BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah rusak atau hilangnya jaringan tubuh yang terjadi karena adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh. Faktor tersebut seperti trauma, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Bentuk dari luka berbeda tergantung penyebabnya, ada yang terbuka dan tertutup. Salah satu contoh luka terbuka adalah insisi yang merupakan robekan linier pada kulit dan jaringan di bawahnya. Salah satu contoh luka tertutup adalah pembuluh darah yang pecah menyebabkan berkumpulnya darah di bawah kulit atau yang disebut hematoma. 1 Luka memberikan angka morbiditas yang cukup besar di seluruh dunia. Prevalensi luka terbanyak di dunia adalah luka akibat operasi yaitu 110 juta kasus per tahun sedangkan luka akibat trauma 1,6 juta kasus per tahun, luka bakar 1,25 juta orang, luka kronik 6,5 juta orang, sedangkan persentase luka akibat kecelakaan lalu lintas 1,02% dan luka akibat non kecelakaan lalu lintas 0,4%. 2 Tubuh memiliki respon fisiologis terhadap luka yakni penyembuhan luka. Proses penyembuhan luka terdapat hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodelling atau resolusi jaringan. Seringkali luka tidak ditangani secara cepat, sehingga dapat menyebabkan komplikasi. Salah satu komplikasi yang paling sering ditemui adalah infeksi. 3 Pengendalian infeksi yang tidak benar, dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. Infeksi luka pasca operasi merupakan salah satu masalah dalam praktek pembedahan. Pada tahun 2002 Centers for Disease Control Prevention (CDC) memperkirakan angka kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit 1,7 juta orang dan 99 ribu orang meninggal karena infeksi luka operasi. 4 Pengobatan luka sebagai penanganan pertama agar tidak terjadi infeksi antara lain menggunakan antiseptik seperti povidone iodine atau feracrylum. Povidone iodine merupakan obat luka yang beredar dan dikenal masyarakat, tetapi memiliki 1
2 beberapa kekurangan. Povidone iodine yang memiliki efek antimikroba masih menjadi perdebatan karena menimbulkan efek nekrosis pada penelitian in vitro tingkat sel. 5 Obat luka lainnya yang dapat digunakan adalah feracrylum. Feracrylum 1% digunakan untuk membersihkan luka seperti bisul, luka robek, luka setelah operasi dan sebagai larutan antiseptik pada luka bakar dan memiliki efek bakterisidal, meningkatkan re-epitelisasi serta hemostasis topikal. Dilema yang terdapat pada obat luka menyebabkan perlu adanya alternatif pengobatan yang lain seperti menggunakan tanaman herbal. 6 Tanaman herbal pada saat ini merupakan salah satu agen yang dapat menyembuhkan luka dan mudah dicari oleh masyarakat karena ketersediannya yang demikian banyak seperti umbi wortel, rimpang kunyit, daun sendok, herba sambiloto dan akar jombang. Pada penelitian ini, tanaman herbal yang digunakan untuk diteliti adalah umbi wortel dan rimpang kunyit. Wortel dan kunyit ini sering digunakan masyarakat sebagai bahan masakan. 7 Umbi wortel (Daucus carota L.) berkhasiat sebagai antiseptik, memperkuat fungsi hati, melancarkan kencing, membuang zat tak berguna melalui ginjal, laksatif, dan melindungi tubuh dari bahan kimia beracun. Wortel mengandung air, protein, karbohidrat, lemak, serat, abu, nutrisi anti kanker, gula alamiah (fruktosa, sukrosa, dekstrosa, laktosa dan maltose), pektin, glutation, mineral (kalsium, fosfor, besi, kalium, natrium, magnesium, kromium), vitamin (beta karoten, B1 dan C) serta asparagin. Beta karoten mengandung antioksidan. Jika tubuh memerlukan vitamin A maka beta karoten di hati akan diubah menjadi vitamin A. Fungsi vitamin A dapat mencegah buta senja, mempercepat penyembuhan luka, dan mempersingkat lamanya sakit campak. 8 Rimpang kunyit (Curcuma longa L.) berefek antara lain sebagai antioksidan, anti inflamasi, antibakteri, antiulkus dan gastroprotektif. Kandungan kimia kunyit terdiri atas karbohidrat (69,4%), protein (6,3%), lemak (5,1%), mineral (3,5%), dan moisture (13,1%). Minyak atsiri (5,8%) dihasilkan dengan destilasi uap dari rimpang yaitu α-phellandrene (1%), sabienene (0,6%), cineol (1%), borneol (0,5%), zingiberene (25%), sesquiterpines (53%). curcumin (diferuloylmethane) (3-4%) merupakan komponen aktif dari kunyit yang berperan untuk warna
3 kuning, dan terdiri atas curcumin I (94%), curcumin II (6%) dan curcumin III (0,3%). 9,10 Penelitian mengenai umbi wortel oleh Dian Nusabela Safitri (2009) telah dilakukan di Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta pada penyembuhan luka bakar kelinci. Hasil penelitian menunjukkan umbi wortel memiliki efek penyembuhan pada luka bakar sepanjang 2 cm setelah 16 hari dengan menggunakan konsentrasi gel 3%. 11 Penulis menggunakan air perasan umbi wortel terhadap Penelitian mengenai rimpang kunyit yang berasal dari daerah garut oleh Arni (2013) telah dilakukan di Fakultas Kedokteran pada penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster. Hasil penelitian tersebut menunjukkan pada hari ketiga atau keempat secara klinis luka sudah menutup dengan menggunakan konsentrasi 10%, 20% dan 30%. 12 Penulis menggunakan air perasan rimpang kunyit yang berasal dari daerah Lembang, Bandung dengan lokasi luka yang berbeda. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin melihat perbandingan efek air perasan umbi wortel dan efek air perasan rimpang kunyit terhadap penyembuhan luka, dan juga dibandingkan dengan pembanding feracrylum. 1.2 Identifikasi masalah Identifikasi masalah ini berdasarkan latar belakang tersebut adalah : 1. Apakah air perasan umbi wortel (Daucus carota L.) berefek mempercepat 2. Apakah air perasan rimpang kunyit (Curcuma longa L.) berefek mempercepat 3. Apakah efek penyembuhan luka insisi menggunakan air perasan umbi wortel (Daucus carota L.) lebih kuat dibandingkan dengan air perasan rimpang kunyit (Curcuma longa L.) pada mencit Swiss Webster.
