I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba Garut sebagai ternak asli Indonesia merupakan salah satu sumber daya genetik yang sangat berharga, baik sebagai sumber pendapatan petani peternak maupun sumber protein hewani. Asal-usul perkembangan Domba Garut diyakini merupakan domba yang berasal dari daerah Cibuluh, Cikandang, dan Cikeris Kecamatan Cikajang, serta Kecamatan Wanaraja. Keyakinan tersebut dilandasi oleh faktor sejarah, teori genetik, dan fakta pengembangan Domba Garut di Jawa Barat (Heriyadi, dkk, 2009). Domba Garut memiliki keunggulan dibandingkan domba lainnya. Keunggulan Domba Garut di antaranya memiliki performa yang baik seperti postur tubuh yang lebih besar dan gagah. Hal ini ditambah dengan keindahan yang khas, jika dilihat dari raut wajah dan tanduk yang melambangkan keberanian dan kejantanannya, sehingga Domba Garut dijadikan sebagai ternak kesayangan (fancy). Beberapa keunggulan tersebut dapat menjadikan Domba Garut memiliki nilai ekonomis yang tinggi dibandingkan domba lainnya. Sejalan dengan hal tersebut, Domba Garut harus dilestarikan agar sifat unggul yang dimilikinya tidak hilang dan tidak punah. Salah satu cara melestarikan Domba Garut ini adalah dengan cara melaksanakan Seni Ketangkasan Domba Garut (SKDG), sehingga mutu genetik Domba Garut dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan, karena peternak akan berlomba-lomba menghasilkan Domba Garut yang berkualitas tinggi agar nilai ekonomisnya menjadi meningkat seiring prestasinya dalam kegiatan SKDG.
2 SKDG yang umumnya dilaksanakan di Jawa Barat merupakan suatu ajang kegiatan peternak Domba Garut untuk menampilkan hasil pemeliharaannya dan penyaluran hobi, dengan cara ditandingkan yang diiringi oleh seperangkat gamelan (Nayaga), serta di dalamnya terdapat unsur seni pencak silat (Heriyadi., dkk, 2001). Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI) telah mengembangkan dan melestarikan budaya khas Jawa Barat dengan cara menyelenggarakan SKDG dengan kemasan yang menarik, dengan aturan yang dibakukan, sehingga menjadi hiburan sekaligus kegiatan yang positif bagi masyarakat. SKDG memiliki komponen-komponen penting yang di antaranya adalah pamilon (peserta), perangkat pertandingan, dan nayaga. Pamilon terdiri atas pemilik domba, pendamping domba, bobotoh, dan Domba Garut. Mereka memiliki peran penting dalam SKDG, karena selain sebagai peserta mereka juga mampu menciptakan suasana yang ramai ketika SKDG berlangsung. Perangkat pertandingan pun memiliki peran penting dalam SKDG, karena mereka yang memimpin jalannya pertandingan SKDG dan mengambil segala keputusan ketika domba tersebut ditangkaskan. Pamilon dan perangkat pertandingan merupakan komponen penting dalam SKDG, terkadang mereka dapat menghambat jalannya SKDG tersebut. Bobotoh yang tidak tertib ketika mendukung domba dapat mengganggu jalannya pertandingan. Perangkat pertandingan yang salah dalam mengambil keputusan pun dapat menghambat jalannya SKDG. Kedua hal tersebut dapat mempengaruhi waktu berjalannya rangkaian SKDG menjadi terlambat dan tidak sesuai dengan agenda yang direncanakan. Waktu tanding adalah waktu yang diperlukan oleh sepasang Domba Garut untuk menyelesaikan satu pertandingan ketangkasan Domba Garut. SKDG dibagi ke dalam beberapa kelas, yaitu Kelas A, B, dan C. Kelas ini ditentukan berdasarkan
3 bobot badan dari Domba Garut yang ditangkaskan. Setiap kelas akan memiliki waktu tanding yang beragam, karena adanya faktor yang menjadi penentu waktu tanding, misalnya teknik Pamidangan dan jarak Domba Garut dalam mengambil ancang-ancang ketika ditangkaskan. Respon masyarakat terhadap SKDG ini sangat baik, sehingga peserta yang mengikuti acara SKDG sangat banyak, bahkan terkadang ada peserta yang tidak jadi menangkaskan dombanya, karena waktu yang tidak memungkinkan terkait dengan jumlah peserta yang terlalu banyak. Hal ini terjadi karena belum adanya gambaran waktu yang dibutuhkan untuk suatu pertandingan SKDG dalam aturan pertandingan yang telah dibakukan oleh HPDKI. Faktor yang mempengaruhi waktu tanding di antaranya adalah jumlah tumbukan, ancang-ancang domba, dan pemijatan domba. Manajemen waktu SKDG pada berbagai kelas sangat penting untuk diketahui agar kualitas tanding menjadi lebih meningkat. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian Waktu Tanding Seni Ketangkasan Domba Garut Berbagai Kelas pada Piala Dekan Universitas Padjadjaran 2017 penting untuk dilakukan, sehingga diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan, serta acuan untuk membuat dan mempertimbangkan waktu tanding yang dibutuhkan terkait acara SKDG agar lebih efektif dan efisien. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut: (1) Berapa lama waktu persiapan tanding, waktu pelaksanaan tanding, dan waktu pascatanding yang diperlukan untuk satu pertandingan SKDG pada masing-masing kelas.
