JURNAL BUANA JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNP E-ISSN : VOL-3 NO

dokumen-dokumen yang mirip
V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Klasifikasi dan Sebaran Land Use/Land Cover Kota Bogor Tahun 2003 dan 2007

PENDAHULUAN Latar Belakang

Sejalan dengan berkembangnya suatu kota atau wilayah dan meningkatnya kebutuhan manusia, infrastruktur jalan sangat diperlukan untuk menunjang proses

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EVALUASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH RAWAN BANJIR DI KOTA PADANG ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang,

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG SELATAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAGIAN 1-3. Dinamika Tutupan Lahan Kabupaten Bungo, Jambi. Andree Ekadinata dan Grégoire Vincent

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 1997

Geo Image 5 (1) (2016) Geo Image.

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

SURVEI PENYIMPANGAN PEMANFAATAN RUANG DESA DI KECAMATAN BLANGPIDIE KABUPATEN ACEH BARAT DAYA JURNAL. Oleh Rahmad Ferdi

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PARIGI MAUTONG TAHUN 2008 DAN 2013

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )

PEMERINTAHAN KOTA PADANG

EVALUASI KEBUTUHAN LAHAN JALAN NASIONAL BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI PULAU LOMBOK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Analisis Perubahan Lahan Tambak Di Kawasan Pesisir Kota Banda Aceh

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

PENDAHULUAN Latar Belakang

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Data tentang luas tutupan lahan pada setiap periode waktu penelitian disajikan pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Gambar 2. Lokasi Studi

IDENTIFIKASI PERUBAHAN GUNA LAHAN TERHADAP KAPASITAS KORIDOR AMPANG SEBAGAI JALUR EVAKUASI (Jalan.Alai Timur-Jalan Ampang Raya-Jalan Kampung Kalawi)

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

ANALISIS TEKANAN PENDUDUK TERHADAP LAHAN PERTANIAN DI KOTA PADANG ABSTRACT

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi besarnya perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN PERKEBUNAN DI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG

STUDI PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA BERDASARKAN INTERPRETASI CITRA QUICKBIRD

DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DI KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. X No. 2 : (2004)

BAB - V PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Konversi Lahan Sawah Berbasis Perubahan Penutup Lahan Citra Multiwaktu di Kota Langsa Iswahyudi 1, Abdurrachman 2 1

PERUBAHAN FUNGSI PEMANFAATAN RUANG DI KELURAHAN MOGOLAING KOTA KOTAMOBAGU

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan, Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha

ARAHAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH PENGEMBANGAN IV KABUPATEN BEKASI ABSTRAK

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perancangan Detail Peningkatan Ruas Jalan Cihampelas Kota Bandung Provinsi Jawa Barat BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D


Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Evaluasi Kondisi Tata Ruang Eksisiting Kota Bandung SWK Cibeunying

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Sendayan, Desa Naga Beralih, dan Desa Muara Jalai.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

I. PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

JURNAL BUANA JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNP E-ISSN : 2615 2630 VOL-3 NO-1 2019 EVALUASI PEMBANGUNAN KORIDOR BY PASS BERDASARKAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PADANG TAHUN 2010-2030 Chairunnisya 1), Ahyuni 2) Program Studi Geografi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang Email: chairunnisyacn@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melihat kondisi eksisting serta mengevaluasi penggunaan lahan eksisting dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang tahun 2010-2030 yang berlaku pada Koridor By Pass Kota Padang. Jenis penelitian menggunakan metode kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi eksisting Koridor By Pass di dominasi oleh kawasan industri dan kawasan perdagangan dan jasa. Hasil evaluasi antara penggunaan lahan eksisting dengan RTRW bahwa Koridor By Pass didominasi oleh kawasan yang tidak sesuai dengan luas 217,01 hektar dengan persentase 56,02%, sedangkan untuk lahan yang sesuai diperoleh seluas 170,37 hektar dengan persentase luasan 43,98%. Kata Kunci: Koridor, Penggunaan Lahan, Rencana Tata Ruang Wilayah Abstract This research aims to provide the existing land use and evaluate the existing land use with Regional Spatial Plan in 2010-2030 in By Pass Corridor of Padang City. This research used quantitative approach. The results showed that the existing land use By Pass Corridor dominated with industrial sector and trade and services sector. The evaluation result between the existing land use with the By Pass Corridor in Padang City dominated by unsuitable land with an area 217,01 ha with percentage 56,02%, and suitable land with an area 170,37 ha with percentage 43,98%. Keywords: Corridor, Land Use, Regional Spatial Plan 1) Mahasiswa Program Studi Geografi Universitas Negeri Padang 2) Dosen Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang

96 PENDAHULUAN Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan, terutama dalam mendukung kegiatan perekonomian masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat di Provinsi Sumatera Barat, secara tidak langsung berpengaruh terhadap kebutuhan pergerakan penduduk yang semakin meningkat. Adanya pertambahan penduduk yang terjadi mengakibatkan bertambahnya aktivitas yang dilakukan oleh semua lapisan masyarakat disetiap bidangnya. Bertambahnya aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat tentunya harus didukung dengan sarana dan prasarana yang baik. Selain itum penataan ruang wilayah juga sangat dibutuhkan guna keseimbangan dan keberlanjutan yang ada. Pada tahun 2007 pemerintah mengeluarkan UU Nomor 26 tentang penataan ruang yang berisi rencana tata ruang wilayah yang berlaku selama 20 tahun. Dalam Perda Provinsi Sumatera Barat No. 13 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sumatera Barat dijelaskan bahwa tujuan dari penataan ruang wilayah adalah terwujudnya keterpaduan pola ruang provinsi tahun 2029 melalui pengembangan potensi sumber daya alam dengan tetap memperhatikan ekosistem alam dan daya dukung wilayah secara berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan dari penataan ruang wilayah, salah satu strategi yang dilakukan pemerintah dengan pengembangan interaksi kawasan untuk meningkatkan perkembangan ekonomi kawasan dengan pengembangan jalan arteri primer dan sarana pendukungnya. Jalan arteri primer menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan nasional atau antarpusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah. Di Sumatera Barat pusat-pusat kegiatan untuk mendukung pelayanan sosial/ekonomi dan pengembangan wilayah yakni penetapan pengembangan Pusat Kegiatan Nasional/PKN Kota Padang sebagai pusat orientasi wilayah menuju Metropolitan Padang, Pusat Kegiatan Wilayah/PKW yang terdiri dari Kota Bukittinggi, Kota Pariaman, Kota Sawahlunto, Kota Solok, dan Muara Siberut. Kota Padang sebagai pusat kegiatan nasional, dilalui jalan by pass sebagai jalan arteri primer yang menghubungkan Kota Padang dengan Kabupaten Padang Pariaman disebelah utara dan Kabupaten Pesisir Selatan disebelah selatan. Dalam Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang tahun 2010-2030 direncanakan pengembangan jaringan jalan, salah satunya pengembangan jalan arteri primer di jalan by pass. Jalan yang merupakan bagian dari koridor terdiri dari jalan serta pemanfaatan ruang dikanan dan kiri jalan.koridor

97 merupakan sebuah lorong geografis yang secara umum mengikuti arah koneksi dari perjalanan utama yang terdiri dari jalan, jalan raya, rute transit, jalur kereta api, dan jalur perlintasan udara (Rodrigue: 2006). Koridor yang ada di Kota Padang yang merupakan jalan arteri primer adalah Koridor By Pass. Dalam RTRW Kota Padang tahun 2010-2030, pemanfaatan ruang di Koridor By Pass Kota Padang didominasi dari sektor perdagangan dan jasa. Hal tersebut sesuai dengan fungsi koridor nasional adalah untuk pelayanan primer dalam sektor perdagangan dan jasa.penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan dan nilai strategis kawasan. Pemanfaatan ruang koridor merupakan realisasi dari pemaduan perencanaan pembangunan yang bersifat ekonomi dan perencanaan keruangan. Seperti yang dikatakan Ahyuni (2011) bahwa pemaduan perencanaan pembangunan keruangan dan sistem perencanaan keruangan merupakan hal yang masih memiliki berbagai hambatan karena terdapat berbagai kesenjangan dalam hal waktu, perencanaan, materi rencana, dan prosedur implementasi pembangunan. Klasifikasi tata ruang sesuai pada skema klasifikasi penataan ruang pada Gambar 1. Gambar 1. Skema Klasifikasi Penataan Ruang Sumber: Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Seiring dengan pembangunan jalan serta Koridor By Pass saat ini dengan ketetapan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang yang sudah berjalan selama 8 tahun, perlu dilakukan evaluasi berupa evaluasi pembangunan yang merupakan suatu kajian untuk mengumpulkan informasi, yang dilakukan secara sistematis melalui suatu pengukuran untuk menuju suatu sistem sosial dan ekonomi masyarakat yang lebih maju. terhadap Koridor By Pass Kota Padang dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang tahun 2010-2030 guna kesesuaian antara aturan pembangunan pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang tahun 2010-2030 dengan kondisi saat ini (eksisting). Alat yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG) yang merupakan sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk menangani data yang bereferensi keruangan (spasial) bersamaan dengan seperangkat operasi kerja (Barus dan Wiradisastra, 2000).Ciri utama data yang bisa dimanfaatkan dalam Sistem Informasi Geografi adalah data yang telah terikat dengan

