Pengaruh Context-Rich Problems Berbentuk Multimedia Interaktif terhadap Keterampilan Proses Sains, Sikap Ilmiah, dan Pemahaman Konsep

dokumen-dokumen yang mirip
Dosen Program Studi Pendidikan Kimia FPMIPA IKIP Mataram

PENGARUH CONTEXT-RICH PROBLEMS TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS, BERPIKIR KREATIF, DAN PROSES SAINS MAHASISWA PADA MATA KULIAH KIMIA DASAR II

Arifah Zurotunisa, Habiddin, Ida Bagus Suryadharma Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Malang

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

Pengaruh Media Animasi Submikroskopik terhadap Peningkatan Keterampilan Memecahkan Masalah Mahasiswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

Jurusan Kimia, Jalan Mannuruki IX, Makassar 90224

Diterima: 8 Maret Disetujui: 26 Juli Diterbitkan: Desember 2016

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE PREDICTION GUIDE DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA


PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

Widhar Dwi Utami, I Wayan Dasna, Oktavia Sulistina Universitas Negeri Malang

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN SCIENCE ENVIRONMENT TECHNOLOGY AND SOCIETY (SETS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH

PENGARUH PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental

Auliya Puspitaningtyas, Parlan, Dedek Sukarianingsih Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Darussalam Banda Aceh, ABSTRAK. Kata Kunci: Project Based Learning, Hasil Belajar Kognitif, Sistem Pernapasan Manusia

PENGARUH METODE PRAKTIKUM DAN MEDIA KOMIK TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT PADA SISWA KELAS X SMAN 6 MATARAM

Kata-kata kunci: minat belajar, hasil belajar aspek kognitif, metode konvensional, media video. Abstract

MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN ANALISIS WACANA ISU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Unnes Physics Education Journal

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI KARANGJATI

ISSN : X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMAN 02 BATU

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

PENGARUH PEMBELAJARAN DIAGRAM ROUNDHOUSE DISERTAI MODUL TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN DI MTSN DEWANTARA

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.3. pp , September 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SMP

PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing disertai diskusi dalam Pembelajaran Fisika Kelas VII di SMP

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AKADEMIK SISWA SMA NEGERI 5 SURAKARTA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMAN 1 KOPANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMAN 1 KOPANG

Darussalam 23111, Banda Aceh. ABSTRAK. Kata Kunci: Kooperatif Tipe Jigsaw, Pencemaran Lingkungan, Berpikir Kritis.

Nurasia Jurusan Kimia Fakultas Sains Universitas Cokroaminoto Palopo

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DILENGKAPI MEDIA VIRTUAL TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SMA/MA

DAMPAK MODEL INKUIRI TERBIMBING DISERTAI MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS AUDIOVISUAL

EduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN Vol. 8. No.2 Juli 2016 Hal

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS FISIKA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 7 MALANG UNIVERSITAS NEGERI MALANG

JURNAL SKRIPSI OLEH TRIAPRIANTINI E1M

PENGARUH PEMBELAJARAN IPA BERBASIS SCIENCE PROCESS AND ENVIRONMENT TERHADAP KETERCAPAIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KETERAMPILAN ILMIAH SISWA SMP

Mahasiswa Prodi Kimia, Jurusan PMIPA, FKIP, Universitas Sebelas Maret, Surakarta 2

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2014, Volume 6, Nomor 2

Fajrul Wahdi Ginting dan Nurdin Bukit Jurusan Pendidikan Fisika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

Unnes Physics Education Journal


PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH TERHADAP HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PELAJARAN FISIKA

Jurnal Riset Pendidikan Fisika Vol. 1 No. 1, Desember 2016

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari tanggal November 2012 di SMA

Mono Eviyanto, Ridwan Joharmawan, Dermawan Afandy Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING) DISERTAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMAN 4 JEMBER.

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

BAB III METODE PENELITIAN. matematika dengan pendekatan saintifik melalui model kooperatif tipe NHT

JURNAL OLEH: ADRIYAN MUTMAYANI E1M

PERBEDAAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK YANG DIBERI PERLAKUAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

Ragil Kurnianingsih 1, Srini M. Iskandar 1, dan Dermawan Afandy 1 Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Malang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS TERPADU DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI SMAN 2 PROBOLINGGO

PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP MINAT BELAJAR DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF IPA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 19 MALANG

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika 2)

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI IPA MAN SUMENEP

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS GRUP INVESTIGATION DAN DISCOVERY LEARNING DITINJAU DARI HASIL BELAJAR

1. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum 2016

Artikel diterima: Oktober 2017; Dipublikasikan: November 2017

BAB III METODE PENELITIAN. KH. Ahmad Dahlan 130, Kota Yogyakarta. Adapun mengenai pelaksanaan. Sabtu, 28 November 2015 tahun ajaran 2015/2016.

