PENDAHULUAN. Domba Garut sebagai ternak asli Indonesia merupakan salah satu sumber

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

PENDAHULUAN. Domba mempunyai arti penting bagi kehidupan dan kesejahteraan

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

PENDAHULUAN. Populasi domba terbesar terdapat di Kabupaten Garut yang termasuk salah

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Keragaman wilayah di muka bumi menyebabkan begitu banyak rumpun

PENDAHULUAN ekor di Tahun 2016 (Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh,

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu,

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. domba yang tersebar di seluruh dunia. Sampai saat ini tercatat 245 rumpun

HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING

TINJAUAN UMUM SENI KETANGKASAN DOMBA GARUT

PENDAHULUAN. mendorong para peternak untuk menghasilkan ternak yang berkualitas. Ternak

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

Hubungan Antara Bobot Potong... Fajar Muhamad Habil

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF SUMBER DAYA GENETIK DOMBA GARUT JANTAN TIPE TANGKAS DI JAWA BARAT. Heriyadi, D., Sarwesti, A., dan Nurachma, S.

Bibit domba Garut SNI 7532:2009

BAB I PENDAHULUAN. Garut merupakan sebuah kabupaten yang berada di Jawa Barat. Kabupaten

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Domba yang digunakan untuk penelitian adalah Domba Garut jantan

BAB III Hadiah Dalam Adu Ketangkasan Domba ( Studi Kasus Desa Wanaraja Kecamatan Wanaraja Kabupaten Garut)

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Destri Srimulyan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Ketersediaan bibit domba yang berkualitas dalam jumlah yang

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (tekstil) khusus untuk domba pengahasil bulu (wol) (Cahyono, 1998).

Seleksi Awal Performa Calon Bibit Domba Garut Anisa Pusparini

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 359/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PENETAPAN RUMPUN KAMBING SABURAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2389/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN DOMBA SAPUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penggemukan domba dilakukan guna memenuhi. konsumsi, aqiqah, dan qurban. Perusahaan terletak di Kampung Dawuan Oncom,

I PENDAHULUAN. Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di

KARAKTERISASI MORFOLOGI DOMBA ADU

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancabolang, Bandung. Tempat pemotongan milik Bapak Saepudin ini

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

I PENDAHULUAN. terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Kebutuhan protein hewani dari

SUMBER GENETIK TERNAK JAWA BARAT

Karakteristik Sifat Kualitatif Domba Di Ex Upt Pir Nak Barumun Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padanglawas. Aisyah Nurmi

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1055/Kpts/SR.120/10/2014 TENTANG

PENDAHULUAN. dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2841/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN SAPI PERANAKAN ONGOLE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

PERSYARATAN MUTU BENIH DAN/ATAU BIBIT TERNAK HASIL PRODUKSI DI DALAM NEGERI. No Nomor SNI Jenis Benih dan/atau Bibit Ternak

ABSTRAK PERANCANGAN MEDIA GRAFIS PROMOSI KEGIATAN TRADISIONAL KETANGKASAN DOMBA DI BANDUNG. Oleh Jessen Budi Aryanto NRP

Babak Semifinal (Essay)

PERATURAN LOMBA KATEGORI I LOMBA ROBOTIKA JAWA BARAT

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

Identifikasi Sifat-sifat Kualitatif Domba Garut Jantan Tipe Tangkas (Qualitative Traits Identification of Bantam Type Garut Ram)

SNI 7325:2008. Standar Nasional Indonesia. Bibit kambing peranakan Ettawa (PE)

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kecamatan Leles dan Desa Dano

BAB I PENDAHULUAN. permintaan sangat tinggi. Banyaknya para pencari kroto di alam yang tidak

MOEHI NATIONAL COMPETITION 2017 PR IPM SMA MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA

DESKRIPSI SOSIOLOGIS KINERJA PETERNAKAN DOMBA GARUT TANGKAS DAN UPAYA PEMBERDAYAAN SERTA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETERNAKNYA

PENDAHULUAN. atau kuda Sandelwood Pony, hasil perkawinan silang kuda poni lokal (grading

I. PENDAHULUAN. Lampung (2009), potensi wilayah Provinsi Lampung mampu menampung 1,38

PROPOSAL PELATIHAN WASIT JURI PENCAK SILAT KABUPATEN SLEMAN

I. PENDAHULUAN. Kambing merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara dan dikembang

PENDAHULUAN. terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar

Seiring dengan perkembangan zaman, desain kebaya

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

Tennr Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 Skala usaha penggemukan berkisar antara 5-10 ekor dengan lama penggemukan 7-10 bulan. Pakan yan

HASIL DAN PEMBAHASAN. koordinat 107º31-107º54 Bujur Timur dan 6º11-6º49 Lintang Selatan.

JUKLAK JUKNIS LOMBA DEBAT EKONOMI BISNIS GEBYAR ADMINISTRASI BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI

TINJAUAN PUSTAKA. Rataan sifat-sifat kuantitatif domba Priangan menurut hasil penelitian Heriyadi et al. (2002) terdapat pada Tabel 1.

KLASIFIKASI PENGGEMUKAN KOMODITAS TERNAK SAPI Oleh, Suhardi, S.Pt.,MP

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sumba Timur terletak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur

METODE. Lokasi dan Waktu

PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tabel.1 Data Populasi Kerbau Nasional dan Provinsi Jawa Barat Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2008

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

BAB I PENDAHULUAN. Protein hewani merupakan salah satu nutrisi yang sangat dibutuhkan

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4.

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Sekretariat : Jl. Pemuda Blok C. Gedung PKM Lt. II Universitas Mataram Contact Person : Nila ( ), Imam ( ) PROPOSAL

PENDAHULUAN. percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Hal ini sudah mulai terlihat dari alunan musikalnya yang unik, dengan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

I. PENDAHULUAN. potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan

Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun Tentang : Standardisasi Nasional

Penyimpangan Bobot Badan Kuda Lokal Sumba menggunakan Rumus Lambourne terhadap Bobot Badan Aktual

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

Rini Ramdhiani Muchtar, Bandiati, S K P, Tita D. Lestari Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Sumedang ABSTRAK

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

Transkripsi:

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba Garut sebagai ternak asli Indonesia merupakan salah satu sumber daya genetik yang sangat berharga, baik sebagai sumber pendapatan petani peternak maupun sumber protein hewani. Asal-usul perkembangan Domba Garut diyakini merupakan domba yang berasal dari daerah Cibuluh, Cikandang, dan Cikeris Kecamatan Cikajang, serta Kecamatan Wanaraja. Keyakinan tersebut dilandasi oleh faktor sejarah, teori genetik, dan fakta pengembangan Domba Garut di Jawa Barat (Heriyadi, dkk, 2009). Domba Garut memiliki keunggulan dibandingkan domba lainnya. Keunggulan Domba Garut di antaranya memiliki performa yang baik seperti postur tubuh yang lebih besar dan gagah. Hal ini ditambah dengan keindahan yang khas, jika dilihat dari raut wajah dan tanduk yang melambangkan keberanian dan kejantanannya, sehingga Domba Garut dijadikan sebagai ternak kesayangan (fancy). Beberapa keunggulan tersebut dapat menjadikan Domba Garut memiliki nilai ekonomis yang tinggi dibandingkan domba lainnya. Sejalan dengan hal tersebut, Domba Garut harus dilestarikan agar sifat unggul yang dimilikinya tidak hilang dan tidak punah. Salah satu cara melestarikan Domba Garut ini adalah dengan cara melaksanakan Seni Ketangkasan Domba Garut (SKDG), sehingga mutu genetik Domba Garut dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan, karena peternak akan berlomba-lomba menghasilkan Domba Garut yang berkualitas tinggi agar nilai ekonomisnya menjadi meningkat seiring prestasinya dalam kegiatan SKDG.

