BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki tugas pokok untuk menghimpun dana dari masyarakat berupa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan kegiatan operasionalnya dengan menghimpun dana dari. masyarakat dan kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Terbukti dengan bermunculannya bank umum syariah lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peran sebagai lembaga perantara antara unit-unit yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank pada hakikatnya merupakan lembaga perantara (intermediary) yaitu. menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia perbankan. Jika dihubungkan dengan pendanaan, hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain untuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah),

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. ditengah kondisi perekonomian yang masih dalam tahap pemulihan, membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan keuangan syariah. Namun demikian, hingga saat ini market share

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

PENGARUH NON PERFORMING FINANCE

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya bagi umat islam. Rasa terpercaya, amanah dan aman serta

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. besar karena peluang pasarnya yang luas sejurus dengan mayoritas. harus hati-hati dalam mengelola kegiatan operasionalnya.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

TINJAUAN PUSTAKA. memberikan jasa bank lainnya. (Kasmir, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman pada dunia perbankan dan inilah yang terjadi pada perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat; kedua, penyaluran dana (financing) merupakan kegiatan

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

BAB I PENDAHULUAN. lembaga intermediasi keuangan (Financial intermediary institution),yakni. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan jasa. Sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tabungan, giro dan deposito berjangka (Oktriani, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai berpindah dan mempercayai Perbankan Syariah. Sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. /atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Bank dalam pasal 1 ayat (2) UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Lely 2008:309)

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

BAB I PENDAHULUAN. dalam sumber hukum Islam yaitu Al-Qur an dan As-Sunah. Sumber. hukum Islam ini adalah dasar sebagai pedoman untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah adalah Bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada

BAB I PENDAHULUAN. bidang perbankan merupakan salah satu bidang yang mendapat perhatian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial

BAB I PENDAHULUAN. dengan sistem bunga, walaupun masih banyak negara yang mengalami kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari peneliti-peneliti terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah merupakan organisasi profit oriented business yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai keunikan secara prinsip dapat mendukung usaha mikro, kecil

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional. Bank Islam telah berkembang pesat pada dekade terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Islam di Tanah Air sebenarnya sudah dimulai secara formal dan informal jauh

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. dengan prinsip wadiah maupun prinsip mudharabah atau di sebut juga dengan. prinsip bagi hasil, prinsip ujroh, dan akad pelengkap.

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah berawal pada tahun 1950an.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata syariah berasal dari bahasa Arab, dari kata syara a, yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. bank yang sehat dan dapat beroperasi secara optimal. syariah atau bank yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil, sebenarnya

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh UU No.10 tahun 1998 dan undang-undang terbaru mengenai perbankan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga perbankan merupakan salah satu instrumen penting dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 Undang-Undang nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank Islam (Islamic Bank) adalah bank yang pengoperasiannya

BAB II. pendapatan total perusahaan dengan biaya totalnya. Menurut Kusnadi dkk (2004),

BAB 1 PENDAHULUAN. Walaupun kerjasama ini dapat menjadi peluang untuk menyetarakan diri dengan

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. prinsip syariah sebagai dasar hukumnya berupa fatwa yang dikeluarkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan perbankan syariah sebagai bagian dari sistem perbankan

2015 PENGARUH PEMBIAYAAN BAGI HASIL TERHADAP PROFITABILITAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tika Indah Kawuryan, 2015

PENDAHULUAN. usaha yang dibiayainya. Risiko ini dapat diatasi dengan cara memberikan

BAB I PENDAHULUAN. yang berbasis syariah, perkembangan ini juga mendorong bank syariah untuk

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia dewasa ini berjalan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur an

