Pengaruh Intellectual Capital, Kualitas Penerapan Good Corporate Governance, dan Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi, persaingan ketat, dan pertumbuhan inovasi yang terusmenerus.

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara baik secara mikro maupun secara makro, karena memiliki fungsi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, karena berfungsi sebagai intermediary institusion yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Analisis. tingkat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian banyak pihak akhir-akhir ini. Tidak sedikit kajian dilakukan di berbagai

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Lampiran 1 Perhitungan Capital Adequacy Ratio (CAR) (Dalam Jutaan Rupiah) Tahun Pos-pos Jumlah Modal Inti.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penting bagi para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak

TINJAUAN PUSTAKA Bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut teori ini, tanggung jawab yang paling mendasar dari direksi adalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH. Oleh : Junaedi,SE,M.Si

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan bagi masyarakat (Kartika dan Hatane, 2013). besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (PSAK No.

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat bertahan dan memenangkan persaingan usaha. Agar dapat terus

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, banyak bank konvensional yang bermasalah akibat negative spread,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan adalah alat ukur yang paling sering igunakan dalam

Tugas Manajemen Risiko NAMA KELOMPOK : 1. Aditya Bangun Subagja Heru Setyawan Ella Rizky Aisah

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Teori yang mendasari penelitian ini adalah Teori Pemangku Kepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

BAB I PENDAHULUAN. keuangannya untuk tetap menjaga kepercayaan dari nasabahnya. Hal ini

Lampiran 1. Perhitungan Nilai CAR BRI periode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KEMAMPULABAAN DAN CAPITAL GAIN SAHAM PADA PERUSAHAAN PERBANKAN TERBUKA DI INDONESIA OLEH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja keuangan bank adalah suatu gambaran sampai mana tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersama-sama guna mengetahui hubungan diantara pos-pos tertentu baik dalam

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. Penilaian harga pasar saham dilakukan oleh shareholders untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keunggulan bersaing. Intellectual capital adalah materi intelektual-pengetahuan,

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA BANK MUAMALAT INDONESIA, BANK SYARIAH MANDIRI, DAN BNI SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. triwulan I dan II 2012, dimana ekonomi tumbuh secara berturut turut sebesar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kondisi perekonomian yang terus berkembang, bank sebagai. lembaga keuangan yang berfungsi sebagai Financial Intermediary atau

BAB I PENDAHULUAN. saing yang lebih tinggi, dan pertumbuhan inovasi yang luar biasa mendorong

I. PENDAHULUAN. satu lembaga keuangan yang paling besar peranannya adalah perbankan. disalurkan kembali kepada komponen penggerak ekonomi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Endang Saryanti (2010) meneliti hubungan intellectual capital dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, karena perbankan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prinsip Islam, yaitu aturan perjanjian (akad) antara bank dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini persaingan ketat yang terjadi dalam dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana telah diubah dengan Bank dalam Pasal 1 ayat (2) UU Nomor 10

SKRIPSI PENGARUH RISIKO KREDIT DAN EFISIENSI OPERASIONAL TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE OLEH

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaannya penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bank Umum Syariah (BUS) Nasional di Indonesia dengan tahun amatan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi bank menurut UU No. 10/1998 tentang Perbankan Pasal 1, yaitu. meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

III. METODE PENELITIAN


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dengan banyaknya pendirian bank-bank. Baik itu bank milik pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran

2015 PENGARUH PEMBIAYAAN BERMASALAH TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA TAHUN

II. TINJAUAN PUSTAKA

2015 PENGARUH PEMBIAYAAN BAGI HASIL TERHADAP PROFITABILITAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karolina, 2014 Pengaruh Kecukupan Modal Terhadap Profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

I. PENDAHULUAN. pada dua alasan utama yaitu adanya pandangan bahwa bunga (interest) pada bank

BAB I PENDAHULUAN. jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat

BAB II LANDASAN TEORI. meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup.

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengharuskan perusahaan-perusahaan mengubah cara mereka menjalankan

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Bank dalam pasal 1 ayat (2) UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NERACA PER 31 MARET 2005 & 2004 (Dalam Jutaan Rupiah) NO POS - POS

SKRIPSI OLEH MEUTHIA ARMAYA

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan bisnis perusahaan-perusahaan asing yang masuk ke Indonesia menuntut

BAB I PENDAHULUAN. business) menjadi bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledgebased

PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI

Analisis Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia (Analysis of Financial Performance of Islamic Commercial Banks in Indonesian)

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk membandingkan suatu kondisi dengan kondisi lainnya, pada penelitian ini yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan),

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan dampak yang luas terhadap sendi- sendi perekonomin dunia

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN DASAR DAN KIMIA DI INDONESIA Oleh : Munfaiqotun Nikmah

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi pada saat sekarang ini telah menyebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiata usahanya. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. keberlanjutan entitas bisnis dan untuk mengukur kemampuan bersaing dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat telah mengalami empat fase ekonomi-sosial sepanjang sejarah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip. 1. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB III METODE PENELITIAN. pemerintah yang terdaftar di Bank Indonesia pada tahun dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan adalah alat ukur yang paling sering igunakan dalam

Transkripsi:

Universitas Sumatera Utara Repositori Institusi USU Departemen Manajemen http://repositori.usu.ac.id Skripsi Sarjana 2018 Pengaruh Intellectual Capital, Kualitas Penerapan Good Corporate Governance, dan Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Indonesia Karina, Casea Universitas Sumatera Utara https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/9461 Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara

SKRIPSI PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL, KUALITAS PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE, DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH INDONESIA OLEH CASEA KARINA 140502114 PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MEDAN 2018

ABSTRAK PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL, KUALITAS PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE, DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH INDONESIA Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Intellectual Capital (VACA, VAHU, STVA), Kualitas Penerapan Good Corporate Governance (Nilai Komposit) dan Struktur Modal (CAR) Terhadap Kinerja Keuangan (ROA) pada perbankan syariah di Indonesia. Penelitian ini adalah penelitian asosiatif dan jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Data yang digunakan diperoleh dari laporan keuangan dan Laporan Pelaksanaan GCG yang telah diaudit pada Bank Indonesia selama periode 2012-2016. Populasi dari penelitian ini adalah bank-bank syariah di Indonesia yang berjumlah 13 bank syariah. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 9 bank syariah. Teknik yang digunakan adalah teknik regresi linear berganda data panel dengan pendekatan Fixed Effect Model. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara VACA, VAHU, STVA, Nilai Komposit dan CAR berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah di Indonesia periode 2012-2016. Secara parsial, VACA dan VAHU berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Kinerja Keuangan (ROA), STVA dan Nilai Komposit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan (ROA) dan CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan (ROA) perbankan syariah Indonesia yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2012-2016. Kata Kunci: Kinerja Keuangan, Intellectual Capital, Kualitas Penerapan Good Corporate Governance dan Struktur Modal, Fixed Effect Model. i