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP PERCUT SEI TUAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

PENGARUH PELAKSANAAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA MURID SEKOLAH DASAR

OLEH: SITI FATIMAH NIM. E1M

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Abstract

J. Pijar MIPA, Vol. XI No.2, September 2016: ISSN (Cetak) ISSN (Online)

MODEL KOOPERATIF STAD BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA ARTIKEL. Oleh

Unnes Physics Education Journal

PENGARUH LEARNING CYCLE 5E TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SDN SENDANGADI 1

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

PENERAPAN MODEL PROBLEM SOLVING LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP KALOR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 PALU

Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jambi 2)3)

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif dengan Asesmen Otentik Teknik Saling Silang terhadap Pemahaman Konsep Microteaching

Yosico Indagiarmi 1 and Abd Hakim S 2

Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015

EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN KERJA SAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA. Fitria Silviana

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

JURNAL SKRIPSI OLEH : JANUAR WAHYU PRIYANTO E1M

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment).

MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA PADA KONSEP ASAM BASA MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

JOURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN IPA

Iklilul Millah, Parlan, Dedek Sukarianingsih Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

G 1 G 2 O 1 O 2 O 3 O 4

Jurnal Bidang Pendidikan Dasar (JBPD) Vol. 1 No. 1 Januari 2017

*Keperluan korespondensi, telp: ,

Laela Ngasarotur Risfiqi Khotimah Partono Pendidikan Fisika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Gerak di Kelas X SMA Negeri 6 Sigi

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 1, pp Januari 2014

BAB III METODE PENELITIAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA FISIKA SMP ARTIKEL.

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING

Transkripsi:

Prisma Sains: Jurnal Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran Matematika dan IPA IKIP Mataram http://ojs.ikipmataram.ac.id/index.php/prismasains/index Desember 2016. Vol. 4, No 2 p-issn: 2338-4530 e-issn: 2540-7899 pp. 83-93 Pengaruh Context-Rich Problems Berbentuk Multimedia Interaktif terhadap Keterampilan Proses Sains, Sikap Ilmiah, dan Pemahaman Konsep 1 Yusran Khery & 2 Khaeruman 1&2 Program Studi Pendidikan Kimia FPMIPA IKIP Mataram, Indonesia Email: yusrankhery@gmail.com Article History Received: October 2016 Revised: November 2016 Published: December 2016 Abstract The purpose of this study was to evaluate the effect of context-rich problems in the form of interactive multimedia on chemical students science process skills, scientific attitudes, and conceptual understanding in practical activities. This research is the quasi-experimental study with post test only control group design. The research sample consisted of 142 students divided into 3 groups. The 1 st experimental group was treated using a context-rich problem in the form of interactive multimedia before practical activities, the 2 nd experimental group used conventional rich problems, and control groups without context-rich problems. Data were collected by the science process skills observation sheets and portfolio, scientific attitude observation sheets, and conceptual understanding tests. Data were analyzed by inferential statistical methods using SPSS 15 software for windows. The results showed that the context-rich problems in the form of interactive multimedia had an effect on students' science process skills, scientific attitudes, and conceptual understanding. Keywords: context rich problems, interactive multimedia, science process skills, scientific attitude, conceptual understanding Sejarah Artikel Diterima: Oktober 2016 Direvisi: November 2016 Dipublikasi: Desember 2016 Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh context rich problems berbentuk multimedia interaktif terhadap keterampilan proses sains, sikap ilmiah, dan pemahaman konsep mahasiswa kimia pada kegiatan praktikum. Penelitian ini merupakan penelitian quasy eksperimental dengan posttest only control group design. Sampel penelitian berjumlah 142 mahasiswa yang terbagi menjadi 3 kelompok. Kelompok eksperimen 1 diberikan perlakuan menggunakan context rich problems berbentuk multimedia interaktif sebelum kegiatan praktikum, kelompok eksperimen 2 menggunakan context rich problems konvensional, dan kelompok kontrol tanpa context rich problems. Data dikumpulkan dengan lembar observasi keterampilan proses dan portofolio, lembar observasi sikap ilmiah, dan tes pemahaman konsep. Data di dengan metode statistik inferensial menggunakan softwere SPSS 15 for windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa context rich problems berbentuk multimedia interaktif berpengaruh terhadap keterampilan proses sains, sikap ilmiah dan pemahaman konsep mahasiswa. Kata kunci: context rich problems, multimedia interaktif, keterampilan proses sains, sikap ilmiah, pemahaman konsep PENDAHULUAN Mengacu pada Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang standar penilaian pendidikan, tercantum bahwa pada kurikulum 2013 memiliki 3 aspek penilaian khusus yaitu penilaian sikap, keterampilan dan pengetahuan. Kurikulum 2013 lebih menekankan terhadap proses ilmiah hal ini dapat dilihat dari tuntutan kurikulum 2013 yang menuntut peserta didik agar menyelesaikan masalah dengan terstruktur secara ilmiah (5 M. mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan mengomunikasikan). Sitasi: Khery, Y., & Khaeruman. (2016). Pengaruh Context-Rich Problems Berbentuk Multimedia Interaktif terhadap Keterampilan Proses Sains, Sikap Ilmiah, dan Pemahaman Konsep. Prisma Sains: Jurnal Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran Matematika dan IPA IKIP Mataram, 4(2), 83-93.

