Oleh : Moh. Aris Pasigai

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN PROFESI GURU SD/MI. Udin S. Sa ud, Ph.D

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

No. KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU TK/ PAUD Kompetensi Pedagodik

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki

PEDOMAN PENILAIAN PROFIL KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kerangka dan tujuan organisasi.masalah kompetensi itu menjadi penting,

Analisis Kebutuhan Pelatihan Kompetensi Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang

BAB l PENDAHULUAN. kinerja guru. Dengan adanya setifikasi guru, kinerja guru menjadi lebih baik

STANDAR KOMPETENSI GURU (Permendiknas No. 16 Tahun 2007)

STANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI

MATA KULIAH PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU. Dr. Ali Mustadi, M. Pd NIP

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kependidikan kompetensi merupakan pengetahuan, sikap-perilaku dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kountur (Wiwid, 2006:48) Penelitian deskriftif adalah jenis penelitian yang

A. KUALIFIKASI PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN

DEVELOPPING OF TEACHERS HP

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN

BAB III METODE PENELITIAN

PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU

kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto, yaitu suatu

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

Saiful Bahri, Supervisi Akademik...

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu.menurut (Farida

BAB I PENDAHULUAN. mungkin proses belajar mengajar akan berhasil dengan lancar dan baik.

SUPERVISI AKADEMIK DALAM PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU

PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN

INSTRUMEN D PENILAIAN BUKU PANDUAN PENDIDIK. Bobot (B)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2008 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG KRITERIA DAN PERANGKAT AKREDITASI TAMAN KANAK-KANAK/RAUDHATUL ATHFAL (TK/RA)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM

UPAYA PENGEMBANGAN BAHASA CIREBON MELALUI PENYIAPAN GURU PROFESIONAL

KOMPETENSI PENDIDIK (GURU PAUD, GURU PENDAMPING, GURU PENDAMPING MUDA) 1 KOMPETENSI GURU PAUD

BAB II KAJIAN TEORI. yang siap akan tugas dan tanggung jawabnya. Mahasiswa dibina dengan

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

KEGIATAN BELAJAR 1 KOMPETENSI GURU

MATERI BEDAH KISI-KISI DAN SOAL UKG, & STRATEGI SUKSES

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENDIDIKAN AGAMA PADA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. 3. Kompetensi pedagogik berpengaruh langsung terhadap tinggi rendahnya

KOMPETENSI ALUMNI PG PAUD FIP UNNES DI LEMBAGA PENDIDIKAN

BAB III METODE PENELITIAN. ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun metode penelitian yang digunakan

DASAR PROFESIONALITAS GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kompetensi berarti kewenangan. kuantitatif. Johnson (dalam Usman 2006: 14) menyatakan bahwa

KINERJA DOSEN DALAM PENGELOLAAN PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, INOVATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

A. KUALIFIKASI PEMBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL STANDAR KOMPETENSI GURU KURIKULUM 2006 (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

IDEALISME KUALIFIKASI PENDIDIK DAN TANTANGANNYA

PEMETAAN PROFIL DAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN TINGKAT SEKOLAH DASAR DI KOTA BENGKULU

BAB 1 PENDAHULUAN. kontekstual dan relevan. Peran baru guru ini harus ditemukan karena

DEFINISI DI ATAS MELIPUTI ASPEK

PERSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FISE UNY TERHADAP PROFESIONALITAS GURU BERDASARKAN UNDANG- UNDANG GURU DAN DOSEN NO 14 TAHUN

JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VI. No. 2 Tahun 2008 Hal

KARTU BIMBINGAN PPL DI SEKOLAH MITRA TAHUN AKADEMIK 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mutu pendidikan sangat bergantung pada kompetensi dan kualifikasi yang

KISI- KISI UJI KOMPETENSI GURU (UKG)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian sebagai pedoman dan cara-cara (metode) berkaitan dengan kegiatan

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGALAMA MENGAJAR TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SMK MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya

PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU MELALUI KEGIATAN PPL KEPENDIDIKAN DENGAN PENDEKATAN LESSON STUDY. ( As ari Djohar )

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan tuntutan dunia kerja yang tidak hanya

C. Tujuan. D. Profil Lulusan

Arif Rahman ( ) Eny Andarningsih ( ) Nurul Hasanah ( ) Rahardhika Adhi Negara ( )

SERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN PROFESI. Sugeng Muslimin Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK

KODE ETIK GURU INDONESIA PEMBUKAAN

I. PENDAHULUAN. ini karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan akan

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN SIKAP GURU TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI SMA PGRI LAWANG KABUPATEN MALANG TAHUN AKADEMIK 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUKU KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

