universitas Negeri Medan, guru yang mengajar mata pelajaran Kimia di kelas X SMA Negeri 14 Medan, dan siswa SMA Negeri 14 Medan. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik purposive sampling, adapun yang menjadi sampel dalam penelitian adalah dosen kimia yang mengampu matakuliah Kimia Umum yang berjumlah 2 orang, guru yang mengajar mata pelajaran kimia yang berjumlah 2 orang yang menjadi validator standarisasi bahan ajar, serta siswa Kelas X-MIPA3 yang berjumlah 12 orang sebagai responden. Penyusunan instrumen Pada penelitian yang dilakukan, untuk memperoleh data hasil penelitian diperlukan suatu instrumen pengumpulan data. Instrumen untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah angket penilaian bahan ajar berdasarkan BSNP, dan angket tanggapan siswa terhadap bahan ajar. Prosedur penelitian Penelitian yang dilakukan mengikuti desain peneilitian yang telah dimodifikasi sesuai dengan keperluan, yaitu melakukan observasi lapangan, analisis kebutuhan, pengembangan bahan ajar modul berbasis masalah pada materi reaksi reduksi dan oksidasi, standarisasi bahan ajar bahan ajar modul, dan penilaian bahan ajar modul oleh siswa dengan menggunakan angket tanggapan siswa. Pengumpulan data Data yang diperoleh berupa data kualitatif, berupa data kelayakan bahan ajar berdasarkan angket BSNP, tanggapan dosen dan guru, serta siswa terhadap bahan ajar. Penentuan skor angket penilaian bahan ajar modul berdasarkan angket BSNP dan angket tanggapan siswa, digunakan rumus: Rata rata skor = skor x jumlah responden skor maksimum (1) Bahan ajar modul dinyatakan layak dan dipakai jika minimal memenuhi kriteria layak dan sangat layak. Untuk mengetahui kriteria hasil standarisasi maka digunakan rentang yang dapat diketahui melalui rumus: Rentang = skor tertinggi skor terendah banyaknya skor (2) Dari hasil perhitungan rentang tersebut diperoleh kriteria kelayakan bahan ajar yang tertera pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Kriteria Kelayakan Bahan Ajar Modul No. Rata-rata Kriteria Kelayakan 1. 3,26-4,00 Layak dan tidak perlu direvisi 2. 2,51-3,25 Layak dengan sedikit revisi 3. 1,76-2,50 Kurang layak, sebagian isi perlu direvisi 4. 1,00-1,75 Sangat tidak layak dan perlu (Sumber : [10]) direvisi total

144 Anna Juniar dkk., / ST Conference Series 02 (2019) 3. Hasil dan pembahasan Standarisasi bahan ajar modul Bahan ajar modul yang dikembangkan adalah bahan ajar modul berbasis masalah yang mengintegrasikan model problem based learning berdasarkan sintaks PBL menurut Arends dalam Susilo [9], yaitu: (1) mengorientasikan siswa kepada masalah, (2) mengorganisasikan siswa untuk belajar, (3) membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Bahan ajar modul reaksi reduksi dan oksidasi terlebih dahulu distandarisasi oleh validator ahli (Dosen kimia dan Guru kimia SMA) sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan ajar modul standar dalam proses belajar mengajar dalam pengajaran. Berdasarkan hasil standarisasi bahan ajar modul reaksi reduksi dan oksidasi kepada dosen dan guru kimia, umumnya validator mengisi kolom (3) dan (4) yang bearti secara umum validator setuju dengan bahan ajar modul reaksi reduksi dan oksidasi standar yang diajukan peneliti. Pada penelitian ini telah dilakukan pengembangan bahan ajar modul pada kelas X SMA/MA semester II. Tabulasi hasil standarisasi bahan ajar bahan ajar modul oleh dosen dan guru dapat dilihat pada Tabel 2 yang disajikan berikut ini. No. Standarisasi 1. Kelayakan Isi 2. Kelayakan Bahasa 3. Kelayakan Penyajian 4. Kelayakan Kegrafikan Dosen Guru Tabel 2. Data hasil standarisasi bahan ajar modul Parameter Skor Rata- Kriteria rata Kelayakan 3,56 3,61 3,58 Layak 3,53 3,59 3,56 Layak 3,67 3,62 3,65 Layak 3,75 3,68 3,72 Layak Rata-Rata Total 3,63 3,63 3,63 Layak Data tabulasi hasil standarisasi bahan ajar modul berbasis masalah oleh dosen dan guru, dapat juga disajikan kedalam bentuk grafik berikut yaitu pada Gambar 1 dibawah ini. 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 Kelayakan Isi Kelayakan Kelayakan Bahasa DosenPenyajian Kelayakan Kegrafikan Gambar 1. Grafik hasil standarisasi bahan ajar modul Berdasarkan Tabel 2 dan Gambar 1 dapat diketahui bahwa hasil penilaian bahan ajar modul berdasarkan angket BSNP, dimana kelayakan isi sebesar 3,58; kelayakan bahasa sebesar 3,56; kelayakan penyajian 3,65; dan kelayakan kegrafikan 3,72, dan rata-rata penilaian dari keempat aspek kelayakan adalah sebesar 3,63. Hasil standarisasi bahan ajar modul berbasis masalah oleh dosen dan guru berada pada rentang 3,26-4,00 yang berarti bahwa hasil standarisasi bahan ajar modul berdasarkan keseluruhan komponen angket BSNP, bahan ajar modul berbasis masalah