4 4. Apakah air perasan umbi wortel (Daucus carota L.) mempunyai efek yang sama kuat dengan feracrylum 1% dalam mempercepat penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster. 5. Apakah air perasan rimpang kunyit (Curcuma longa L.) mempunyai efek yang sama kuat dengan feracrylum 1% dalam mempercepat penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster. 1.3 Maksud dan Tujuan 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud penelitian ini untuk mengetahui efek air perasan umbi wortel dan air perasan rimpang kunyit dalam penyembuhan luka sehingga dapat digunakan sebagai salah satu obat alternatif untuk mempercepat penyembuhan luka. 1.3.2 Tujuan Penelitian Jika mengacu pada identifikasi masalah sebelumnya, tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui efek air perasan umbi wortel dan air perasan rimpang kunyit dalam mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster. 2. Membandingkan efek air perasan umbi wortel dan rimpang kunyit dalam mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster. 3. Membandingkan efek air perasan umbi wortel, rimpang kunyit dan feracrylum dalam mempercepat penyembuhan luka insisi mencit Swiss Webster. 1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah 1.4.1 Manfaat Akademik Manfaat akademik penelitian ini untuk menambah wawasan dan pengetahuan farmakologi tanaman obat tradisional terutama air perasan umbi wortel dan air
5 perasan rimpang kunyit yang digunakan untuk mempercepat penyembuhan luka serta perbandingan efeknya satu sama lain dan dengan feracrylum. 1.4.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis penelitian ini untuk memberikan informasi pada masyarakat luas tentang umbi wortel (Daucus carota L.) dan rimpang kunyit (Curcuma Longa L.) yang dapat mempercepat penyembuhan luka dan perbandingan efeknya sehingga dapat digunakan sebagai obat alternatif untuk penyembuhan luka dan memberi masukan pada masyarakat agar dapat melakukan pemilihan tanaman obat tradisional. 1.5 Kerangka Pemikiran/Landasan Teori & Hipotesis Penelitian 1.5.1 Kerangka Pemikiran Proses penyembuhan luka terdapat 4 fase : hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodelling/ resolusi jaringan. 3 Umbi wortel mengandung: beta karoten, flavonoid, kalsium, vitamin C, dan saponin, sedangkan rimpang kunyit mengandung: curcumin, dan minyak atsiri. Beta karoten pada umbi wortel akan diubah menjadi vitamin A yang berfungsi untuk mempercepat penyembuhan luka, menjaga kesehatan kulit, dan membantu pertumbuhan sel-sel baru. 8 Flavonoid berfungsi sebagai antiinflamasi dengan menghambat aktivitas enzim siklooksigenasi (COX) dan lipooksigenasi, menghambat akumulasi leukosit, degranulasi neutrofil, dan pelepasan histamin. 13 Kalsium merangsang pelepasan fosfolipida tromboplastin yang mengatalisis protrombin menjadi trombin dan membantu fibrinogen menjadi fibrin sebagai pembekuan darah dan penyembuhan luka. 14 Vitamin C membantu dalam pembentukan kolagen, mempercepat proses penyembuhan luka, daya melawan infeksi dan sebagai antioksidan. 15 Saponin berperan sebagai antiseptik, dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme sehingga dapat mempercepat fase hemostasis dan inflamasi dari proses penyembuhan luka. 16
6 Curcumin pada rimpang kunyit berfungsi sebagai antioksidan dan antiinflamasi dengan cara menginhibisi enzim siklooksigenase-2 dan menghambat aktivasi nuclear factor kappab (NFkB) sehingga fibroblast pada daerah luka akan mempercepat kontraksi luka dan migrasi sel-sel. 17 Minyak atsiri berfungsi sebagai anti septik, antibakteri, dan antifungi. 18 1.5.2 Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah : 1. Air perasan umbi wortel (Daucus carota L.) berefek mempercepat 2. Air perasan rimpang kunyit (Curcuma longa L.) berefek mempercepat 3. Efek penyembuhan luka insisi menggunakan air perasan umbi wortel (Daucus carota L.) lebih kuat dibandingkan dengan air perasan rimpang kunyit (Curcuma longa L.) pada mencit Swiss Webster. 4. Air perasan umbi wortel (Daucus carota L.) mempunyai efek yang sama kuat dengan feracrylum 1% dalam mempercepat penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster. 5. Air perasan rimpang kunyit (Curcuma longa L.) mempunyai efek yang sama kuat dengan feracrylum 1% dalam mempercepat penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster.