ANALISIS KERAPATAN EKOSISTEM MANGROVE DI PULAU PANIKIANG DAN DESA TONGKE-TONGKE SULAWESI SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
STRUKTUR VEGETASI MANGROVE ALAMI DI AREAL TAMAN NASIONAL SEMBILANG BANYUASIN SUMATERA SELATAN

Keanekaragaman Jenis dan Indeks Nilai Penting Mangrove di Desa Tabulo Selatan Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo

Struktur Dan Komposisi Vegetasi Mangrove Di Pulau Mantehage

STRUKTUR VEGETASI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI KECAMATAN MERBAU KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

ANALISIS VEGETASI DAN STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI TELUK BENOA-BALI. Dwi Budi Wiyanto 1 dan Elok Faiqoh 2.

PROFIL HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG Oleh:

KORELASI ANTARA KERAPATAN AVICENNIA DENGAN KARAKTERISTIK SEDIMEN DI KAWASAN HUTAN MANGROVE DESA SUNGAI RAWA KABUPATEN SIAK, RIAU

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

Kata kunci : Mangrove, Nilai Penting, Desa Tanjung Sum, Kuala Kampar

ZONASI TUMBUHAN UTAMA PENYUSUN MANGROVE BERDASARKAN TINGKAT SALINITAS AIR LAUT DI DESA TELING KECAMATAN TOMBARIRI

IDENTIFIKASI VEGETASI MANGROVE DI SEGORO ANAK SELATAN, TAMAN NASIONAL ALAS PURWO, BANYUWANGI, JAWA TIMUR

Komposisi Jenis-Jenis Tumbuhan Mangrove Di Kawasan Hutan Perapat Benoa Desa Pemogan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kodya Denpasar, Propinsi Bali

Struktur dan Komposisi Mangrove di Pulau Hoga Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara Jamili

PEMANFAATAN PERSEMAIAN BERTINGKAT UNTUK PRODUKSI BIBIT DALAM KERANGKA REHABILITASI HUTAN MANGROVE SPESIFIK LOKASI. Bau Toknok 1 Wardah 1 1

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI HUTAN MANGROVE KELURAHAN BELAWAN SICANANG KECAMATAN MEDAN BELAWAN PROVINSI SUMATERA UTARA

ABDUR RAHMAN. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji.

BAB I PENDAHULUAN. wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini

Community Structure of Mangrove in Sungai Alam Village Bengkalis Sub Regency, Bengkalis Regency, Riau Province

TEKNIK PENGAMATAN VEGETASI MANGROVE DI PESISIR KABUPATEN PANGANDARAN, JAWA BARAT

Analisis Vegetasi Mangrove di Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara

IDENTIFIKASI POPULASI MAKROZOOBENTOS DI KAWASAN EKOSISTEM MANGROVE DESA LADONG ACEH BESAR. Lili Kasmini 11 ABSTRAK

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3. No. 1, Maret 2012: ISSN :

STRATIFIKASI HUTAN MANGROVE DI KANAGARIAN CAROCOK ANAU KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

Struktur Vegetasi Mangrove di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara

MANGROVE DAN KETERKAITANNYA DENGAN POPULASI GASTROPODA

STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI MANGROVE DI DESA PONDING-PONDING KECAMATAN TINANGKUNG UTARA KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN

Kata kunci : Kelurahan Moro Timur, Struktur Komunitas, Mangrove

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman Online di :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang

IDENTIFIKASI TINGKAT KERAWANAN DEGRADASI KAWASAN HUTAN MANGROVE DESA MUARA, TANGERANG, BANTEN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI KELURAHAN TONGKAINA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Analisis vegetasi hutan mangrove mulai dari pohon, pancang dan semai berdasarkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Dudepo merupakan salah satu pulau kecil berpenduduk yang berada

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN MANGROVE DI PANTAI SELATAN KABUPATEN SAMPANG MADURA

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA KAHYAPU PULAU ENGGANO

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis,

FUNGSI FISIK MANGROVE SEBAGAI PENAHAN ABRASI DI PESISIR KOTA MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA

KAJIAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN TELUK PANGPANG-BANYUWANGI