PROFESIONALISME GURU DITINJAU DARI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN DI SMA NEGERI 1 SRAGEN. Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Le

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

JENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dalam pengembangan pendidikan di Indonesia pihak

Transkripsi:

ASPEKASPEK KOMPETENSI YANG MEMPENGARUHI KINERJA GURU BERSERTIFIKASI DALAM MELAKSANAKAN PROSES PEMBELAJARAN PADA SMU NEGERI I BAEBUNTA KABUPATEN LUWU UTARA Oleh : Moh. Aris Pasigai ABSTRAK Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana aspekaspek kompetensi guru yaitu : (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi profesional yang mempenagruhi kinerja guru bersertifikasi dalam melaksanakan proses pembelajaran pada Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri I Baebunta Kabupaten Luwu Utara. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh aspekaspek kompetensi yang merupakan variabel bebas (X) yang terdiri dari kompetensi pedagogik (X 1 ), kompetensi kepribadian (X 2 ), kompetensi sosial (X 3 ), dan kompetensi profesional (X 4 ) terhadap kinerja guru bersertifikasi dalam melaksanakan proses pembelajaran yang merupakan variabel terikat (Y) baik secara sendirisendiri maupun secara bersamasama dengan menggunakan analisis regresi berganda yang selanjutnya akan dilakukan pengujian dengan menggunakan uji t dan uji F. Bedasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan diperoleh koefisien regresi untuk variabel kompetensi pedagogik (X 1 ) sebesar positif 0,016 namun tidak signifikan, variabel kompetensi kepribadian sebesar positif 0,968 dan signifikan. Sedangkan koefisien regresi untuk variabel kompetensi sosial adalah sebesar positif 0,089 dan signifikan, sementara untuk variabel kompetensi profesional adalah sebesar 0,282 dan signifikan. Untuk variabel penyebab secara bersamasama setelah dilakukan uji F diketahui bahwa koefisien determinan sebesar R 2 0,531 atau sebesar 53,10% dan sisanya sebesar 46,90% merupakan faktor lain yang tidak masuk dalam analisis ini. JEB Jurnal Ekonomi Balance Volume 8 No. 2 Desember 2012 ISSN 18582192 177

Latar Belakang Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu komponen pendidikan yang sangat penting dalam rangka pelaksanaan rencana strategis tersebut adalah guru. Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat menentukan dalam membentuk wajah pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu seorang guru harus mempunyai kompetensi yang dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kecerdasan anak didik. Guru sebagai profesi berarti guru sebagai pekerjaan yang mensyaratkan kompetensi (keahlian dan kewenangan) dalam pendidikan dan pembelajaran agar dapat melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan efisien serta berhasil guna. Kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang yang menjadikan guru sebagai profesinya adalah : (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi profesional. Dengan kompetensi ini diharapkan, guru sebagai pendidik, pengajar dan pelatih hendaknya terus meningkatkan kinerjanya. Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Sedangkan kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Sementara kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk JEB Jurnal Ekonomi Balance Volume 8 No. 2 Desember 2012 ISSN 18582192 178

berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kemudian kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. Standar kinerja guru perlu dirumuskan untuk dijadikan acuan dalam mengadakan penilaian, yaitu membandingkan apa yang dicapai dengan apa yang diharapkan. Kinerja untuk tenaga guru umumnya dapat diukur melalui: (1) kemampuan membuat rencana pelajaran, (2) kemampuan melaksanakan cencana pelajaran, (3) kemampuan melaksanakan evaluasi, dan (4) kemampuan menindaklanjuti hasil evaluasi. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Dalam kegiatan proses pembelajaran disekolah, guru menempati kedudukan yang sangat penting karena guru sebagai subyek pendidikan sangat menentukan keberhasilan pendidikan itu sendiri, dengan tanpa mengabaikan faktor penunjang yang lain. Oleh karena itulah perlu dilakukan penelitian dengan judul AspekAspek Kompetensi Yang Mempengaruhi Kinerja Guru Bersertifikasi Dalam Melaksanakan Proses Pembelajaran Pada Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri I Baebunta Kabupaten Luwu Utara. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh aspek kompetensi pedagogik terhadap kinerja guru bersertifikasi dalam melaksanakan proses pembelajaran pada SMU Negeri I Baebunta Kabupaten Luwu Utara. JEB Jurnal Ekonomi Balance Volume 8 No. 2 Desember 2012 ISSN 18582192 179

