KAJIAN KEPUSTAKAAN. Gemak (Bhs. Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut quail, merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh adalah spesies atau subspecies dari genus Coturnix yang tersebar di

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. pertama kali diternakkan di Amerika Serikat pada tahun 1870.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan

PENDAHULUAN. terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar

KAJIAN KEPUSTAKAAN. japanese quail (Coturnix-coturnix Japonica) mulai masuk ke Amerika. Namun,

PENDAHULUAN. komoditas utamanya adalah telur. Jenis puyuh peteur ini mayoritas diternakan di

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Burung puyuh yang dipelihara di Amerika disebut dengan Bob White Quail,

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

PENDAHULUAN. terutama telurnya. Telur puyuh sangat disukai karena selain bentuknya yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. tetas dan ruang penyimpanan telur. Terdapat 4 buah mesin tetas konvensional dengan

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan,

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Puyuh (Coturnix-coturnix japonica)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk

I PENDAHULUAN. sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Beberapa ratus tahun yang lalu di Jepang telah diadakan penjinakan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

I PENDAHULUAN. dari generasi ke generasi di Indonesia sebagai unggas lokal hasil persilangan itik

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

Tabel 1. Perbedaan Burung Puyuh Jantan dan Betina Dewasa Kelamin. Morfologi Jantan Betina Kepala (Muka) Berwarna coklat gelap dan rahang bawah gelap

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi burung puyuh Coturnix coturnix japonica atau Japanese quail di Indonesia terus mengalami peningkatan, pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki keunggulan yaitu produksi telur dan daging yang tinggi dan masa

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aaaaapuyuh secara ilmiah dikelompokkan dalam kelas Aves, ordo Galliformes,

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Betina Silangan... Henry Geofrin Lase

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Burung Puyuh Jepang (Coturnix coturnix japonica)

PENDAHULUAN. mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) ada juga yang menyebut siput

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

I. PENDAHULUAN. masyarakat di pedesaan. Ternak itik sangat potensial untuk memproduksi telur

PENDAHULUAN. Puyuh petelur Jepang (Coturnix coturnix japonica) merupakan penyedia telur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telurnya. Jenis puyuh yang biasa diternakkan di Indonesia yaitu jenis Coturnix

Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh merupakan sebangsa burung liar. Burung puyuh merupakan

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

TINJAUAN PUSTAKA. Subphylum : Vertebrata. : Galiformes

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. bagi kesehatan. Pengobatan tradisional telah banyak digunakan sebagai

I PENDAHULUAN. pengembangannya harus benar-benar diperhatikan dan ditingkatkan. Seiring

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Jantan...Rina Ratna Dewi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. japanese quail (Coturnix coturnix japonica) mulai masuk ke Amerika. Puyuh terus

I. PENDAHULUAN. tinggi. Fakta ini menyebabkan kebutuhan yang tinggi akan protein hewani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Tabel 8. Rataan Konsumsi Ransum Per Ekor Puyuh Selama Penelitian

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

PENDAHULUAN. Beberapa jenis ayam broiler parent stock yang mempunyai sifat yang baik dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemudian dikembangkan di penjuru dunia. Puyuh mulai dikenal dan diternakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Wiharto (2002) a yam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. japanese quail (Coturnix coturnix japonica) mulai masuk ke Amerika. Namun,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam ordo Galliformes, famili Phasianidae, genus Gallus dan

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam istilah asing, burung puyuh disebut quail yang merupakan bangsa

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktifitas tinggi terutama dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.

I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

SECARA UMUM CIRI-CIRI TERNAK UNGGAS ADALAH :

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli

PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan jumlah konsumsi pakan pada setiap perlakuan selama penelitian dapat. Perlakuan R1 R2 R3 R4 R5

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam. meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor jantan dan 10 ekor betina Itik

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi suatu produk

Pengukuran Sifat Kuantitatif...Fachri Bachrul Ichsan.