KAJIAN PERUBAHAN LUAS LAHAN MANGROVE DI DESA BEDONO KECAMATAN SAYUNG KABUPATEN DEMAK MENGGUNAKAN CITRA SATELIT IKONOS TAHUN 2004 DAN 2009

ANALISIS STRUKTUR DAN STATUS EKOSISTIM MANGROVE DI PERAIRAN TIMUR KABUPATEN BIAK NUMFOR

Indra G. Ndede¹, Dr. Ir. Johny S. Tasirin, MScF². & Ir. Maria Y. M. A. Sumakud, MSc³. ABSTRAK ABSTRACT

STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI MANGROVE DI TRACKING MANGROVE KEMUJAN KEPULAUAN KARIMUNJAWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Peta lokasi

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS PADA EKOSISTEM MANGROVE DI PESISIR DISTRIK MERAUKE, KABUPATEN MERAUKE

LEMBAR PERSETUJUAN JURNAL KERAPATAN, FREKUENSI DAN TINGKAT TUTUPAN JENIS MANGROVE DI DESA LIMBATIHU KECAMATAN PAGUYAMAN PANTAI KABUPATEN BOALEMO.

Inventarisasi Vegetasi Mangrove Di Pantai Marosi Kabupaten Sumba Barat. Ni Kade Ayu Dewi Aryani ABSTRACT

TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan pantai, penyerap polutan, habitat burung (Bismark, 1986). Kemampuan mangrove untuk mengembangkan wilayahnya ke arah laut

ANALISIS VEGETASI MANGROVE UNTUK STRATEGI PENGELOLAAN EKOSISTEM BERKELANJUTAN DI TAMAN NASIONAL BALI BARAT

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI PULAU JEMAJA, KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS, DAN PULAU LIRAN, KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA

THE COMMUNITY STRUCTURE OF MANGROVE VEGETATION IN RINDU LAUT OF PURNAMA VILLAGE OF DUMAI CITY

Struktur dan Komposisi Vegetasi Mangrove di Desa Lalombi Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala

PROPOSAL PENELITIAN PENYIAPAN PENYUSUNAN BAKU KERUSAKAN MANGROVE KEPULAUAN KARIMUNJAWA

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

JURNAL STRUKTUR KOMUNITAS HUTAN MANGROVE DESA MENGKAPAN KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK OLEH FIA NOVIANTY SITINJAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam 3 zona berdasarkan perbedaan rona lingkungannya. Zona 1 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di

Yarsi Efendi Dosen Tetap Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau Kepulauan

KEANEKARAGAMAN JENIS MANGROVE DI DESA TANJUNG REJO KECAMATAN PERCUT SEI TUAN SUMATERA UTARA ABSTRACT

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA PANTAI CERMIN KIRI KECAMATAN PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

KONDISI EKOLOGI MANGROVE DI PANTAI BALI DESA MESJID LAMA KECAMATAN TALAWI KABUPATEN BATU BARA PROVINSI SUMATERA UTARA

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

KOMPOSISI VEGETASI HUTAN MANGROVE DI PANTAI MOJO KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG PROVINSI JAWA TENGAH

EKSPLORASI VEGETASI MANGROVE DI ZONA TERLUAR PESISIR TELUK CEMPI, NUSA TENGGARA BARAT 1

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang. berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini

STRATEGI PENGELOLAAN KAWASAN MANGROVE BERBASIS LINGKUNGAN FISIK DAN SOSIAL DI DESA MUARA, KABUPATEN TANGERANG HADISTI NUR AINI

IDENTIFIKASI KOMPOSISI VEGETASI MANGROVE DI KAWASAN WISATA ALAM BANGKO-BANGKO KABUPATEN LOMBOK BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Keanekaragaman Jenis Mangrove Di Pulau Panikiang Kabupaten Barru Sulawesi Selatan

ANALISA VEGETASI HUTAN MANGROVE PELABUHAN LEMBAR KABUPATEN LOMBOK BARAT NUSA TENGGARA BARAT

1. Pengantar A. Latar Belakang

STRUKTUR VEGETASI MANGROVE DI KAWASAN PESISIR DESA LASARA SAWO KECAMATAN SAWO KABUPATEN NIAS UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA

Utara, ( Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia ABSTRACT

Analisis vegetasi dan struktur komunitas Mangrove Di Teluk Benoa, Bali

ABSTRAK. Kata kunci: Kelimpahan dan Pola sebaran mangrove, Perairan Sungai Ladi

BAB I PENDAHULUAN. batas pasang surut air disebut tumbuhan mangrove.

