BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang bermutu tinggi serta unggul dalam segala bidang yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad ke-21 ini, telah memasuki suatu rentangan waktu yang

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

LAMPIRAN. PDF created with FinePrint pdffactory Pro trial version

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju. dengan tata cara hidup orang dewasa (Ali dan Ansori, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik.

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh dinamika-dinamika untuk mengakarkan diri dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam Undang- undang Republik Indonesia No. 20 tahun tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 yaitu :

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengerjakan tugas-tugas studi, baik itu yang bersifat akademis maupun non

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Kunandar (2009) merupakan investasi Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan. para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas. sumber daya manusia. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi

BAB I PENDAHULUAN. menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tinggi (KBBI, 1991). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

Kuesioner A. PROKRASTINASI AKADEMIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama.

BAB I PENDAHULUAN. menemukan pribadinya di dalam kedewasaan masing-masing individu secara maksimal,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting

BAB 1 PENDAHULUAN. ditentukan namun kualitas dari tugas masing-masing mahasiswa cenderung

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi atau Institut dalam era globalisasi saat ini memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan dapat bertanggung jawab di dunia sosial. Mengikuti organisasi

[ISSN VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini

LAMPIRAN 1 KUESIONER FAKTOR-FAKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK SEBELUM UJI COBA. No. Pernyataan SS S N TS STS

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan pendidikan manusia bisa menyikapi keadaan perkembangan zaman

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, mencerdaskan seluruh kehidupan bangsa dijadikan salah satu

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tugas. Terkadang manusia merasa semangat untuk melakukan sesuatu namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuju masa dewasa. Pada masa remaja banyak sekali permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk membagi waktunya dengan baik dalam menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

Data Pribadi. Kelas/No. Absen. Alamat/Telp :... Pendidikan Ayah/Ibu. c. di bawah rata-rata kelas. Kegiatan yang diikuti di luar sekolah :.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah adalah pendidikan yang dijalankan setelah selesai

Nomor : Fakultas : Angkatan / Semester : Status : Bekerja / Tidak Bekerja (Lingkari yang sesuai) PETUNJUK PENGISIAN

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan sebagai sebuah genre atau jenis permainan, sebuah mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin mengedepankan pendidikan sebagai salah satu tolak ukur dan

BAB I PENDAHULUAN. demikian untuk sebagian orang lainnya. Betapa sering kita mendengar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat mendasar dan penting bagi perkembangan suatu bangsa dan merupakan salah satu faktor penentu maju tidaknya suatu bangsa. Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Hal tersebut sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Tantangan nyata yang dihadapi bangsa Indonesia untuk mencapai kemajuan bangsa yang bermutu tinggi yaitu menciptakan pendidikan yang berkualitas. Dengan pendidikan yang berkualitas, maka akan tercipta sumber daya manusia yang bermutu tinggi serta unggul dalam segala bidang yang dapat dijadikan sebagai modal pembangunan nasional. Akan tetapi, terwujudnya pendidikan yang berkualitas membutuhkan upaya yang terus menerus untuk selalu meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan pada semua jenjang pendidikan. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan 1

2 dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas seluruh komponen pendidikan. Salah satu komponen pendidikan adalah siswa. Siswa merupakan individu yang secara sadar berkeinginan untuk mengembangkan potensi dirinya, baik jasmani maupun rohani melalui proses kegiatan belajar mengajar. Belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan yang relatif permanen dalam perilaku, sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahan perilaku yang bersifat positif yang berorientasi pada aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Pada kenyataannya proses kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa terkadang menghadapi sebuah hambatan. Pada umumnya para siswa sering mengeluh mengenai permasalahan seperti ketidaknyamanan dengan kondisi sekolah, cara guru mengajar, tugas yang dianggap terlalu banyak sehingga menimbulkan rasa malas untuk belajar. Rasa malas untuk belajar yang terjadi pada siswa tidak jarang mengakibatkan adanya tugas-tugas sekolah yang tertunda bahkan terbengkalai dan kurangnya persiapan belajar untuk menghadapi ujian. Dalam bidang psikologi perilaku menunda-nunda tersebut dikenal dengan istilah prokrastinasi. Siswa yang cenderung melakukan tindakan prokrastinasi umumnya ditandai dengan adanya penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan pekerjaan pada tugas yang dihadapi, keterlambatan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual, serta melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus

3 dikerjakan. Umumnya para siswa cenderung melakukan tindakan prokrastinasi dalam mengerjakan tugas dan menunda belajar ketika akan dilaksanakan ujian. Para siswa selalu mencari alasan untuk tidak segera mengerjakan tugas, padahal mereka menyadari bahwa ada tugas penting yang harus diselesaikan. Akan tetapi, mereka lebih memilih untuk melakukan kegiatan lain yang lebih menyenangkan dan mendatangkan hiburan. Berdasarkan hasil penelitian Sudayat N. Akhmad dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, memburuknya prestasi akademik mahasiswa bisa dipicu faktor prokrastinasi dengan gejalanya, antara lain perfeksionis, cemas terhadap penilaian, takut akan tugas, ketergantungan bantuan, dan malas. Jadi, bukan semata faktor kognitif. Dalam kondisi ini, tindakan mengeluarkan mahasiswa (drop out) dianggap kurang bijaksana. Hanya sebuah jalan pintas. Selain langkah proaktif mahasiswa, upaya mengatasi dampak fatal prokrastinasi ini yaitu dengan memaksimalkan fungsi dosen pembimbing akademik 1. Tindakan prokrastinasi tersebut menimbulkan berbagai konsekuensi negatif terhadap siswa yang melakukannya, seperti tugas-tugas terbengkalai, menyelesaikan tugas yang kurang maksimal, waktu menjadi terbuang sia-sia, bahkan berdampak pada penurunan prestasi akademik. Selain itu juga, prokrastinasi akan berdampak buruk pada kondisi fisik dan psikologis siswa seperti menimbulkan kecemasan, tingkat stres yang tinggi dan kesehatan yang buruk. Mengingat begitu besarnya dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh prokrastinasi maka hendaknya segera diatasi sejak dini sehingga tidak 1 ITB Bakal Berlakukan Sistem Akademis Ketat, (http://nasional.kompas.com/read/2008/01/24/19342238). Diakses pada tanggal 30 Maret 2013.

4 berdampak lebih buruk terhadap prestasi akademik siswa. Karena apabila seseorang sudah melakukan prokrastinasi akademik pada masa remaja, kemungkinan pada saat ia menginjak ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi maka tingkat prokrastinasi akademiknya akan semakin meningkat. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Solomon dan Rothblum, tingkat prokrastinasi akademik seseorang akan semakin meningkat seiring dengan semakin lamanya studi seseorang 2. Prokrastinasi dapat dipengaruhi beberapa hal, baik dari dalam diri individu maupun dari luar diri individu. Hal-hal yang memengaruhi prokrastinasi dari dalam diri individu diantaranya yaitu kepercayaan diri siswa yang rendah, semangat belajar yang rendah, dan siswa belum mampu untuk mengatur waktu belajarnya sendiri. Sedangkan hal-hal yang dapat memengaruhi prokrastinasi dari luar diri individu yaitu pola asuh orang tua yang kurang tepat. Hal pertama yang mengakibatkan siswa melakukan prokrastinasi adalah rasa tidak percaya pada diri siswa itu sendiri. Dalam proses pembelajaran sering kali timbul permasalahan siswa merasa tidak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan ataupun menghadapi ujian. Sehingga orang tua pun memiliki peranan penting untuk memotivasi anaknya untuk menghadapi ujian dengan baik. Menurut Ridwan, salah seorang psikolog, mengatakan bahwa, 2 Ana Nurul Ismi Tamami, Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Self Regulated Learning Terhadap Prokrastinasi pada Siswa MTs Negeri 3 Pondok Pinang, Skripsi (Tidak Diterbitkan), Jakarta : Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