Sebagaimana tujuan pendidikan nasional dan tuntutan kurikulum 2013, pembelajaran kimia di sekolah seyogyanya mampu membentuk peserta didik menjadi problemsolver yang berkarakter ilmuan. Konsekuensinya, pembelajaran kimia untuk mahasiswa calon guru kimia juga harus mendorong pembentukan karakter sebagai ilmuan kimia. Maka dari itu, mahasiswa calon guru hendaknya dibelajarkan melalui suatu strategi yangmendorong peningkatan keterampilan proses sains (Khery dkk., 2013). Menurut Ibnu (2009), peserta didik harus diarahkan untuk bertindak sebagai ilmuwan yang mampu mengumpulkan dan mengkategorikan data, melakukan pengukuran, menganalisa hubungan, dan membuat kesimpulan. mahasiswa harus mampu menyusun suatu hipotesis, merancang penyelesaian masalah dan melaksanakan percobaan pada jenjang yang lebih tinggi,. Hasil Observasi peneliti dalam proses penilaian hasil belajar pada mata kuliah kimia dasar di IKIP Mataram didapatkan hasildiantaranya: belum ada instrumen pengukuran penilaian aspek sikap, keterampilan dan pengetahuan pada saat peserta didik melakukan eksperimen di laboratorium sehingga aspek ilmiah seperti keterampilan proses sains, dan sikap ilmiah tidak dapat diungkap, padahal aspek sikap dan keterampilan tersebut penting untuk dikembangkan dan dimunculkan pada diri peserta didik. Menurut Ango (2002), keterampilan proses sains dalam belajar dan pembelajaran sains mencakup keterampilan mengamati, mengukur, mengklasifikasi, memprediksi, menyimpulkan, mengkomunikasikan, menginterpretasi data, membuat definisi operasional, membuat pertanyaan, menyusun hipotesis, melakukan percobaan dan memformulasikan suatu model., membandingkan hal-hal yang diamati yang kemudian berkembang menjadi kemampuan mencari persamaan dan perbedaan.yang dihadapi.. Sikap yang dikembangkan dalam sains adalah sikap ilmiah. Sikap ilmiah mengandung dua makna, yaitu attitude to science dan attitude of science. Pertama, mengacu pada sikap terhadap sains, sedangkan yang kedua, mengacu pada sikap yang melekat setelah mempelajari sains. Multimedia interaktif dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran sebab cukup efektif meningkatkan hasil belajar peserta didik. Pemahaman adalah proses pembangkitan makna dari sumber-sumber bervariasi, misalnya melalui pengamatan fenomena, membaca, mendengar, dan diskusi. Proses pemahaman melibatkan penyadapan informasi baru dan mengintegrasikannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki untuk mengkontruksi makna baru. Pemahaman peserta didik dimulai dari konsep-konsep sederhana menuju konsep yang kompleks (Zidny, 2013). Stimulasi untuk munculnya aspek ilmiah tersebut dibutuhkan penerapan strategi yang tepat dan sesuai dengan karakteristik materi yang disampaikan agar pembelajaran berlangsung efektif dan efisien dengan membuat peserta didik lebih aktif, dan dapat berinteraksi dengan guru maupun teman. Salah satu cara yang digunakan untuk mengatasi permasalahan diatas yaitu dengan mengaplikasikan context-rich problems. Strategi context-rich problems akan mendorong mahasiswa menerapkan suatu strategi pemecahan masalah yang logis dan terorganisir (Khery, 2010). Context-rich problems mendorong mahasiswa melalui pertanyaan-pertanyaan pendek untuk menentukan sendiri apa yang harus dilakukan, apa yang harus diamati, bagaimana mengamati, hubungan apa yang berlaku, persamaan apa yang perlu dipahami, dan bagaimana suatu metode diterapkan secara benar selama kerja laboratorium. Multimedia interaktif akan memberi iklim afeksi secara individual, kebutuhan belajar mahasiswa terakomodasi dengan baik, dan motivasi belajar mahasiswa lebih baik (Munadi, 2010). Strategi pemecahan masalah dalam pembelajaran di kelas maupun laboratorium dapat dilakukan dengan menerapkan context-rich problems. context-rich problems mencoba membawa mahasiswa memasuki permasalahan yang biasa ditemuinya di dunia nyata. Integrasi pengetahuan sangat penting guna kesuksesan pengamalan pemecahan masalah dalam situasi nyata. Semakin akrab konteks dimana permasalahan itu dihadirkan, maka mahasiswa akan Prisma Sains: Jurnal Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran Matematika dan IPA IKIP Mataram, Desember 2016. Vol. 4, No. 2 84