REPORT MONITORING MANGROVE PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL WAKATOBI KABUPATEN WAKATOBI

KEHADIRAN PERMUDAAN ALAM MANGROVE DI KAWASAN SUNGAI BUAYA DAN SUNGAI PAMUSIAN, TARAKAN

Mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia 2

STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI MANGROVE DI DUSUN II DESA PULAU SEMBILAN KECAMATAN PANGKALAN SUSU KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA

JOURNAL OF MARINE RESEARCH Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman Online di: /ejournal-s1.undip.ac.id/index.

ANALISIS VEGETASI KAWASAN HUTAN MANGROVE DI TELUK PANGEMPANG KECAMATAN MUARA BADAK KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

BAB 1 MENGENAL HUTAN MANGROVE

Analisis Vegetasi Hutan Mangrove Di Kawasan Muara Sungai Serukam Kabupaten Bengkayang

Nursal, Yuslim Fauziah dan Erizal Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru ABSTRACT

METODE PENELITIAN. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS VEGETASI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE KPH BANYUMAS BARAT

MONITORING LINGKUNGAN

RELATION OF DENSITY MANGROVE WITH ABUNDANCE OF MANGROVE SNAIL

Transkripsi:

Jurnal Biota Vol. 4 No. 1 Edisi Januari 2018 19 ANALISIS KERAPATAN EKOSISTEM MANGROVE DI PULAU PANIKIANG DAN DESA TONGKE-TONGKE SULAWESI SELATAN Andi Nur Samsi 1*, Sharifuddin Bin Andy Omar 2, Andi Niartiningsih 3 1 Prodi Pendidikan Biologi STKIP Pembangunan Indonesia Makassar 2 Jurusan Perikanan FIKP Universitas Hasanuddin Makassar 3 Jurusan Ilmu Kelautan FIKP Universitas Hasanuddin Makassar *E-mail: andinursamsi89@gmail.com ABSTRACT The mangrove ecosystem has different density levels per location. It can be influenced by environmental factors or because of human assistance. This research was conducted in Tongke-tongke Village, Sinjai Regency and Pannikiang Island, Barru District. Observations were conducted on three groups, namely groups of trees, stakes, and seedlings. Tree group used plot size 10 m x 10 m, stakes group used plot size 5m x 5m, and the group of seedlings used plot size 1 m x 1m. The result of tree group density will be compared with the standard criteria of mangrove damage of the Minister of Environment to know the criteria and the level of density. The mangrove ecosystem in Tongke-tongke village is overgrown by Rhizophora mucronata and Avicennia sp. and is dominated by R. mucronata with very dense density. In the tree group, R. mucronata has a density of 8020 Ind Ha -1. The mangrove ecosystem in Pannikiang Island is overgrown with Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, Sonneratia alba, Aegiceras floridum, Ceriops tagal, Avicennia sp., Excoearia agallocha, and Lumnitzera racemosa and has a rare and moderate density. In the tree group, the highest density in C. tagal with a density of 1270 Ind Ha -1 and indicated moderate density. Competition is always there in the ecosystem. The species of this ecosystem is fighting for space and nutrients. Therefore, competition can determine the density of plants in it. Keywords: Density; Mangrove Ecosystem; Panikiang Island; Tongke-tongke. PENDAHULUAN Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang sangat bernilai tinggi bagi kehidupan manusia dan kehidupan biota yang ada di dalamnya yang terletak di sekitar pesisir. Mangrove itu sendiri dipengaruhi oleh banyak hal seperti gelombang, pasang surut, salinitas, suhu, dan kegiatan manusia. Kegiatan manusia ini dapat berdampak negatif ataupun berdampak positif. Berdampak negatif jika manusia mengeksploitasi mangrove secara berlebihan. Berdampak positif jika manusia membantu atau melakukan penanaman bakau. Kegiatan manusia dapat mempengaruhi kerapatan mangrove (Rakotomavo dan Fromard, 2010). Selain itu, kompetisi juga akan mempengaruhi keberlangsungan individu. Kompetisi selalu ada dalam ekosistem. kompetisi itu sendiri merupakan persaingan individu dalam memperebutkan sumberdaya alam yang sama dengan jumlah yang terbatas (Lang dan Benbow, 2013). Hal inilah yang akan menentukan keberlangsungan hidupnya dan dapat diukur dengan kerapatannya. Dengan demikian ada banyak hal yang mempengaruhi kerapatan ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove yang ada di Pulau Panikiang merupakan ekosistem alami sedangkan ekosistem di Desa Tongke-tongke merupakan ekosistem hasil rehabilitasi. Perbedaan inilah yang melatarbelakangi penelitian ini. Penelitian ini bertujuan menggambarkan kondisi kerapatan ekosistem Pulau Pannikiang dan Desa Tongketongke. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli 2014. Lokasi penelitian pada areal mangrove di Desa Tongke-tongke, Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai dan mangrove yang terletak di Pulau Panikiang, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. 1. Sampel penelitian Sampel dari penelitian ini adalah pohon, pancang, dan semai yang ada pada ekosistem mangrove di Pulau Panikiang dan ekosistem mangrove di Desa Tongke-tongke. 2. Instrumen penelitian Bahan penelitian adalah tumbuhan mangrove (kelompok pohon, pancang, dan semai). Posisi