Anna Juniar dkk., / ST Conference Series 02 (2019) 145 pada materi reaksi redoks dinyatakan sudah layak dan dengan sedikit perbaikan pada bahan ajar modul, sehingga bahan ajar modul berbasis masalah pada materi reaksi redoks dapat di uji cobakan dilapangan kepada siswa SMA Negeri 14 Medan. Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan pengolahan data dan penyajian data, dapat diketahui penelitian yang dilakukan oleh peneliti sejalan dengan beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti lainnya yang juga mengembangkan bahan ajar modul, yaitu [11] dapat diketahui bahwa rata-rata skor yang diperoleh untuk masingmasing analisis standar kelayakan yang diajukan kepada dosen dan guru kimia memperlihatkan kesepakatan berada pada kisaran 3,33 4,00 yang berarti bahwa dosen dan guru kimia setuju dengan bahan ajar Reduksi dan Oksidasi standar yang diajukan dan tidak perlu dilakukan revisi kembali. Penelitian yang dilakukan oleh [5] tentang pengembangan modul kimia berbasis masalah pada materi konsep mol diperoleh hasil untuk kelayakan isi sebesar 4,3, kelayakan bahasa sebesar 4,3, kelayakan penyajian sebesar 4,3, dan kelayakan kegrafikan 4,1 dengan rentang skor 1-5, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh [12] yang mengembangkan bahan ajar kimia inovatif untuk SMA Bilingual dengan hasil kelayakan isi sebesar 3,62, kelayakan bahasa sebesar 3,58, kelayakan penyajian sebesar 3,60, dan kelayakan kegrafikan 3,46 dengan rata-rata penilaian sebesar 3,55 (Responden: Dosen Kimia, Guru Kimia, dan siswa SMA). Tanggapan Siswa Terhadap Bahan Ajar yang dirancang Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap bahan ajar modul berbasis masalah pada materi reaksi redoks dilakukan dengan cara memberikan angket kepada siswa kelas X-MIPA 3 SMA Negeri 14 Medan sebanyak 12 siswa. Angket yang diberikan bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap bahan ajar modul yang sudah selesai distandarisasi validator ahli dan telah selesai tahap revisi. Penilaian bahan ajar modul menggunakan angket tanggapan siswa yang telah divalidasi isi oleh dosen kimia Unimed, sehingga dapat digunakan untuk keperluan dalam pembelajaran. Pada tahap uji coba terbatas, bahan ajar modul berbasis masalah pada materi reaksi redoks di uji cobakan kepada siswa kelas X-MIPA3 SMA Negeri 14 Medan sebanyak 12 siswa. Hasil penilaian angket tanggapan siswa diperoleh rata-rata skor total sebesar 3,45 dengan kriteria sangat baik. Hasil tanggapan siswa ini sesuai dengan hasil penelitian Sujiono (2014) tentang tanggapan siswa menggunakan modul pada uji coba skala besar dengan dengan rata-rata skor 3,56 dengan kriteria sangat baik, kemudian penelitian yang dilakukan oleh [5] tentang tanggapan siswa terhadap bahan ajar modul berbasis masalah pada materi konsep mol diperoleh hasil skor rata-rata sebesar 3,71 dengan kriteria sangat baik, dan hasil penelitian [3] dengan hasil penilaian skor rata-rata 3,74 dengan kriteria sangat baik. Hasil angket tanggapan siswa tersebut menunjukkan respon positif dari siswa terhadap bahan ajar modul berbasis masalah pada materi reaksi redoks yang dikembangkan, dengan demikian secara keseluruhan bahan ajar modul tersebut dinilai menarik untuk dipelajari oleh siswa. 4. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan adalah: (1) telah diperoleh bahan ajar bahan ajar modul berbasis masalah pada materi reaksi redoks yang sudah memenuhi standar kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikan merujuk standar BSNP dengan nilai rata-rata kelayakan isi sebesar 3,58; kelayakan bahasa sebesar 3,56; kelayakan penyajian 3,65; dan kelayakan kegrafikan 3,72, (2) para dosen dan guru kimia memberi tanggapan positif terhadap bahan ajar modul berbasis masalah pada materi reaksi redoks yang disusun, dan (3) para siswa memberi tangggapan sangat baik terhadap bahan ajar modul yang disusun dengan perolehan skor rata-rata angket sebesar 3,45. Referensi [1] Nurhayati, Liyana., Kus Sri., dan Tri., (2013), Peningkatakan Kreativitas dan Prestasi Belajar Pada Materi Minyak Bumi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Dengan Media Crossword, Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), 2 (4) : 151-158. [2] Seftiana, T.A., (2015), Pengembangan Modul Kimia Berbasis Problem Based Learning Pada Materi Koloid Sebagai Sumber Belajar Mandiri Siswa, Skripsi, FMIPA-UNNES, Semarang.

146 Anna Juniar dkk., / ST Conference Series 02 (2019) [3] Khotim, H.N., Nurhayati, S., dan Hadisaputro, S., (2015), Pengembangan Bahan Ajar Modul Kimia Berbasis Masalah Pada Materi Asam Basa, Chemistry in Education 4 (2) : 64-69. [4] Ulfa, R.N., (2015), Pengembangan Bahan Ajar Chem-Joyful Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Materi Redoks Sebagai Sumber Belajar, Skripsi, FMIPA-UNNES, Semarang. [5] Sunaringtyas, K., Saputro, S., Masykuri, M., (2015) Pengembangan bahan ajar modul Kimia Berbasis Masalah Pada Materi Konsep Mol Kelas X SMA/MA Sesuai Kurikulum 2013, Jurnal Inkuiri 4 (2) : 36-46. [6] Wena, M., (2014), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, Bumi Aksara, Jakarta. [7] Depdiknas., (2008), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Dikmenum, Jakarta. [8] Prastowo, A., (2012), Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, Diva Press,Yogyakarta. [9] Susilo, A.B., (2012), Pengembangan Model Pembelajaran IPA Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Berpikir Kritis