Efektivitas Proses Elektrokoagulasi dan Ozonasi sebagai Upaya (Yulfarida dkk.) EFEKTIVITAS PROSES ELEKTROKOAGULASI DAN OZONASI SEBAGAI UPAYA PENGOLAHA

dokumen-dokumen yang mirip
Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK PADA SKALA LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEKTROKOAGULASI

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROTOTIPE UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN REAKTOR ELEKTROKIMIA (UPAL-RE) UNTUK MELAYANI HOME INDUSTRY BATIK (259L) ABSTRAK

EFEKTIFITAS ELEKTROFLOKULATOR DALAM MENURUNKAN TSS DAN BOD PADA LIMBAH CAIR TAPIOKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan salah satu pusat industri batik yang dikenal sejak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

APLIKASI METODE ELEKTROKOAGULASI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH COOLANT. Arie Anggraeny, Sutanto, Husain Nashrianto

KAJIAN PENGGUNAAN METODE ELEKTROKOAGULASI UNTUK PENYISIHAN COD DAN TURBIDITI DALAM LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT. Ratni Dewi *) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB 1 PENDAHULUAN. air dapat berasal dari limbah terpusat (point sources), seperti: limbah industri,

STUDI PENURUNAN KONSENTRASI NIKEL DAN TEMBAGA PADA LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ratna Agustiningsih, 2014

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencuci pakaian, untuk tempat pembuangan kotoran (tinja), sehingga badan air

SUNARDI. Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB Yogyakarta Telp. (0274) Abstrak

BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

KAJIAN PROSES ELEKTROKOAGULASI UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK

Pengaruh Variasi Tegangan pada Pengolahan Limbah Cair Laundry Menggunakan Proses Elektrolisis

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

II. TINJAUAN PUSTAKA. secara langsung maupun dalam jangka panjang. Berdasarkan sumbernya, limbah

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

PENGARUH WAKTU TINGGAL CAIRAN TERHADAP PENURUNAN KEKERUHAN DALAM AIR PADA REAKTOR ELEKTROKOAGULASI. Satriananda 1 ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

PENGOLAHAN AIR LIMBAH COLD STORAGE MENGGUNAKAN PROSES ELEKTROKOAGULASI

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya produksi minyak kelapa sawit di Indonesia sehingga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya alam merupakan bagian penting bagi kehidupan dan. keberlanjutan manusia serta makhluk hidup lainnya.

PENURUNAN MINYAK DAN TSS PADA AIR LIMBAH BALAI YASA DENGAN MENGGUNAKAN ELEKTROKOAGULASI

PERCOBAAN AWAL PROSES ELEKTROKOAGULASI SEBAGAI METODE ALTERNATIF PADA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE

I. PENDAHULUAN. 2006), menjadi peluang besar bagi industri ini dalam pemanfaatan limbah untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH TANGGA DENGAN PROSES ELEKTROLFOKULATOR SECARA BATCH

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RACE-Vol.4, No.1, Maret 2010 ISSN PENGARUH PASANGAN ELEKTRODA TERHADAP PROSES ELEKTROKOAGULASI PADA PENGOLAHAN AIR BUANGAN INDUSTRI TEKSTIL

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

SEMINAR TUGAS AKHIR APLIKASI ELEKTROKOAGULASI PASANGAN ELEKTRODA BESI UNTUK PENGOLAHAN AIR DENGAN SISTEM KONTINYU. Surabaya, 12 Juli 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Kimia Indonesia

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tambah kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan. adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (ouput).

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai flokulan alami yang ramah lingkungan dalam pengolahan

BAB V PEMBAHASAN. Pada penelitian ini dilakukan pengolahan limbah laboratorium dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai penanganan pencemaran limbah laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

Studi Efektifitas pada Penurunan Kadmium (Cd) terhadap Seng (Zn) dan Tembaga (Cu) dengan Metode Elektrolisis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Friska Dwi Nur Styani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat.

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin tinggi dan peningkatan jumlah industri di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran tadi tidak hanya berasal dari buangan industri pabrik-pabrik yang

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

Serbuk Biji Kelor Sebagai Koagulan Harimbi Mawan Dinda Rakhmawati

KOAGULAN PADA PENURUNAN TURBIDITAS LIMBAH CAIR INDUSTRI TEKSTIL PT. LSI DAN PENURUNAN KADAR

PENURUNAN BOD dan TSS PADA LIMBAH INDUSTRI SAUS SECARA ELEKTROKOAGULASI MENGGUNAKAN ELEKTRODA Fe, Cu dan STAINLESS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGOLAHAN AIR KOLAM RENANG MENGGUNAKAN METODE ELEKTROKOAGULASI DENGAN ELEKTRODA ALUMUNIUM GRAFIT

