BAB II DASAR TEORI. l = Panjang Solenoid (m)

dokumen-dokumen yang mirip
DIODA KHUSUS. Pertemuan V Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom

DAFTAR ISI ABSTRAK... DAFTAR ISI...

BAB III METODE PENELITIAN

PENGERTIAN THYRISTOR

Tugas 01 Makalah Dasar Elektronika Komponen Elektronika

Gambar 3.1 Susunan perangkat keras sistem steel ball magnetic levitation

BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA

BAB II LANDASAN TEORI

Politeknik Gunakarya Indonesia

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Elektronika Daya ALMTDRS 2014

APLIKASI PLC PADA PENGENDALIAN MESIN BOR OTOMATIS DENGAN SISTEM MONITORING BERBASIS VISUAL BASIC 6.0

controlled rectifier), TRIAC dan DIAC. Pembaca dapat menyimak lebih jelas

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)

BAB I PENDAHULUAN. pengontrolan sumber tegangan AC 1 fasa dengan memafaatkan sumber

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

Elektronika. Pertemuan 8

NAMA : WAHYU MULDAYANI NIM : INSTRUMENTASI DAN OTOMASI. Struktur Thyristor THYRISTOR

THYRISTOR. SCR, TRIAC dan DIAC. by aswan hamonangan

BAB I KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

BAB II LANDASAN TEORI

REKAYASA CATU DAYA MULTIGUNA SEBAGAI PENDUKUNG KEGIATAN PRAKTIKUM DI LABORATORIUM. M. Rahmad

Komponen aktif dan pasif elektronika

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV SISTEM KONVERSI ENERGI LISTRIK AC KE DC PADA STO SLIPI

MAKALAH DASAR TEKNIK ELEKTRO SCR, DIAC, TRIAC DAN DIODA VARAKTOR NAMA : NIM : JURUSAN : PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN PRODI : TEKNIK ELEKTRO

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN SISTEM

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER

Gambar 2.20 Rangkaian antarmuka Hall-Effect

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Segitiga Daya

KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA. Prakarya X

BAB II LANDASAN TEORI

1 DC SWITCH 1.1 TUJUAN

BAB 3 PERANCANGAN. Skema sistem lup tertutup dari alat yang dirancang digambarkan pada Gambar 3.1.

Mekatronika Modul 5 Triode AC (TRIAC)

Sistem Perlindungan menggunakan Optical Switching pada Tegangan Tinggi

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK

JOBSHEET 6 PENGUAT INSTRUMENTASI

BAB I PENDAHULUAN. Inverter adalah alat yang banyak digunakan dalam aplikasi elektronis. Alat ini

Mekatronika Modul 2 Silicon Controlled Rectifier (SCR)

MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI

OPERASI DAN APLIKASI TRIAC

BAB II DASAR TEORI Gambar 2.1. Simbol Dioda.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013.

BAB II LANDASAN TEORI

TIN-302 Elektronika Industri

LAB SHEET ILMU BAHAN DAN PIRANTI

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Sensor dan Transduser

BAB II LANDASAN SISTEM

MODUL 08 Penguat Operasional (Operational Amplifier)

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian

Gambar 11. susunan dan symbol dioda. Sebagai contoh pemassangan dioda pada suatu rangkaian sebagai berikut: Gambar 12. Cara Pemasangan Dioda

TAKARIR. periode atau satu masa kerjanya dimana periodenya adalah nol.

BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

Kegiatan Belajar 1: Komponen Elektronika Aktif Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan Tujuan Pembelajaran :

Pengendali Kecepatan Motor Induksi 3-Phase pada Aplikasi Industri Plastik

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB II LANDASAN TEORI

KOMPONEN AKTIF. Resume Praktikum Rangkaian Elektronika

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan

semiconductor devices

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN ALAT

Politeknik Negeri Bandung

Laporan Kerja Praktek ANALISA SISTEM KERJA LAMPU OTOMATIS MENGGUNAKAN SENSOR CAHAYA DENGAN DAYA AC DI PT. ROHEDA SEJATI

Pertemuan 10 A. Tujuan 1. Standard Kompetensi: Mempersiapkan Pekerjaan Merangkai Komponen

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Lembar Pengesahan Pembimbing... ii. Lembar Pernyataan Keaslian...iii. Lembar Pengesahan Pengujian...