2. Bagaimana pengaruh aspek kompetensi kepribadian terhadap kinerja guru bersertifikasi dalam melaksanakan proses pembelajaran pada SMU Negeri I Baebunta Kabupaten Luwu Utara. 3. Bagaimana pengaruh aspek kompetensi sosial terhadap kinerja guru bersertifikasi dalam melaksanakan proses pembelajaran pada SMU Negeri I Baebunta Kabupaten Luwu Utara. 4. Bagaimana pengaruh aspek kompetensi profesional terhadap kinerja guru bersertifikasi dalam melaksanakan proses pembelajaran pada SMU Negeri I Baebunta Kabupaten Luwu Utara. 5. Bagaimana pengaruh aspekaspek kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional terhadap kinerja guru bersertifikasi dalam melaksanakan proses pembelajaran pada SMU Negeri I Baebunta Kabupaten Luwu Utara. Hipotesis Penelitian 1. Diduga bahwa aspek kompetensi pedagogik berpengaruh postif terhadap kinerja guru bersertifikasi dalam melaksanakan proses pembelajaran pada SMU Negeri I Baebunta Kabupaten Luwu Utara. 2. Diduga bahwa aspek kompetensi kepribadian berpengaruh positif terhadap kinerja guru bersertifikasi dalam melaksanakan proses pembelajaran pada SMU Negeri I Baebunta Kabupaten Luwu Utara. 3. Diduga bahwa aspek kompetensi sosial berpengaruh positif terhadap kinerja guru bersertifikasi dalam melaksanakan proses pembelajaran pada SMU Negeri I Baebunta Kabupaten Luwu Utara. 4. Diduga bahwa aspek kompetensi profesional berpengaruh positif terhadap kinerja guru bersertifikasi dalam melaksanakan proses pembelajaran pada SMU Negeri I Baebunta Kabupaten Luwu Utara. JEB Jurnal Ekonomi Balance Volume 8 No. 2 Desember 2012 ISSN 18582192 180

5. Diduga pula bahwa aspekaspek kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional secara bersamasama berpengaruh positif terhadap kinerja guru bersertifikasi dalam melaksanakan proses pembelajaran pada SMU Negeri I Baebunta Kabupaten Luwu Utara. Kerangka Konsep Penelitian Variabel Bebas Kompetensi Pedagogik (X ) Kompetensi Kepribadian (X ) Kompetensi Sosial (X 3 ) Kompetensi Profesional (X ) r 1 r 2 R r 3 r 4 Variabel Terikat Kinerja Guru Bersertifikasi Dalam Melaksanakan Proses Pembelajaran Populasi Dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah 25 orang guru bersertifikasi yang mengajar pada Sekolah Menengah Umum Negeri I Baebunta Kab. Luwu Utara. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 25 orang. Analisis Data 1. Analisis Univariat Digunakan untuk mendiskripsikan aspekaspek kompetensi yang mempengaruhi (kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional) dan kinerja guru bersertifikasi dalam melaksanakan proses pembelajaran. Analisis JEB Jurnal Ekonomi Balance Volume 8 No. 2 Desember 2012 ISSN 18582192 181

univariat disajikan dengan membuat tabel distribusi frekuensi masing masing variabel baik variabel bebas maupun variabel terikat. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan tabel silang dan uji statistik Regresi Sederhana. Penghitungan uji statistik Regresi Sederhana ini bertujuan untuk melihat adanya pengaruh dua variabel yang meliputi variabel bebas dan variabel terikat. Data diolah dengan menggunakan bantuan SPSS for Windows. c. Analisis Multivariat Analisis yang dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas secara bersamasama terhadap variabel terikat dilakukan dengan menggunakan uji statistik Regresi Ganda. Persamaan regresi ganda untuk 4 (empat) prediktor adalah sebagai berikut : Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 a = Konstanta. b 1 b 4 = Koefisien Regresi. X 1 = Nilai Variabel Kompetensi Pedagogik X 2 = Nilai Variabel Kompetensi Kepribadian X 3 = Nilai Variabel Kompetensi Sosial X 4 = Nilai Variabel Kompetensi Profesional Setelah koefisien regresi diperoleh, selanjutnya dilakukan uji Fisher atau uji F yang merupakan alat untuk menguji apakah variabel X 1, X 2, X 3, dan X 4 mempunyai pengaruh secara serempak terhadap variabel Y. Uji tersebut dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel. Apabila nilai F hitung lebih besar dari pada nilai F tabel maka variabelvariabel X yang merupakan variabel independen (bebas) secara serempak dapat mempengaruhi variabel Y yang merupakan variabel dependen (tidak bebas). JEB Jurnal Ekonomi Balance Volume 8 No. 2 Desember 2012 ISSN 18582192 182

Deskripsi Variabel Penelitian 1. Variabel Kompetensi Pedagogik (X 1 ) Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan karakteristik siswa dilihat dari berbagai aspek seperti moral, emosional, dan intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus mampu menguasai teori belajar dan prinsipprinsip belajar, karena siswa memiliki karakter, sifat, dan interest yang berbeda. Oleh karena itu, variabel kompetensi pedagogik diukur dengan indikatorindikator tingkat penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual (X 1.1 ), tingkat penguasaan terhadap teori belajar dan prinsipprinsip pembelajaran yang mendidik (X 1.2 ), tingkat kemampuan dalam mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu (X 1.3 ), tingkat pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang dilakukan untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan pendidikan (X 1.4 ), peran dalam menfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang dimiliki (X 1.5 ), tingkat penerapan dalam berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik (X 1.6 ), dan tingkat pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi peserta didik untuk kepentingan peningkatan kualitas pembelajaran (X 1.7 ). Dari jawaban responden terhadap indikatorindikator tersebut, dapat diperoleh gambaran bahwa sebagian besar responden (64,00%) berpendapat cukup menguasai karakteristik peserta didiknya dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual (X 1.1 ), dan hanya sebesar 36,00 % berpendapat menguasai. Sedangkan tingkat penguasaan terhadap teori belajar dan prinsipprinsip pembelajaran JEB Jurnal Ekonomi Balance Volume 8 No. 2 Desember 2012 ISSN 18582192 183

yang mendidik (X 1.2), sebagian besar responden (52,00%) berpendapat cukup menguasai, dan sisanya sebesar 48,00% berpendapat menguasai. Untuk kemampuan dalam mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu (X 1.3 ), 64% responden berpendapat mampu, 32% berpendapat cukup mampu, dan sisanya sebesar 4% sangat mampu, sebagaimana dalam tabel 1 berikut: Tabel 1 Persepsi Responden Tentang Variabel Kompetensi Pedagogik (X1) Butir X.1.1 X.1.2 X.1.3 X.1.4 X.1.5 X.1.6 X.1.7 NS 5 NS 4 NS 3 NS 2 NS 1 Jumlah % % % % % Bbt Rata 2 36,00 64,00 84 3,36 48,00 52,00 87 3,48 4,00 64,00 32,00 93 3,72 64,00 24,00 8,00 4,00 87 3,48 8,00 64,00 16,00 12,00 92 3,68 44,00 48,00 8,00 109 4,36 52,00 28,00 12,00 8,00 106 4,24 Rata2 15,43 50,29 29,71 4,00 0,57 100 3,76 Berdasarkan tabel 1 di atas juga menunjukkan bahwa persepsi responden tentang tingkat pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang dilakukan untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan pendidikan (X 1.4 ), sebanyak 64% berpendapat sering memanfaatkan, 24% berpendapat jarang memanfaatkan, 8% kadangkadang memanfaatkan, dan sebesar 4% tidak pernah menggunakan. Untuk peran dalam memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki (X 1.5 ), sebanyak 64% berpendapat sering memfasilitasi, 16% jarang memfasilitasi, 12% kadangkadang memfasilitasi, dan sisanya sebesar 8% berpendapat selalu memfasilitasi. JEB Jurnal Ekonomi Balance Volume 8 No. 2 Desember 2012 ISSN 18582192 184

Sedangkan tingkat penerapan dalam berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik (X 1.6 ), 48% responden berpendapat sering menerapkan, 44% selalu menerapkan, dan sisanya sebesar 8% berpendapat jarang menerapkan. Untuk tingkat pemanfaatan terhadap hasil penilaian dan evaluasi peserta didik untuk kepentingan peningkatan kualitas pembelajaran (X 1.7 ), sebanyak 52% berpendapat selalu memanfaatkan, 28% sering memanfaatkan, 12% berpendapat jarang memanfaatkan, dan sisanya sebesar 8% berpendapat kadangkadang memanfaatkan. 2. Variabel Kompetensi Kepribadian (X 2 ) Pendidikan adalah proses yang direncanakan agar semua berkembang melalui proses pembelajaran. Guru sebagai pendidik harus dapat mempengaruhi ke arah proses itu sesuai dengan tata nilai yang dianggap baik dan berlaku dalam masyarakat. Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan, mempengaruhi perilaku etik siswa sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat. Berdasarkan jawaban responden tentang variabel kepribadian dengan indikator kepribadian yang sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia (X 2.1 ), terdapat 48% yang menjawab sesuai, 44% menjawab sangat sesuai, dan selebihnya sebesar 8% responden berpendapat cukup sesuai. Untuk indikator kepribadian yang ditunjukkan dengan pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat (X 2.2 ), terdapat 48% responden yang menjawab sudah menunjukkan, 40% menjawab sangat menunjukkan, dan selebihnya sebesar 12% berpendapat cukup menunjukkan sebagaimana dalam tabel 2 berikut : JEB Jurnal Ekonomi Balance Volume 8 No. 2 Desember 2012 ISSN 18582192 185