ABSTRACT THE IMPACT OF INTELLECTUAL CAPITAL, THE QUALITY OF THE IMPLEMENTATION OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE, AND THE CAPITAL STRUCTURE TO THE FINANCIAL PERFORMANCE OF SHARIA BANGKING IN INDONESIA The purpose of this research is to examine the impact of Intellectual Capital (VACA, VAHU, STVA), the quality of the implementation of Good Corporate Governance (composite value), and Capital Structure (CAR) to Financial Performance (ROA) of Sharia Banking in Indonesia. This is an associative research and data used in this research were quantitive data, which taken from company s financial statement and implementation report of GCG which audited in Bank Indonesia during 2012-2016. The population in this research is sharia bank in Indonesia which amounted to 13 banks, These are 9 samples. Technique of multiple linear regressions on panel data is used approach using Fixed Effect Model. Simultaneous test in hypothesis results shows that VACA, VAHU, STVA, composite value, and CAR have significant effect to financial performance of Sharia Bank in Indonesia during 2012-2016. Partial test in hypothesis result shows that VACA and VAHU have positive insignificant effect to financial performance (ROA), STVA and composite value have negative significant effect to financial performance (ROA) of Sharia Banking in Indonesia during 2012-2016. Keywords: Financial Performance, Intellectual Capital, The quality of the implementation of Good Corporate Governance, Capital Structure, and Fixed Effect Model. ii

KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta ala atas berkahnya yang berlimpah kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul Pengaruh Intellectual Capital, Kualitas Penerapan Good Corporate Governance dn Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Indonesia untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini peneliti persembahkan untuk Ayahanda Mansyaruddin Lubis dan Ibunda Nurhasanah Padang. Terima kasih telah membesarkan, mendidik, dan memberikan dukungan moral dan materil serta kasih sayang dan doa yang tidak ternilai mulai dari peneliti belajar hingga dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi S1 Manajemen yang selalu setia mendoakan dan membantu dalam penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Dr. Amlys Syahputra Silalahi, SE, M.Si dan Bapak Doli Muhammad Jafar Dalimunthe, SE, M.Si, selaku selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Dr. Amlys Syahputra Silalahi, SE, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi serta saran kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE, MSi, selaku Dosen Penguji I dan Ibu Dra. Lisa iii

Marlina M.Si, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini. 5. Kepada Bapak dan Ibu Dosen Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan memberikan ilmunya kepada peneliti selama mengikuti perkuliahan serta staf dan pegawai yang telah membantu selama proses penulisan skripsi. 6. Kepada Abang peneliti Heru Chakra Lubis dan Adik peneliti Atma Arief Prasetya Lubis. 7. Teman-teman terbaik, Afifah, Gusmila, Junaina, Nadya, Esy dan Munifan yang senantiasa menolong, mendoakan, dan selalu memberikan semangat. 8. Teman-teman seperjuangan di masa kuliah, Ruza, Tiwi, Ara, Halimah, Fathia, Raveena, Fitri, dan Ira, yang selalu memberikan semangat kepada peneliti dalam pengerjaan skripsi ini. 9. Pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Akhir kata peneliti berharap skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan dapat dipergunakan untuk menambah pengetahuan dan bahan masukan bagi penelitian selanjutnya. Medan, Oktober 2018 Peneliti, Casea Karina 140502114 iv

DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 13 1.3 Tujuan Penelitian... 13 1.4 Manfaat penelitian... 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 15 2.1 Intellectual Capital... 15 2.1.1 Pengertian Intellectual Capital... 15 2.1.2 Komponen Intellectual Capital... 16 2.1.3 Islamic Banking-Value Added Intellectual Capital... 17 2.2 Kualitas Penerapan Good Corporate Governance... 22 2.2.1 Pengertian Kualitas Penerapan... 22 2.2.2 Pengertian dan Tujuan Good Corporate Governance... 22 2.2.3 Prinsip Dasar Good Corporate Governance... 23 2.2.4 Struktur Good Corporate Governance Perbankan... 25 2.2.5 Peraturan Bank Indonesia tentang Good Corporate Governance... 26 2.3 Struktur Modal... 28 2.4 Kinerja Keuangan... 31 2.4.1 Pengertian dan Tujuan Kinerja Keuangan... 31 2.4.2 Rasio-rasio Kinerja Keuangan... 32 2.5 Penelitian Terdahulu... 35 2.6 Kerangka Konseptual... 38 2.6.1 Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah... 38 2.6.2 Pengaruh Kualitas Penerapan Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah... 39 2.6.3 Pengaruh Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah... 39 2.8 Hipotesis... 40 i ii iii v vii viii ix v

BAB III METODE PENELITIAN... 41 3.1 Jenis Penelitian... 41 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 41 3.3 Batasan Operasional... 41 3.4 Defenisi Operasional... 42 3.5 Populasi dan Sampel Penelitian... 43 3.6 Jenis dan Sumber Data... 44 3.7 Metode Pengumpulan Data... 45 3.8 Metode Analisis... 45 3.8.1 Statistik Deskriptif... 45 3.8.2 Analisis Regresi Linear Berganda Data panel.. 45 3.8.3 Pemilihan Model Regresi Linear Berganda Data panel... 47 3.9 Uji Asumsi Klasik... 48 3.10 Uji Hipotesis... 51 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 55 4.1 Gambaran Umum Perusahaan... 55 4.2 Analisis Statistik Deskriptif... 64 4.3 Analisis Regresi Data Panel... 65 4.3.1 Pemilihan Model Analisis Regresi Data Panel. 65 4.4 Uji Asumsi Klasik... 68 4.4 Pengujian Hipotesis... 71 4.5 Pembahasan... 68 4.6.1 Pengaruh VACA terhadap ROA... 73 4.6.2 Pengaruh VAHU terhadap ROA... 73 4.6.3 Pengaruh STVA terhadap ROA... 74 4.6.4 Pengaruh Kualitas Penerapan GCG terhadap ROA... 75 4.6.5 Pengaruh CAR terhadap ROA... 76 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 78 5.1 Kesimpulan... 78 5.2 Saran... 78 DAFTAR PUSTAKA... 80 DAFTAR LAMPIRAN... 83 vi

DAFTAR TABEL No. Tabel Judul Halaman 1.1 Jaringan Kantor Individual Perbankan Syariah-SPS November 2017... 2 1.2 VACA, VAHU dan STVA Bank Umum Syariah... 5 1.3 Pembiayaan, CAR dan ROA Bank Umum Syariah... 11 2.1 Nilai Komposit Hasil Pelaksanaan Self Assestment GCG... 27 2.2 Penelitian Terdahulu Mengenai Intellectual Capital, Struktur Modal, Kualiatas Penerapan GCG dan Kinerja Keuangan... 36 3.1 Operasionalisasi Variabel... 42 3.2 Populasi Penelitian... 43 3.3 Sampel Penelitian... 44 4.1 Hasil Statistik Deskriptif Variabel Penelitian... 64 4.2 Hasil Uji Chow... 66 4.3 Hasil Uji Hausman... 66 4.4 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Data Panel... 67 4.5 Uji Heteroskedstisitas... 69 4.6 Uji Autokorelasi... 70 4.7 Uji Multikoliniearitas... 70 4.8 Hasil Uji F... 71 4.9 Hasil Uji t... 72 vii