Transkripsi:

II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Puyuh Burung puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga Gemak (Bhs. Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut quail, merupakan bangsa burung (liar) yang pertama kali diternakkan di Amerika Serikat tahun 1870 dan terus dikembangkan ke penjuru dunia. Puyuh di Indonesia mulai dikenal dan diternak sejak akhir tahun 1979. Kini mulai bermunculan di kandang-kandang ternak yang ada di Indonesia. Sentra peternakan burung puyuh banyak terdapat di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah (Tim Karya Tani Mandiri, 2009). Burung puyuh yang banyak diternakkan di Indonesia adalah burung puyuh asli Jepang. Burung puyuh ini banyak diternakkan untuk diambil telurnya karena produktivitas telurnya tinggi, sekitar 250-300 butir/ekor/tahun. Sebelum diternakkan, burung puyuh ini termasuk burung liar yang menghuni hutan dan hidup perpindah-pindah. Bobot rata-rata seekor puyuh Coturnix coturnix japonica sekitar 150 gram. Puyuh betina akan mulai bertelur pada umur 41 hari. Puncak produksinya terjadi pada umur lima bulan dengan persentase bertelur rata-rata 76 kali. Puyuh umur diatas 14 bulan, produktivitasnya akan menurun dengan persentase bertelur kurang dari 50 kali, kemudian sama sekali berhenti bertelur saat berumur 2,5 tahun atau 30 bulan (Tetty, 2002). Klasifikasi ilmiah puyuh sebagai berikut (Wuryadi, 2013): Kingdom : Animalia

8 Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus Spesies : Chordata : Aves : Galliformes : Phasianidae : Perdicinae : Coturnix : Coturnix coturnix japonica Sexing pada burung puyuh umumnya dilakukan pada umur 3 minggu. Pada umur tersebut dengan mudahnya peternak dapat membedakan puyuh jantan dan puyuh betina hanya dengan melihat warna bulu (down/feather colour). Warna bulu puyuh betina pada bagian leher dan dada bagian atas warnanya lebih terang serta terdapat totol-totol cokelat tua, sedangkan puyuh jantan bulu dadanya berwarna cinnamon/cokelat muda (Vali dan Doosti, 2011). Cara lain untuk sexing yaitu dengan cara melihat lubang kloakanya, perabaan atau pemeriksaan dilakukan dengan jari sampai ditemukan tonjolan atau lipatan pada dinding kloaka. Jika ada tonjolan puyuh tersebut berjenis kelamin jantan. Bentuk tonjolan pada puyuh jantan seperti bentuk jantung (Indarto, 2011). 1.2 Pertambahan Bobot Badan Pertambahan bobot badan sangat berkaitan dengan kualitas dan kuantitas ransum. Pertambahan bobot badan dapat mengalami perlambatan apabila konsumsi ransum dibawah kebutuhan konsumsi standar (Uzer, dkk., 2013). Pertambahan bobot badan mencakup pertambahan dalam bentuk jaringan pembangun seperti urat daging, tulang, jantung, otak, dan semua jaringan tubuh lainnya, dalam hal ini tidak termasuk penggemukan, karena penggemukan merupakan pertambahan dalam bentuk lemak (Anggorodi, 1994). Menurut Fahrudin, dkk. (2016) bahwa

9 pertambahan bobot badan diperoleh dari perbandingan antara selisih dari bobot akhir dan bobot awal dengan lamanya pemeliharaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot badan pada unggas adalah tipe ternak, suhu lingkungan, jenis ternak dan gizi yang ada dalam ransum (Suharno dan Nazaruddin, 1994). Tabel 1 menunjukan bahwa bobot badan DOQ puyuh Padjadjaran galur cokelat adalah 7,41 g, sedangkan bobot badan umur 6 minggu adalah 141,22 g (Anang, dkk., 2017a). Tabel 1. Rataan Bobot Badan Puyuh Umur 0-6 Minggu Umur Bobot Badan...minggu......gram/ekor/minggu... 0 7,41 1 19,29 2 36,62 3 66,49 4 91,13 5 120,82 6 141,22 Sumber: Anang, dkk. (2017a) 2.4 Performa Pertumbuhan dan Kurva Pertumbuhan Performa merupakan penilaian suatu tindakan untuk mengumpulkan informasi tentang bentuk perilaku yang diharapkan muncul dari ternak yang dijadikan objek dalam penelitian (Ensminger, 1992). Performa juga diartikan sebagai bentuk penilaian pada ternak yang dijadikan objek untuk mendapatkan informasi terkait berbagai perilaku yang memiliki sesuai dengan kriteria yang diinginkan (North dan Bell, 1990). Pertumbuhan umumnya dinyatakan dengan pengukuran kenaikan bobot badan yang dengan mudah dilakukan melalui