2 SKDG yang umumnya dilaksanakan di Jawa Barat merupakan suatu ajang kegiatan peternak Domba Garut untuk menampilkan hasil pemeliharaannya dan penyaluran hobi, dengan cara ditandingkan yang diiringi oleh seperangkat gamelan (Nayaga), serta di dalamnya terdapat unsur seni pencak silat (Heriyadi., dkk, 2001). Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI) telah mengembangkan dan melestarikan budaya khas Jawa Barat dengan cara menyelenggarakan SKDG dengan kemasan yang menarik, dengan aturan yang dibakukan, sehingga menjadi hiburan sekaligus kegiatan yang positif bagi masyarakat. SKDG memiliki komponen-komponen penting yang di antaranya adalah pamilon (peserta), perangkat pertandingan, dan nayaga. Pamilon terdiri atas pemilik domba, pendamping domba, bobotoh, dan Domba Garut. Mereka memiliki peran penting dalam SKDG, karena selain sebagai peserta mereka juga mampu menciptakan suasana yang ramai ketika SKDG berlangsung. Perangkat pertandingan pun memiliki peran penting dalam SKDG, karena mereka yang memimpin jalannya pertandingan SKDG dan mengambil segala keputusan ketika domba tersebut ditangkaskan. Pamilon dan perangkat pertandingan merupakan komponen penting dalam SKDG, terkadang mereka dapat menghambat jalannya SKDG tersebut. Bobotoh yang tidak tertib ketika mendukung domba dapat mengganggu jalannya pertandingan. Perangkat pertandingan yang salah dalam mengambil keputusan pun dapat menghambat jalannya SKDG. Kedua hal tersebut dapat mempengaruhi waktu berjalannya rangkaian SKDG menjadi terlambat dan tidak sesuai dengan agenda yang direncanakan. Waktu tanding adalah waktu yang diperlukan oleh sepasang Domba Garut untuk menyelesaikan satu pertandingan ketangkasan Domba Garut. SKDG dibagi ke dalam beberapa kelas, yaitu Kelas A, B, dan C. Kelas ini ditentukan berdasarkan

3 bobot badan dari Domba Garut yang ditangkaskan. Setiap kelas akan memiliki waktu tanding yang beragam, karena adanya faktor yang menjadi penentu waktu tanding, misalnya teknik Pamidangan dan jarak Domba Garut dalam mengambil ancang-ancang ketika ditangkaskan. Respon masyarakat terhadap SKDG ini sangat baik, sehingga peserta yang mengikuti acara SKDG sangat banyak, bahkan terkadang ada peserta yang tidak jadi menangkaskan dombanya, karena waktu yang tidak memungkinkan terkait dengan jumlah peserta yang terlalu banyak. Hal ini terjadi karena belum adanya gambaran waktu yang dibutuhkan untuk suatu pertandingan SKDG dalam aturan pertandingan yang telah dibakukan oleh HPDKI. Faktor yang mempengaruhi waktu tanding di antaranya adalah jumlah tumbukan, ancang-ancang domba, dan pemijatan domba. Manajemen waktu SKDG pada berbagai kelas sangat penting untuk diketahui agar kualitas tanding menjadi lebih meningkat. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian Waktu Tanding Seni Ketangkasan Domba Garut Berbagai Kelas pada Piala Dekan Universitas Padjadjaran 2017 penting untuk dilakukan, sehingga diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan, serta acuan untuk membuat dan mempertimbangkan waktu tanding yang dibutuhkan terkait acara SKDG agar lebih efektif dan efisien. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut: (1) Berapa lama waktu persiapan tanding, waktu pelaksanaan tanding, dan waktu pascatanding yang diperlukan untuk satu pertandingan SKDG pada masing-masing kelas.