98 lokasi dan merupakan data dasar yang belum dispesifikasi (Dulbahri, 1993). Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk melihat kondisi eksisting, serta mengevaluasi kesesuaian antara penggunaan lahan eksisting dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang tahun 2010-2030. METODE PENELITIAN Penelitian ini tergolong pada penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian dilakukan pada Koridor By Pass Kota Padang dengan waktu tiga bulan dari bulan Juli-September 2018 dengan objek penelitian kawasan koridor di by pass Kota Padang, dimana dibatasi pada satu lapisan bangunan pada kanan dan kiri jalan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa Citra Quickbird Kota Padang tahun 2017 dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang tahun 2010-2030. Teknik analisis data yang digunakan berupa pengukuran dan perhitungan, overlay peta, dan interpretasi citra. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Eksisting Pembangunan Koridor By Pass Kota Padang Koridor By Pass merupakan ruang yang terdiri dari jalan by pass yang dikategorikan sebagai jalan arteri primer, berfungsi sebagai penghubung daerah Pusat Kegiatan Nasional dengan wilayah sekitar yakni Pusat Kegiatan Wilayah. Koridor By Pass melalui beberapa kecamatan di Kota Padang, antara lain Kecamatan Koto Tangah, Kuranji, Pauh, dan Lubuk Begalung. Koridor By Pass Kota Padang memiliki lebar jalan 16 meter dengan kondisi jalan yang baru saja mengalami pelebaran jalan dari dua ruas jalan menjadi empat ruas jalan, dan panjang lebih kurang 25,52 kilometer. Disamping kanan kiri jalan terdapat berbagai jenis penggunaan lahan yang ada sesuai pada Tabel 1. Tabel 1. Penggunaan Lahan Eksisting Koridor By Pass Kota Padang No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%) 1 Hutan 1.73 0.45 2 Industri 135.83 35.06 3 Lahan Kosong 7.96 2.05 4 Perdagangan dan Jasa 115.24 29.75 5 Perkantoran 26.40 6.82 6 Perkebunan 1.82 0.47 7 Perumahan 35.35 9.13 8 Lainnya 0.91 0.23 9 Sarana Kesehatan 2.51 0.65 10 Sarana Pendidikan 11.25 2.90 11 Sarana Umum 1.36 0.35 12 Sawah 23.33 6.02 13 Semak Belukar 17.43 4.50 14 Sungai 2.13 0.55 15 Tegalan/Ladang 4.13 1.07 Total 387.38 100.0

99 Berdasarkan hasil dari interpretasi citra dan survei lapangan diperoleh lima belas jenis penggunaan lahan. Jenis penggunaan lahan di Koridor By Pass Kota Padang didominasi oleh sektor industri dengan luas 135,83 hektar dengan persentase 35,06%. Jenis industri yang ada di Koridor By Pass Kota Padang bervariasi, mulai dari industri karet, industri alat-alat berat, dan indutri lainnya. Selain industri, sektor perdagangan dan jasa juga mendominasi pada kawasan Koridor By Pass Kota Padang dengan luas 115,24 hektar dengan persentase luas 29,75%. Pada perdagangan dan jasa terdapat berbagai jenis yang ada seperti rumah makan, hotel, biro perjalanan, berbagai jenis bengkel, bank, serta ruko-ruko yang terdapat di Koridor By Pass Kota Padang.Hasil dari penggunaan lahan eksisting dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Peta Penggunaan Lahan Eksisting Koridor By Pass Kota Padang

100 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang Tahun 2010-2030 Tata Ruang Wilayah Kota Padang tahun 2010-2030. Dalam RTRW Ketentuan Rencana Tata Kota Padang telah diatur rencana Ruang Wilayah Kota Padang diatur pada Peraturan Daerah Kota Padang No. 4 tahun 2012 tentang Rencana pola ruang di Koridor By Pass Kota Padang yang dapat dilihat pada Tabel 2 dan peta pada Gambar 3. Tabel 2. Rencana Tata Ruang Wilayah di Koridor By Pass Kota Padang No Rencana Tata Ruang Wilayah Luas (Ha) Persentase (%) 1 Hutan 15.54 4.01 2 Industri 72.68 18.76 3 Perdagangan dan Jasa 189.41 48.90 4 Perkantoran 9.96 2.57 5 Perumahan 81.35 21.00 6 RTH 1.36 0.35 7 Sarana 8.95 2.31 8 Sawah 8.12 2.10 Total 387.38 100.00