Tabel 2 Persepsi Responden Tentang Variabel Kompetensi Kepribadian (X2) Butir NS 5 NS 4 NS 3 NS 2 NS 1 Jumlah Pertanyaan % % % % % Bobot Rata 2 X.2.1 X.2.2 X.2.3 X.2.4 X.2.5 44,00 40,00 28,00 48,00 32,00 48,00 48,00 64,00 44,00 60,00 8,00 12,00 8,00 8,00 8,00 109 107 105 110 106 4,36 4,28 4,20 4,40 4,24 Ratarata 38,40 52,80 8,80 100 4,29 Dari tabel tersebut di atas juga memperlihatkan bahwa kepribadian yang menunjukkan pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa (X 2.3 ), sebagian besar (64%) responden berpendapat sudah menunjukkan, 28% sangat menunjukkan, dan sisanya sebesar 8% berpendapat cukup menunjukkan. Untuk kepribadian yang ditunjukkan dengan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri (X 2.4 ), sebagian besar atau 48% responden berpendapat sangat menunjukkan, 44% sudah menunjukkan, dan sisanya sebesar 8% cukup menunjukkan. Sedangkan kepribadian yang ditunjukkan dengan penampilan yang menjunjung tinggi kode etik profesi guru (X 2.5 ), sebagian besar responden atau sebesar 60,00 % berpendapat sudah menjunjung tinggi, 32% berpendapat sangat menjunjung tinggi, sedangkan sisanya sebesar 8% berpendapat cukup menjunjung tinggi. 3. Variabel Kompetensi Sosial (X 3 ) Guru di mata masyarakat dan siswa merupakan panutan yang perlu dicontoh dan merupkan suritauladan dalam kehidupannya seharihari. Guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyakat, dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Dengan JEB Jurnal Ekonomi Balance Volume 8 No. 2 Desember 2012 ISSN 18582192 186

dimilikinnya kemampuan tersebut, otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan orang tua siswa, para guru tidak akan mendapat kesulitan. Dari jawaban responden tentang variabel kompetensi sosial yang diukur dengan indikator perilaku yang menunjukkan tindakan yang obyektif dan tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi (X 3.1 ), diketahui bahwa 60% responden berpendapat sudah menunjukkan, 32% berpendapat sangat menunjukkan, dan sisanya sebesar 8% berpendapat cukup menunjukkan. Gambaran tentang indikator di atas dapat dilihat sebagaimana dalam tabel 3 berikut : Tabel 3 Persepsi Responden Tentang Variabel Kompetensi Sosial (X3) Butir NS 5 NS 4 NS 3 NS 2 NS 1 Jumlah Pertanyaan % % % % % Bobot Rata 2 X.3.1 X.3.2 X.3.3 32,00 28,00 8,00 60,00 56,00 64,00 8,00 16,00 20,00 8,00 106 103 93 4,24 4,12 3,72 Ratarata 22,67 60,00 14,67 2,66 100 4,03 Dalam tabel 3 di atas juga menunjukkan bahwa indikator tingkat kemampuan dalam berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat (X 3.2 ), diketahui bahwa 56% responden berpendapat sudah mampu, 28% berpendapat sangat mampu, dan sisanya sebesar 16% berpendapat cukup mampu. Sedangkan indikator kebiasaan berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain (X 3.3 ) diketahui bahwa 64% responden berpendapat sering melakukan, 20% berpendapat jarang melakukan, dan sebesar 8% berpendapat selalu melakukan, dan sisanya sebesar 8% lagi berpendapat kadangkadang melakukan. JEB Jurnal Ekonomi Balance Volume 8 No. 2 Desember 2012 ISSN 18582192 187