10 penimbangan pertumbuhan bobot badan setiap hari dan minggunya (Tillman, dkk., 1986). Pertumbuhan unggas dipengaruhi oleh faktor genetik, masing-masing ternak mempunyai kemampuan tumbuh yang berbeda-beda berdasarkan umur dan jenis kelaminnya (Anggorodi, 1995). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, puyuh akan mengalami pertumbuhan yang cepat pada fase grower (umur 2-5 minggu) yaitu ditunjukkan dengan pertambahan bobot badan dan kadar hormon pertumbuhan yang meningkat (Wiwit, dkk., 2014). Pengukuran pertumbuhan ternak didasarkan pada kenaikan bobot tubuh per satuan waktu tertentu, yang dinyatakan sebagai rataan pertambahan bobot badan per hari atau rataan kadar laju pertumbuhan. Berdasarkan umur, puyuh dibedakan dalam tiga periode sebagai berikut: 1) Periode starter, periode ini puyuh berumur satu hari hingga 2-3 minggu (Listiyowati dan Roospitasari, 2005). 2) Periode grower, disebut juga puyuh dara. Periode ini puyuh berumur 21-31 hari atau pra-produksi, puyuh sudah bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga pada fase ini lebih rendah jika dibandingkan dengan fase starter. 3) Periode layer, periode puyuh menghasilkan telur sekitar umur 42 hari atau 6 minggu jumlah telur yang dihasilkan kontinu hingga puncak produksi setelah itu akan menurun secara perlahan hingga afkir (Wuryadi, 2013). Pola pertumbuhan tubuh secara normal merupakan gabungan dari pola pertumbuhan semua komponen penyusunnya. Pola pertumbuhan sebagai bentuk yang sederhana dengan laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada kehidupan awal, kemudian mengalami peningkatan secara perlahan sampai mencapai konstan saat

Bobot Badan (gram) 11 ternak tua (Lawrence dan Fowler, 2002). Ketika bobot badan selama hidup diplotkan sebagai fungsi dari umur atau waktu, ternak memproduksi sebuah kurva karakteristik pertumbuhan yang berbentuk kurva pertumbuhan sigmoid karena menyerupai huruf "S". Kurva pertumbuhan sigmoid terbentuk karena umur tidak menyebabkan peningkatan bobot tubuh, tetapi memberikan kesempatan kepada ternak untuk tumbuh mencapai dewasa dan berinteraksi dengan lingkungan (Karnaen, 2007).... betina jantan Ilustrasi 1. Nilai Rata-Rata Bobot Mingguan Puyuh Jepang Betina dan Jantan (Kaplan dan Gürcan, 2018). Ilustrasi 1 merupakan bentuk dari kurva pertumbuhan aktual puyuh Jepang jantan dan betina. Kurva tersebut menggambarkan bahwa tidak ada perbedaan antara jantan dan betina dalam hal bobot badan di tiga minggu pertama. Berdasarkan Ilustrasi 1, bobot badan puyuh Jepang betina lebih tinggi dari jantan, hal tersebut terlihat pada umur 21-28 hari dan bertahan hingga penelitian selesai dilakukan (Kaplan dan Gürcan, 2018). Umur (Hari)

Bobot Badan (gram) 12 Hitam - - - Cokelat Umur (Minggu) Ilustrasi 2. Bobot Badan Mingguan (Anang, dkk., 2017a). Ilustrasi 2 menggambarkan pertumbuhan puyuh Padjajdjaran galur murni dari umur 0-6 minggu, pertumbuhan tersebut diketahui dengan mengukur bobot badan puyuh di setiap minggu. Berdasarkan Ilustrasi 2, puyuh warna cokelat tumbuh lebih lambat dari warna hitam saat usia dini, tetapi setelah umur empat minggu puyuh cokelat tumbuh lebih cepat dari puyuh hitam. Kurva pertumbuhan tersebut dapat digambarkan oleh berbagai model kurva pertumbuhan. Model kurva pertumbuhan terdiri dari model Logistic, Morgan Mercer Flodine (MMF), Richard, dan Gompertz. Ketepatan model kurva dapat diukur dari koefisien determinasi (R 2 ) dan standar error (SE) (Anang, dkk., 2017a). Salah satu model kurva pertumbuhan yang digunakan dalam bidang peternakan adalah Morgan Mercer Flodin (MMF). Kurva MMF ini memiliki kelebihan dalam tingkat keakuratan dan sangat baik untuk menggambarkan pertumbuhan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, pada ayam KUB memperoleh nilai koefisien determinasi pada model MMF untuk tingkat energi dan protein masing-masing adalah 99,80 (R1), 99,81 (R2), 99,88 (R3), 99,79