5 orang tua sudah selayaknya memotivasi buah hatinya yang akan bertarung menghadapi soal-soal Ujian Nasional (UN) guna menentukan kelulusannya nanti. Orang tua pun mencemaskan nasib buah hatinya saat UN nanti. Karena itu, orang tua harus lebih dapat mengendalikan diri. Karena apabila anak maupun orang tua merasa tegang, maka hal ini dapat menjadi beban mental bagi anak. Selain itu juga, akan membuat anak diliputi tekanan yang dapat berakibat fatal yaitu depresi. Akibat yang tak kalah fatal lainnya adalah anak akan kehilangan rasa percaya dirinya untuk menghadapi UN dan merasa tidak mampu. Sehingga, peran orang tua sangat penting untuk menanamkan rasa percaya diri dan meminta anak untuk belajar dengan berproses atau mengulang, bukan dengan sistem kebut semalam (SKS). 3 Penyebab lainnya dapat dilihat dari karakteristik perkembangan psikomotorik remaja usia sekolah mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Mereka cenderung lebih banyak mengisi waktunya dengan bermain atau menonton televisi daripada belajar. Apalagi saat ini dengan banyaknya saluran televisi yang dapat dipilih, membuat siswa lebih senang untuk menonton televisi. Banyaknya program hiburan di televisi membuat seorang siswa lupa akan kewajibannya, sehingga waktunya sering terbuang dengan sia-sia untuk mengerjakan tugas sekolahnya. Selain televisi, komputer dan video game juga memiliki daya tarik bagi anak sehingga memengaruhi jadwal kehidupan anak sehari-hari. Menurut data AAP Committee on Public Education 2001 menunjukkan bahwa, anak-anak usia 2-18 tahun menghabiskan rata-rata 6,5 jam/hari menggunakan media hiburan seperti televisi, video, video game, media cetak, radio, musik, permainan komputer dan internet, lebih banyak waktunya daripada kegiatan lain selain tidur. 4 3 Tya. Siswa Harus Percaya Diri. 2013. (http://www.jambi-independent.co.id/). Diakses pada tanggal 15 April 2013. 4 Wiwik Widiyati. Anakku Ketagihan Playstation. (http://majalahembun.com). Diakses pada tanggal 30 Maret 2013)

6 Hal tersebut mengakibatkan semangat belajar mereka semakin lama semakin menurun. Perhatian anak menjadi lebih terpusat pada acara di televisi daripada belajar, sehingga tugas sekolah menjadi tertunda bahkan menjadi terbengkalai. Hal selanjutnya yang dapat memengaruhi siswa melakukan prokrastinasi yakni berawal dari ketidakmampuan membedakan dan mengatur mana pekerjaan yang penting dan pekerjaan kurang penting serta menempatkan pada skala prioritas yang tidak tepat, mana pekerjaan yang mendesak dan mana yang tidak sehingga membuat siswa mengalami kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Hal ini disebabkan oleh siswa yang belum mampu untuk mengatur waktu dalam belajar. Biasanya anak-anak senang menunda-nuda suatu pekerjaan. Beberapa anak mengatakan lebih suka mengerjakan suatu pekerjaan atau tugas dari sekolah menjelang detik-detik terakhir karena dirasa lebih efektif. Seperti halnya kasus Evi, siswi kelas 6 SD yang akan menghadapi ujian negara dan mempunyai banyak tugas akhir tetapi ia mengatakan lebih suka mengerjakannya satu hari sebelum tugas dikumpulkan. Karena membuatnya lebih efektif dan jika ia harus mempresentasikan tugasnya ia tidak lupa karena masih fresh 5. Siswa yang memiliki pengaturan diri yang rendah biasanya lebih bertindak menghindari tugas bahkan malas untuk mengerjakan tugas serta 5 Liliyana Elisetia. Belajar Membagi Waktu. (http://www.refleksiteraphy.com). Diakses pada tanggal 30 Maret 2013)