Jurnal Biota Vol. 4 No. 1 Edisi Januari 2018 20 stasiun di lokasi penelitian ditentukan dengan alat bantu GPS (Garmin GPSMAP 76 CSX). Batas-batas plot di stasiun penelitian menggunakan tali plastik. Hasil pengukuran dicatat dalam daftar isian yang telah disiapkan sebelumnya. Lokasi penelitian di Pulau Panikiang yaitu 4 20'22.08''S dan 119 36'11.69''E sedangkan di Desa Tongke-tongke yaitu 5 9'4.28''S dan 120 16'24.12''E. Pada setiap stasiun diletakkan plot berukuran 10 m x 10 m masing-masing dua buah untuk pengamatan mangrove tingkat pohon, anakan, dan semaian. Jarak antar plot 10 meter. Sampling dilakukan enam kali pada titik pengamatan yang berbeda. Pengamatan dilakukan terhadap strata mangrove meliputi strata pohon, strata pancang dan strata semai. Pengamatan mangrove pada strata pohon meliputi transek dengan ukuran 10 x 10 m. Kriteria pohon mangrove adalah tegakan dengan ukuran diameter batang 4 cm. Pengamatan strata pancang mangrove meliputi transek dengan ukuran 5 x 5 m yang merupakan bagian dari transek pada pengamatan pohon. Kriteria mangrove pada strata pancang adalah tegakan dengan ukuran tinggi > 1 m dengan diameter batang > 1 cm dan < 4 cm. Sementara untuk tingkatan semai, pengamatan dilakukan pada transek dengan ukuran 1 x 1 m yang merupakan bagian dari transek pada pengamatan pohon. Kriteria mangrove strata semai adalah tegakan mangrove dengan ukuran diameter batang 1 cm dan tinggi 1m (Hastuti et al., 2013). Identifikasi jenis mangrove mengacu ke panduan oleh Rusila Noor et al. (1999) dan Kitamura et al. (1997). Gambar 1. Desain plot yang digunakan. 3. Analisis data Kerapatan jenis adalah jumlah tegakan mangrove per satuan unit area, dengan rumus sebagai berikut (Brower et al., 1990): D m Keterangan: D m = kerapatan mangrove jenis ke-i (ind m -2 ), n i = jumlah total individu mangrove jenis ke-i, A = luas total daerah tempat pengambilan sampel, yaitu luas plot (10 m x 10 m) dikalikan dengan jumlah ulangan (m 2 ). n i A HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Hasil penelitian yang diperoleh (Tabel 1) di kelompok pohon di Pulau Pannikiang dengan kerapatan terendah pada Aegiceras floridum dengan kerapatan 0,002 ind m -2 atau 20 ind Ha -1 dan kerapatan tertinggi pada Ceriops tagal dengan kerapatan 0,127 ind m -2 atau 1270 ind Ha -1. Kelompok pohon di Desa Tongke-tongke dengan kerapatan terendah pada Avicennia sp. 0,002 ind m - 2 atau 20 ind Ha -1 dan kerapatan tertinggi pada Rhizophora mucronata 0,802 ind m -2 atau 8020 ind Ha -1. Avicennia sp. dan R. mucronata merupakan spesies yang ditemukan di desa Tongke-tongke pada kelompok pohon.

