RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 71/PHPU.D-XI/2013 Tentang Keberatan Atas Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Kabupaten Empat Lawang I. PARA PIHAK A. Pemohon H. Budi Antoni Aljufri dan H.Syahrial Hanafia. (Pasangan Calon Nomor Urut 1) B. Termohon Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Empat Lawang II. OBJEK PERMOHONAN Berita Acara Rekapitulasi tanggal 12 Juni 2013 tentang Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Empat lawang di Tingkat Kabupaten oleh KPU Kabupaten Empat Lawang. Keputusan KPU Kabupaten Empat Lawang Nomor 33/Kpts/KPU.Kab/ 006.946730/VI/2013 tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Empat Lawang Tahun 2013 tertanggal 12 Juni 2013. III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI 1. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 24c ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945) dan pasal 10 ayat (1) huruf d Undangundang Nomor: 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (selanjutnya disebut UU MK), serta pasal 29 ayat (1) Undang-undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, salah satu kewenangan Mahkamah Konstitusi adalah memeriksa, mengadili dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum; 2. Bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor: 15 Tahun 2011 tersebut pada Pasal 236C Undang-Undang Nomor: 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor: 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah mengatur bahwa : "Penanganan sengketa hasil perhitungan suara oleh Mahkamah Agung dialihkan kepada Mahkamah Konstitusi paling lambat 18 bulan sejak berlakunya undang-undang ini yakni sejak diundangkan".
Maka pada tanggal 29 Oktober 2008, Ketua Mahkamah Agung dan Ketua Mahkamah Konstitusi telah menandatangi Berita Acara Pengalihan Wewenang Mengadili sebagaimana pelaksanaan ketentuan Pasal 236C Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tersebut; 3. Bahwa melalui Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah (PMK15/2008) maka kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam memutus perselisihan tentang hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah, yang semula menjadi kewenangan Mahkamah Agung dilaksanakan sebagaimana mestinya sebagai tindak lanjut dari ketentuan Pasal 10 ayat (1) huruf d Undang-Undang Mahkamah Konstitusi menyatakan: "Mahkamah konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum" 4. Bahwa selain itu, dari beberapa kali putusan Mahkamah dalam perkara sebelumnya, seperti Perkara Nomor: 41/ PHPU.D-VII/2008 dan Perkara Nomor: 57/PHPU.D-VII/2008, dapat disarikan bahwa Mahkamah sebagai pengawal konstitusi sekaligus pengawal demokrasi, maka Mahkamah tidak saja berwenang memeriksa, mengadili dan memutus sengketa hasil pemilihan umum (Pemilukada) dalam arti teknis matematis, tetapi juga berwenang menilai dan memberikan keadilan terhadap pelanggaran-pelanggaran yang menyebabkan terjadinya hasil penghitungan suara yang kemudian dipersengketakan. Dalam pertimbangan hukum perkara Nomor: 41/PHPU.DVI/2008, Mahkamah menyatakan bahwa; "... Dengan demikian, tidak satupun pasangan calon pemilihan umum yang boleh diuntungkan dalam perolehan suara akibat terjadinya pelanggaran konstitusi dan prinsip keadilan dalam penyelenggaraan pemilihan umum..., maka mahkamah memandang perlu menciptakan terobosan guna memajukan demokrasi dan melepaskan diri dari kebiasaan praktek pelanggaran sistimetis, terstruktur dan masif seperti perkara a quo". Demikan pula dalam pertimbangan hukum perkara Nomor: 57/PHPU.DVI/2008, Mahkamah menyatakan bahwa: "... Berdasarkan konstitusi dan UU MK yang menempatkan Mahkamah sebagai pengawal konstitusi, Mahkamah berwenang memutus perkara pelanggaran atas prinsip prinsip pemilu dan pemilukada yamg diatur dalam UUD 1945 dan UU Nomor 32 tahun 2004"
Selain itu Mahkamah juga pernah memutus terkait perkara sengketa PHPUD, dengan pertimbangan hukum bahwa dalam mengawal konstitusi, Mahkamah tidak dapat membiarkan dirinya dipasung oleh keadilan prosedural (procedural justice) semata- mata, melainkan juga keadilan substansial; 5. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut maka menurut Pemohon, Mahkamah Konstitusi berwenang untuk memeriksa, mengadili dan memutus Perselisihan tentang Hasil Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Empat Lawang Tahun 2013 yang Pemohon ajukan. IV. KEDUDUKAN PEMOHON (LEGAL STANDING) Bahwa PEMOHON adalah pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati dalam Pemilihan umum Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Empat Lawang Tahun 2013 yang memenuhi syarat berdasarkan keputusan TERMOHON Nomor: 26/Kpts/KPU-Kab-006.946730-2013 tertanggal Selasa, 18 April 2013, tentang Penetapan Pasangan Calon Yang Memenuhi Syarat Sebagai Peserta pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Empat Lawang Tahun 2013 V. TENGGAT PENGAJUAN PERMOHONAN 1. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 5 ayat (1) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor: 15 Tahun 2008 Tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, permohonan diajukan paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah TERMOHON menetapkan hasil perhitungan suara, sehingga 3 hari kerja yang dimaksud oleh Peraturan Mahkamah tersebut (sejak dikeluarkan ketetapan tanggal 12 Juni 2013 (hari Rabu) oleh TERMOHON) adalah dalam hitungan waktu: hari Kamis, tanggal 13 Juni 2013, hari Jum at 14 Juni 2013 dan hari Senin tanggal 17 Juni 2013; 2. Bahwa PERMOHONAN pembatalan Terhadap Berita Acara Rekapitulasi tanggal, 12 Juni 2013 tentang Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Empat Lawang di Tingkat Kabupaten oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Empat Lawang juncto Keputusan KPU Kabupaten Empat Lawang Nomor: 33/Kpts/KPU-Kab/006.946730/VI/2013 tanggal, 12 Juni 2013 Tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Empat Lawang Tahun 2013
Oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Empat Lawang telah diajukan PEMOHON pada tanggal, 17 Juni 2013 di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, sehingga permohonan pembatalan PEMOHON masih dalam tenggang waktu pengajuan permohonan; VI. ALASAN PERMOHONAN 1. Pelanggaran yang dilakukan Termohon dengan beberapa cara, diantaranya adalah; a. Bahwa telah terjadi pelanggaran tata cara pelaksanaan rekapitulasi penghitungan perolehan suara di tingkat PPK Kecamatan Muara Pinang berupa PPK Kecamatan Muara Pinang melanjutkan pelaksanaan rekapitulasi penghitungan perolehan suara tanpa dihadiri oleh saksi Pemohon, padahal sebelumnya telah disepakati di tunda pelaksanaannya oleh Ketua PPK (ic. Selaku Pimpinan Pleno) ke tanggal 10 Juni 2013 dengan alasan di dalam dan di luar ruangan rapat tidak kondusif dengan banyaknya massa yang hadir membawa senjata tajam, berdasarkan tindakan PPk tersebut maka Pemohon sudah melaporkan kepada Panwaslu Kabupaten Empat Lawang dengan nomor 11/BERHASIL/VI/2013 tertanggal 9 Juni 2013 dan direspon oleh Panwaslu melalui surat nomor 053/Panwaslu/EL/VI/2013 tertanggal 10 Juni 2013 yang pada pokoknya merekomendasikan KPU Kab.Empat Lawang untuk menindaklanjuti laporan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, tetapi hal itu diabaikan oleh Termohon. b. Bahwa terjadi penambahan suara yang dilakukan oleh Pasangan Calon Nomor Urut 2 (dua) yang juga diketahui oleh Termohon dibeberapa Kecamatan khususnya di Kecamatan Muara Pinang. 2. Pelanggaran yang dilakukan Pasangan Calon Nomor Urut (2) antara lain; a. Bahwa Pasangan Calon Nomor Urut 2 mengerahkan para Kepala Desa agar mengarahkan masyarakat untuk memilih Pasangan Calon Nomor Urut 2 (dua). b. Adanya pelarangan dan pengusiran kepada saksi Pemohon untuk menyaksikan proses rekapitulasi di tingkat desa/kelurahan dan kecamatan yang disertai ancaman oleh Tim Sukses Pasangan Calon Nomor Urut 2. c. Bahwa pada tanggal 9 Juni 2013 Tim Sukses Pasangan Calon Nomor Urut 2 telah melakukan intimidasi atau ancaman dengan kekerasan kepada PPK Muara Pinang dan Saksi Pemohon pada saat dilakukan rapat Pleno PPK Muara Pinang.
VII. PETITUM Berdasarkan hal hal yang telah diuraikan PEMOHON diatas, dengan ini perkenankan kami memohon Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia untuk memutus dengan amar sebagai berikut : 1. Menerima dan mengabulkan permohonan PEMOHON untuk seluruhnya; 2. Menyatakan batal demi hukum Berita Acara Rekapitulasi tanggal, 12 Juni 2013 tentang Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Empat Lawang di Tingkat Kabupaten oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Empat Lawang juncto Keputusan KPU Kabupaten Empat Lawang Nomor: 33/Kpts/KPU-Kab/006.946730/VI/2013 tanggal, 12 Juni 2013 Tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Empat Lawang Tahun 2013 Oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Empat Lawang; 3. Membatalkan Keputusan KPU Kabupaten Empat Lawang Nomor: 33/Kpts/KPUKab/006.946730/VI/2013 tanggal, 12 Juni 2013 Tentang Penetapan Pasangan Calon Terpilih Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Empat Lawang Tahun 2013; 4. Menetapkan Perhitungan Perolehan Suara yang benar dalam Pemilihan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Empat Lawang adalah sebagai berikut: No Perolehan Suara Menurut KPU (TERMOHON) Nama Calon 1 H. BUDI ANTONI ALJUFRI H.SYAHRIL HANAFIAH dan 2 H. JONCIK MUHAMMAD, S.Si, SH, MM dan Drs. ALI HALIMI 62.039 3 H. SYAMSUL BAHRI dan H.AHMAD FAHRURUZAM 3.443 63.385 5. Memerintahkan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Empat Lawang untuk menerbitkan Surat Keputusan Penetapan Pasangan Calon Nomor Urut 1 (satu)
atas nama H. BUDI ANTONI ALJUFRI dan H.SYAHRIL HANAFIAH sebagai Pemenang dalam Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Empat Lawang tahun 2013. Atau : Apabila Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon Putusan yang seadiladilnya