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan semakin bertambahnya kebutuhan hidup, terutama kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang penelitian Lembaga keuangan atau perbankan merupakan lembaga intermediasi yang memiliki tugas pokok untuk menghimpun dana dari masyarakat berupa simpanan lalu kemudian menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman atau pembiayaan. Berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008 pasal 1 ayat 2 mengatakan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Sebelum ditetapkannya Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang memperkenalkan sistem perbankan bagi hasil, Lembaga Keuangan atau perbankan di Indonesia pada awalnya hanya berupa Bank Umum Konvensional. Undang-undang No. 7 tahun 1992 tersebut menjadi awal diakuinya keberadaan bank syariah secara formal walaupun istilah yang dipakai adalah bank yang berdasarkan pada prinsip bagi hasil yaitu dengan beroperasinya Bank Muamalat Indonesia pada tanggal 1 Mei 1992. Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas Islam, dimana Agama Islam merupakan agama yang mengatur hubungan antara manusia dengan

2 Tuhan dan hubungan manusia dengan sesama manusia dalam aspek sosial, ekonomi dan keuangan. Kesadaran masyarakat muslim di Indonesia mengenai hukum syariah dan keinginan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem perbankan yang menyediakan jasa perbankan dengan prinsip syariah, maka hal tersebut menjadi pendorong perkembangan lembaga keuangan dengan prinsip syariah di Indonesia. Undang-undang terbaru tentang perbankan syariah yaitu UU No. 21 tahun 2008 Pasal 1 ayat (7) menyatakan bahwa bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Lembaga keuangan yang berprinsip ekonomi syariah memiliki tujuan pokok yaitu kegiatan ekonomi yang sesuai dengan aturan dalam hukum Islam yang melarang riba, maisir, gharar, haram dan zalim. Prinsip ekonomi syariah merupakan prinsip ekonomi yang berpedoman pada prinsip-prinsip syari i yang diambil dari Al-Qur an dan Sunnah. Prinsip inilah yang dianut dalam sistem keuangan syariah yang diaplikasikan dalam lembaga keuangan syariah. PT. Bank Syariah Mandiri pada mulanya merupakan suatu lembaga keuangan di Indonesia yang berdiri pada tanggal 25 Oktober 1999 dan mulai beroperasi sejak tanggal 1 November 1999 dengan nama PT. Bank Industri Nasional (PT BINA) lalu mengalami beberapa perubahan nama sehingga pada tahun 1995 dikonversi menjadi bank syariah dan berubah nama menjadi PT. Bank Syariah Mandiri. PT. Bank Syariah Mandiri telah mengalami perkembangan yang

3 pesat, per tahun 2017 PT. Bank Syariah Mandiri telah memiliki 765 kantor yang terdiri atas 129 Kantor Cabang, 389 Kantor Cabang Pembantu, 52 Kantor Kas, 145 Payment Point dan 50 Outlet Kantor Layanan Gadai. Perkembangan yang dialami oleh PT. Bank Syariah Mandiri tidak hanya sebatas jumlah kantor yang dimiliki, tetapi juga meningkat dalam hal kegiatan operasional, yaitu dapat menghasilkan laba bersih tahun berjalan 2017 yang mencapai Rp365,17 miliar, meningkat sebesar RP39,76 atau 12,22% dibandingkan realisasi laba tahun berjalan tahun 2016 sebesar Rp325,41 miliar. Bank berhasil membukukan laba tahun berjalan tahun 2017 sebesar 105,60% terhadap target Rencana Bisnis Bank (RBB) 2017 untuk tahun laba tahun berjalan sebesar Rp345,80 miliar. Salah satu kegiatan usaha Syariah yang dilakukan oleh PT. Bank Syariah Mandiri yaitu penyaluran dana (Financing) atau yang lebih dikenal dengan istilah pembiayaan. Menurut Wangsawidjaja dalam bukunya Pembiayaan Bank Syariah Pembiayaan yang dimaksud adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu. Terdapat berbagai produk dalam transaksi pembiayaan syariah, yaitu pembiayaan jual beli, sewa dan bagi hasil. Akad yang paling sering digunakan dalam pembiayaan syariah yaitu akad jual beli diantaranya murabahah, salam, dan istishna. Namun dalam penelitian ini lebih di fokuskan pada prinsip pembiayaan jual beli menggunakan akad murabahah dan istishna. Dalam Fatwa DSN No.04/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 01 April 2000 tentang Murabahah, dinyatakan bahwa:

4 Murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba. Yang mana jual beli pada akad murabahah di sini harus ada obyek barang yang diperjual belikan dan barang tersebut dibeli oleh bank dengan atas nama bank sendiri dan barang tersebut dimiliki oleh bank syariah baru kemudian bank syariah bisa menjualnya ke nasabah dengan tambahan mark up yang disepakati. Namun dalam prakteknya akad jual beli yang terjadi dilapangan antara lembaga keuangan dengan nasabah kebanyakan tidak mencerminkan akad murabahah murni dimana pihak bank menyediakan barang yang dibutuhkan nasabah secara langung. Tetapi pihak bank menggunakan akad wakalah dalam pembiayaan akad murabahah tersebut. Wakalah atau wikalah secara singkat yaitu penyerahan, pendelegasian atau pemberian amanat/mandat. Wakalah adalah akad penyerahan kekuasaan, yang pada akad itu seseorang menunjuk orang lain sebagai penggantinya dalam bertindak /berthasharruf (Menurut Hashbi Ash Shiddieqy) dari pengertian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan mengenai akad murabahah dengan wakalah (Murabahah Wal Wakalah) yaitu suatu akad jual beli yang dilakukan antara pihak lembaga keuangan atau bank dengan nasabah dimana bank tersebut memberikan dana kepada nasabah secara langsung (berupa uang) untuk mendelegasikan tugasnya untuk membeli barang yang dibutuhkan nasabah dengan membeli barang tersebut sendiri sehingga hal tersebut mungkin dapat memberi kemudahan kepada nasabah agar mendapatkan barang yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan nasabah. Penelitian yang dilakukan oleh Amir Muallim pada tahun 2004 Dominasi pilihan yang jatuh pada murabahah disebabkan karena akad jual beli menjadi

5 kebutuhan masyarakat. Dari hasil penelitian yang terjadi akan tanggapan masyarakat terhadap bank syariah, ditemukan alasan dari beberapa nasabah yang menggunakan jasa produk syariah yaitu ingin menghindari riba. Hal itu berarti ketertarikan masyarakat terhadap syariah masih terbatas pada faktor yang bersifat emosional. Tetapi faktor yang berkaitan dengan system, akses dan mutu pelayanan belum mendapat perhatian utama. Hal itu menunjukan dalam prakteknya produk syariah yang digunakan nasabah belum sepenuhnya memberikan solusi kepada nasabah dalam penyelesaian perasalahan menjadi lebih baik. Dapat disimpulkan bahwa keberadaan bank syariah baru dipandang sebagai solusi secara emosional belum dapat memberikan solusi permasalahan ekonomi. Selain pembiayaan dengan akad jual beli murabahah, terdapat pembiayaan dengan akad jual beli lainnya yaitu pembiayaan istishna. Dalam Fatwa DSN No.06/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 04 April 2000 tentang Istishna, dinyatakan bahwa Istishna yaitu akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni ) dan penjual (pembuat, shani ) Transaksi Istishna merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Penelitian yang dilakukan oleh Enny Puji Lestari pada tahun 2014 pembiayaan yang dilakukan pada akad istishna menimbulkan beberapa risiko

6 pembiayaan yang tinggi karena setelah penjual dan pembeli menyepakati kontrak istishna, penjual mengeluarkan tenaga dan dana terlebih dahulu untuk mendapatkan barang yang dipesan oleh calon nasabah. Sedangkan jual belinya terjadi ketika serah terima barang dan pembayaran harga dapat dilakukan dengan cara mengangsur yang memungkinkan terjadinya gagal bayar debitur selama masa kontrak. Dari transaksi pembiayaan yang ada dalam bank syariah memiliki resiko yang akan berpengaruh terhadap kinerja pembiayaan bank syariah. Resiko yang akan dihadapi dari pembiayaan yang disalurkan bank syariah yaitu terjadinya pembiayaan bermasalah (non performing financing). Istilah Pembiayaan bermasalah dalam perbankan syariah adalah sepadan dengan istilah Kredit bermasalah dalam perbankan konvensional. Dalam Statistik Perbankan Syariah yang diterbitkan oleh Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Non Performing Financing (NPF) atau dalam kamus perbankan Syariah disebut duyumun ma dumah diartikan sebagai Pembiayaan non lancar mulai dari kurang lancar sampai dengan macet dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang kualitasnya berada dalam golongan kurang lancar (golongan III), diragukan (golongan IV), dan macet (golongan V) Berikut tabel mengenai kolektibilitas penyaluran dana pembiayaan dengan akad murabahah dan istishna yang menyangkut Non Perfoming Financing (NPF) yaitu pembiayaan dengan kategori kurang lancar, diragukan dan macet dari tahun 2012 Juni 2015 :

7 TABEL 1.1 Pembiayaan berdasarkan koletibilitas PT. Bank Syariah Mandiri Tahun 2013-2017 (Milyaran Rupiah) Indikator 2013 2014 2015 2016 2017 Lancar 30.026 28.607 29.106 31.035 31.951 Dalam Khusus Perhatian 1.466 2.637 3.906 2.479 1.881 Kurang Lancar 443 601 531 356 470 Diragukan 54 208 201 215 347 Macet 373 601 510 701 89 Digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut: 35.000 30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 2013 2014 2015 2016 2017 0 Lancar Dalam Perhatian Khusus Kurang Lancar Diragukan Macet Sumber : Laporan Tahunan 2017 PT. Bank Syariah Mandiri Grafik 1.1 Pembiayaan berdasarkan kolektibilitas PT. Bank Syariah Mandiri Tahun 2013-2017

8 Berdasarkan tabel 1.1 diatas dapat diketahui bahwa penerimaan dana pembiayaan yang diberikan oleh PT. Bank Syariah Mandiri tidak sepenuhnya berjalan lancar sesuai dengan apa yang diharapkan. Berdasarkan tabel tersebut diatas telah terjadi naik turun jumlah pembiayaan bermasalah dalam setiap tahun nya. resiko terhadap penerimaan dana pembiayaan tersebut benar-benar terjadi karena pada dasarnya semakin besar pembiayaan yang dikeluarkan semakin besar pula keuntungan yang akan diperoleh, tetapi semakin besar pula resiko yang harus hadapi yaitu kerugian akibat terjadinya pembiayaan dengan kategori bermasalah. Non Perforing Financing (NPF) adalah rasio untuk mengukur kewajiban atas pembiayaan yang belum dibayar oleh nasabah kepada bank. Jika tingkat NPF tinggi, maka akan membahayakan kondisi lembaga keuangan syariah itu sendiri. hal itu karena berdasarkan peraturan yang berlaku, lembaga keuangan syariah perlu mengalokasikan cadangan pembiayaan yang bersumber dari modal untuk mengatasi terjadinya NPF untuk sementara waktu. Pengembalian pembiayaan yang diberikan oleh lembaga keuangan syariah mempunyai hubungan dalam menentukan profitabilitas lembaga keuangan syariah itu sendiri. profitabilitas merupakan analisis keuangan bank yang mengukur kesuksesan bank dalam menghasilkan laba dari kegiatan opersional bank. Profitabilitas yang tinggi dapat menunjukan kinerja keuangan yang baik. Dalam hal itu profitabilitas yang digunakan dalam mengukur kinerja keuangan bank yaitu dengan menggunakan rasio return on assets (ROA). ROA merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan laba dengan membandingkan antara laba bersih setelah pajak dan

9 total aktiva. Ukuran ROA menunjukan kemampuan bank dalam mengelola modal yang dimiliki sehingga menghasilkan laba, dan menunjukan kemampuan bank dalam mengelola asset yang dimiliki. TABEL 1.2 Pembiayaan Murabahah, Istishna, NPF dan ROA PT. Bank Syariah Mandiri Tahun 2013-2017 (Milyaran Rupiah) Tahun Pembiayaan Pembiayaan NPF ROA Murabahah Istishna 2013 33.207.376 57.953 7,28% 1,52% 2014 33.714.638 34.997 4,29% -0,03% 2015 34.807.005 11.593 4,05% 0,56% 2016 36.198.342 6.042 3,13% 0,59% 2017 36.233.737 3.144 2,71% 0,59% Sumber : Laporan Tahunan 2017 PT. Bank Syariah Mandiri

10 Digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut: 37.000.000 36.000.000 35.000.000 Murabahah 34.000.000 33.000.000 Murabahah 32.000.000 31.000.000 2013 2014 2015 2016 2017 Sumber : Laporan Tahunan 2017 PT. Bank Syariah Mandiri Grafik 1.2 Pembiayaan Murabahah PT. Bank Syariah Mandiri Tahun 2013-2017 Istishna 70.000 60.000 50.000 40.000 30.000 20.000 10.000 0 2013 2014 2015 2016 2017 Istishna Sumber : Laporan Tahunan 2017 PT. Bank Syariah Mandiri Grafik 1.3 Pembiayaan Istishna PT. Bank Syariah Mandiri Tahun 2013-2017

11 8,00% 7,00% 6,00% 5,00% 4,00% 3,00% 2,00% 1,00% 0,00% NPF 2013 2014 2015 2016 2017 NPF Sumber : Laporan Tahunan 2017 PT. Bank Syariah Mandiri Grafik 1.4 Rasio Non Perfoming Financing (NPF) PT. Bank Syariah Mandiri Tahun 2013-2017 2,00% ROA 1,50% 1,00% 0,50% ROA 0,00% 2013 2014 2015 2016 2017-0,50% Sumber: Laporan Tahunan 2017 PT. Bank Syariah Mandiri Grafik 1.5 Rasio Return On Assets (ROA) PT. Bank Syariah Mandiri Tahun 2013-2017

12 Dari tabel 1.2 menunjukan bahwa fenomena yang terjadi pada PT. Bank Syariah Mandiri dari tahun 2013 sampai dengan 2017 yaitu Penyaluran dana pembiayaan yang diberikan berdasarkan akad murabahah mengalami peningkatan tetapi pembiayaan dengan akad istishna mengalami penurunan setiap tahunnya, Non Performing Financing (NPF) mengalami penurunan, dan Return On Asset (ROA) mengalami naik turun bahkan lebih cenderung menurun setiap tahunnya. Dari grafik 1.2 menunjukkan bahwa variabel pembiayaan murabahah mengalami peningkatan setiap tahunnya sedangkan dari grafik 1.5 menunjukkan bahwa ROA dari tahun 2013 menuju tahun 2014 mengalami penurunan, dari tahun 2014 menuju tahun 2016 mengalami peningkatan sedangkan dari tahun 2016 menuju tahun 2017 tidak terjadi perubahan (tetap). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembiayaan jual beli dan ROA tidak memiliki data yang konsisten yaitu mengalami penurunan dan kenaikan dari tahun ke tahun. karena berdasarkan teori, semakin besar pembiayaan yang berhasil dikeluarkan maka akan semakin besar pula profitabilitas yang akan didapatkan. Dari grafik 1.3 dan grafik 1.5 menunjukkan bahwa variabel pembiayaan istishna dengan ROA dapat dikatakan tidak konsisten karena pembiayaan istishna mengalami penurunan dari tahun 2013 sampai tahun 2017 sedangkan ROA dari tahun 2014 sampai tahun 2016 mengalami peningkatan. Maka dapat disimpulkan bahwa pembiayaan istishna tidak memiliki data yang konsisten karena mengalami penurunan dan peningkatan dari tahun ke tahun. Dari grafik 1.4 dan grafik 1.5 menunjukkan bahwa variabel non performing financing (NPF) dengan ROA dapat dikatakan tidak konsisten karena