semakin menyukai untuk membuat hubungan-hubungan yang diperlukan dan tiba pada penafsiran yang tepat terhadap permasalahan (Herron, 1996). Context-rich problems didesain untuk mendorong mahasiswa menggunakan strategi pemecahan masalah yang terorganisisr dan logis. Dengan demikian mahasiswa terdorong mempertimbangkan konsep-konsep pada konteks objek nyata; memandang pemecahan masalah sebagai sebuah deretan pemilihan keputusan (Khery, 2010). Penggunaan multimedia interaktif cocok untuk mengajarkan suatu proses atau tahapan, misalnya rekai kimia, perubahan wujud, elektrolisis, dan lain sebagainya. Kelebihan multimedia interaktif sebagai media pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut (1) dapat dipakai oleh mahasiswa secara individual (mandiri). Saat mahasiswa mengaplikasikan program ini, ia diajak untuk terlibat secara audio, visual, dan kinestetik, sehingga informasi dan pesan mudah dimengerti, (2) kebutuhan mahasiswa secara individual bias terakomodasi dengan baik terutama bagi yang tidak cepat memahami materi pelajaran, (3) dapat memberi ikllim yang bersifat afektif dengan cara yang lebih individual, tidak pernah lupa, tidak pernah bosan, sangat sabar menjalankan instruksi, seperti yang diinginkan, (4) terakomodasinya kebutuhan belajar mahasiswa akan menciptakan motivasi yang lebih baik dalam diri mahasiswa, (5) multimedia interaktif dapat memberikan umpan balik (respon) yang segera terhadap hasil belajar mahasiswa, (6) kontrol pemanfaatan sepenuhnya ada pada pengguna (Munadi, 2010) Penelitian Khery (2010) menunjukkan bahwa strategi pemecahan masalah dalam pembelajaran di kelas dapat dilakukan dengan menerapkan context-rich problems. Contextrich problems dimaksudkan untuk mendorong peserta didik menggunakan suatu strategi pemecahan masalah yang logis dan terorganisir, sehingga kemampuan reasoning-nya pun meningkat.hasil penelitian Enghag, (2004) tentang context rich problems in physics for upper secondary school menyimpulkan bahwa CRP adalah salah satu cara yang dapat membantu peserta didik dalam proses pembelajaran khususnya dalam pembelajan sains. Hasil Penelitian Hamdan (2015) menyimpulkan bahwa kualitas keterampilan proses sains peserta didik memperoleh nilai dengan rata-rata baik (71,82%). Bertolak dari penjelasan di atas maka, penelitian ini bertujuan untuk:mengetahui pengaruh context-rich problems dengan multimedia interaktif terhadap keterampilan proses sains, sikap ilmiah dan pemahaman konsep kimia mahasiswa. METODE Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa peserta mata kuliah kimia dasar tahun pelajaran 2015/2016,yang berjumlah 142 mahasiswa yang terbagi dalam 3 kelas.variabel bebas dalam penelitian ini yakni context-rich problems dengan Multimedia Interaktif.Varibel terikatnya keterampilan proses sains, sikap ilmiah, dan pemahaman konsep mahasiswa. Adapun jenis penelitian yang digunakan dalampenelitian ini adalah quasi experimental. Quasi experimental merupakan pengembangan dari true experimental, yang sulit dilaksanakan.desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsisepenuhnya untuk mengontrol variabel-bariabel luar yang mempengaruhipelaksanaan eksperimen (Sugiyono 2015). Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah posttest onlycontrol group design sebagaimana tersaji pada Tabel 1. Tabel 1. Desain penelitian Kelas Perlakuan Postes E1 E2 K X1 X2 Y Keterangan: E1 : Kelas eksperimen 1 E2 : Kelas eksperimen 2 O1 O2 O3 Prisma Sains: Jurnal Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran Matematika dan IPA IKIP Mataram, Desember 2016. Vol. 4, No. 2 85

K : Kelas kontrol X 1 : Penerapan context-rich problems dalam bentuk multimedia interaktif X2 : Penerapan context-rich problems Y : Praktikum tanpa penerapan CRP O1 : Observasi kelas eksperimen 1 O2 : Observasi kelas eksperimen 2 O3 : Observasi kelas control Beberapa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi keterampilan proses sains diadaptasi dari Subali (2009), tes kemampuan proses sains, lembar penilaian portofolio proses sains, lembar observasi sikap ilmiah terdiri dari item-item deskriptor karakter sikap ilmiah yang dikembangkan dengan mengacu pada Sardinah (2012) dengan deskripsi komponen sikap terdistribusi ke dalam 11 item dengan skala 2 yakni terlaksana, dan tidak terlaksana, angket penilaian sikap oleh teman sejawat, dan (3) tes pemahaman konsep. HASIL DAN PEMBAHASAN Keterampilan Proses Sains Deskripsi data keterampilan proses sains dan hasil uji infrensial data keterampilan proses sains mahasiswa kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2 dan kelas kontrol tersaji dalam Tabel 3, 4, 5, dan 6. Tabel 3. Deskripsi keterampilan proses sains mahasiswa Kelas Nilai rata-rata KPS pada kegiatan praktikum Nilai 1 2 3 4 Total Eksperimen 1 93.0 88.0 90.4 94.3 91.4 Eksperimen 2 82.7 81.3 86.7 91.2 85.5 Kontrol 70.1 70.7 75.2 72.0 72.0 Tabel 4. Hasil uji hipotesis keterampilan proses sains mahasiswa, antara kelas eksperimen 1 dengan eksperimen 2 Kegiatan 1 0.000 Kegiatan 2 0.012 Kegiatan 3 0.011 Kegiatan 4 0.000 Tabel 5. Hasil uji Hipotesis Keterampilan Proses Sains mahasiswa, antara kelas Eksperimen 1 dengan kelas kontrol Kegiatan 1 0.000 Kegiatan 2 0.000 Kegiatan 3 0.000 Kegiatan 4 0.000 Tabel 6. Hasil uji hipotesis keterampilan proses sains mahasiswa, antara kelas eksperimen 2 dengan kelas kontrol Prisma Sains: Jurnal Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran Matematika dan IPA IKIP Mataram, Desember 2016. Vol. 4, No. 2 86

