BAB I PENDAHULUAN. berusia 7 sampai dengan 12 tahun. Anak yang berada pada kelompok ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi

BAB I PENDAHULUAN. sekolah 6-12 tahun. Anak sekolah mempunyai karakter mudah terpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup,

BAB I PENDAHULUAN. mampu berperan secara optimal dalam pembangunan. Karena peranan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara

BAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB I PENDAHULUAN. Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan syarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirumah atau di tempat berjualan dan disajikan dalam wadah atau sarana penjualan di

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam memilih jenis makanan yang di konsumsi. Kecukupan

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang dimulai sejak janin berada di kandungan sampai anak berusia 2 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah remaja

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan arah pembangunan nasional. Salah satunya adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang bermutu. Menurut data United Nations Development Program

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) generasi. penerus bangsa yang potensinya perlu terus dibina dan dikembangkan.

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah. menurunkan angka kematian anak (Bappenas, 2007). Kurang gizi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS),

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. medis maupun pelayanan kesehatan saja (Supariasa dkk, 2012). Menurut

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan. tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia.

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III ( Tiga ) Kesehatan Bidang Gizi.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia di masa depan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan percepatan pertumbuhan dan pematangan (Hurlock,

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang

BAB I PENDAHULUAN. fisik. Pertumbuhan anak pada usia balita sangat pesat sehingga memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. yang gemuk. Kekurangan dan kelebihan gizi sama-sama berdampak negatif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rangka mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas, terlebih pada

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

BAB I PENDAHULUAN. Fase remaja merupakan fase dimana fisik seseorang terus tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan. Gizi menjadi penting bagi anak sekolah karena selain dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan anak yang berada pada usia sekolah yaitu. antara 6-12 tahun (Adriani dan Wirjatmadi, 2012).

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, karena masalah kesehatan menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan manusia. (1)

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 (Hardinsyah, 2012). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah. remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan perkembangannya.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan prevalensi balita gizi pendek menjadi 32% (Kemenkes RI, 2010).

Melewatkan sarapan dapat menyebabkan defisit zat gizi dan tidak dapat mengganti asupan zat gizi melalui waktu makan yang lain (Ruxton & Kirk, 1997;

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu keluarga, masyarakat maupun pemerintah harus memberikan

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas anak sebagai penerus bangsa (1). Periode seribu hari,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. usia matang dan secara hukum diakui hak-haknya sebagai warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional di bidang kesehatan adalah upaya yang. dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. yang berusia antara satu sampai lima tahun. Masa periode di usia ini, balita

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Manusia dalam menjalankan kehidupannya. akan tetapi manusia dapat hidup berminggu-minggu tanpa makan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 2008 karena penurunan ekonomi global.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat. tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah didefinisikan sebagai kelompok individu yang berusia 7 sampai dengan 12 tahun. Anak yang berada pada kelompok ini mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat setelah masa balita sehingga sangat penting dalam memerhatikan kesehatan untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal (Briawan, 2016). Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan yang dinyatakan dalam ukuran panjang, berat, besar, jumlah, fungsi tingkat sel, usia tulang serta keseimbangan metabolik tubuh. Perkembangan berkaitan dengan pematangan suatu fungsi organ tubuh terutama pematangan sistem saraf pusat (Supariasa, 2012). Tumbuh kembang anak akan mempengaruhi salah satu aspek penting anak usia sekolah yaitu perkembangan kognitif yang akan berdampak pada prestasi belajar (Aprilia, 2011). Prestasi belajar menggambarkan penilaian seseorang dalam memahami materi pelajaran yang diperoleh selama mengikuti pelajaran disekolah. Prestasi belajar yang diperoleh siswa dapat dinilai setelah diadakan evaluasi dan akan sebanding dengan tingkat pemahaman informasi yang diperoleh (Hamdu & Agustina, 2011). Prestasi belajar yang tidak optimal dalam jangka panjang akan menjadi permasalahan bagi kualitas sumber daya manusia dan akan menjadi hambatan bagi negara dalam mencerdaskan bangsa melalui bidang pendidikan. Prestasi belajar yang baik tidaklah mudah diperoleh