13 NPF dari tahun ke tahun mengalami penurunan sehingga jika dibandingkan dengan ROA tidak memiliki data yang konsisten yaitu ROA dari tahun ke tahun mengalami naik turun. Karena berdasarkan teori yang diungkapkan oleh Abdullah dalam bukunya yaitu Manajemen Perbankan: Teknik Analisis Kinerja Keuangan Bank (114:2005), Non Performing Financing (NPF) semakin tinggi maka profitabilitas akan semakin rendah dan sebaliknya, jika non performing financing (NPF) semakin rendah maka profitabilitas akan semakin tinggi. Dari pembiayaan jual beli murabahah dan istishna yang disalurkan diharapkan dapat memberikan pendapatan bagi bank syariah yang nantinya dapat meningkatkan profitabilitas. Oleh karena itu pengelolaan dan pengendalian pembiayaan murabahah, istishna dan non perforing Financing (NPF) harus diakukan dengan baik untuk membantu bank syariah dalam meningkatkan profitabilitasnya khususnya ROA. Adapun penelitian terdahulu yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini: TABEL 1.3 Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian Rahman dan Rochmanika (2012) pengaruh pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil, dan Rasio Non Performing Financing (NPF) Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia. pembiayaan dengan akad jual beli dan NPF secara parsial berpengaruh signifikan positif terhadap return on asset (ROA). Hal ini berarti bahwa peningkatan jumlah pembiayaan jual beli yang disalurkan bank syariah akan berpengaruh dalam peningkatan ROA, begitu pula dengan NPF,

14 Yuyun Agustina (2014) Pengaruh Pembiayaan Jual beli, Pembiayaan Bagi Hasil, dan Rasio Non Performing Financing terhadap profitabilias (ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia peningkatan jumlah NPF akan meningkatkan nilai ROA begitu sebaliknya. Sedangkan pembiayaan dengan akad bagi hasil berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. Hal ini berarti bahwa peningkatan jumlah pembiayaan bagi hasil akan menurunkan ROA dan penurunan jumlah jumlah pembiayaan bagi hasil akan meningkatkan ROA. secara Parsial pembiayaan jual beli berpengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas yang di proksikan melalui ROA, pembiayaan bagi hasil berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA, NPF berpengaruh positif tidak signifikan terhadap ROA. secara simultan pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil dan rasio non performing financing berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas yang di proksikan melalui ROA (Return On assets). Dhika Rahma Dewi (2011) Faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank syariah di Indonesia. secara parsial bahwa CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA, FDR tidak berpengaruh sognifikan terhadap ROA, Non Performing Financing (NPF) berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA

15 Rr. Nadia Arini Haq (2015) Pengaruh Pembiayaan dan Efisiensi Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah. Atika Septiani (2017) Analisa Pengaruh Pembiayaan mudharabah, Pembiayaan musyarakah dan Pembiayaan murabahah terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah yang Terdaftar di Bank Umum Syariah. dan REO berpengaruh signifikan terhadap ROA. secara simultan pembiayaan murabahah berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, pembiayaan bagi hasil berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Secara simultan pembiayaan murabahah, pembiayaan bagi hasil, NPF dan efisiensi operasional berpengaruh terhadap profitabilitas. Secara Parsial mudharabah berpengaruh terhadap ROA, Musyarakah berpengaruh negatif terhadap ROA, Murabahah berpengaruh negatif terhadap ROA. secara simlutan Pembiayaan mudharabah, pembiayaan musyarakah dan pembiayaan murabahah berpengaruh terhadap profitabilitas (Return On Assets). Berdasarkan latar belakang di atas, betapa pentingnya pembiayaan dengan akad jual beli murabahah dan istishna dalam aktivitas masyarakat, serta untuk membantu perkembangan lembaga keuangan syariah khususnya PT. Bank Syariah Mandiri dalam memperoleh profitabilitas dengan melihat resiko yang dihadapi dalam kegiatan penyaluran dana sehingga tidak menimbulkan

16 pembiayaan yang bermasalah yang berpotensi kerugian bagi PT. Bank Syariah Mandiri. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Pembiayaan Istishna dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Return On Assets (ROA)