Kegiatan 1 0.000 Kegiatan 2 0.000 Kegiatan 3 0.000 Kegiatan 4 0.000 Signifikansi perbedaan diuji dengan uji t dan uji z sampel bebas. Uji t dan uji z dilakukan melalui uji prasyarat yang terdiri dari uji normalitas dengan metode Kolmogorov- Smirnov dan uji homogenitas dengan metode uji F. Tabel 3, 4 dan 5 menunjukkan bahwa data yang di dengan menggunakan uji t maupun uji z menunjukkan nilai signifikansinya lebih kecil daripada nilai alpha (α = 0,05) sehingga hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternative (Ha) diterima. Kesimpulannya bahwa terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan proses sains mahasiswa antara kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2 dan kelas kontrol atau ada pengaruh penerapan context-rich problems (CRP) dengan multimedia interaktif terhadap Keterampilan Proses Sains mahasiswa. Sikap Ilmiah Hasil Uji Hipotesis Sikap Ilmiah mahasiswa kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2 dan kelas kontrol tersaji dalam Tabel 7, 8, dan 9. Tabel 7. Hasil uji hipotesis sikap ilmiah mahasiswa, antara kelas eksperimen 1 dengan kelas eksperimen 2 Kegiatan 1 0.001 Kegiatan 2 0.005 Kegiatan 3 0.104 Kegiatan 4 0.000 Tabel 8. Hasil Uji Hipotesis Sikap Ilmiah mahasiswa, Antara Kelas Eksperimen 1 dengan Kelas Kontrol Kegiatan 1 0.000 Kegiatan 2 0.000 Kegiatan 3 0.000 Kegiatan 4 0.000 Tabel 9. Hasil Uji Hipotesis Sikap Ilmiah mahasiswa, Antara Kelas Eksperimen 2 dengan Kelas Kontrol Kegiatan 1 0.028 Kegiatan 2 0.000 Kegiatan 3 0.000 Kegiatan 4 0.038 Prisma Sains: Jurnal Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran Matematika dan IPA IKIP Mataram, Desember 2016. Vol. 4, No. 2 87

Tabel 6, 7 dan 8 menunjukkan bahwa data yang di dengan menggunakan uji t maupun uji z menunjukkan nilai signifikansinya lebih kecil daripada nilai alpha (α = 0,05) sehingga hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternative (Ha) diterima. Kesimpulannya bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada sikap ilmiah mahasiswa antara kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2 dan kelas kontrol atau ada pengaruh penerapan Context-Rich Problems (CRP) dengan multimedia interaktif terhadap Sikap Ilmiah mahasiswa. Namun, pada pada kegiatan 3 antara mahasiswa kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 menunjukkan nilai signifikansinya lebih besar daripada nilai alpha (α = 0,05) sehingga hipotesis nol (H0) gagal ditolak. Kesimpulannya tidak ada perbedaan yang signifikan sikap ilmiah mahasiswa pada kegiatan 3 antara kelas eksperimen 1 dengan kelas eksperimen 2. Pemahaman Konsep Hasil Uji Hipotesis pemahaman konsep mahasiswa kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2 dan kelas kontrol tersaji dalam Tabel 10, 11, 12. Tabel 10. Hasil uji hipotesis pemahaman konsep mahasiswa, antara kelas eksperimen 1 dengan kelas eksperimen 2 Pemahaman konsep 0.249 Uji t Tabel 9 menunjukkan bahwa data yang di dengan menggunakan uji t menunjukkan nilai signifikansinya lebih besar daripada nilai alpha (α = 0,05) sehingga hipotesis nol (H0) gagal ditolak dan hipotesis. Kesimpulannya bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pemahaman konsep mahasiswa antara kelas eksperimen 1, kelas dan eksperimen 2 atau tidak ada pengaruh penerapan context-rich problems (CRP) dengan multimedia interaktif terhadap pemahaman konsep mahasiswa mahasiswa. Tabel 11. Hasil uji hipotesis pemahaman konsep mahasiswa, antara kelas eksperimen 1 dengan kelas kontrol Pemahaman konsep 0.000 Tabel 12. Hasil uji hipotesis pemahaman konsep mahasiswa, antara kelas eksperimen 2 dengan kelas kontrol Pemahaman konsep 0.000 Tabel 11 dan 12 menunjukkan bahwa, data yang di dengan menggunakan uji z menunjukkan nilai signifikansinya lebih kecil daripada nilai alpha (α = 0,05) sehingga hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternative (Ha) diterima. Kesimpulannya bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pemahaman konsep mahasiswa antara kelas eksperimen 1, kelas dan eksperimen 2 terhadap kelas control atau ada pengaruh penerapan context-rich problems (CRP) dengan multimedia interaktif terhadap pemahaman konsep mahasiswa mahasiswa. Pembahasan 1. Pengaruh CRP berbentuk Media Interaktif terhadap Keterampilan Proses Sains Berdasarkan data perbandingan nilai rata-rata keterampilan proses sains mahasiswa pada tiap aspeknya dapat disajikan pada Gambar 1. Prisma Sains: Jurnal Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran Matematika dan IPA IKIP Mataram, Desember 2016. Vol. 4, No. 2 88

KETERAMPILAN PROSES SAINS 100.0 80.0 60.0 40.0 20.0 0.0 91.9 88.5 91.6 84.3 90.8 79.4 86.7 68.9 73.9 Keterampilan Mengolah dan Memroses Keterampilan Dasar Keterampilan Menginvestigasi EKSPERIMEN 1 EKSPERIMEN 2 KONTROL Gambar 1. Perbandingan Nilai Rata-rata pada Tiap Aspek Keterampilan Proses Sains Gambar 2 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan keterampilan proses sains mahasiswa yang dibelajarkan dengan context-rich problems (CRP) dengan multimedia interaktif, dibandingkan dengan mahasiswa yang dibelajarkan tanpa multimedia interaktif maupun dengan mahasiswa yang dibelajarkan context-rich problems (CRP). mahasiswa yang diberikan perlakuan tersebut mampu mengolah dan memroses data yang didapat dengan baik, dapat menginvestigasi dengan baik dan dapat menguasai keterampilan dengan baik pula. Data tersebut terlihat dengan jelas bahwa mahasiswa yang dibelajarkan dengan contextrich problems mampu mengikuti pembelajaran dengan lebih baik, mampu memvisualisasikan pembelajaran dengan baik, tahu apa yang harus dilakukan dan mengetahui alur kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. mahasiswa yang dibelajarkan dengan dengan context-rich problems (CRP) lebih siap dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran terutama kegiatan praktikum, karena dengan context-rich problems (CRP) mahasiswa tahu dan paham apa yang akan dilakukan. mahasiswa dapat memvisualisasikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dan dapat memecahkan masalah dengan baik. Namun, terdapat perbedaan keterampilan proses sains mahasiswa antara kelas Eksperimen 1 dengan Eksperimen 2, padahal kedua kelas tersebut dibelajarkan dengan contextrich problems (CRP). Perbedaan ini disebabkan karena, pada kelas eksperimen 1 context-rich problems (CRP), disajikan dalam bentuk multimedia interaktif. Context-rich problems (CRP) yang di disajikan dalam bentuk multimedia interaktif ini ada pilihan-pilihan jawaban yang mempermudah mahasiswa dalam menjawab dan memvisualisasikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Dengan begitu mahasiswa bisa memilih, komposisi bahan, alat, tujuan, dan apa yang harus dilakukan sesuai dengan kegiatan apa yang akan dilakukan. Hal tersebut dapat dlilihat pada lembar context-rich problems (CRP) yang disajikan dalam bentuk multimedia interaktif. Kesadaran diri mahasiswa akan muncul terkait bagaimana mahasiswa mengolah data, memproses data, dan menginvestigasinya. Sehingga keterampilan proses sains mahasiswa yang dibelajarkan dengan context-rich problems (CRP) dengan multimedia interaktif ini terbukti lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang dibelajarkan dengan context-rich problems (CRP) tanpa multimedia interaktif maupun yang tanpa context-rich problems (CRP) dalam pembelajaran asam basa dengan pendekatan saintifik. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Wibowo, dkk (2013) yang menyatakan Penggunaan multimedia dapat meningkatan nilai rata-rata keterampilan proses sains mahasiswa berdasarkan penilaian unjuk kerja. mahasiswa aktif melakukan seluruh aspek keterampilan proses sains. Context-rich problems dalam bentuk multimedia interaktif, memudahkan mahasiswa untuk menentukan sendiri apa yang harus dilakukan, apa yang harus diamati, bagaimana Prisma Sains: Jurnal Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran Matematika dan IPA IKIP Mataram, Desember 2016. Vol. 4, No. 2 89

mengamati, hubungan apa yang berlaku, persamaan apa yang perlu dipahami, dan bagaimana suatu metode diterapkan secara benar selama kerja laboratorium. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Khery (2010) yang menyatakan context-rich problems dimaksudkan untuk mendorong mahasiswa menggunakan suatu strategi pemecahan masalah yang logis dan terorganisir, sehingga kemampuan reasoning-nya pun meningkat Berbeda dengan kelas kontrol yang hanya dibelajarkan dengan pendekatan saintifik tanpa penerapan context-rich problems (CRP). Nampak bahwa, mahasiswa tidak siap dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. mahasiswa dalam kelompok ini tidak mampu memvisualisasikan, dan memecahkan masalah pada saat kegiatan pembelajaran terutama pada saat kegiatan praktikum. mahasiswa tidak mengetahui komposisi bahan yang digunakan, tidak mengetahui apa yang harus diamati, dan bahan apa yang digunakan. Ini yang membuat keterampilan proses sains kelas kontrol lebih rendah dibandingkan dengan kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2. Hal inilah yang membuat nilai keterampilan proses sains kelas kontrol pada tiap aspeknya menjadi lebih rendah daripada kelas eksperimen. Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukkan nilai signifikansi keterampilan proses sains pada setiap kegiatan maupun total lebih kecil dari pada nilai alpha (α = 0,05). Hal tersebut menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara mahasiswa kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2 dan kelas kontrol yang menunjukkan ada pengaruh context-rich problems (CRP) dengan multimedia interaktif terhadap keterampilan proses sains mahasiswa. 2. Pengaruh Penerapan Context-RichProblems berbentuk Multimedia InteraktifTerhadap Sikap Ilmiah Berdasarkan hasil uji hipotesis didapatkan bahwa, terdapat perbedaan sikap ilmiah yang signifikan antara mahasiswa kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2 dan kelas kontrol, kecuali sikap ilmiah mahasiswa pada kegiatan 3 antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Pada kegiatan 3 ini tidak terlihat perbedaan sikap ilmiah mahasiswa antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Perbandingan nilai rata-rata sikap ilmiahmahasiswa pada setiap aspek antara kelas eksperimen 1, eksperimen 2 dan kontrol tersaji pada Gambar 3. SIKAP ILMIAH 100 80 60 40 20 0 Gambar 3. Perbandingan nilai setiap indikator sikap ilmiah pada kegiatan 3 Gambar 3 memperlihatkan bahwa pada indikator sikap ilmiah rasa ingin tahu tidak terjadi perbedaan yang mencolok. Hal ini disebabkan karena sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan, terlebih dahulu diberikan soal-soal cerita pendek (context-rich problems) pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Dengan begitu dalam benak mahasiswa akan timbul kesadaran tentang apa yang harus dilakukan, dan apa yang harus diamati. Soal soal context-rich yang dibuat sesuai dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan. mahasiswa dikedua kelas eksperimen memiliki rasa ingin tahu yang sama dan lebih tinggi dibandingkan Prisma Sains: Jurnal Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran Matematika dan IPA IKIP Mataram, Desember 2016. Vol. 4, No. 2 90

kelas kontrol. Ini salah satu faktor yang disinyalir yang menyebabkan tidak terjadinya perbedaan sikap ilmiah antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 pada kegiatan 3 ini. Indikator berlandaskan pada bukti terlihat bahwa nilai untuk kelas eksperimen 2 sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen 1, meskipun demikian perbedaan tidak terlalu signifikan, mahasiswa di kedua kelas sama-sama mampu menyimpulkan kegiatan pembelajaran lebih baik dari pada kelas kontrol. Mahasiswa pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 tahu apa yang dilakukan dan tahu apa yang harus diamati. Sehingga mahasiswa di kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 lebih mudah dalam menarik kesimpulan. 3. Pengaruh Penerapan Context-Rich Problems berbentuk Multimedia InteraktifTerhadap Pemahaman Konsep Nilai posttest rata-rata pemahaman konsep pada keduakelas terdapat perbedaan. Ratarata pemahaman konsep pada kelas eksperimen 1 lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen 2 dan kelas kontrol. Meskipun demikian nilai rata-rata pemahaman konsep pada ketiga kelas memiliki nilai yang rendah. Ringkasan persentase tingkat pemahaman mahasiswa pada setiap kelas disajikan pada Gambar 4. PEMAHAMAN KONSEP EKSPERIMEN 1 EKSPERIMEN 2 KONTROL 61% 47% 65% 22% 17% 0% 2% 2% 4% 10% 15% 30% 18% 2% 4% SANGAT PAHAM PAHAM CUKUP PAHAM KURANG PAHAM TIDAK PAHAM Gambar 4. Persentase tingkat pemahaman konsep mahasiswa Gambar 4.memperlihatkan bahwa sebagian besar mahasiswa kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 berada pada tingkat pemahaman konsep dengan kategori cukup paham. Sedangkan mahasiswa pada kelas kontrol, berada pada tingkat pemahaman konsep dengan kategori kurang paham. Menurut pengamatan peneliti, rendahnya hasil tes pemahaman konsep mahasiswa, terjadi karena context-rich problems (CRP), diberikan hanya pada saat sebelum kegiatan praktikum dilaksanakan. Sementara saat kegiatan pembelajaran diskusi didalam kelas tidak diberikan context-rich problems (CRP). Peneliti memberikan pelajaran hanya menggunakan langkah-langkah dari pendekatan saintifik saja. Sehingga membuat pemahaman konsep mahasiswa menjadi rendah. Berdasarkan penelitian ini dapat dikatakan bahwa Keterampilan proses sains mahasiswa yang baik tidak menjamin kemampuan akademik ataupun prestasi akademik dari mahasiswa akan baik pula. Hal ini sesuai dengan penelitian Rokhmatika dkk.(2012) menyimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing dipadu kooperatif Jigsaw berpengaruh terhadap keterampilan proses sains tetapi kemampuan akademik tidak berpengaruh terhadap keterampilan proses sains. Sehingga berdasarkan hasil uji hipotesis antara kelas eksperimen 1 dengan kelas eksperimen 2 yang tersaji pada tabel 9, tidak terdadapat perbedaan yang signifikan pemahaman Prisma Sains: Jurnal Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran Matematika dan IPA IKIP Mataram, Desember 2016. Vol. 4, No. 2 91