Jurnal Biota Vol. 4 No. 1 Edisi Januari 2018 21 Tabel 1. Kerapatan pohon, pancang, dan semai pada ekosistem mangrove di Pulau Pannikiang dan Desa Tongke-tongke Pulau Pannikiang Desa Tongke-Tongke Kelompok Spesies Ind m -2 Tingkat Kerapatan Ind m -2 Tingkat Kerapatan Pohon Rhizophora apiculata 0,038 Jarang - - Rhizophora stylosa 0,072 Jarang - - Sonneratia alba 0,015 Jarang - - Aegiceras floridum 0,002 Jarang - - Ceriops tagal 0,127 Sedang - - Avicennia sp. 0,052 Jarang 0,002 Jarang Excoearia agallocha 0,008 Jarang - - Lumnitzera racemosa 0,003 Jarang - - Rhizophora - - 0,802 Sangat padat mucronata Pancang Rhizophora apiculata 0,033 Jarang - - Ceriops tagal 0,273 Sangat padat - - Rhizophora stylosa 0,273 Sangat padat - - Lumnitzera racemosa 0,013 Jarang - - Avicennia sp. 0,013 Jarang - - Rhizophora mucronata - - 0,467 Sangat padat Semai Rhizophora apiculata 5,833 Sangat padat - - Ceriops tagal 5,833 Sangat padat - - Rhizophora stylosa 3,833 Sangat padat - - Avicennia sp. 4,167 Sangat padat 0,167 Sangat padat Rhizophora mucronata - - 21,333 Sangat padat Kelompok pancang di Pulau Pannikiang dengan kerapatan terendah pada Lumnitzera racemosa dan Avicennia sp. dengan kerapatan 0,013 ind m -2 atau 130 ind Ha -1 dan kerapatan tertinggi pada C. tagal dan Rhizophora stylosa dengan kerapatan 0,273 ind m -2 atau 2730 ind Ha -1. Kelompok pancang di Desa Tongke-tongke memiliki kerapatan 0,467 ind m -2 atau 4670 ind Ha -1 pada R. mucronata. R. mucronata adalah spesies yang dapat ditemukan di desa Tongke-tongke pada kelompok pancang. Kelompok semai di Pulau Pannikiang dengan kerapatan terendah pada R. stylosa dengan kerapatan 3,833 ind m -2 atau 38330 ind Ha -1 dan kerapatan tertinggi pada R. apiculata dan C. tagal dengan kerapatan 5,833 ind m -2 atau 58330 ind Ha -1. Kelompok semai di Desa Tongke-tongke dengan kerapatan terendah pada Avicennia sp. dengan kerapatan 0,167 ind m -2 atau 1670 ind Ha -1 dan kerapatan tertinggi pada R. mucronata dengan kerapatan 21,333 ind m -2 atau 213300 ind Ha -1. Avicennia sp. dan R. mucronata merupakan spesies yang ditemukan di desa Tongke-tongke pada kelompok semai. B. Pembahasan Ekosistem mangrove di Pulau Pannikiang merupakan ekosistem alami yang didiami beberapa spesies seperti R. apiculata, R. stylosa, S. alba, A. floridum, C. tagal, Avicennia sp., E. agallocha dan L. racemosa. Sebaliknya, ekosistem mangrove di Desa Tongke-tongke merupakan ekosistem hasil rehabilitasi sehingga spesies dominannya yaitu R. mucronata dan terkadang ditemukan Avicennia sp. yang tumbuh secara alami karena berdampingan dengan area mangrove alami (perbatasan Desa Tongke-tongke dan Samataring). Hasil yang serupa juga ditemukan oleh Hastuti et al. (2013) yaitu mendapatkan data kerapatan untuk kelompok pohon pada Avicennia antara 600 4700 ind Ha -1 (kerapatan jarang sampai sangat padat), kelompok pancang antara 1867 18000 ind Ha -1 (kerapatan sangat padat), dan kelompok semai antara 16667 150000 ind Ha -1 (kerapatan sangat padat) di wilayah pesisir Semarang dan Demak. Kerapatan untuk kelompok pohon pada Rhizophora antara 1422 6517 ind Ha -1 (kerapatan sedang sampai sangat padat), kelompok pancang antara 1600-13822 ind Ha -1 (kerapatan sangat padat), dan kelompok semai sekitar 22000 305556 ind Ha -1