13 (R4), 99,86 (R5) hampir mendekati satu (Urfa, dkk., 2017). Apabila R 2 = 1 berarti peubah bebas dalam regresi dapat menerangkan sepenuhnya keragaman peubah tidak bebasnya. Makin dekat nilai R 2 ke satu dan makin kecil SE, maka keterandalan model makin baik (Draper dan Smith, 1969). 2.4 Konsumsi Ransum dan Kurva Konsumsi Konsumsi merupakan jumlah makanan yang dimakan oleh seekor ternak, zat makanan yang dikandungnya dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi hewan tersebut (Yunilas, 2005). Konsumsi ransum adalah jumlah ransum yang diberikan dikurangi dengan jumlah ransum yang tersisa pada pemberian ransum saat itu (Fadillah, 2004). Konsumsi ransum dipengaruhi oleh kebutuhan energi dan kadar energi ransum. Apabila kadar energi dalam ransum sudah dapat memenuhi kebutuhan hidup maka ransum yang dikonsumsi lebih sedikit dan sebaliknya (Rasyaf, 2005). Konsumsi ransum dapat dipengaruhi oleh bentuk ransum, kandungan energi ransum, kesehatan lingkungan, zat-zat nutrisi, kecepatan pertumbuhan dan stress (Leeson dan Summers, 2005). Selain konsumsi energi, kecepatan pertumbuhan, zat makanan dan bentuk ransum terdapat faktor lain yang mempengaruhi konsumsi ransum, yaitu faktor genetik. Kebutuhan konsumsi ransum burung puyuh dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Konsumsi Ransum Burung Puyuh Berdasarkan Umur Umur Jumlah ransum yang diberikan...minggu......gram/ekor/hari... 0-1 2 1-2 4 2-4 8 4-5 13 5-6 15 >6 17-19 Sumber : Listyowati dan Roospitasari (2005).

14 Konsumsi ransum akan digambarkan ke dalam kurva. Kurva konsusmsi ransum akan digambarkan dengan menggunakan model fungsi Rasional. Model fungsi Rasional merupakan model yang baik untuk mempresiksi konsumsi ransum. Hasil terbaik akan menunjukkan korelasi antara data yang diamati, prediksi (r), dan standar error prediksi (Se). Berdasarkan penelitian pada itik rambon, memiliki tingkat korelasi yang tinggi yaitu berkisar antara 0,9432 dan 0,9566 untuk masingmasing betina dan jantan. Korelasi tinggi menunjukkan bahwa model fungsi Rasional memiliki kecocokan yang baik dalam memprediksi konsumsi ransum pada itik (Anang, dkk., 2017b). 2.5 Konversi Ransum Konversi ransum merupakan suatu ukuran yang dapat digunakan untuk menilai efisiensi penggunaan dan kualitas ransum. Konversi ransum adalah perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan dalam jangka waktu tertentu. Salah satu ukuran efisiensi adalah dengan membandingkan antara jumlah ransum yang diberikan (input) dengan hasil yang diperoleh baik itu daging atau telur (output) (Rasyaf, 1995). Konversi ransum perlu diperhatikan karena erat hubunganya dengan biaya produksi karena dengan bertambah besarnya konversi ransum berarti biaya produksi pada setiap satuan bobot badan akan bertambah besar dan teknik pemberian ransum yang baik dapat menekan angka konversi ransum sehingga keuntungan bertambah banyak dengan semangkin rendah angka konversi ransum kualitas ransum semakin baik (Yunilas, 2005). Berdasarkan penelitian Achmanu, dkk. (2011) menunjukkan konversi ransum burung puyuh adalah 2,45, sedangkan hasil penelitian Hazim, dkk. (2010), konversi ransum yang ideal adalah 3,67 4,71.