4 (2) Adakah perbedaan waktu persiapan tanding, waktu pelaksanaan tanding, dan waktu pascatanding dari setiap kelas yang dipertandingkan pada SKDG. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penilitian ini adalah sebagai berikut: (1) Mengetahui waktu persiapan tanding, waktu pelaksanaan tanding, dan waktu pascatanding yang diperlukan untuk satu pertandingan SKDG pada masing-masing kelas. (2) Mengetahui perbedaan waktu persiapan tanding, waktu pelaksanaan tanding, dan waktu pascatanding dari setiap kelas yang dipertandingkan pada SKDG. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian adalah sebagai bahan pertimbangan atau referensi dalam menyusun acara dan manajemen dalam penyelenggaraan SKDG pada berbagai kelas, sehingga rangkaian acara tersebut dapat terlaksana dengan baik dengan waktu yang efektif dan efisien. 1.5 Kerangka Pemikiran Domba Garut adalah domba asli dari Jawa Barat yang memiliki ciri khas kombinasi daun telinga rumpung atau ngadaun hiris demgan ekor ngabuntut bagong atau ngabuntut beurit (Heriyadi, 2011). Domba Garut terbagi dalam dua tipe yaitu Domba Garut tipe pedaging dan Domba Garut sebagai ternak kesenangan atau hobi (dikenal dengan Domba Garut Tipe Tangkas atau Domba Aben).

5 SKDG merupakan seni ketangkasan dan pertunjukan rakyat yang berkembang pada masyarakat Sunda, menampilkan ketangkasan rumpun Domba Garut berdasarkan peraturan yang sudah disepakati bersama. SKDG adalah suatu ajang kegiatan peternak domba, untuk menampilkan hasil pemeliharaannya dengan cara ditandingkan yang diiringi oleh seperangkat gamelan, serta di dalamnya terdapat unsur seni pencak silat (Heriyadi., dkk, 2001). Aturan pada Seni Ketangkasan Domba Garut membagi Domba Garut menjadi tiga kelas, yaitu Kelas A, B, dan C berdasarkan bobot badan hasil penimbangan sebelum SKDG berlangsung. Pembagian kelas berdasarkan timbangan adalah Kelas A dengan bobot badan di atas 75,0 Kg, Kelas B dengan bobot badan antara 65,5 Kg 75,0 Kg, dan Kelas C dengan bobot badan di bawah 65,5 Kg. Aturan lain yang diterapkan adalah dilarangnya menandingkan domba dengan selisih bobot lebih dari lima Kg. Hal ini agar Domba Garut memiliki postur tubuh yang seimbang ketika ditangkaskan. Jika selisihnya di bawah 5 Kg tapi berbeda kelas, pasangan Domba tersebut akan dimasukkan ke dalam kelas yang lebih tinggi. Jumlah tumbukan (pukulan) adalah 20 tumbukan untuk semua kelas, dengan mulai penilaian setelah tumbukan ke tujuh atau mulai tumbukan ke delapan. Penilaian ini dilakukan oleh tiga juri yang bertugas langsung di pekalangan. Kegiatan menangkaskan domba berawal ketika sifat-sifat agresif yang dimiliki domba-domba jantan, menggugah dan membangkitkan keinginan anakanak gembala untuk menangkaskan domba-domba yang diangonnya dengan domba angonan anak gembala lainnya, dan ini dilakukan di sela-sela waktu menyabit rumput atau menuggu waktu sampai sore hari. Mereka sering terlambat pulang ke rumah yang akhirnya diketahui oleh orang tua mereka atau pemilik domba masingmasing. Hal ini menandakan bahwa kegiatan menangkaskan domba membutuhkan