Jurnal Biota Vol. 4 No. 1 Edisi Januari 2018 22 (kerapatan sangat padat) di wilayah pesisir Semarang dan Demak. Hasil yang berbeda ditemukan oleh Ulqodry (2008) yaitu hanya menemukan spesies Avicennia marina dan Sonneratia caseolaris di ekosistem mangrove Tanjung Api-api. Kerapatan pohon Avicennia marina antara 167 1733 ind Ha -1 (kerapatan jarang sampai sangat padat) dan kerapatan pohon Sonneratia caseolaris antara 0 1333 ind Ha -1 (kerapatan jarang sampai sedang). Hasil yang sangat berbeda ditemukan oleh Zamroni dan Rohyani (2008) di Teluk Sepi, Lombok Barat dan memeroleh delapan spesies mangrove yaitu Rhizophora apiculata, R. mucronata, R. stylosa, Ceriops tagal, C. decandra, Brugueria sp., Sonneratia alba, dan Aegiceras corniculatum. Ekosistem mangrove ini didominasi oleh R. mucronata dan R. apiculata. Kerapatan pohon R. mucronata terbesar sebanyak 392 ind Ha -1, diikuti R. apiculata sebesar 72 ind Ha -1, dan vegetasi lainnya sebesar 16 ind Ha -1 (kerapatan jarang). Selain itu, kriteria baik atau rusaknya sebuah ekosistem dapat dinilai dari kerapatan pohonnya (Tabel 2). Tabel 2. Kriteria baku kerusakan mangrove Kriteria Tingkat kerapatan Kerapatan (pohon/ha) Baik Sangat padat 1500 Sedang 1000 - < 1500 Rusak Jarang < 1000 Sumber: Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.201 Tahun 2004. Jika membandingkan kerapatan spesies penyusun ekosistem mangrove dengan kriteria baku kerusakan mangrove dapat diketahui pada R. mucronata di Desa Tongke-tongke baik pada kelompok pohon, pancang, dan semai memiliki kerapatan sangat padat ( 1500 pohon/ha) dengan kriteria baik. Hal ini disebabkan masyarakat menjaga ekosistem mangrove di Desa Tongketongke. Ekosistem mangrove di Desa Tongketongke merupakan hasil swadaya masyarakat. Luas hutan mangrove di Desa Tongke-Tongke mencapai 350 Ha dan didominasi jenis Rhizophora mucronata (Setiawan, 2013). Kerapatan spesies penyusun ekosistem mangrove dengan kriteria baku kerusakan mangrove di Pulau Pannikiang memiliki tingkat kerapatan jarang dan sedang. Pulau Pannikiang ini merupakan tipe ekosistem mangrove alami sehingga spesies penyusunnya tumbuh dan berkembang secara alami tanpa campur tangan manusia. Hal ini yang menyebabkan terkadang ada spesies yang memiliki kerapatan yang rendah. Selain itu, berbeda halnya dengan ekosistem mangrove di Desa Tongke-tongke yang memiliki jarak tanam yang diatur oleh manusia/masyarakat yang menyebabkan dapat tumbuh dengan baik. Lain halnya pada ekosistem mangrove di Pulau Pannikiang ini tidak memiliki jarak tanam/jarak tumbuh yang pasti, bahkan saling berdekatan sehingga banyak yang dapat tumbuh dan bertahan sampai umur tua. Selain itu, hal ini juga mendorong terjadinya kompetisi yang sangat ketat. Inilah yang menyebabkan ada spesies yang dengan kerapatan jarang/kecil. Luas ekosistem mangrove di Pulau Pannikiang ini mencapai 89,01 Hektar atau mencapai 87,45% lahan di pulau tersebut (Amran et al., 2012). Kerapatan mangrove di Pulau Pannikiang terdapat mulai jarang, sedang, dan sangat padat sedangkan pada kerapatan mangrove di Desa Tongke-tongke terdapat jarang dan sedang. Kondisi kerapatan mangrove di kedua ekosistem ini mirip. Hal ini juga terbukti dari beberapa faktor lingkungan yang diukur. Suhu di kedua ekosistem ini berkisar 28 C sedangkan ph di kedua ekosistem ini berkisar 7. Jika ditinjau dari segi salinitas pada kedua ekosistem ini, ekosistem di Pulau Pannikiang berada antara 25,5 sampai 32 sedangkan di Desa Tongke-tongke berada 12 sampai 27. Perbedaan salinitas ini juga mempengaruhi ukuran populasi mangrove di kedua ekosistem ini. KESIMPULAN Ekosistem mangrove di Desa Tongke-tongke didominasi oleh R. mucronata dengan tingkat kerapatan sangat padat. Pada kelompok pohon, R. mucronata memiliki kerapatan 8020 Ind Ha -1. Hasil yang mirip juga ditemukan pada ekosistem mangrove di Pulau Pannikiang memiliki tingkat kerapatan mulai dari jarang sampai sangat padat. Pada kelompok pohon, kerapatan tertinggi pada C. tagal dengan kerapatan 1270 Ind Ha -1 dan tergolong sedang. Jika ditinjau dari segi spesies penyusun ekosistem, ekosistem di Pulau Pannikiang jauh lebih banyak dibandingkan ekosistem di Desa Tongketongke.