DAFTAR GAMBAR No. Gambar Judul Halaman 1.1 Profitabilitas Bank Umum Syariah... 4 1.2 Perbandingan Nilai ROA dan VAIC Bank Umum Syariah... 7 1.3 Perbandingan Nilai CAR dan ROA Bank Umum Syariah... 12 2.1 Kerangka Konseptual... 40 4.1 Hasil Uji Jarque-Bera... 69 viii

DAFTAR LAMPIRAN No. Lampiran Judul Halaman 1. Populasi dan Sampel Penelitian... 83 2. Data VACA, VAHU, STVA, NK, CAR, dan ROA... 83 3. Hasil Statistik Deskriptif Variabel Penelitian... 84 4. Hasil Uji Chow... 85 5. Hasil Uji Hausman... 85 6. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Data Panel... 85 7. Hasil Uji Jarque-Bera... 86 8. Hasil Uji Heteroskedastisitas... 86 9. Uji Autokorelasi... 86 10. Uji Multikolinearitas... 86 11. Hasil Uji F... 86 12. Hasil Uji t... 87 ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep keuangan berbasis syariah Islam dewasa ini telah tumbuh secara pesat. Konsep keuangan berbasis syariah Islam sudah diterima secara universal oleh negara-negara Islam di kawasan Asia, Eropa dan Amerika. Hal tersebut ditandai dengan didirikannya berbagai lembaga keuangan syariah dan diterbitkannya berbagai instrumen keuangan syariah. Awalnya di Indonesia perkembangan ekonomi syariah masih diremehkan, tetapi seiring perkembangan keinginan umat muslim yang mendominasi wilayah Indonesia menjadikan keinginan itu berkembang seiring dengan semakin terbukanya pemikiran umat muslim terhadap kegiatan-kegiatan ekonomi yang berdasarkan syariah. Kegiatan bisnis syariah pertama kali dikembangkan dalam bentuk lembaga keuangan perbankan. Meningkatnya pengguna bank syariah dapat dilihat dari jumlah kantor yang tersebar di wilayah Indonesia, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.1. Perbankan syariah nasional di periode Februari 2017 masih tumbuh positif. Sebut saja dari sisi permodalan, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pertumbuhan rasio kecukupan modal bank umum syariah (BUS) tercatat 1,64% secara tahunan yakni menjadi 17,04%. Kemudian, dari segi aset, perbankan syariah mencatatkan Rp. 355,88 triliun. Jumlah ini menyumbangkan kontribusi sebesar 40% untuk industri keuangan syariah nasional. (Sumber: bi.go.id). 1

2 Tabel 1.1 Jaringan Kantor Individual Perbankan Syariah SPS November 2017 Kelompok Bank KPO/KC KCP/UPS KK Bank Umum Syariah 470 1172 175 1. PT. Bank Aceh Syariah 26 86 20 2. PT Bank Muamalat Indonesia 83 155 59 3. PT. Bank Victoria Syariah 8 5-4. PT. Bank BRI Syariah 52 205 12 5. PT. Bank Jabar Banten Syariah 9 56 1 6. PT. Bank BNI Syariah 68 171 18 7. PT. Bank Syariah Mandiri 130 437 54 8. PT. Bank Mega Syariah 28 32 1 9. PT. Bank Panin Dubai Syariah 17 5 1 10. PT. Bank Syariah Bukopin 12 8 4 11. PT. BCA Syariah 12 9 5 12. PT. Maybank Syariah Indonesia 1 - - 13. PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah 24 3 - Unit Usaha Syariah 154 137 52 14. PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk 9 1-15. PT. Bank Permata, Tbk 11 2 1 16. PT. Bank Maybank Indonesia 10 - - 17. PT. Bank CIMB Niaga, Tbk 17-1 18. PT. Bank OCBC NISP, Tbk 10 - - 19. PT. Bank Sinarmas 34 2 10 20. PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk 23 36 6 21. PT. BPD DKI 3 12 5 22. PT. BPD Daerah Istimewa Yogyakarta 1 3 5 23. PT. BPD Jawa Tengah 4 10 9 24. PT. BPD Jawa Timur, Tbk 7 8-25. PT. BPD Sumatera Utara 5 17-26. PT. BPD Jambi 1 - - 27. PT. BPD Sumatera Barat 3 6-28. PT. BPD Riau dan Kepulauan Riau 2 4 1 29. PT. BPD Sumatera Selatan dan Bangka Belitung 3 2 4 30. PT. BPD Kalimantan Selatan 2 9 1 31. PT. BPD Kalimantan Barat 1 4 5 32. PT. BPD Kalimantan Timur 2 14 2 33. PT. BPD Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat 4-1 34. PT. BPD Nusa Tenggara Barat 2 7 1 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 97-178 TOTAL 721 1309 405 Sumber: Statistik Perbankan Syariah, November 2017 Menurut OJK intermediasi perbankan syariah masih berjalan baik, ini

3 tercermin dari Financing Deposit Ratio (FDR) untuk Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) yang berada di posisi 87,45%. Beban Operasional dan Pendapatan Operasional tercatat 89,22% turun 175 basis poin dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. (Sumber: bi.go.id) Namun, perkembangan bank syariah nasional pada tahun 2017 lalu memang masih jauh dari harapan. Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga tahun 2017 aset perbankan syariah baru mencapai 5,18% dari total nilai aset perbankan secara nasional. Hal tersebut membuat, Indonesia hanya mampu berada di urutan ke-9 dari 10 negara Islam lainnya, jika dilihat dari sisi aset industri jasa keuangan syariah. (Sumber: ojk.go.id) Sebagai salah satu lembaga keuangan, bank perlu menjaga kinerjanya agar dapat beroperasi secara optimal. Indikator dari kinerja suatu perusahaan salah satunya adalah profitabilitas. Profitabilitas merupakan kemampuan manejemen dalam menghasilkan laba. Salah satu proksi yang tepat untuk mengukur profitabilitas suatu bank adalah dengan melihat besar kecilnya Return on Assets (ROA) bank tersebut. Return on Assets (ROA) menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan income (pendapatan) dari pengelolaan aset yang dimiliki bank tersebut. Berikut ini penjelasan mengenai besar kecilnya nilai Return on Assets (ROA) terhadap suatu bank: (Dendawijaya, 2003) 1. Semakin besar nilai Return on Assets (ROA) suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai suatu bank. 2. Semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai suatu bank, maka semakin baik pula posisi bank tersebut dari sisi penggunaan aset.

4 Gambar 1.1 menunjukkan perkembangan profitabilitas Bank Umum Syariah pada Tahun 2012 sampai tahun 2016. Sumber: ojk.go.id Gambar 1.1 Profitabilitas Bank Umum Syariah Dari sisi rentabilitas, laba bersih Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di tahun 2016 tercatat sebesar Rp. 2,09 triliun atau meningkat sebesar 17,33% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu nilai Return on Assets (ROA) di tahun laporan mengalami peningkatan dari 0,84% pada tahun 2015 menjadi 0,94% pada tahun laporan 2016, lebih baik dibandingkan dengan perbankan nasional yang mengalami penurunan ROA dari 2,32% di 2015 menjadi 2,23% di 2016. Kinerja bank umum syariah dapat dinilai melalui berbagai macam variabel yang diambil dari laporan keuangan bank umum syariah. Laporan keuangan tersebut mengasilkan sejumlah rasio keuangan yang dapat membantu para pemakai laporan keuangan dalam menilai kinerja bank syariah. Adapun rasio keuangan yang

5 dihasilkan dari laporan keuangan bank umum syariah seperti VACA-IB, VAHU- IB, STVA-IB serta rasio CAR. Selain itu laporan mengenai pelaksanaan Good Corporate Governance juga dapat memberikan pengaruh terhadap kinerja bank umum syariah. Intellectual capital tentu saja berkaitan erat dengan sumber daya manusia dalam perusahaan. Dalam Akuntansi, intellectual capital dikategorikan ke dalam kelompok aset tidak berwujud. Akan tetapi, pada kenyataannya peran manusia sebagai human capital belum diperlakukan sebagaimana aset yang lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan. Hal ini dibuktikan dari masih jarangnya perusahaan yang memiliki perencanaan karir untuk semua pekerja yang telah lama mengabdikan dirinya pada perusahaan. Padahal, manusia memiliki potensi yang sangat besar jika dikembangkan, juga memiliki sifat yang dinamis dan bergerak, maju, tumbuh dan berkembang. (Rivai, 2010). Berikut Tabel 1.2 yang menjelaskan besaran VACA, VAHU, dan STVA dari bank umum syariah yang dijadikan sampel penelitian, di mana dalam Tabel 1.2 hanya menjelaskan nilai intellectual capital dari 5 bank umum syariah mewakili 9 sampel penelitian lainnya. Tabel 1.2 VACA, VAHU dan STVA Bank Umum Syariah NAMA BANK TAHUN VACA VAHU STVA VAIC BANK VICTORIA SYARIAH BANK BCA SYARIAH 2012 0,807 5,112 0,804 6,723 2014 1,407 8,260 0,879 10,546 2015 1,518 9,411 0,894 11,823 2016 1,003 7,176 0,861 9,039 2012 0,778 6,069 0,835 7,682 2013 1,047 7,626 0,869 9,542 2014 0,833 9,622 0,896 11,351 2015 0,490 7,504 0,867 8,860

6 Lanjutan Tabel 2.1 NAMA BANK TAHUN VACA VAHU STVA VAIC 2016 0,561 7,642 0,869 9,073 2012 2,339 8,758 0,886 11,983 BANK BNI SYARIAH 2013 1,483 4,193 0,761 6,438 2014 1,133 2,639 0,621 4,393 2015 1,479 3,317 0,699 5,495 2016 1,670 3,339 0,701 5,710 2012 2,096 14,187 0,930 17,212 2013 1,768 9,901 0,899 12,568 BANK BJB SYARIAH 2014 1,850 9,067 0,890 11,807 2015 1,438 15,960 0,937 18,335 2016 2,062 12,920 0,923 15,904 2012 0,794 0,790-0,266 1,318 2013 0,330 0,570-0,755 0,145 BANK MEGA SYARIAH 2014 0,028 0,064-14,630-14,537 2015 0,022 0,065-14,477-14,390 2016 0,259 99-9,090-8,732 Sumber: Website Bank Umum Syariah Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa pergerakan nilai intellectual capital pada 5 bank umum syariah mengalami fluktuasi angka. Hal ini disebabkan karena masih minimnya pengetahuan perusahaan mengenai intellectual capital. Penyebabnya adalah bank umum syariah hadir di tengah perkembangan dan praktik-praktik perbankan konvensional yang sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat secara luas. Kendala yang dihadapi oleh bank umum syariah adalah karena belum tersedianya Human Capital secara memadai dan peraturan perundang-undangan. Hal ini menjadi salah satu faktor yang dapat menghambat pertumbuhan industri perbankan syariah nasional. Pada Grafik 1.2 dapat kita simpulkan bahwa nilai rata-rata intellectual capital mengalami pergerakan yang berfluktuasi dibandingkan pergerakan ROA bank umum syariah yang cenderung mengalami pergerakan yang stabil. Hal ini

7 membukti7kan bahwa pengelolaan intellectual capital di kalangan bank umum syariah masih terbilang buruk. Pernyataan ini sejalan dengan penjelasan di paragraf sebelumnya, dikatakan bahwa masyarakat sulit menerima keberadaan perbankan syariah di tengah perkembangan dan praktik-praktik perbankan konvensional yang sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat secara luas. (Dhayattoni, 2013) Persen (%) 14 12 10 8 6 4 2 0 2012 2013 2014 2015 2016 VAIC BUS ROA BUS Sumber: ojk.go.id Gambar 1.2 Perbandingan Nilai ROA dan VAIC Bank Umum Syariah Menurut Thaib (2011) dalam penelitiannya mengemukakan agar perusahaan dapat bertahan, perusahaan harus dengan cepat mengubah strateginya dari bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (labor- based business) menuju knowledge asset (aset pengetahuan) tersebut adalah Intellectual Capital yang telah menjadi fokus perhatian dalam bidang manajemen. Melihat sudut pandang dari resource-based theory yang dipelopori oleh Penrose (1959), mengemukakan bahwa sumberdaya perusahaan bersifat heterogen dan jasa produktif yang berasal dari sumber daya perusahaan memberikan karakter unik bagi tiap-tiap perusahaan. Jika perusahaan mampu pengelola sumber daya secara baik, maka akan dapat menciptakan keunggulan kompetitif disbanding para

8 pesaingnya. Sumber daya manusia yang memiliki keterampilan dan kompetensi tinggi merupakan unggulan kompetitif bagi perusahaan. Jadi, secara teori dapat dikatakan bahwa variabel intellectual capital berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Apabila perusahaan dapat memanfaatkan dan mengelola potensi yang dimiliki karyawan dengan baik, maka hal ini akan dapat meningkatkan produktivitas karyawan. Jika produktivitas karyawan meningkat, maka kinerja perusahaan pun akan meningkat. Hal ini selaras dengan beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Ting dan Lean (2009) dalam penelitiannya Ting dan Lean menguji kinerja Intellectual Capital dan hubungannya dengan kinerja keuangan pada institusi keuangan di Malaysia. Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan positif antara Intellectual Capital dengan kinerja keuangan (ROA). Sehingga menjadi rekomendasi untuk meningkatkan kualitas human capital pada perusahaan agar dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Namun, pada penelitian yang dilakukan oleh Najibullah (2005) mengenai hubungan antara intellectual capital dengan kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan perbankan yang listing di Dhaka Stock Exchange Bangladesh. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang kuat antara intellectual capital dengan kinerja perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh (Firer, 2003) yang mencoba meneliti topik yang serupa dengan menggunakan data dari 75 perusahaan perdagangan publik di Afrika Selatan. Penemuan mereka tidak dapat menemukan hubungan yang kuat antara IC dengan profitabilitas perusahaan.

9 Kinerja suatu entitas bisnis maupun manajemen bisnis dewasa ini tidak hanya diukur dari aspek keuangan. Tanggung jawab keuangan yang ditampakkan dengan ukuran moneter, akuntansi maupun rasio-rasio tertentu juga harus dilengkapi dengan kinerja non keuangan seperti penerapan good corporate governance. Penerapan good corporate governance pada bank syariah menjadi sangat penting. Ini dikarenakan bank umum syariah memiliki perbedaan yang mendasar dengan bank konvensional, salah satunya adalah penerapan sharia compliance. Penerapan sharia compliance inilah yang menjadi pilar penting keberlangsungan entitas bank syariah. Salah satu turunan dari penerapan sharia compliance ini adalah adanya Dewan Pengawas Syariah. Di mana tugas dari para DPS ini adalah mengawasi operasional perbankan syariah agar sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Menurut Riandi (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan antara lain good corporate governance. Karena prinsip-prinsip dasar good corporate governance pada dasarnya memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja keuangan pada suatu perusahaan. Semakin baik good corporate governance yang dimiliki suatu perusahaan maka diharapkan semakin baik pula kinerja dari suatu perusahaan tersebut. Good corporate governance merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan direksi, para pemegang saham dan stakeholders lainnya. Menurut Gendut (2008), manfaat yang diberikan dari penerapan GCG pada perusahaan adalah pertama, perusahaan dapat membenahi faktor-faktor internal

10 organisasinya yang belum sesuai dan belum mendukungnya terwujudnya GCG berdasarkan hasil temuan. Kedua, peningkatan kepercayaan investor dan public terhadap perusahaan karena adanya hasil publikasi IICG tentang pelaksanaan konsep CG yang dilakukan oleh perusahaan. Ketiga, peningkatan kesadaran bersama dikalangan internal perusahaan dan stakeholders terhadap pentingnya GCG dalam pengelolaan perusahaan kearah pertumbuhan yang berkelanjutan. Penelitian oleh Trinanda (2010) menyimpulkan bahwa GCG berpengaruh signifikan terhadap ROA, ROI, ROE dan NPM. Namun, penelitian lainnya, yang dilakukan oleh Pratiwi (2013) menyimpulkan bahwa variabel kualitas penerapan GCG berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return on Equity (ROE). Dengan adanya perbedaan kesimpulan ini, saya memilih variabel penerapan Good Corporate Governance untuk melakukan penelitian pengaruhnya terhadap kinerja keuangan perbankan syariah. Variabel terakhir yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan adalah struktur modal. Modal merupakan faktor yang amat penting bagi perkembangan dan kemajuan bank sekaligus menjaga kepercayaan masyarakat. Setiap penciptaan aktiva, di samping berpotensi menghasilkan keuntungan juga berpotensi menimbulkan terjadinya resiko. Menurut Husnan (2008) semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan permodalan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap pembiayaan/ aktiva produktif yang beresiko, keadaan yang menguntungkan bank tersebut akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. Berdasarkan Tabel 1.3 tampak terjadi fluktuasi pada rasio- rasio keuangan antara lain, penurunan CAR pada 2015 menjadi 14,66%, namun penurunan CAR

11 ini tidak mempengaruhi laju peningkatan ROA. Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang berkaitan dengan faktor permodalan bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menanggung aktiva yang beresiko. Apabila modal yang dimiliki oleh bank tersebut mampu menanggung resiko-resiko yang tidak dapat dihindari, maka bank dapat mengelola seluruh kegiatannya secara efisien, sehingga kekayaan yang dimiliki bank diharapkan semakin meningkat dan begitu pula sebaliknya. (Pramudhito, 2014) TAHUN Tabel 1.3 Pembiayaan, CAR dan ROA Bank Umum Syariah PEMBIAYAAN (MILIAR RUPIAH) CAR (%) ROA (%) 2012 102.655 14,13 1,79 2013 147.505 14,42 2,14 2014 184.122 15,94 2,00 2015 199.330 14,66 0,79 2016 203.894 15,11 2,20 Sumber: ojk.go.id Capital Adequacy Ratio adalah rasio kecukupan modal bank atau merupakan kemampuan bank dalam permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian di dalam perkreditan atau dalam perdagangan surat-surat berharga. Modal merupakan salah satu faktor penting dalam rangka pengembangan usaha bisnis dan menampung resiko kerugian, semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang beresiko. Jika nilai CAR tinggi (sesuai ketentuan BI 8%) berarti bank tersebut akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. Capital Adequacy Ratio Bank Umum Syariah meningkat dari 15,02% menjadi 15,5% pada akhir 2016. Secara umum, Capital Adequacy Ratio Bank

12 Umum Syariah mengindikasikan tingkat ketahanan resiko yang memadai mengingat masih melebihi standar sebesar 8%. Sumber: ojk.go.id Gambar 1.3: Perbandingan Nilai CAR dan ROA Bank Umum Syariah Capital Adequacy Ratio mencerminkan modal sendiri perusahaan, CAR yang diteliti oleh (Limpaphayom, 2004) menunjukkan adanya pengaruh yang negatif antara Capital Adequacy Ratio terhadap ROA. Hasil penelitian (Limpaphayom, 2004) bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Gelos, 2006) dan (Suyono, 2005) yang menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan positif antara CAR dengan ROA. Dengan adanya research gap dari penelitian (Limpaphayom, 2004), (Gelos, 2006) dan (Suyono, 2005) maka perlu dilakukan penelitian lanjutan pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap ROA. Dari pemaparan di atas maka peneliti tertarik untuk mengajukan penelitian dengan judul Pengaruh Intellectual Capital, Kualitas Penerapan Good Corporate Governance, dan Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Syariah Indonesia.

13 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah intellectual capital, kualitas penerapan good corporate governance, dan struktur modal secara serempak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan Perbankan Syariah di Indonesia? 2. Apakah intellectual capital berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan Perbankan Syariah di Indonesia? 3. Apakah kualitas penerapan good corporate governance berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan Perbankan Syariah di Indonesia? 4. Apakah struktur modal berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan Perbankan Syariah di Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh intellectual capital, kualitas penerapan good corporate governance, dan struktur modal secara serempak terhadap kinerja keuangan Perbankan Syariah di Indonesia. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh intellectual capital yang diproksikan dengan VACA, VAHU, STVA, terhadap kinerja keuangan Perbankan Syariah di Indonesia. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kualitas penerapan good corporate governance yang diproksikan dengan nilai komposit peringkat kualitas penerapan GCG dari masing-masing Bank Syariah terhadap kinerja

14 keuangan Perbankan Syariah di Indonesia. 4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh struktur modal yang diproksikan dengan CAR terhadap kinerja keuangan Perbankan Syariah di Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan diharapkan bisa digunakan oleh beberapa pihak yang berkepentingan, antara lain sebagai berikut: 1. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan mampu memberikan saran bagi kinerja perusahaan dalam mengelola intellectual capital, struktur modal yang dimiliki sehingga mampu menciptakan value added bagi perusahaan. Dan juga penelitian ini mampu membantu perusahaan dalam kegiatan evaluasi kinerja keuangan perbankan yang diproyeksikan melalui pelaporan GCG. 2. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan bagi peneliti khususnya dalam bidang manajemen keuangan yaitu mengenai intellectual capital, penerapan GCG dan struktur modal. Selain itu peneliti juga akan mendapatkan pengetahuan mengenai perbankan syariah di Indonesia. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber referensi bagi penelitian sejenis dan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dari penelitian yang telah ada maupun yang akan dilakukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intellectual Capital 2.1.1 Pengertian Intellectual Capital Intellectual capital memiliki beberapa pengertian. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan pendapat antara satu ahli dengan ahli lainnya. Sebagai sebuah konsep, intellectual capital diartikan sebagai modal-modal tidak berwujud yang memiliki kaitan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh manusia atau teknologi yang digunakan. Menurut Sveiby (2012) intellectual capital adalah bagian dari neraca keuangan yang tidak terlihat yang dapat diidentifikasikan melalui kompetensi individual, struktur internal, dan struktur eksternal. Lalu menurut Williams intellectual capital adalah proses penciptaan nilai melalui pengetahuan dan informasi yang diaplikasikan pada pekerjaan. Dan menurut Sawarjuwono (2013) intellectual capital didefinisikan sebagai jumlah dari apa yang dihasikan oleh tiga elemen utama organisasi; human capital, structrural capital, dan customer capital yang berkaitan dengan pengetahuan teknologi yang dapat member nilai lebih bagi perusahaan keunggulan bersaing organisasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa intellectual capital adalah jumlah dari apa yang dihasilkan dari tiga elemen utama organisasi; human capital, structrural capital, dan customer capital di mana hal-hal tersebut berkaitan dengan pengetahuan dan teknologi yang bisa memberikan nilai lebih bagi perusahaan dan 15

16 juga keunggulan bersaing yang mencakup pengetahuan, pengalaman, keterampilan, reputasi, dan juga kemampuan teknologi. 2.1.2 Komponen Intellectual Capital 1. Human Capital (Modal Manusia) Human capital (modal manusia) merupakan tempat bersumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan dan kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan. Human capital juga merupakan keahlian dan kompetensi yang dimiliki karyawan dalam memproduksi barang dan jasa serta kemampuannya untuk dapat berhubungan baik dengan pelanggan. Menurut Bontis (2000) human capital adalah kombinasi dari pengetahuan, skill, kemampuan melakukan inovasi dan kemampuan menyelesaikan tugas, meliputi nilai perusahaan, kultur dan firasatnya. 2. Structural Capital (Modal Struktural) Structural capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan. Menurut Pertiwi (2012) structural capital adalah kekayaan potensial perusahaan yang tersimpan dalam organisasi dan manajemen perusahaan. Seorang individu dapat memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, tetapi bila tidak didukung sarana dan prasarana yang memadai maka kemampuan individu tersebut tidak akan menghasilkan modal intelektual. 3. Customer Capital (Modal Pelanggan) Menurut Sawarsujono (2013) customer capital merupakan komponen modal

17 intelektual yang memberikan nilai secara nyata. Customer capital merupakan hubungan yang harmonis yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari pemasok yang handal dan berkualitas, berasal dari pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan yang bersangkutan, berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar. Customer capital antara lain terdiri dari merk, pelanggan, loyalitas pelanggan, nama perusahaan, jaringan distribusi, kolaborasi bisnis, perjanjian lisensi, kontrak yang menguntungkan dan perjanjian franchise. 2.1.3 Islamic Banking Value Added Intellectual Capital Dalam penelitiannya, (Ulum, 2013) memformulasikan model penilaian kinerja IC untuk perbankan syariah yang dinamakan IB- VAIC (Islamic Banking- Value Added Intellectual Capital) di mana merupakan modifikasi dari model yang telah ada yaitu VAIC. VAIC didesain untuk mengukur kinerja IC perusahaanperusahaandengan jenis transaksi yang umum. Sementara perbankan syariah memeiliki jenis transaksinya sendiri yang relative berbeda dari perbankan umum/ konvensional. Berikut tiga rumus yang digunakan dalam IB-VAIC yaitu: 1. Tahap pertama dengan menghitung IB- Value Added. IB- VA dihitung dengan menggunakan cara sebagai berikut: IB- VA = OUT IN Output merupakan total pendapatan, diperoleh dari: a. Pendapatan bersih kegiatan Syariah = pendapatan operasi utama kegiatan syariah + pendapatan operasi lainnya hak pihak ketiga atas bagi hasil dan

18 syirkah temporer. Pendapatan operasi utama kegiatan syariah terdiri dari: 1) Pendapatan penyalur dana a) Pendapatan dari jual beli (pendapatan marjin murabahah) b) Pendapatan bersih salam paralel c) Pendapatan bersih ishtisna paralel d) Pendapatan sewa ijarah e) Pendapatan bagi hasil musyarakah f) Pendapatan bagi hasil mudharabah g) Pendapatan dari penyertaan h) Lainnya 2) Dari Bank Indonesia a) Bonus SBIS b) Lainnya 3) Dari bank- bank lain di Indonesia a) Bonus dari bank syariah lain b) Pendapatan bagi hasil mudharabah c) Tabungan mudharabah d) Deposito mudharabah e) Sertifikat investasi mudharabah antar bank f) Lainnya b. Pendapatan operasi lainnya 1) Jasa investasi terikat (mudharabah muqayyadah)

19 2) Jasa layanan 3) Pendapatan dari transaksi valuta asing 4) Koreksi PPAP 5) Koreksi penyisihan penghapusan transaksi rek.administrasi 6) Lainnya c. Hak pihak ketiga atas bagi hasil syirkah temporer 1) Pihak ketiga bukan bank a) Tabungan mudharabah b) Deposito mudharabah c) Lainnya 2) Bank Indonesia a) FPJP syariah b) Lainnya 3) Bank- bank lain di Indonesia dan di luar Indonesia a) Tabungan mudharabah b) Deposito mudharabah c) Sertifikat investasi mudharabah antar bank d) Lainnya d. Pendapatan non- operasional Input diperoleh dari beban usaha/ operasional dan beban non- operasional kecuali beban kepegawaian/ karyawan. Beban usaha/ operasional kecuali beban kepegawaian: 1) Beban penyisihan kerugian aset produktif- bersih

20 2) Beban estimasi kerugian komitmen dan kontijensi 3) Beban operasi lainnya 4) Beban bonus titipan wadi ah 5) Beban administrasi dan umum 6) Beban penurunan nilai surat berharga 7) Beban transaksi valuta asing 8) Beban promosi 2. Tahap kedua dengan menghitung IB- Value Added Capital Employed. IB- VACA adalah indikator untuk IB- VA yang diciptakan oleh satu unit dari human capital. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap value added prusahaan Keterangan: IB- VACA = VA CE IB- VACA IB- VA CE :Value Added Capital Employed, rasio dari IB- VA terhadap CE : Value Added : Capital Employed: dana yang tersedia (total ekuitas) 3. Tahap ketiga dengan menghitung IB- Value Added Human Capital. IB- VAHU menunjukkan berapa banyak IB- VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam HC terhadap value added organisasi. IB- VAHU = VA HC

21 Keterangan: IB- VAHU IB- VA HC : Value AddedHuman Capital; rasio dari IB- VA terhadap HC : Value Added : Human Capital, beban karyawan. 4. Tahap keempat dengan menghitung IB- Structural Capital Value Added. IB- STVA menghitung jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu rupiah dari IB- VA dan merupakan indikasi keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. Keterangan: IB- STVA= SC VA STVA SC IB- VA : Structural Capital Value Added, rasio dari SC terhadap IB- : Structural Capital, IB- VA- HC : Value Added 5. Tahap kelima dengan menghitung IB- Value Added Intellectual Capital. IB- VAIC mengindikasikan kemampuan intelektual organisasi yang dapat juga dianggap sebagai BPI (Business Performance Indicator). IB- VAIC merupakan penjumlahan dari tiga komponen sebelumnya. IB- VAIC= IB- VACA + IB- VAHU + IB- STVA Hasil perhitungan IB- VAIC dapat dijadikan sebagai pemeringkat terhadap sejumlah perbankan. Sejauh ini, belum ada standar tentang skor kinerja IC tersebut, namun penelitian (Ulum, 2013) telah merumuskan untuk memberikan kategori dari hasil perhitungan VAIC, yaitu: a. Top performers - skor VAIC di atas 3,00 b. Good performers - skor VAIC di antara 2,00-2,99

22 c. Common performers - skor VAIC antara 1,5-1,99 d. Bad performers - skor VAIC di bawah 1,5 2.2 Kualitas Penerapan Good Corporate Governance 2.2.1 Pengertian Kualitas Penerapan Pengertian kata kualitas menurut Kamus Besar Bahasa (2002) adalah tingkat baik buruknya sesuatu, kadar, derajat atau taraf. Kata penerapan sendiri berasal dari kata terap yang mendapat imbuhan pe-an. Dalam (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002:1180) kata penerapan diartikan sebagai suatu proses, cara, perbuatan menerapkan atau mempraktikkan. Kata penerapan memiliki pengertian yang sama dengan kata implementasi, yaitu pelaksanaan atau penerapan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002: 427). Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan pengertian kualitas penerapan dalam penelitian ini berarti mutu atau tingkatan yang telah dicapai oleh Bank Umum Syariah di Indonesia dalam melaksanakan atau mengimplementasikan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) atau tata kelola perusahaan yang baik. 2.2.2 Pengertian dan Tujuan Good Corporate Governance Menurut Sutedi (2011) GCG secara definisi merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah untuk semua pemegang saham. GCG hanya dapat tercipta apabila adanya keseimbangan antara kepentingan semua pihak dengan kepentingan perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan (Khairandy, 2007)

23 Good corporate governance didefinisikan sebagai sistem yang mengatur pengelolaan dan pengawasan bisnis korporasi, mengatur hak dan kewajiban pihak terkait, yang mana memuat peraturan dan prosedur yang harus dilaksanakan dalam membuat keputusan yang terkait dengan keputusan perusahaan, merumuskan mekanisme penetapan- penetapan keputusan yang objektif dan cara- cara yang ditempuh untuk mencapai keobjektifitasan serta pemantauan kerja. Tujuan dan manfaat good corporate governance menurut Bassel Committee on Banking Supervision adalah: 1. Mengurangi agency cost, biaya yang timbul karena penyalahgunaan wewenang, atau pun berupa biaya pengawasan yang timbul untuk mencegah timbulnya suatu masalah. 2. Mengurangi biaya modal yang timbul dari manajemen yang baik, yang mampu meminimalisir risiko. 3. Memaksimalkan nilai saham perusahaan, sehingga dapat meningkatkan citra perusahaan di mata publik dalam jangka panjang. 4. Mendorong pengelolaan perbankan secara professional, transparan, efisien serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian dewan komisaris, direksi, dan RUPS. 5. Mendorong dewan komisaris, anggota direksi, pemegang saham dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan yang dilandasi oleh moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap perundang-undangan yang berlaku. 6. Menjaga going concern perusahaan.

24 2.2.3 Prinsip Dasar Good Corporate Governance Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/33/PBI/2009 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum menjabarkan prinsip-prinsip dasar GCG yang terdiri dari: 1. Transparan (transparency) yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam melaksanakan pengambilan keputusan. 2. Akuntabilitas (accountability) yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. 3. Pertanggungjawaban (responsibility) yaitu adanya kesesuaian di dalam pengelolaan bank terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4. Independensi (independency) yaitu pengelolaan bank secara professional tanpa pengaruh atau tekanan dari pihak manapun. 5. Kesetaraan dan Kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian serta perundang-undangan yang berlaku. Prinsip ini menekankan bahwa semua pihak baik pemegang saham minoritas maupun asing harus diperlakukan sama atau setara. 2.2.4 Struktur Good Corporate Governance Perbankan Pedoman good corporate governance bagi perbankan harus mengandung lima dasar. Menurut Zarkasyi (2008) struktur governance bagi dunia perbankan

25 secara umum mencakup beberapa bagian, yaitu sebagai berikut: 1. Pemegang saham, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan bagi pemegang saham, yaitu: a. Menggunakan haknya sebagai pemegang saham dalam memilih Dewan Komisaris dan Direksi. b. Mampu memenuhi kebutuhan modal bank sesuai aturan yang berlaku. Jika tidak mampu memenuhinya, pemegang saham bersedia menyetujui banknya menyatu dengan bank lain. c. Melaksanakan GCG sesuai wewenang dan tanggung jawab. Pemegang saham dilarang memanfaatkan bank untuk kepentingan pribadi, keluarga, atau kelompoknya dan tidak mencampuri kegiatan operasional bank. 2. Dewan Komisaris dan Direksi, secara hukum dewan komisaris bertugas untuk melakukan pengawasan, memberikan nasehat, dan masukan kepada direksi dengan memperhatikan semua kepentingan stakeholders sesuai asas kesetaraan. Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang yang berlaku direksi bertanggung jawab penuh atas pengelolaan perusahaan serta mewakili perusahaan baik di dalam dan luar peradilan. Direksi juga berkewajiban melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam visi, misi, strategi dan sasaran usaha bank. 3. Dewan Pengawas Syariah (DPS), bagi bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip-prinsip syariah harus memiliki DPS. DPS bertugas memberikan pengarahan, konsultasi, evaluasi dan pengawasan kegiatan operasional bank agar sesuai dengan prinsip Islam.

26 4. Stakeholders lainnya, stakeholders yang sangat penting bagi bank adalah deposan, penabung, pemegang giro, debitur, dan karyawan. Dalam hal ini bank harus menjamin pelaksanaan hak dan kewajiban stakeholders sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2.2.5 Peraturan Bank Indonesia Tentang Good Corporate Governance Bank Indonesia menerapkan peraturan baru dalam pelaksanaan penerapan GCG bagi bank umum syariah (BUS). Bank Indonesia telah mengeluarkan peraturan No.11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember 2009 dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/13/DPbs tanggal 30 April 2010, tentang pelaksanaan GCG bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Menurut frequently ask question (FAQ, 2009) disebutkan bahwa latar belakang penyusunan PBI GCG untuk BUS dan UUS ini dilandasi pertimbangan bahwa pelaksanaan GCG dalam industri perbankan syariah harus memenuhi prinsip syariah (sharia compliance) yang dicerminkan dengan adanya pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam mengelola kegiatan usaha BUS dan UUS, serta merupakan amanah dari Pasal 34 UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini, maka PBI No.8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang pelaksanaan good corporate governance bagi Bank Umum beserta ketentuannya dinyatakan tidak berlaku bagi BUS dan UUS (Peraturan Bank Indonesia, 2009:49). Kualitas penerapan GCG diketahui melalui nilai komposit self assestment dalam laporan GCG. Dalam (Surat Edaran Bank Indonesia, 2010) penerapan GCG pada bank umum syariah diimplementasikan ke dalam 11 faktor dan bank wajib

27 melakukan self assestment atas pelaksanaan GCG paling kurang satu kali dalam setahun, adapun 11 faktor tersebut yaitu: 1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris 2. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Direksi 3. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite 4. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah 5. Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa 6. Penanganan benturan kepentingan 7. Penerapan fungsi kepatuhan bank 8. Penerapan fungsi audit intern 9. Penerapan fungsi audit ekstern 10. Batas maksimum penyaluran dana 11. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, laporan pelaksanaan GCG dan pelaporan internal. Tabel 2.1 Nilai Komposit Hasil Pelaksanaan Self Assestment GCG Nilai Komposit Nilai Komposit < 1,5 1,5 Nilai Komposit < 2,5 Baik Predikat Komposit Sangat Baik 2,5 Nilai Komposit < 3,5 Cukup Baik 3,5 Nilai Komposit < 4,5 Kurang Baik 4,5 Nilai Komposit 5 Tidak Baik Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/13 /DPbs (2010:23) 2.3 Struktur Modal Menurut Keown (2010) struktur modal adalah campuran sumber-sumber

28 dana jangka panjang yang digunakan perusahaan. Sumber dana jangka panjang dapat berupa utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Struktur modal digunakan oleh para manajer keuangan sebagai landasan dalam mengambil keputusan pembelanjaan dengan menganalisis manfaat dari masing- masing sumber dana yang akan digunakan. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 pasal 2 ayat 1 tercantum bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aset tertimbang menurut risiko (ATMR). CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank. Untuk saat ini minimal CAR sebesar 8% dari ATMR ( Aktiva Tertimbang Menurut Risiko), atau ditambah dengan Resiko Pasar dan Resiko Operasional ini tergantung pada kondisi bank yang bersangkutan/ standar internasional yang dikeluarkan oleh Bank for International Settlement (BIS). Analisis mengukur sturktur modal dalam penelitian ini menggunakan CAR yaitu membandingkan modal dengan aktiva berisiko. Keterangan: Rumus perhitungan CAR adalah: 1. Modal Bank CAR = Modal Bank Aktiva Terhubung Menurut Risiko x 100% Modal bank dibagi menjadi dua bagian yaitu modal inti dan modal pelengkap. a. Modal Inti, terdiri dari

29 1) Modal setor, yaitu modal yang disetor secara efektif oleh pemilik. 2) Agio saham, yaitu selisih lebih dari harga saham dengan nilai nominal saham. 3) Modal sumbangan, yaitu modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih nilai yang tercatat dengan harga. 4) Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan dengan persetujuan RUPS. 5) Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu atas persetujuan RUPS. 6) Laba ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah pajak yang oleh RUPS diputuskan untuk tidak dibagi. 7) Laba tahun lalu, yaitu laba bersih tahun lalu setelah pajak, yang belum ditetapkan penggunaannya oleh RUPS. 8) Laba tahun berjalan, yaitu laba sebelum pajak yang diperoleh dalam tahun berjalan. 9) Bagian kekayaan bersih anak perusahaanyang laporan keuangannya dikonsolidasikan, yaitu modal inti anak perusahaan setelah dikompensasikan dengan penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut. b. Modal Pelengkap, terdiri dari: 1) Cadangan revaluasi aktiva tetap 2) Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan (1,25% ATMR) 3) Modal pinjaman

30 4) Pinjaman subordinasi (maksimal 50% dari modal inti) 2. Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) Aktiva tertimbang menurut risiko dimaksud dengan aktiva dalam perhitungan ini adalah mencakup baik aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana tercermin dalam kewajiban yang masih bersifat kontingen dan atau komitmen yang disediakan bagi pihak ketiga. Terhadap masing-masing jenis aktiva tersebut ditetapkan bobot resiko yang besarnya didasarkan pada kadar risiko yang terkandung dalam aktiva itu sendiri atau yang didasarkan atas penggolongan nasabah, penjamin atau sifat barang jaminan. Berdasarkan prinsip tersebut, maka rincian bobot risiko dan ATMR untuk semua aktiva adalah sebagai berikut: a. Aktiva neraca: 1) Kas (0%) 2) Emas dan mata uang emas (0%) 3) Giro pada Bank Indonesia 4) Tagihan pada bank lain (20%) 5) Surat berharga yang dimiliki (0%) 6) Kredit yang diberikan 7) Penyertaan (100%) 8) Aktiva tetap dan inventaris nilai/ nilai buku (100%) b. Rekening administratif: 1) Fasilitas kredit yang belum dipergunakan yang disediakan sampai dengan tahun

31 2) Jaminan bank 3) Kewajiban membeli kembali aktiva bank dengan syarat repurchase agreement 4) Posisi netto kontrak berjalan valuta asing dan swap bunga. 2.4 Kinerja Keuangan 2.4.1 Pengertian dan Tujuan Kinerja Keuangan Menurut Iswati (2006) kinerja menjadi satu hal yang penting bagi manajemen, karena kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika. Kinerja merupakan fungsi dari kemampuan organisasi untuk memperoleh dan menggunakan sumber daya dalam berbagai cara untuk mengembangkan keunggulan kompetitif. (Novia, 2012) Adapun tujuan dari analisa laporan keuangan perusahaan adalah (Munawir, 2009): 1. Mengetahui Tingkat Likuiditas, likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih. 2. Mengetahui Tingkat Solvabilitas, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik jangka pendek maupun jangka panjang. 3. Mengetahui Tingkat Rentabilitas, rentabilitas atau yang sering disebut