NAMA : VICTOR WELLYATER NPM : : DR. SETIYONO,ST,.MT : BAMBANG DWINANTO,ST,.MT

Gambar 2.1. Rangkaian Komutasi Alami.

Komponen Komponen elektronika DIODA Dioda Silikon Dan Germanium Dioda adalah komponen semiconductor yang paling sederhana, ia terdiri atas dua

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

MODUL 09 PENGUAT OPERATIONAL (OPERATIONAL AMPLIFIER) PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

BAB III SISTEM EKSITASI TANPA SIKAT DAN AVR GENERATOR

BAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1 Skematik Perangkat Pelayangan Magnetik Bola

METODE PENGENDALIAN KONVERTER DC DC EMPAT LEVEL JENIS DIODA CLAMP

BAB II LANDASAN TEORI

Perancangan dan Analisis Back to Back Thyristor Untuk Regulasi Tegangan AC Satu Fasa

OPERATIONAL AMPLIFIERS

Rangkaian Dimmer Pengatur Iluminasi Lampu Pijar Berbasis Internally Triggered TRIAC

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB IV. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus

Mono Amplifier Class D menggunakan Semikron SKHI 22B dan IGBT Module Semikron SKM75GB128DN

Simulasi Karakteristik Inverter IC 555

TUGAS DAN EVALUASI. 2. Tuliska macam macam thyristor dan jelaskan dengan gambar cara kerjanya!

61 semua siklus akan bekerja secara berurutan. Bila diantara ke -6 saklar diatur secara manual maka hanya saklar yang terhubung ground saja yang akan

Elektronika Lanjut. Penguat Instrumen. Elektronika Lanjut Missa Lamsani Hal 1

Transkripsi:

BAB II DASAR TEORI Bab ini membahas mengenai teori-teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merancang tugas akhir ini. 2.1 Solenoid Solenoid adalah sebuah kawat konduktor yang dililitkan secara rapat dan berbentuk spiral. Gaya yang dihasilkan oleh solenoid dapat dirumuskan sebagai berikut[1]: F B l I...(2.1) Di mana : F = Gaya Solenoid (N) B = Kerapatan Flux Magnetik (T) l = Panjang Solenoid (m) I = Arus (A) Dengan memanfaatkan gaya yang dihasilkan oleh solenoid saat dialiri arus, maka solenoid dapat dipakai untuk beberapa aplikasi salah-satunya adalah solenoid elektro-mekanis. Solenoid tipe ini bekerja dengan cara menambahkan inti besi atau bahan feromagnetik lainnya yang berbentuk silinder dan dapat bergerak bebas di dalam kumparan. Ini menyebabkan inti besi tertarik ke arah kumparan jika kumparan dialiri arus listrik. Karena solenoid dapat mengubah arus listrik dan menyimpannya menjadi medan magnet maka solenoid juga mempunyai sifat seperti induktor. Induktansi dari sebuah solenoid dapat dirumuskan sebagai berikut[1]: 4

2 r1 r2 2 0.015 N ( ) L 2...(2.2) r1 r2 6 9 l 10 ( r2 r1 ) 2 Di mana : L = Induktansi (mh) N = Jumlah lilitan r 1 = Jari-jari dalam solenoid (m) r 2 = Jari-jari total solenoid (m) l = Panjang solenoid (m) Gambar 2.1 Solenoid [3] 5

2.2 Topologi DC to DC booster Gambar 2.2 Skema Topologi DC to DC booster[4] DC to DC booster adalah sebuah topologi catu daya yang dapat membuat tegangan keluaran lebih tinggi dibandingkan dengan tegangan masukan. DC to DC booster termasuk tipe catu daya tersaklar karena mempunyai 2 siklus yaitu siklus on dan siklus off. Pada saat siklus on sebuah saklar akan terhubung singkat dengan ground sehingga arus pada induktor akan meningkat dan dikonversi oleh induktor sebagai medan magnet. Pada saat siklus off saklar akan terputus sehingga arus pada induktor berkurang dan medan magnet induktor akan meluruh, membuat polaritas tegangan dari induktor terbalik serta tegangan induktor akan meningkat, proses ini menjadikan tegangan keluaran yang dirasakan oleh beban merupakan hasil penjumlahan dari tegangan input dan juga tegangan induktor. Arus input dari topologi ini adalah konstan atau tidak berdenyut sedangkan arus keluarannya tidak konstan karena dioda hanya menghantarkan arus sesaat dari total keseluruhan siklus[4]. 6