4 (2) Adakah perbedaan waktu persiapan tanding, waktu pelaksanaan tanding, dan waktu pascatanding dari setiap kelas yang dipertandingkan pada SKDG. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penilitian ini adalah sebagai berikut: (1) Mengetahui waktu persiapan tanding, waktu pelaksanaan tanding, dan waktu pascatanding yang diperlukan untuk satu pertandingan SKDG pada masing-masing kelas. (2) Mengetahui perbedaan waktu persiapan tanding, waktu pelaksanaan tanding, dan waktu pascatanding dari setiap kelas yang dipertandingkan pada SKDG. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian adalah sebagai bahan pertimbangan atau referensi dalam menyusun acara dan manajemen dalam penyelenggaraan SKDG pada berbagai kelas, sehingga rangkaian acara tersebut dapat terlaksana dengan baik dengan waktu yang efektif dan efisien. 1.5 Kerangka Pemikiran Domba Garut adalah domba asli dari Jawa Barat yang memiliki ciri khas kombinasi daun telinga rumpung atau ngadaun hiris demgan ekor ngabuntut bagong atau ngabuntut beurit (Heriyadi, 2011). Domba Garut terbagi dalam dua tipe yaitu Domba Garut tipe pedaging dan Domba Garut sebagai ternak kesenangan atau hobi (dikenal dengan Domba Garut Tipe Tangkas atau Domba Aben).
5 SKDG merupakan seni ketangkasan dan pertunjukan rakyat yang berkembang pada masyarakat Sunda, menampilkan ketangkasan rumpun Domba Garut berdasarkan peraturan yang sudah disepakati bersama. SKDG adalah suatu ajang kegiatan peternak domba, untuk menampilkan hasil pemeliharaannya dengan cara ditandingkan yang diiringi oleh seperangkat gamelan, serta di dalamnya terdapat unsur seni pencak silat (Heriyadi., dkk, 2001). Aturan pada Seni Ketangkasan Domba Garut membagi Domba Garut menjadi tiga kelas, yaitu Kelas A, B, dan C berdasarkan bobot badan hasil penimbangan sebelum SKDG berlangsung. Pembagian kelas berdasarkan timbangan adalah Kelas A dengan bobot badan di atas 75,0 Kg, Kelas B dengan bobot badan antara 65,5 Kg 75,0 Kg, dan Kelas C dengan bobot badan di bawah 65,5 Kg. Aturan lain yang diterapkan adalah dilarangnya menandingkan domba dengan selisih bobot lebih dari lima Kg. Hal ini agar Domba Garut memiliki postur tubuh yang seimbang ketika ditangkaskan. Jika selisihnya di bawah 5 Kg tapi berbeda kelas, pasangan Domba tersebut akan dimasukkan ke dalam kelas yang lebih tinggi. Jumlah tumbukan (pukulan) adalah 20 tumbukan untuk semua kelas, dengan mulai penilaian setelah tumbukan ke tujuh atau mulai tumbukan ke delapan. Penilaian ini dilakukan oleh tiga juri yang bertugas langsung di pekalangan. Kegiatan menangkaskan domba berawal ketika sifat-sifat agresif yang dimiliki domba-domba jantan, menggugah dan membangkitkan keinginan anakanak gembala untuk menangkaskan domba-domba yang diangonnya dengan domba angonan anak gembala lainnya, dan ini dilakukan di sela-sela waktu menyabit rumput atau menuggu waktu sampai sore hari. Mereka sering terlambat pulang ke rumah yang akhirnya diketahui oleh orang tua mereka atau pemilik domba masingmasing. Hal ini menandakan bahwa kegiatan menangkaskan domba membutuhkan
