BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Bab ini membahas tentang hakikat IPA, pembelajaran IPA di SD, keterampilan proses sains, model ASSURE, kajian hasil penelitian yang relevan dan kerangka berpikir yang secara rinci akan diuraikan sebagai berikut. A. Hakikat IPA Ilmu pengetahuan alam atau Natural Science merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji gejala-gejala alam sememesta (Ribkahwati et al, 2012 : 1). IPA atau sains juga merupakan suatu proses yang menghasilkan pengetahuan. Proses tersebut tergantung pada proses observasi yang cermat terhadap fenomena dan pada teori-teori temuan untuk memaknai hasil observasi tersebut. H.W. Fowler mengatakan IPA merupakan ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan geala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi (Abdullah Aly, 2013 : 18). Hakikat IPA terdiri atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Pertama IPA sebagai produk yaitu kumpulan dari hasil penelitian yang sudah membentuk konsep telah dikaji sebagai kegiatan empitis dan kegiatan analisis. Kedua IPA sebagai proses untuk menggali dan memahami pengetahuan tentang alam. Ketiga IPA sebagai sikap yaitu sikap ilmiah yang harus dikembangkan dalam proses pembelajaran (Trianto, 2012:137). Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan tentang alam yang didapat melalui metode ilmiah dan merupakan hasil dari ekperimen atau observasi. B. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Pembelajaran IPA di sekolah dasar sangat penting untuk diberikan karena dapat melatih siswa untuk berpikir dan bertindak secara rasional dan ilmiah. Pembelajaran IPA di SD diarahkan untuk membantu siswa memperoleh pemahaman mendalam tentang alam sekitar, hal ini berguna untuk mengembangkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah 8
9 serta mengkonstruksikan pengetahuan melalui proses. IPA diperlukan oleh siswa sekolah dasar karena IPA dapat memberikan iuran untuk tercapainya sebagian dari tujuan pendidikan di sekolah dasar. Dengan pengajaran IPA diharapkan siswa akan dapat: 1. Memahami alam sekitarnya, meliputi benda-benda alam dan buatan manusia serta konsep-konsep IPA yang terkandung di dalamnnya. 2. Memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu, khususnya IPA, berupa keterampilan proses atau metode ilmiah yang sederhana. 3. Memiliki sikap ilmiah di dalam mengenal alam sekitarnya dan memecahkan masalah yang dihadapinya serta menyadari kebesaran Penciptanya. 4. Memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Darmodjo et al, 1992/1993 : 6). C. Keterampilan Proses Sains / IPA Keterampilan proses sains merupakan seperangkat keterampilan yang digunakan para ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah ( Rustaman et al, 2013 : 9). Keterampilan proses melibatkan keterampilan keterampilan kognitiv atau intelektual, manual, dan social. Carin menyampaikan beberapa alasan pentingnya keterampilan proses. Pertama, dalam praktiknya apa yang dikenal dalam sains merupakan hal yang tidak terpisahkan dari metode penyelidikan. Kedua, keterampilan proses sains merupakan keterampilan belajar sepanjang hayat yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari hari, bahkan untuk bertahan hidup (Rustama et al, 2013 : 9 10). Terdapat berbagai macam jenis keterampilan proses sains, setiap jenis keterampilan memiliki indikatornya tersendiri. Di bawah ini disajikan jenis keterampilan proses sains dengan indikator-indikatornya, hal ini berguna untuk mempermudah mempelajari keterampilan proses sains dan