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

VOLUME 5 NO. 1, JUNI 2009

HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi hidro-orologi dan fungsi lingkungan lain yang penting bagi kehidupan seluruh

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAPIOKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEKTROFLOKULASI

PERBAIKAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI FARMASI MENGGUNAKAN KOAGULAN BIJI KELOR (Moringa oleifera Lam) DAN PAC (Poly Alumunium Chloride)

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

Yunus Tonapa, Agustinus Ngatin, Mukhtar Gozali

Transkripsi:

EFEKTIVITAS PROSES ELEKTROKOAGULASI DAN OZONASI SEBAGAI UPAYA PENGOLAHAN LIMBAH TEKSTIL Monica Yulfarida 1*, Bimo Bagaskoro 2, Muhammad Alvin Ridho 2, Ro ad Baladi Al Komar 2 dan Wirda Nabilla Safitri 3 1 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro 2 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro 3 Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro * Email: monicayulfarida@gmail.com Abstrak Elektrokoagulasi merupakan proses koagulasi kontinyu menggunakan arus listrik searah sedangkan ozonasi merupakan salah satu proses desinfeksi dengan menggunakan ozon. Pengolahan limbah tekstil dapat dilakukan dengan berbagai proses seperti menambahkan koagulan, melakukan proses elekrolisis atau dengan ozonasi. Penelitian yang dilakukan bertujuan dalam mengetahui efektivitas pengolahan air limbah tekstil dengan menggunakan elektrokoagulasi, ozonasi atau dengan menggabungkan kedua proses tersebut. Penelitian dilakukan pada skala laboratorium dengan menggunakan air limbah tekstil yang di uji coba dengan variabel bebas yaitu, metode elektrokoagulasi, metode ozonasi, dan kombinasi. Sampel dianalisis pada rentang waktu 0 menit, 45 menit, 60 menit dan 120 menit. Analisa mengacu pada SNI 06-6989.15-2-2004, SNI 06-6989.72-2009 dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014 untuk parameter COD dan BOD. SK SNI M-03-1989-F untuk parameter TSS. Hasil analisa menunjukkan dengan menggunakan metode elektrokoagulasi setelah 2 jam efesiensi pengolahan mencapai, pada metode ozonasi mencapai dan pada metode kombinasi mencapai. Melalui penelitian yang telah dilakukan metode kombinasi memeliki efesiensi yang tinggi dalam mengolah limbah tekstil. Kata kunci : efektivitas, elektrokoagulasi, limbah, ozonasi, tekstil 1. PENDAHULUAN Industri tekstil merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. Berdasarkan data United Nations Industrial Development Organization (UNIDO), saat ini Indonesia menduduki peringkat kesembilan di dunia dalam manufacturing value added. Hal tersebut menyebabkan banyaknya pabrik pabrik tekstil yang berdiri dan beroperasi di Indonesia mulai dari skala kecil hingg besar. Jumlah pabrik yang beroperasi tidak diikuti dengan seimbangnya jumlah instalasi pengolah air limbah. Kondisi yang ada di lapangan menunjukkan sebagian besar limbah tekstil tidak diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai. Pengolahan yang paling umum dilakukan adalah pengendapan atau penampungan limbah dalam suatu tempat. Beberapa kandungan di dalam limbah yang tidak diolah dengan baik berpotensi menimbulkan pencemaran air, seperti kandungan bahan organik, padatan tersuspensi, serta kandungan logam dan minyak yang tinggi. Pengolahan air limbah yang baik dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti elektrokoagulasi dan ozonasi. Elektrokoagulasi merupakan suatu proses koagulasi menggunakan arus listrik searah dengan prinsip elektrokimia. Apabila dalam suatu larutan elektrolit ditempatkan dua buah elektroda dan dialiri dengan arus listrik searah, maka akan terjadi peristiwa elektrokimia dimana ion positif (kation) bergerak ke katoda dan menerima elektron yang direduksi dan ion negatif (anion) bergerak ke anoda dan menyerahkan elektron yang dioksidasi (Yulianto, 2009). Mollah dan Schennach (2001) menyatakan bahwa elektrokoagulasi adalah teknologi yang saat ini berkembang secara efektif diaplikasikan untuk mengolah air limbah. Secara umum keuntungan dari metode ini adalah efisiensi pemisahan yang lebih tinggi, sederhana dan lebih ramah lingkungan. Elektrokoagulasi banyak dimanfaatkan untuk pengolahan pada limbah cair organik dengan mengendapkan zat-zat logam pada cairan tersebut. Ozonasi merupakan salah satu proses disinfektasi menggunakan ozon. Ozon dapat terbentuk melalui dua proses yang berbeda, ayitu melalui proses tumbukan dan melalui proses penyerapan cahaya (Arifin, 2009). Gas Ozon dapat dibuat dengan metode electrical discharge, tumbukan dari 48

A.9 elektron yang dihasilkan oleh electrical discharge dengan molekul oksigen menghasilkan dua buah atom oksigen. Selanjutnya atom oksigen secara ilmiah bertumbukan kembali dengan molekul oksigen di sekitarnya dan terbentuklah ozon. Penelitian yang dilakukan berfokus pada efektivitas pengolahan limbah tekstil menggunakan metode elektrokoagulasi, metode ozonasi dan metode kombinasi elektrokoagulasi dan ozonasi. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah kadar COD, BOD, dan TSS yang selanjutnya dihitung nilai efisiensinya. 2. METODOLOGI Penelitian dilakukan dalam skala laboratorium dengan tiga metode yang akan dilakukan. Proses pengolahan limbah dianalisa setelah 0 menit, 45 menit, 60 menit dan 120 menit. Pada proses elektrokoagulasi air limbah ditampung pada bak dan dialirkan arus DC. Ektroda yang digunakan adalah grafit dan alumunium. Proses dilakukan sesuai dengan variabel waktu yang ada. Gambar 1. Prosees elektrokoagulasi Pada proses ozonasi air limbah ditampung pada bak dan dilakukan proses ozonasi menggunakan tabung ozon yang dilengkapi ruang sintesa ozon. Proses ozonasi dibantu dengan menggunakan aerator sebagai sumber oksigen. Proses ozonasi dilakuakn sesuai dengan variabel waktu yang ada. Gambar 2. Rangakaian ruang sintesa ozon Pada proses elektrokoagulasi yang dikombinasi dengan ozonasi, air limbah ditampung pada bak yang dilengkapi elektoda berupa grafit dan alumunium. Kedua elektroda tersebut dialiri dengan arus sebesar DC. Pada bak pengolahan juga dilakukan proses ozonasi secara bersamaan menggunakan tabung ozon yang dilengkapi ruang sintesa ozon. Proses ozonasi juga dibantu dengan menggunakan aerator sebagai sumber oksigen. Proses ini dilakuakan sesuai dengan variabel waktu yang ada. Parameter yang diuji meliputi Chemical Oxigen Demand (COD), Biological Oxygen Demand (BOD), Total Suspended Solid (TSS). Analisa mengacu pada SNI 06-6989.15-2-2004, SNI 06- Prosiding SNST ke-9 Tahun 2018 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim 49

6989.72-2009, dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014 untuk COD dan BOD serta SK SNI M-03-1989-F untuk parameter TSS. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Limbah Tekstil Karakteristik limbah sesuai dengan baku mutu yang ada pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014 ditunjukkan pada tabel 1. Tabel 1. Baku mutu limbah tekstil No Parameter Satuan Baku Mutu 1 ph - 6,0 9,0 2 BOD mg/l 60 3 COD mg/l 150 4 TSS mg/l 50 5 Krom (Cr) mg/l 1,0 6 Minyak mg/l 3,0 Tabel 1 menunjukkan baku mutu limbah tekstil yang diperbolehkan untuk dibuang ke sungai. Pada penelitian ini digunakan air limbah tekstil langsung dari sumber pabrik tekstil yang belum dilakukan pengolahan limbah. Limbah tersebut memiliki kandungan karakteristik COD sebesar 450 mg/l, kandungan BOD sebesar 350 mg/l dan TSS sebesar 215 mg/l. Keadaan organoleptik menunjukkan bahwa warna limbah hitam pekat dan memiliki bau yang menyengat. Limbah yang telah dianalisis kemundian dilanjutkan dengan pengujian pada tiga metode, yaitu elektrokoagulasi, ozonasi dan kombinasi elektrokoagulasi dan ozonasi. 3.2 Pengaruh Metode Pengolahan Limbah Terhadap Nilai COD pada parameter COD. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 3. Gambar 3. Hubungan COD terhadap waktu pada berbagai metode COD atau Chemical Oxygen Demand adalah nilai yang menunjukkan jumlah oksigen untuk mengoksidasi senyawa organik yang terdapat pada 1 liter larutan yang dinyatakan dalam satuan mg/l. Menurut Mulia (2005), senyawa organic dalam COD menliputi senyawa yang dapat diolah secara biologis (biodegradable) dan tidak dapat diolah secara biologis (non-biodegradable). Berdasarkan pada gambar 3, pengolahan limbah dengan menggunakan metode kombinasi antara elektrokoagulasi dan ozonasi menunjukkan penurunan COD menuju standar baku mutu yang lebih efisien. Jika dihitung secara efisiensi, pengolah menggunakan metode elektrokoagulasi memiliki efisinsi sebesar 71,1%, pada metode ozonasi sebesar 67,5 %, dan pada metode kombinasi sebesar 83,2%. Hal ini menujukkan bahwa metode kombinasi antara elektrokoagulasi dan ozonasi mampu mereduksi waktu pengolahan limbah dalam menurunkan nilai COD dibandingkan dengan dua metode lainnya. Metode kombinasi mampu menurunkan COD lebih cepat dibandingkan dengan dua metode lainnya, hal tersebut dikarenakan dengan adanya penggabungan metode maka terbentuknya flokulan flokulan akan jauh lebih cepat. Jenis elektroda yang digunakan pada 50

A.9 penelitian ini adalah elektroda alumunium yang berperan sebagai sumber ion Al +3 di anoda dan berfungsi sebagai koagulan dalam proses koagulasi flokulasi yang terjadi di dalam sel tersebut. Sedangkan di katoda terjadi reaksi katodik dengan membentuk gelembung gelembng gas hidrogen yang berfungsi untuk menaikan flok flok tersuspensi yang tidak dapat mengendapkan dalam sel. 3.3 Pengaruh Metode Pengolahan Limbah Terhadap Nilai BOD pada parameter BOD. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 4. Gambar 4. Hubungan BOD terhadap waktu pada berbagai metode BOD atau Biological Oxygen Demand adalah karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan mikroorganisme untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam keadaan aerobik. Berdasarkan pada gambar 4, pengolahan limbah dengan menggunakan metode kombinasi antara elektrokoagulasi dan ozonasi menunjukkan penurunan BOD menuju standar baku mutu yang lebih efisien. Jika dihitung secara efisiensi, pengolah menggunakan metode elektrokoagulasi memiliki efisinsi sebesar 87,1%, pada metode ozonasi sebesar 83,1%, dan pada metode kombinasi sebesar 91,4%. Hal ini menujukkan bahwa metode kombinasi antara elektrokoagulasi dan ozonasi mampu mereduksi waktu pengolahan limbah dalam menurunkan nilai BOD dibandingkan dengan dua metode lainnya. Metode kombinasi mampu menurunkan COD lebih cepat dibandingkan dengan dua metode lainnya, hal tersebut dikarenakan dengan adanya penggabungan metode maka terbentuknya flokulan flokulan akan jauh lebih cepat. Ozoan pada ion (O 3) dari hasil ozonisasi tersebut memiliki sifat sterilisasi sehingga partikel limbah cair dapat terurai dengan baik (Syakur 2009). 3.4 Pengaruh Metode Pengolahan Limbah Terhadap Nilai TSS pada parameter TSS. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 5. Gambar 5. Hubungan TSS terhadap waktu pada berbagai metode TSS atau Total Suspended Solid adalah padatan tersuspensi yang terdapat pada limbah dengan ukuran kurang dari 0,45 mikron (Mulia,2005). Material tersuspensi dapat menghalangi cahaya Prosiding SNST ke-9 Tahun 2018 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim 51

matahari yang masuk ke dalam tanaman air. Berdasarkan pada gambar 5, pengolahan limbah dengan menggunakan metode kombinasi antara elektrokoagulasi dan ozonasi menunjukkan penurunan TSS menuju standar baku mutu yang lebih efisien. Jika dihitung secara efisiensi, pengolah menggunakan metode elektrokoagulasi memiliki efisinsi sebesar 79%, pada metode ozonasi sebesar 77,2 %, dan pada metode kombinasi sebesar 81,3%. Hal ini menujukkan bahwa metode kombinasi antara elektrokoagulasi dan ozonasi mampu mereduksi waktu pengolahan limbah dalam menurunkan nilai TSS dibandingkan dengan dua metode lainnya. 4. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh perbedaan metode dalam pengolahan air limbah tekstil dapat disimpulkan bahwa metode kombinasi antara proses elektrokoagulasi dengan ozonasi memiliki efisiensi sebesar dibandingkan dengan metode elektrogkoagulasi yang memiliki efisiensi sebesar dan metode ozonasi dengan efisinesi. Penggunaan metode kombinasi mampu mereduksi waktu pengolahan sehingga air limbah dapat dibuang ke sungai sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Fajar., (2019), Perancangan Pembangkit Tegangan Tinggi Impuls Untuk Pengolahan Limbah Cair Industri Minuman Ringan Dengan Teknologi Plasma Lucutan Korona, Universitas Diponegoro, Semarang. Mollah, M.Y.A., Schennach, R., J.R. (2001). Electrocoagulation (EC)-Science and Aplications Journal of Hazardous Materoial, 84, 29-41. Mulia, R.M., (2005), Kesehatan Lingkungan, Graha Ilmu, Yogyakarta Syakur, A., et al. (2009). Aplikasi Tegangan Tinggi DC Sebagai Pengendapan Debu Secara Elektrostatik, Universitas Diponegoro, Semarang Yulianto, A., et al. (2009), Pengolahan Limbar Cair Industri Batik Pada Skala Laboratorium Dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi,Universitas Diponegoro, Yogyakarta. 52