6 waktu yang cukup lama sehingga dibutuhkan pula manajemen waktu yang baik dalam mengangkaskan domba (Heriyadi, 2011). Manajemen waktu adalah tindakan atau proses pribadi dengan memanfaatkan analisis perencanaan dan menjalankan kontrol secara sadar atas jumlah waktu yang dihabiskan untuk kegiatan tertentu, terutama untuk meningkatkan efisiensi atau produktivitas. Manajemen waktu dapat dibantu oleh berbagai keterampilan, peralatan, dan teknik yang digunakan untuk mengatur waktu saat menyelesaikan tugas khusus dan tujuan sesuai dengan deadline (Haynes, 1994). Lamanya penyelenggaraan suatu rangkaian Seni Ketangkasan Domba Garut tidak dapat ditentukan secara pasti. Hal ini bergantung atas jumlah peserta yang ikut pada acara tersebut. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk satu pertandingan akan berbeda-beda pada tiap pasang Domba Garut mengingat kondisi masing-masing Domba Garut yang berbeda-beda pula. Hal ini menuntut penyelenggaraan SKDG memiliki manajemen waktu yang baik agar semua rangkaian acara dapat terlaksana dengan baik. Seni Ketangkasan Domba Garut selalu menarik perhatian masyarakat khususnya daerah Jawa Barat, sehingga peserta yang mengikuti SKDG ini sangat banyak. Waktu yang dibutuhkan untuk satu pertandingan adalah berkisar 3 5 menit. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah tumbukan dan jarak ancang-ancang Domba Garut ketika ditangkaskan. Jika ancang-ancang domba semakin jauh, maka waktu yang dibutuhkan akan semakin lama. Jumlah tumbukan maksimal adalah 20 tumbukan, namun tidak sedikit pemilik yang menangkaskan dombanya kurang dari 20 tumbukan dengan pertimbangan wasit sesuai dengan kondisi domba saat ditangkaskan. Hal lain yang dapat mempengaruhi waktu tanding adalah perbedaan
7 kelas, karena semakin besar bobot badan domba maka akan semakin lambat larinya. Berdasarkan hasil pengamatan penulis di lapangan, semakin banyak tumbukan maka akan semakin banyak pula waktu yang diperlukan untuk satu pertandingan. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI), jumlah peserta SKDG Piala Presiden 2017 paling sedikit dalam satu babak kualifikasi adalah 84 ekor atau 42 pasang domba, sehingga membutuhkan waktu penyelenggaraan sekitar 5 jam. Jumlah peserta SKDG Piala Presiden 2017 paling banyak dalam satu babak kualifikasi adalah 328 ekor atau 164 pasang domba, sehingga membutuhkan waktu penyelenggaraan sekitar 9 jam. Ratarata peserta SKDG Piala Presiden tahun 2017 yang dilaksanakan sebanyak sembilan babak kualifikasi adalah sebanyak 232 ekor atau 116 pasang domba per babak kualifikasi, sehingga waktu penyelenggaraan yang dibutuhkan sekitar 8 jam. Tidak adanya aturan mengenai waktu tanding dalam SKDG terkadang membuat peserta tidak sempat menampilkan Domba Garut miliknya karena waktu yang tidak memungkinkan, seperti pada babak kualifikasi SKDG Piala Presiden 2017 yang dilaksanakan di Pamidangan Genteng Kabupaten Sumedang sebanyak 311 peserta dan Pamidangan Cilengkrang Kota Bandung sebanyak 328 peserta. Banyak peternak yang kecewa karena pulang kembali sebelum menangkaskan dombanya, padahal telah mengeluarkan biaya yang cukup mahal untuk membiayai dombanya sampai di tempat SKDG. Jika peserta SKDG sangat banyak, maka rangkaian acara SKDG tersebut dibagi menjadi dua hari kegiatan dalam satu rangkaian SKDG. Berdasarkan uraian tersebut, waktu yang diperlukan untuk satu pertandingan SKDG adalah 3-5 menit, dan waktu penyelenggaran satu rangkaian
8 SKDG dengan jumlah peserta 42-164 pasang domba adalah 5-9 jam bergantung waktu tanding SKDG pada berbagai kelas yang bervariasi. 1.6 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada Hari Sabtu dan Minggu, 25-26 November 2017 di Kantor DPC HPDKI Kabupaten Sumedang, Jl. Sindanglaya, Desa Sindangsari, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.