Jurnal Biota Vol. 4 No. 1 Edisi Januari 2018 23 DAFTAR PUSTAKA [1] Amran, M.A., Yasir, I., Hamzah, A., Selamat, M.B., & Niartiningsih, A.. (2012). Kondisi Ekosistem Mangrove di Pulau Pannikiang, Kabupaten Barru. Abstrak Penelitian Hibah Unggulan Perguruan Tinggi Tahun 2012. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M). Universitas Hasanuddin. [2] Brower, J.E., J.H. Zar & C.N. von Ende. (1990). Field and Laboratory Methods for General Ecology. Wm.C. Brown Publishers. Dubuque. [3] Hastuti, E. D., Anggoro, S., & Pribadi, R. (2013). Pengaruh Jenis dan Kerapatan Vegetasi Mangrove terhadap Kandungan Cd dan Cr Sedimen di Wilayah Pesisir Semarang dan Demak. [4] Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.201 Tahun 2004. [5] Kitamura, S., Anwar, C., Chaniago, A., & Baba, S. (1997). Buku Panduan Mangrove di Indonesia Bali dan Lombok. JICA/ISME/MIC. Bali. [6] Lang, J. M., & Benbow, M. E. (2013). Species interactions and competition. Nature Education Knowledge, 4(8). [7] Rakotomavo, A., & Fromard, F. (2010). Dynamics of mangrove forests in the Mangoky River delta, Madagascar, under the influence of natural and human factors. Forest Ecology and Management, 259(6), 1161-1169. [8] Rusila Noor, Y., Khazali, M., & Suryadiputra, I.N.N. (1999). Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PKA/WIIP. Bogor. [9] Setiawan, H. (2013). Status ekologi hutan mangrove pada berbagai tingkat ketebalan. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, 2(2), 104-120. [10] Ulqodry, T. Z. (2008). Produktifitas Srasah Mangrove dan Potensi Kontribusi Unsur Hara di Perairan Mangrove Tanjung Api-Api Sumatera Selatan. [Tesis]. IPB. Bogor. [11] Zamroni, Y., & Rohyani, I. S. (2008). Produksi serasah hutan mangrove di perairan pantai Teluk Sepi, Lombok Barat. Jurnal Biodiversitas, 9(4), 284-287.