2.3 LM555 LM555 merupakan sebuah integrated circuit (IC) yang dapat digunakan sebagai penghasil waktu tunda yang akurat atau bisa juga menjadi sebuah pembangkit osilasi. LM555 dapat dibagi menjadi 2 mode operasi yaitu operasi monostable dan operasi astable. Untuk menghasilkan sebuah gelombang kotak yang digunakan untuk memicu saklar dalam topologi DC to DC booster, LM555 perlu bekerja pada mode operasi astable[5]. Gambar 2.3 Blok Diagram LM555[5] Gambar 2.4 Rangkaian Mode Operasi Astable LM555[5] 7

2.4 Thyristor Thyristor adalah komponen elektronika yang berfungsi sebagai saklar (switch) atau pengendali yang terbuat dari bahan semikonduktor. Thyristor yang secara ekslusif bertindak sebagai saklar ini pada umumnya memiliki dua hingga empat kaki terminal. Pada prinsipnya, Thyristor yang berterminal tiga akan menggunakan arus atau tegangan rendah yang diberikan pada salah satu kaki terminalnya untuk mengendalikan aliran arus atau tegangan tinggi yang melewati dua terminal lainnya. Sedangkan untuk Thyristor yang berterminal dua yang tidak memiliki terminal kendali (GATE), fungsi saklarnya akan diaktifkan apabila tegangan pada kedua terminalnya mencapai level tertentu. Level tegangan yang dimaksud tersebut biasanya disebut dengan Breakdown Voltage atau Breakover Voltage. Pada saat dibawah tegangan breakdownnya, kedua kaki terminal tidak akan mengaliri arus listrik atau berada di posisi OFF [6]. Thyristor sendiri dapat dibagi menjadi 4 jenis yaitu : Silicon Controlled Rectifier (SCR), Silicon Controlled Switch (SCS), Diode Alternating Current (DIAC) dan Triode Alternating Current (TRIAC). Yang pada skripsi ini akan digunakan thyristor dengan jenis SCR dan tipe Semikron SKKT 41/12D. Gambar 2.5 Lambang Jenis-Jenis Thyristor[6] 8

2.5 Optocoupler Optocoupler adalah sebuah komponen yang digunakan untuk mentransfer sinyal elektrik diantara kedua untai yang terisolasi menggunakan media cahaya. Optocoupler bekerja dengan cara mengubah sinyal input yang diterima menjadi cahaya dan akan diterima disisi yang berbeda melalui sebuah sensor. Sensor tersebut dapat berupa photoresistor, phototransistor, photodiode, SCR atau TRIAC. Optocoupler yang digunakan adalah optocoupler dengan tipe 4N25 yang memiliki spesifikasi sebagai berikut : Tabel 2.1 Spesifikasi Optocoupler 4N25[7] Gambar 2.6 Konfigurasi Pin Optocoupler 4N25 [7] 9

2.6 Operational Amplifier Operational Amplifier atau yang biasa disebut op-amp merupakan suatu jenis penguat elektronika dengan DC coupling yang mempunyai nilai penguatan yang sangat besar dan terdiri dari 2 masukan serta 1 keluaran. Operational Amplifier adalah perangkat yang sangat efisien dan serba guna. Contoh penggunaan dari Operational Amplifier adalah untuk operasi matematika sederhana seperti penjumlahan dan pengurangan terhadap tegangan listrik hingga dikembangkan kepada penggunaan aplikatif seperti komparator dan osilator dengan distorsi rendah. Operational Amplifier dalam paket IC, mempunyai karakteristik yang mendekati dari karakteristik Operational Amplifier ideal. Yaitu[8] : Penguatan tegangan tidak terbatas. Impedansi masukan tidak terbatas. Impedansi keluaran sama dengan nol. Bandwith tidak terbatas. Tegangan offset sama dengan nol. Gambar 2.7 Lambang Operational Amplifier[8] 10