7 lebih mementingkan pada sesuatu yang lebih menyenangkan. Siswa yang belum mampu mengarahkan dirinya saat belajar dapat dilihat dari ketidakmampuannya untuk merencanakan, mengorganisir, dan mengarahkan diri sendiri dan belum mampu untuk melakukan evaluasi diri pada berbagai tingkatan selama proses perolehan informasi. Adapun siswa yang mampu mengatur dirinya dalam belajar, dia mampu mengarahkan dan perilaku utamanya yang membawa pada tindakan yang positif. Sebagai seorang siswa, yang mampu mengatur dirinya, dia menggunakan waktunya yang sesuai dan mengarahkan pada perilaku yang lebih utama yaitu belajar. Siswa yang memiliki pengaturan diri dalam belajar yang baik, selalu menetapkan tujuan belajarnya secara terinci, dan kemudian memonitor keefektivitasannya dalam belajar terhadap metode atau strategi dan mengevaluasi kembali. Timbulnya perilaku prokrastinasi bukan semata-mata ditentukan oleh hal-hal yang berasal dari dalam diri siswa tersebut saja tetapi dipengaruhi juga oleh lingkungan sekitar. Apabila siswa berkembang di dalam lingkungan masyarakat yang menyadari arti penting pendidikan, tentu siswa tersebut akan lebih giat dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga tidak akan menunda-nunda tugas yang telah diberikan. Pola asuh orang tua juga memiliki peranan penting terhadap perkembangan perilaku anak. Keluarga mempunyai peranan dan tanggung jawab utama atas perawatan dan perlindungan anak sejak bayi. Peran orang tua yang seharusnya adalah sebagai orang pertama dalam meletakkan dasar-

8 dasar pendidikan terhadap anak-anaknya. Akan tetapi pada kenyataannya, orang tua tidak selalu dapat memberikan perhatian yang sepenuhnya terhadap anak-anaknya karena mereka disibukkan dengan kepentingan untuk bekerja maupun kepentingan yang lain. Hal inilah yang terkadang membuat ibu yang bekerja kurang memperhatikan pola belajar anak. Akibatnya, anak menjadi sering menyontek saat diadakan latihan dan evaluasi, mengulur ulur waktu belajar, tidak memedulikan kegiatan belajar mengajar di sekolah, tidak mengerjakan tugas di kelas maupun pekerjaan rumah dan tidak belajar saat di rumah. Siswa yang sering kali mencari perhatian lebih dari gurunya adalah siswa yang pada dasarnya menghadapi kecemasan akan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk diakui atau dihargai upayanya. Seperti halnya pada kasus, seorang siswa kelas 5 SD yang pada saat mengerjakan tugas tampak bingung dan terlambat tetapi jika didekati dan diperhatikan, dia dapat mengerjakan tugasnya dengan sempurna. Anak yang merasa tidak diakui keberadaannya, akan merasa cemas untuk melakukan segala sesuatu sendiri, sering merasa tidak berdaya dan merasa tidak pantas berprestasi. Apalagi jika anak dibesarkan dengan ancaman akan memiliki perasaan cemas dan rasa tidak percaya diri saat mengerjakan tugasnya dan menunda pekerjaannya 6. Orang tua yang selalu memperhatikan anaknya ketika mengerjakan tugas sekolah yang dikerjakan di rumah akan berpengaruh terhadap kebiasaan belajar anaknya. Hal ini akan sangat berpengaruh pula terhadap perilaku prokrastinasi yang cenderung rendah dibandingkan dengan yang tidak diperhatikan oleh orang tua saat mengerjakan tugas di rumah. Sehingga 6 Hari Santoso. Kiat Melejitkan Potensi Belajar Siswa dari Malas Menjadi Prestasi. (http://edukasiwae.blogspot.com). Diakses pada tanggal 30 Maret 2013.