17 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis dapat mengidentifikasi beberapa masalah yang menimbulkan pengaruh bagi variabel yang akan diteliti, yaitu sebagai berikut: 1. Terjadinya peningkatan pembiayaan murabahah yang dikeluarkan oleh PT. Bank Syariah Mandiri setiap tahunnya namun terjadi penurunan ROA pada 2013 menuju tahun 2014. 2. Semakin menurunnya pembiayaan istishna yang dikeluarkan PT. Bank Syariah Mandiri setiap tahunnya tetapi terjadi peningkatan ROA pada tahun 2014 sampai tahun 2017. 3. Menurunnya tingkat rasio non performing financing (NPF) pada PT. Bank Syariah Mandiri dari tahun 2013-2017 namun terjadi penurunan jumlah return on assets (ROA) pada tahun 2013 menuju tahun 2014. 4. Munculnya berbagai faktor yang menimbulkan terjadinya pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF). 5. Kurangnya supervisi dan monitoring terhadap nasabah yang dapat menyebabkan terjadinya penyalahgunaan dana oleh nasabah sehingga menimbulkan terjadinya pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing (NPF). 6. Semakin besar jumlah pembiayaan yang dikeluarkan diharapkan akan semakin besar Profitabilitas yang didapatkan sehingga mempengaruhi Return on Assets (ROA) namun semakin besar pembiayaan yang

18 dikeluarkan juga akan semakin besar resiko yang harus dihadapi yaitu Non Performing Financing (NPF). 1.2.2 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut : 1. Apakah terdapat hubungan atau pengaruh antara pembiayaan Murabahah terhadap Return On Assets (ROA)? 2. Apakah terdapat hubungan atau pengaruh antara pembiayaan Istishna terhadap Return On Assets (ROA)? 3. Apakah terdapat hubungan atau pengaruh antara rasio Non Performing Financing (NPF) terhadap pembiayaan Return On Assets (ROA)? 4. Apakah terdapat hubungan atau pengaruh antara pembiayaan Murabahah, pembiayaan Istishna dan rasio non performing financing (NPF) terhadap Return On Assets (ROA)? 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian Tujuan yang ingin dicapai penulis dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan atau pengaruh pembiayaan murabahah terhadap Return On Assets (ROA) 2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan atau pengaruh pembiayaan Istishna terhadap Return On Assets (ROA)

19 3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan atau pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Assets (ROA) 4. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan atau pengaruh pembiayaan murabahah, Pembiayaan Istishna, Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Assets (ROA) 1.3.2 Kegunaan Penelitian Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Kegunaan penelitian ini dilihat dari dua aspek: 1. Kegunaan Teoritis Untuk menambah pengetahuan sebagai proses belajar dan dapat menerapkan teori yang didapat selama perkuliahan pada kejadian nyata di lapangan, sehingga diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penulis selanjutnya yang akan mengangkat permasalahan yang seragam atau serupa. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat membantu meminimalisir pembiayaan bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) terutama yang timbul dalam pembiayaan murabahah dan pembiayaan Itishna. 2. Kegunaan Praktis Kegunaan praktis semoga dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak: a. Peneliti Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini diharapkan dapat memberikan wawasan khususnya mengenai akad pembiayaan murabahah Pembiayaan Istisna, Non Performing Financing (NPF) dan pengaruhnya terhadap Return On Assets (ROA)

20 b. Perusahaan Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan pedoman bagi pihak bank dalam melaksanakan pembiayaan murabahah dan pembiayaan Istishna yang dapat meminimalisir jumlah pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) sehingga dapat meningkatkan profitabilitas khususnya return on assets (ROA) c. Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi dalam penelitian lebih lanjut dan sebagai sarana dalam upaya pengembangan khususnya akuntansi. d. Bagi Pihak Lain Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi sumber pengetahuan mengenai jenis pembiayaan yang diberikan oleh lembaga keuangan perbankan yaitu pembiayaan murabahah yang dilakukan baik secara murni maupun secara penggunaan akad wakalah yang seharusnya dilakukan sesuai dengan prinsip syariah, jenis pembiayaan dengan akad jual beli Istishna dan Non Performing Financing (NPF) yang dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas bank khususnya Return On Assets (ROA).