101 Gambar 3. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang pada Koridor By Pass Kota Padang Kesesuaian antara Pembangunan Koridor By Pass dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang tahun 2010-2030 Untuk menentukan kesesuaian antara pembangunan Koridor By Pass Kota Padang dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang tahun 2010-2030, dilakukan evaluasi dengan melakukan overlay antara penggunaan lahan eksisting Koridor By Pass dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang tahun 2010-2030. Hasil evaluasi dapat dilihatpada Tabel 3. Tabel 3. Kesesuaian Penggunaan Lahan Eksisting dengan RTRW Kota Padang No Sesuai/ Tidak Sesuai Luas (ha) Persentase (%) 1 Sesuai 170.37 43.98 2 Tidak Sesuai 217.01 56.02 Jumlah 387.38 100 Dari hasil evaluasi, kesesuaian antara Koridor By Pass Kota Padang dengan Rencana Tata Ruang Wilayah tahun 2010-2030 didominasi oleh lahan yang tidak sesuai dengan RTRW dengan luas 217,01 ha dengan persentase 56,02% dari luas lahan pada Koridor By Pass Kota Padang. Sedangkan untuk lahan sesuai dengan luas 170,37 ha dengan persentase 43,98%. Kawasan yang tidak sesuai didominasi oleh kawasan perdagangan dan jasa yang pada RTRW merupakan kawasan yang paling luas, berada pada kawasan AiePacah, dan juga pada kawasan menuju Teluk Bayur yang ditetapkan mayoritas menjadi kawasan perumahan, namun kenyataannya disana didominasi oleh kawasan industri. Kawasan yang sesuai antara lain kawasan perkantoran yaitu Kantor Walikota Padang yang telah direncanakan untuk pusat pemerintahan Kota Padang perubahan pasca gempa 2009. Selain itu, Universitas Baiturrahmah sebagai kawasan sarana pendidikan, serta ruko-ruko sebagai kawasan perdagangan dan jasa yang berada pada kanan-kiri jalan By Pass Kota Padang. Hasil evaluasi berupa peta evaluasi pembangunan Koridor By Pass Kota Padang dengan RTRW Kota Padang tahun 2010-2030 dapat dilihat pada Gambar 4.

102 Gambar 4. Evaluasi Pembangunan Koridor By Pass Kota Padang dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang tahun 2010-2030 PENUTUP Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Kondisi eksisting Koridor By Pass Kota Padang memiliki lebar jalan 16 meter dengan panjang 25,52 km. Dari segi penggunaan lahan eksisting, didominasi oleh kawasan industri, dengan luas 135,83 hektar dengan persentase 35,06% diikuti oleh kawasan perdagangan dan jasa seluas 115,24 hektar dengan persentase luas 29,75%. 2. Dalam pembangunan Koridor By Pass Kota Padang, salah satu aturan pembangunan yang berlaku adalah Rencanan Tata Ruang Wilayah Kota Padang tahun 2010-2030 yang didominasi oleh kawasan perdagangan dan jasa. 3. Dari hasil evaluasi, kesesuaian antara Koridor By Pass Kota Padang dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang tahun 2010-2030 didominasi oleh lahan yang tidak sesuai dengan

103 RTRW seluas 217,01 hektar dengan persentase 56,02% dari luas lahan pada Koridor By Pass Kota Padang. Sedangkan untuk lahan yang sesuai dengan RTRW seluas 170,37 ha dengan persentase 43,98%. DAFTAR PUSTAKA Ahyuni. 2011. Pemaduan Perencanaan Pembangunan dan Perencanaan Keruangan Jurnal Tingkap Vol. VII No. 2 Tahun 2011: 133-145. (http://ejournal.unp.ac.id/inde x.php/tingkap/article/viewfil e/20/18) Barus, B., dan Wiradisastra U. S. 2000 Sistem Informasi Geografi, Sarana Manajemen Sumberdaya. Bogor: Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi, Fakultas Pertanian, IPB. Dulbahri. 1993. Sistem Informasi Geografi. Yogyakarta: Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No. 13 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sumatera Barat tahun 2012-2032. Peraturan Walikota Padang No. 4 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Padang tahun 2010-2030. Rodrigue, Jean-Paul., Comtois, Claude., dan Slack, Brian. 2006. The Geography of Transport Systems. Taylor & Francis e-library: Amerika dan Kanada. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.