9 dengan kata lain, pola asuh orang tua akan berdampak pada ketercapaian prestasi akademik pada siswa. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil subjek siswa SMK Negeri 40 Jakarta. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL) pada bulan Juli-Desember 2012 di SMK Negeri 40 Jakarta, diketahui bahwa perilaku prokrastinasi menjadi suatu kebiasaan yang sering dilakukan oleh sebagian siswa dalam menghadapi tugas. Para siswa biasanya melakukan prokrastinasi untuk mengerjakan pekerjaan rumah, maupun menunda untuk menghadapi ujian dengan melakukan aktivitas lain. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 11 April 2013 terhadap sebagian siswa kelas XI Akuntansi di SMK Negeri 40 Jakarta, diketahui bahwa para siswa sering melakukan prokrastinasi dengan beberapa alasan antara lain mereka malas untuk mengerjakan tugas, menganggap waktu pengumpulan tugas masih lama, mempunyai kesibukan lain selain mengerjakan tugas serta melakukan aktivitas lain seperti menonton televisi, bermain atau menggunakan internet. Menyadari sangat pentingnya pola asuh orang tua dalam mengurangi kecenderungan siswa untuk melakukan tindakan prokrastinasi, maka peneliti tertarik untuk meneliti masalah hubungan pola asuh orang tua dengan prokrastinasi pada siswa.

10 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dikemukakan faktor faktor yang memengaruhi prokrastinasi siswa adalah sebagai berikut : 1. Kepercayaan diri siswa yang rendah 2. Semangat belajar yang rendah 3. Siswa belum mampu untuk mengatur waktu dalam belajar 4. Pola asuh yang kurang tepat C. Pembatasan Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan tersebut, penelitian ini akan dibatasi pada hubungan antara pola asuh orang tua dengan prokrastinasi pada siswa. Pengukuran dilakukan dengan melihat tingkat pola asuh orang tua yang diukur dengan menggunakan kuesioner berdasarkan indikator pola asuh orang tua yaitu kontrol terhadap perilaku anak, tuntutan terhadap anak, dan sikap orang tua yang berorientasi pada kebutuhan anak. Sedangkan prokrastinasi diukur dengan mengunakan kuesioner berdasarkan indikator prokrastinasi yaitu adanya penundaan terhadap tugas atau aktivitas, adanya keterlambatan dalam mengerjakan tugas, adanya kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual dalam menyelesaikan tugas, dan adanya kecenderungan untuk melakukan aktivitas lain yang dianggap lebih menyenangkan.

11 D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Apakah terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan prokrastinasi pada siswa? E. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoretis Sebagai salah satu bahan acuan keilmuan untuk kepentingan penelitian dalam masalah yang sama atau terkait di masa yang akan datang. 2. Kegunaan Praktis Diharapkan dengan adanya penelitian ini, dapat bermanfaat bagi khalayak umum, serta diharapkan dapat memecahkan masalah bagi berbagai pihak: a. Peneliti Dengan adanya penelitian ini, peneliti dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki ke dalam suatu kegiatan penelitian sekaligus menambah pengetahuan dan wawasan sehingga dapat membantu memberikan input yang bermanfaat bagi pribadi peneliti. b. Mahasiswa Semoga hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi bagi civitas akademik Universitas Negeri Jakarta terutama mahasiswa sehingga dapat dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian - penelitian selanjutnya.

12 c. Sekolah Semoga hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi sekolah, terkait untuk memahami perilaku prokrastinasi yang dilakukan oleh siswa, sehingga dapat mengambil langkah yang tepat untuk mencegah dan menanganinya. d. Orang Tua Semoga penulisan ini dapat menjadi masukan bagi orang tua untuk memilih pola asuh yang tepat bagi anak.