konsep mahasiswa pada kedua kelas. Namun pada tabel 10 dan 11 terlihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas ekperimen 1, kelas eksperimen 2 dengan kelas kontrol. Hal ini disebabkan karena context-rich problems, yang diberikan pada kegiatan praktikum. Terdapatnya perbedaan yang terjadi, artinya ada pengaruh context-rich problems terhadap pemahaman konsep mahasiswa, meskipun secara perhitungan rata-rata nilai yang didapat mahasiswa rendah. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. 1. Penggunaan context-rich problems (CRP) dengan multimedia interaktif berpengaruh terhadap keterampilan proses sains (KPS) dalam materi asam basa. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan hasil uji t yaitu 0,00 lebih kecil daripada nilai (α = 0,05). 2. Ada pengaruh penerapan context-rich problems (CRP) dengan multimedia interaktif terhadap sikap ilmiah mahasiswa pada setiap kegiatan pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan hasil uji t yaitu 0,00 lebih kecil daripada nilai (α = 0,05). 3. Tidak terdapat pengaruh penerapan context-rich problems (CRP) dengan multimedia interaktif terhadap pemahaman konsep mahasiswa. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan hasil uji t yaitu 0,249 lebih besar daripada nilai (α = 0,05). SARAN Hasil keterampilan proses sains, sikap ilmiah, dan pemahaman konsep mahasiswa pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 didapatkan bahwa kelas eksperimen 1 lebih baik dari kelas eksperimen 2 pada semua variabel terikat penelitian yang diamati meskipun dibelajarkan menggunakan model yang sama. Fenomena tersebut perlu diperhatikan dengan melihat aspekaspek yang mungkin dapat mempengaruhi perbedaan tersebut seperti penggunaan media tambahan, atribusi-atribusi interaktif dalam langkah-langkah pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Enghag, M. (2004). Context-rich problems in physics for upper secondary school. Science Education Internasional. 16(4), 293-302. Hamdan, A. (2015).Analisis keterampilan proses sains mahasiswa kelas XI pada pembelajaran titrasi asam basa menggunakan metode problem solving. Skripsi: tidak dipublikasikan. UIN Syarif Hydayatullah. Jakarta. Herron, J.D. (1996). The chemistry classroom. Washington DC: American Chemical Society. Ibnu, S. (2009). Kaidah Dasar Pembelajaran Sains. Makalah disajikan dalam kuliah Landasan Pendidikan dan Pembelajaran IPA, PPS Universitas Negeri Malang, PSSJ Pendidikan IPA (RSBI), Malang, 18 Mei. Khery, Y. (2010). Context-rich problems dan pengantar bilingual untuk pengembangan bahan ajar materi kimia larutan. Prosiding Seminar Nasional Lesson Study 3 Peran Lesson Study dalam Meningkatkan Profesionalitas Pendidik dan Kualitas Pembelajarn FMIPA Universitas Negeri Malang, 9 Oktober 2010 24, Hal. 24-39 Khery, Y., Subandi, Ibnu, S., (2013). Metakognitif, proses sains, dan kemampuan kognitif mahasiswa divergen dan konvergen dalam PBL. Prisma Sains: Jurnal Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran Matematika dan IPA IKIP Mataram, 1(1), 37-49. Munadi, Y., (2010). Media pembelajaran, sebuah pendekatan baru. Jakarta: Gaung Persada Press. Sardinah, dkk. (2012). Relevansi sikap ilmiah mahasiswa dengan konsep hakikat sains dalam pelaksanaan percobaan pada pembelajaran IPA di SDN Kota Banda Aceh. Universitas Serambi Mekah. Jurnal Pendidikan. Prisma Sains: Jurnal Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran Matematika dan IPA IKIP Mataram, Desember 2016. Vol. 4, No. 2 92

Subali, B. (2009). Pengembangan tes pengukur keterampilan proses sains pola divergen mata pelajaran biologi SMA. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Biologi, Lingkungan dan Pembelajarannya, Jurdik Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 4 Juli, pp. 581-593. Sugiyono. (2015). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta. Susiwi, H., A., A., Liliasari, & Ahmad, S. (2009). Analisis keterampilan proses sains mahasiswa SMA pada model pembelajaran praktikum D-E-H. Jurnal Pengajaran MIPA, 14(2), 87-104. Zidny, R. (2013). Analisa pemahaman konsep mahasiswa SMA kelas X pada materi persamaan kimia dan stoikiometri melalui penggunaan diagram submikroskopik serta hubungannya dengan kemampuan pemecahan masalah. Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia. 1(1), 28-36. Prisma Sains: Jurnal Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran Matematika dan IPA IKIP Mataram, Desember 2016. Vol. 4, No. 2 93