karena banyak faktor yang mempengaruhinya, sehingga sering kali prestasi belajar siswa menjadi tidak optimal (Sinaga, 2016). Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah status gizi (Legi, 2012). Anak dengan status gizi normal memiliki nutrisi yang cukup di dalam tubuh yang dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, salah satunya yaitu perkembangan otak. Nutrisi yang cukup menyebabkan pematangan fungsi otak berlangsung dengan baik sehingga dapat mengoptimalkan kognitif anak (Kar dkk, 2008). Sementara nutrisi yang kurang dalam jangka waktu yang lama menyebabkan pertumbuhan badan tidak optimal dan ukuran otak mengecil (Cakrawati & Mustika, 2014). Indeks TB/U dapat digunakan sebagai indikator status gizi yang menggambarkan prestasi belajar. Indeks TB/U dapat menggambarkan status gizi pada masa lampau yang memberi dampak dalam jangka waktu panjang. Hal ini berkaitan dengan fungsi otak yang perkembangannya dimulai sejak masa kehamilan hingga anak berusia 3 tahun (Cakrawati & Mustika, 2014). Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan fakta yang memprihatinkan tentang status gizi dimana secara Nasional berdasarkan indeks TB/U prevalensi pendek pada anak usia 5-12 tahun sebesar 30,7% yang terdiri dari 12,3% sangat pendek dan 18,4% pendek. Prevalensi pendek dan sangat pendek di Provinsi Jawa Tengah pada anak usia 5 12 tahun masing-masing sebesar 18% dan 9%. Prevalensi anak usia 5 18 tahun di Surakarta yang termasuk kategori pendek sebesar 17,6% dan sangat pendek 3,6%. 2

Status gizi kurang mengindikasikan bahwa tubuh kekurangan zat gizi, salah satunya yaitu protein yang berperan dalam pembentukan antibodi, sehingga apabila terjadi kekurangan protein akan mengakibatkan rendahnya kemampuan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi (Muchtadi, 2009). Data Riskesdas 2013 menunjukkan persentase penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), pneumonia, tuberkulosis paru dan diare pada anak usia 5 14 tahun masing masing sebesar 27,8%, 3,7%, 0,3% dan 6,2%. Penyaki infeksi ini menyebabkan anak mudah lelah, lemah dan sakit yang akhirnya dapat mempengaruhi prestasi belajar karena anak menjadi sering absen sekolah, sulit dalam memahami pelajaran hingga sering kali anak terpaksa tinggal kelas (Sinaga, 2016). Hasil penelitian Ivanovic dkk (2002) menunjukkan adanya hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar yang ditunjukkan dengan nilai p 0,048. Penelitian Simbolon dkk (2014) di SD Negeri Parapat Simalungun juga menunjukkan terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar dengan nilai p sebesar 0,012, sedangkan hasil penelitian Wahyuni (2004) ) di SD Taqwiyatul Wathon Tambak Lorok Semarang Utara menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara status gizi dengan prestasi belajar anak sekolah dasar dengan nilai p sebesar 0,001. Prestasi belajar juga dapat dipengaruhi oleh kebiasaan jajan (Aprilia, 2011). Konsumsi makanan jajanan banyak dilakukan oleh anak sekolah karena tidak adanya program khusus dari pihak sekolah yang menyediakan makanan bagi siswa. Selain itu, banyak anak yang memiliki 3

kebiasaan tidak sarapan (Nirmala, 2010). Hasil penelitian Faizah (2012) pada anak SD di Surakarta Jawa Tengah menunjukkan bahwa sebanyak 67% siswa tidak terbiasa sarapan. Sarapan dapat menyediakan energi berupa glukosa yang merupakan nutrisi bagi kerja otak sehingga dapat mempengaruhi kecerdasan (Muchtar dkk, 2011). Makanan jajanan memiliki peran penting dalam memberikan sumber energi dan gizi bagi anak sekolah. Anak yang tidak biasa sarapan akan menjadikan makanan jajanan sebagai makanan yang pertama masuk ke dalam tubuh. (Briawan, 2016). Sistem saraf pusat dapat bekerja dengan tersedianya glukosa. Glukosa yang cukup akan mengoptimalkan pasokan glukosa ke otak. Sebaliknya akan terjadi gangguan pasokan glukosa ke otak jika glukosa berkurang. Tubuh memiliki simpanan glikogen sebagai cadangan energi yang sewaktuwaktu dapat diubah menjadi glukosa. Namun jika simpanan glikogen habis, tubuh dapat kesulitan untuk memasok glukosa yang dibutuhkan bagi kerja otak (Muchtar dkk, 2011). Akibatnya badan menjadi gemetar, cepat lelah, dan gairah belajar menurun (Khomsan, 2003). Anak-anak di Amerika Serikat diketahui mengonsumsi makanan jajanan sebanyak tiga kali per hari dan memenuhi 27% kebutuhan anak usia sekolah (Piernas & Popkin, 2010). Anak sekolah di Australia juga cukup sering mengonsumsi makanan jajanan, dimana sebanyak 65% anak mengonsumsi makanan jajanan setidaknya seminggu sekali dan 20% anak-anak mengonsumsi setiap hari (Sanigorski dkk, 2007). Hasil penelitian Faizah (2012) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kebiasaan jajan dengan prestasi belajar siswa 4

yang ditunjukkan dengan nilai p sebesar 0,001, hasil penelitian Muchtar dkk (2011) pada remaja di Kecamatan Pahandut Kota Palangka Raya juga menunjukkan terdapat hubungan antara makanan jajanan dengan kemampuan konsentrasi belajar. SD Negeri Karangasem 3 Surakarta dipilih sebagai lokasi penelitian. Beberapa alasan yang mendasari penelitian dilakukan di sekolah tersebut yaitu berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 7 Agustus 2017 menunjukkan masih cukup banyak ditemukan siswa dengan status gizi dibawah normal berdasarkan indeks TB/U, dimana dari 25 siswa yang diteliti terdapat 9 siswa (36%) dengan status gizi pendek, 20 siswa (80%) yang memiliki kebiasaan jajan setiap hari, 25 siswa (100%) membawa uang saku, 22 siswa (88%) yang tidak sarapan dan 14 siswa (56%) yang memiliki nilai prestasi belajar kurang dilihat dari nilai rata-rata rapor siswa. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Status Gizi dan Kebiasaan Jajan dengan Prestasi Belajar Siswa SD Negeri Karangasem 3 Surakarta. B. Rumusan Masalah 1. Apakah ada hubungan antara status gizi berdasarkan indeks TB/U dengan prestasi belajar siswa SD Negeri Karangasem 3 Surakarta? 2. Apakah ada hubungan antara kebiasaan jajan dengan prestasi belajar siswa SD Negeri Karangasem 3 Surakarta? 5

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan status gizi berdasarkan indeks TB/U dan kebiasaan jajan dengan prestasi belajar siswa SD Negeri Karangasem 3 Surakarta. 2. Tujuan khusus a. Mendeskripsikan status gizi berdasarkan indeks TB/U siswa di SD Negeri Karangasem 3 Surakarta. b. Mendeskripsikan kebiasaan jajan siswa di SD Negeri Karangasem 3 Surakarta. c. Mendeskripsikan prestasi belajar siswa di SD Negeri Karangasem 3 Surakarta. d. Menganalisis hubungan status gizi berdasarkan indeks TB/U dengan prestasi belajar siswa SD Negeri Karangasem 3 Surakarta. e. Menganalisis hubungan kebiasaan jajan dengan prestasi belajar siswa SD Negeri Karangasem 3 Surakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi wawasan mengenai faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak dan memberi informasi kepada pihak sekolah agar memperhatikan status gizi dan kebiasaan jajan anak sehingga dapat memperoleh prestasi yang optimal. 6

2. Bagi Dinas Kesehatan Hasil penelitian dapat dijadikan pertimbangan dalam merencanakan program perbaikan gizi anak sekolah untuk meningkatkan status gizi siswa, terutama bagi anak yang kurang gizi. 3. Bagi peneliti lain Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan hubungan status gizi dan kebiasaan jajan dengan prestasi belajar. E. Ruang Lingkup Penelitian ini dibatasi pada pembahasan mengenai hubungan status gizi berdasarkan indeks TB/U dan kebiasaan jajan dengan prestasi belajar siswa SD Negeri Karangasem 3 Surakarta. Ruang lingkup waktu pada penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2017 - Oktober 2018 bertempat di SD Negeri Karangasem 3 Surakarta dengan responden siswa kelas IV dan V. 7