10 mengembangkannya dalam merencanakan pembelajaran IPA dalam tabel 2.1 sebagai berikut : Tabel 2.1 JENIS KETERAMPILAN PROSES IPA DAN INDIKATOR No KPS Indikator 1 Mengamati (observasi) a. Menggunakan sebanyak mungkin indera b. Mengumpulkan/ menggunakan fakta yang relevan 2 Mengelompokkan (klasifikasi) a. Mencacat setiap pengamatan secara terpisah b. Mencari perbedaan dan persamaan c. Mengontraskan ciri-ciri d. Membandingkan e. Mencari dasar pengelompokan atau penggolongan f. Menguhubungkan hasil-hasil pengamatan 3 Menafsirkan (interpretasi) a. Menghubungkan hasil-hasil pengamatan b. Menemukan pola dalam suatu seri pengamatan c. Menyimpulkan 4 Meramalkan (prediksi) a. Menggunakan pola-pola hasil pengamatan b. Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati 5 Mengajukan pertanyaan a. Bertanya apa, bagaimana dan mengapa b. Bertanya untuk meminta penjelasan c. Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis 6 Berhipotesis a. Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari suatu kejadian b. Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya dengan memperoleh bukti lebih banyak atau melakukan cara pemecahan masalah 7 Merencanakan percobaan/ penelitian a. Menentukan alat/ bahan/ sumber yang digunakan b. Menentukan variabel/ faktor penentu c. Menentukan apa yang akan diukur, diamati, dicacat d. Menentukan apa yang dilaksanakan berupa langkah kerja 8 Menggunakan alat/ bahan a. Memakai alat/ bahan b. Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/ bahan c. Mengetahui bagaimana menggunakan alat/ bahan 9 Menerapkan konsep a. Menggunakan konsep yang telah dipelajari pada situasi baru b. Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi 10 Berkomunikasi a. Mengubah bentuk penyajian b. Memberikan/ menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan grafik atau tabel atau diagram c. Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis d. Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian e. Membaca grafik atau diagram f. Mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau suatu peristiwa
11 11 Melakukan percobaan/ bereksperimen (Rustaman, 2013 : 28-29) D. Model ASSURE Model ASSURE merupakan rujukan bagi pendidik dalam membelajarkan peserta didik dalam pembelajaran yang direncakan dan disusun secara sistematis dengan mengintegrasikan teknologi dan media sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan bermakna bagi peserta didik ( Achmadi, 2014 : 37). Model ASSURE lebih berorientasi kepada pemanfaatan media dan teknologi dalam menciptakan proses dan aktivitas pembelajaran yang efektif dan menyenangkan (Pribadi, 2011 : 29). Pemanfaatan media dan teknologi menjadi suatu keharusan karena digunakan untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran (Pribadi, 2011 : 31). Smaldino, Lowther, dan Russel (2011) menyebutkan langkah-langkah menyusun pembelajaran yang efektif dengan menggunakan model ASSURE sebagai dengan tabel 2.2 sebagai berikut : Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran ASSURE No Langkah-langkah model pembelajaran ASSURE 1 Menganalisa pembelajar Menganalisa pemelajar memungkinkan guru dalam merencanakan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswanya. 2 Menyatakan standard dan tujuan Standar dan tujuan ini bertujuan untuk 1) dasar untuk pemilihan strategi, teknologi dan media 2) dasar untuk penilaian 3) dasar untuk ekplektasi siswa. 3 Memilih strategi, teknologi dan material Dalam memilih strategi, teknologi dan material yang perlu diperhatikan adalah strategi harus berpusat pada guru dan siswa dengan mempertimbangkan sumber daya yang ada, dan karakteristik siswa, sedangkan material yang disampaikan bisa dengan memilih materi yang tersedia, mengubah materi yang tersedia atau merancang materi baru sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. 4 Menggunakan teknologi, media dan materi Penggunaan teknologi, media dan materi dibutuhkan perencanaan yakni : 1) pratinjau maksudnya apakah sudah sesuai dengan tujuan belajar atau belum 2) menyiapkan materi yang mendukung pengajaran 3) menyiapkan lingkungan yang akan dipakai dalam pembelajaran 4) menyiapkan pemelajar 5) menyiapkan pengalaman belajar. 5 Mengharuskan partisipasi pemelajar Setelah mengikuti pembelajaran siswa diberi umpan balik informatif untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai. 6 Mengevaluasi dan merevisi Evaluasi bertujuan untuk menilai sejauh mana tujuan belaar tercapai oleh siswa serta untuk strategi, teknologi dan media sudah berjalan secara efektif dan membangkitkan minat para siswa atau belum. Sedangkan revisi bertujuan untuk memperbaiki hasil belajar dan merevisi strategi, teknologi dan media.
12 Model ASSURE memiliki beberapa manfaat atau kelebihan, yaitu (1) Sedehana, relative mudah untuk diterapkan, (2) Karena sederhana, maka dapat dikembangkan sendiri oleh pengajar, (3) Komponen KBM lengkap dan (4) Peserta didik dapat dilibatkan dalam persiapan untuk KBM. Selain itu juga model ASSURE ini memiliki keterbatasan atau kekurangan diantaranya: (1) Tidak mengukur dampak terhadap proses belajar karena tidak didukung oleh komponen suprasistem, (2) Adanya penambahan tugas dari seorang pengaar, (3) Perlunya upaya khusus dalam mengarahkan peserta didik untuk persiapan KBM (Prawiradilaga, 2007 : 47-48). 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Terdapat beberapa penelitian relevan yang akan dibahas dalam kajian ini. Penelitian pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Sri Giarti yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran ASSURE Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI SD Negeri 2 Bengle Kecamatan Wonosegoro-Boyolali. Persamaan dengan penelitian ini adalah penggunaan model ASSURE dalam pembelajaran IPA. Hasil penelitian sebelum pelaksanaan siklus siswa yang tuntas KKM > 70 hanya 3 siswa dari 20 siswa (25%) dengan minat belajar 33%, pada pembelajaran siklus I siswa yang tuntas KKM hanya 5 siswa (83%) dengan minat belajar sebesar (50%). sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas KKM menjadi 10 siswa (100%) dengan minat belajar sebesar (83%). Berdasarkan penelitian tersebut menunjukan bahwa model pembelajaran ASSURE efektif dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran IPA. Penelitian kedua dilakukan oleh Maria Singerin yang berjudul Penerapan Model ASSURE Untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA Kelas V SDN Madyopuro 4 Kota Malang. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan pembelajaran IPA melalui penggunaan model ASSURE. Hasil belajar pada pra tindakan mencapai 60,15% dimana siswa yang mencapai ketuntasan sebanyak 13 orang (40,6%) dan yang belum mencapai ketuntasan 19 orang (59,4%). Pada siklus I hasil belajar mencapai (69,22%) menunjukan siswa yang mencapai ketuntasan 18 orang (56,52%) dan yang belum mencapai ketuntasan 14 orang (43,75%). Sedangkan pada siklus II hasil belajar mencapai (82,12%) dan siswa
13 yang mencapai ketuntasan 27 orang (81,81%) dan belum mencapai ketuntasan mencapai 6 orang (18,18%). Berdasarkan penelitian tersebut disimpulkan bahwa model ASSURE efektif dalam meningkatkan pembelajaran IPA. 2.3 Kerangka Berpikir Masalah 1. Siswa yang lebih menekankan belajar dengan menghafal dibandingkan dengan memahami konsep dasarnya. 2. Kurangnya alat peraga yang disediakan dalam menunjang pembelajaran. 3. Kurangnya pengunaan media pembelajaran oleh guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Solusi Model ASSURE merupakan salah satu jalan keluar yang dapat digunakan oleh guru. Model ini dapat digunakan guru untuk merancang pembelajaran secara sistematis yang memadukan media dan teknologi dalam pelaksanaan pembelajaran. Kelebihan Model ASSURE 1. Sederhana dan relative mudah diterapkan. 2. Dapat dikembangkan sendiri oleh pengajar. 3. Komponen KBM lengkap. 4. Peserta didik dapat dilibatkan dalam kegiatan KBM. Langkah langkah Model ASSURE 1. Analisis karakteristik siswa. 2. Menetapkan tujuan pembelajaran yang spesifik. 3. Memilih strategi, teknologi dan bahan ajar yang digunakan. 4. Menggunakan teknologi, media dan materi dalam pembelajaran. 5. Mengharuskan partisipasi pemelajar. 6. Mengevaluasi dan revisi. Target Penelitian ini menggunakan model pembelajaan ASSURE untuk meningkatkan keterampilan proses IPA siswa kelas 5 SD Negeri Asinan 01. Gambar 2.1 Kerangka Pikir Model Assure dalam Meningkatkan Keterampilan Proses IPA
14 2.4 Hipotesis Tindakan Berdaarkan kerangka berpikir diatas, dapat dirumuskan hipotesis tindakan penelitian, yaitu Model pembelajaran ASSURE dapat meningkatkan keterampilan proses IPA pada siswa kelas 5 SD Negeri Asinan 01 semester I Tahun Ajaran 2017/2018.