4. Variabel Kompetensi Profesional (X 4 ) Indikator kompetensi profesional yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat penguasaan terhadap materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu (X 4.1 ), sebagian besar responden atau 56% berpendapat menguasai, 40% berpendapat cukup menguasai, dan sisanya sebesar 4% berpendapat sangat menguasai. Untuk indikator tingkat penguasaan tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu (X 4.2 ), sebagian besar responden atau 68% berpendapat menguasai, 20% berpendapat sangat menguasai, dan sisanya sebesar 12% berpendapat cukup menguasai, sebagaimana dapat digambarkan dalam tabel 4 berikut : Tabel 4 Persepsi Responden Tentang Variabel Kompetensi Profesional (X4) Butir NS 5 NS 4 NS 3 NS 2 NS 1 Jumlah Pertanyaan % % % % % Bobot Rata 2 X.4.1 X.4.2 X.4.3 X.4.4 X.4.5 4,00 20,00 4,00 12,00 56,00 68,00 68,00 36,00 24,00 40,00 12,00 28,00 64,00 64,00 91 102 94 84 87 3,64 4,08 3,76 3,36 3,48 Ratarata 8,00 50,40 41,60 100 3,66 Dari tabel di atas juga menunjukkan bahwa indikator tingkat kemampuan dalam mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif (X 4.3 ), sebagian besar atau 68% responden berpendapat mampu, 28% berpendapat cukup mampu, dan sisanya 4% mengatakan sangat mampu. Untuk indikator tingkat kemampuan dalam mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif (X 4.4 ), sebagian besar atau sebesar 64% responden berpendapat cukup mampu, dan 36% berpendapat mampu. Sedangkan indikator tingkat kemampuan dalam memanfaatkan JEB Jurnal Ekonomi Balance Volume 8 No. 2 Desember 2012 ISSN 18582192 188

teknologi informasi dan komunikasi yang ada dalam berkomunikasi dan mengembangkan diri (X 4.5 ), sebagian besar responden atau 64% berpendapat cukup mampu, 24% berpendapat mampu, dan sisanya 12% berpendapat sangat mampu. 5. Variabel Kinerja Guru Bersertifikasi (Y) Indikator yang digunakan dalam variabel kinerja guru ini adalah tingkat kemampuan dalam mengembangkan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai bentuk perencanaan program kegiatan pembelajaran (Y 1 ). Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden atau 76% berpendapat mampu, 16% responden berpendapat sangat mampu, dan sisanya sebesar 8% berpendapat cukup mampu. Untuk tingkat kemampuan dalam pengelolaan kelas untuk menciptakan suasana yang kondusif, memupuk kerja sama dan disiplin siswa, dan pengaturan ruang/setting tempat duduk peserta didik dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran (Y. 2 ), diketahui bahwa sebagian besar responden atau 52% berpendapat mampu, 36% responden berpendapat sangat mampu, dan sisanya sebesar 12% berpendapat cukup mampu. Tabel 5 Persepsi Responden Tentang Variabel Kinerja Guru Bersertifikasi (Y) Butir NS 5 NS 4 NS 3 NS 2 NS 1 Jumlah Pertanyaan % % % % % Bobot Rata 2 Y.1 Y.2 Y.3 Y.4 Y.5 Y.6 16,00 36,00 48,00 4,00 76,00 52,00 28,00 76,00 76,00 76,00 8,00 12,00 20,00 20,00 24,00 24,00 4,00 102 106 105 96 94 94 4,08 4,24 4,20 3,84 3,76 3,76 Ratarata 17,33 64,00 18,00 0,67 100 3,98 JEB Jurnal Ekonomi Balance Volume 8 No. 2 Desember 2012 ISSN 18582192 189

Indikator tingkat kemampuan dalam menggunakan media dan sumber belajar dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran (Y. 3 ), diketahui bahwa sebagian besar responden atau 48% berpendapat sangat mampu, 28% responden berpendapat mampu, sebesar 20% berpendapat cukup mampu, dan sisanya sebesar 4% berpendapat kurang mampu. Dari hasil penelitian tentang variabel kinerja guru diperoleh gambaran sebagaimana dalam tabel 5. Berdasarkan data pada tabel 5 di atas juga diketahui bahwa indikator tingkat kemampuan dalam menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan (Y. 4 ), diketahui bahwa sebagian besar responden atau 76% berpendapat mampu, 20% responden berpendapat cukup mampu, dan sisanya sebesar 4% berpendapat sangat mampu. Sedangkan indikator tingkat kemampuan dalam menentukan pendekatan dan caracara evaluasi, penyusunan alatalat evaluasi, pengelohan, dan penggunaan hasil evaluasi (Y.5 ), diketahui bahwa sebagian besar responden atau 76% berpendapat mampu, dan 24% responden berpendapat cukup mampu. Sementara indikator tingkat kemampuan dalam menindak lanjuti hasil evaluasi pembelajaran (Y. 6 ), diketahui bahwa sebagian besar responden atau 76% berpendapat mampu, dan 24% responden berpendapat cukup mampu. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pengaruh Kompetensi Pedagogik (X 1 ) Terhadap Kinerja Guru Bersertifikasi Dalam Menjalankan Proses Pembelajaran (Y) Berdasarkan analisis regresi antara variabel kompetensi pedagogik terhadap variabel kinerja guru bersertifikasi dalam melaksanakan proses pembelajaran pada Sekolah Menengah Umum JEB Jurnal Ekonomi Balance Volume 8 No. 2 Desember 2012 ISSN 18582192 190