6 waktu yang cukup lama sehingga dibutuhkan pula manajemen waktu yang baik dalam mengangkaskan domba (Heriyadi, 2011). Manajemen waktu adalah tindakan atau proses pribadi dengan memanfaatkan analisis perencanaan dan menjalankan kontrol secara sadar atas jumlah waktu yang dihabiskan untuk kegiatan tertentu, terutama untuk meningkatkan efisiensi atau produktivitas. Manajemen waktu dapat dibantu oleh berbagai keterampilan, peralatan, dan teknik yang digunakan untuk mengatur waktu saat menyelesaikan tugas khusus dan tujuan sesuai dengan deadline (Haynes, 1994). Lamanya penyelenggaraan suatu rangkaian Seni Ketangkasan Domba Garut tidak dapat ditentukan secara pasti. Hal ini bergantung atas jumlah peserta yang ikut pada acara tersebut. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk satu pertandingan akan berbeda-beda pada tiap pasang Domba Garut mengingat kondisi masing-masing Domba Garut yang berbeda-beda pula. Hal ini menuntut penyelenggaraan SKDG memiliki manajemen waktu yang baik agar semua rangkaian acara dapat terlaksana dengan baik. Seni Ketangkasan Domba Garut selalu menarik perhatian masyarakat khususnya daerah Jawa Barat, sehingga peserta yang mengikuti SKDG ini sangat banyak. Waktu yang dibutuhkan untuk satu pertandingan adalah berkisar 3 5 menit. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah tumbukan dan jarak ancang-ancang Domba Garut ketika ditangkaskan. Jika ancang-ancang domba semakin jauh, maka waktu yang dibutuhkan akan semakin lama. Jumlah tumbukan maksimal adalah 20 tumbukan, namun tidak sedikit pemilik yang menangkaskan dombanya kurang dari 20 tumbukan dengan pertimbangan wasit sesuai dengan kondisi domba saat ditangkaskan. Hal lain yang dapat mempengaruhi waktu tanding adalah perbedaan

7 kelas, karena semakin besar bobot badan domba maka akan semakin lambat larinya. Berdasarkan hasil pengamatan penulis di lapangan, semakin banyak tumbukan maka akan semakin banyak pula waktu yang diperlukan untuk satu pertandingan. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI), jumlah peserta SKDG Piala Presiden 2017 paling sedikit dalam satu babak kualifikasi adalah 84 ekor atau 42 pasang domba, sehingga membutuhkan waktu penyelenggaraan sekitar 5 jam. Jumlah peserta SKDG Piala Presiden 2017 paling banyak dalam satu babak kualifikasi adalah 328 ekor atau 164 pasang domba, sehingga membutuhkan waktu penyelenggaraan sekitar 9 jam. Ratarata peserta SKDG Piala Presiden tahun 2017 yang dilaksanakan sebanyak sembilan babak kualifikasi adalah sebanyak 232 ekor atau 116 pasang domba per babak kualifikasi, sehingga waktu penyelenggaraan yang dibutuhkan sekitar 8 jam. Tidak adanya aturan mengenai waktu tanding dalam SKDG terkadang membuat peserta tidak sempat menampilkan Domba Garut miliknya karena waktu yang tidak memungkinkan, seperti pada babak kualifikasi SKDG Piala Presiden 2017 yang dilaksanakan di Pamidangan Genteng Kabupaten Sumedang sebanyak 311 peserta dan Pamidangan Cilengkrang Kota Bandung sebanyak 328 peserta. Banyak peternak yang kecewa karena pulang kembali sebelum menangkaskan dombanya, padahal telah mengeluarkan biaya yang cukup mahal untuk membiayai dombanya sampai di tempat SKDG. Jika peserta SKDG sangat banyak, maka rangkaian acara SKDG tersebut dibagi menjadi dua hari kegiatan dalam satu rangkaian SKDG. Berdasarkan uraian tersebut, waktu yang diperlukan untuk satu pertandingan SKDG adalah 3-5 menit, dan waktu penyelenggaran satu rangkaian

8 SKDG dengan jumlah peserta 42-164 pasang domba adalah 5-9 jam bergantung waktu tanding SKDG pada berbagai kelas yang bervariasi. 1.6 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada Hari Sabtu dan Minggu, 25-26 November 2017 di Kantor DPC HPDKI Kabupaten Sumedang, Jl. Sindanglaya, Desa Sindangsari, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.