(SMU) Negeri I Baebunta Kabupaten Luwu Utara, diketahui bahwa besaran koefisien regresi variabel kompetensi pedagogik terhadap kinerja guru bersertifikasi sebesar 0,016. Apabila diperhatikan besarnya t hitung yang diperoleh yaitu 0,072 kemudian dikonsultasikan dengan t tabel pada tingkat kepercayaan 95 % yaitu sebesar 2,064, dapat diketahui bahwa t hitung lebih kecil dari t tabel (0,072 < 2,064) sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang berarti antara variabel kompetensi pedagogik terhadap kinerja guru bersertifikasi dalam melaksanakan proses pembelajaran pada SMU Negeri I Baebunta Kabupaten Luwu Utara. Sedangkan hubungan di antara kedua variabel ini menunjukkan pola hubungan yang positif, artinya semakin tinggi tingkat kompetensi pedagogik yang dimiliki oleh setiap guru bersertifikasi maka akan semakin tinggi pula kinerjanya dalam melaksanakan proses pembelajaran pada SMU Negeri I Baebunta Kabupaten Luwu Utara. 2. Pengaruh Kompetensi Kepribadian (X 2 ) Terhadap Kinerja Guru Bersertifikasi Dalam Menjalankan Proses Pembelajaran (Y). Dari analisis regresi yang dilakukan dapat diketahui besaran pengaruh variabel kompetensi kepribadian terhadap kinerja guru bersertifikasi dalam melaksanakan proses pembelajaran pada SMUN I Baebunta KabupatenLuwu Utara yaitu sebesar 0,968. Untuk mengetahui tingkat signifikansi variabel ini digunakan uji t (ttest). Hasil uji ini menunjukkan bahwa thitung 2,796 lebih besar dari nilai ttabel 2,064 atau (2,796 > 2,064) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Ini menunjukkan bahwa variabel kompetensi kepribadian mempunyai pengaruh yang berarti terhadap kinerja guru bersertifikasi JEB Jurnal Ekonomi Balance Volume 8 No. 2 Desember 2012 ISSN 18582192 191

dalam melaksanakan proses pembelajaran pada SMU Negeri I Baebunta Kabupaten Luwu Utara. Bila dilihat pola hubungan di antara kedua variabel ini menunjukkan pola hubungan yang positif, artinya semakin tinggi tingkat kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh setiap guru yang bersertifikasi maka semakin tinggi pula kinerja guru dalam melaksanakan proses pembelajaran pada SMU Negeri I Baebunta Kabupaten Luwu Utara. 3. Pengaruh Kompetensi Sosial (X 3 ) Terhadap Kinerja Guru Bersertifikasi Dalam Menjalankan Proses Pembelajaran (Y). Berdasarkan analisis regresi antara variabel kompetensi sosial terhadap kinerja guru bersertifikasi dalam melaksanakan proses pembelajaran pada Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri I Baebunta Kabupaten Luwu Utara, diketahui bahwa koefisien regresi diantara kedua variabel ini sebesar 0,089. Untuk mengetahu tingkat signifikansi pengaruh diantara kedua variabel ini melalui ujit, diketahui bahwa thitung lebih kecil dari ttabel (0,339 < 2,064), sehingga Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa variabel kompetensi sosial mempunyai pengaruh yang berarti terhadap kinerja guru bersertifikasi dalam melaksanakan proses pembelajaran pada SMN I Baebunta Kabupaten Luwu Utara. Hubungan antara variabel kompetensi sosial dengan variabel kinerja guru bersertifikasi menunjukkan pola hubungan yang positif, artinya semakin tinggi tingkat kompetensi sosial yang dimiliki oleh guru yang bersertifikasi maka semakin tinggi pula kinerjanya dalam melaksanakan proses pembelajaran pada SMUN I Baebunta Kabupaten Luwu Utara. JEB Jurnal Ekonomi Balance Volume 8 No. 2 Desember 2012 ISSN 18582192 192

4. Pengaruh Kompetensi Profesional (X 4 ) Terhadap Kinerja Guru Bersertifikasi Dalam Menjalankan Proses Pembelajaran (Y). Dari hasil analisis regresi antara variabel kompetensi profesional terhadap kinerja guru bersertifikasi dalam melaksanakan proses pembelajaran pada Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri I Baebunta Kabupaten Luwu Utara, diketahui bahwa besaran koefisien regresi diantara kedua variabel ini adalah sebesar 0,282. Untuk mengetahui tingkat signifikan dengan menggunakan ujit, diketahui thitung (1,321) lebih kecil dari ttabel (2,064). Ini berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel kompetensi profesional mempunyai pengaruh yang siginifikan terhadap kinerja guru bersertifikasi dalam melaksanakan proses pembelajaran pada Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri I Baebunta Kab. Luwu Utara. Hubungan diantara kedua variabel ini menunjukkan pola hubungan yang positif, artinya semakin tinggi tingkat kompetensi profesional yang dimiliki oleh guru yang bersertifikasi maka semakin tinggi pula kinerjanya dalam melaksanakan proses pembelajaran pada Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri I Baebunta Kabupaten Luwu Utara. 5. Pengaruh AspekAspek Kompetensi (X 1, X 2, X 3, X 4 ), Terhadap Kinerja Guru Dalam Menjalankan Proses Pembelajaran (Y) Berdasarkan analisis regresi yang dilakukan antara variabel penyebab (aspekaspek kompetensi) secara bersamasama terhadap variabel akibat (kinerja guru bersertifikasi dalam melaksanakan proses pembelajaran pada Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri I Baebunta Kabupaten Luwu Utara) diketahui persamaan regresi sebagai berikut : Y = 2,044 + 0,016 X 1 + 0,968 X 2 + 0,089 X 3 + 0,282 X 4 JEB Jurnal Ekonomi Balance Volume 8 No. 2 Desember 2012 ISSN 18582192 193

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi dengan menggunakan ujif diketahui bahwa Fhitung (5,656) lebih besar dari Ftabel (2,870). Ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel penyebab (X 1, X 2, X 3, X 4 ) terhadap variabel akibat (Y). Sementara hubungan antara keseluruhan variabel penyebab secara bersamasama terhadap variabel akibat adalah sebesar R = 0,729 dan koefisien determinan sebesar R 2 = 0,531 atau sebesar 53,10% yang berarti bahwa 53,10% tingkat kinerja guru bersertifikasi dalam melaksanakan proses pembelajaran pada Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri I Baebunta Kabupaten Luwu Utara secara bersamasama ditentukan oleh faktor kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional; sedangkan sisanya sebesar 46,90% merupakan faktor lain yang mempengaruhi tingkat kinerja guru bersertifikasi dalam menjalankan proses pembelajaran yang tidak dimasukkan dalam analisis ini. Simpulan 1. Variabel kompetensi pedagogik tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kinerja guru bersertifikasi dalam melaksanakan proses pembelajaran pada SMU Negeri I Baebunta Kabupaten Luwu Utara. Namun pengaruh diantara kedua variabel ini menunjukkan pola hubungan yang positif, sehingga hipotesis yang diajukan dapat diterima. 2. Variabel kompetensi kepribadian mempunyai pengaruh yang sangat kuat dan positif serta signifikan terhadap peningkatan kinerja guru bersertifikasi dalam melaksanakan proses JEB Jurnal Ekonomi Balance Volume 8 No. 2 Desember 2012 ISSN 18582192 194

pembelajaran pada SMU Negeri I Baebunta Kabupaten Luwu Utara. Hal dapat dilihat dari nilai koefisien regresi yang sebesar 0,968 dan berarti hipotesis yang diajukan dapat diterima. 3. Variabel kompetensi sosial mempunyai pengaruh yang sangat lemah (0,089) namun positif dan signifikan terhadap peningkatan kinerja guru bersertifikasi dalam melaksanakan proses pembelajaran pada SMU Negeri I Baebunta Kabupaten Luwu Utara, sehigga hipotesis yang diajukan dapat diterima. 4. Variabel kompetensi profesional mempunyai pengaruh yang lemah (0,282) dan positif serta signifikan terhadap peningkatan kinerja guru bersertifikasi dalam melaksanakan proses pembelajaran pada SMU Negeri I Baebunta Kabupaten Luwu Utara, dan berarti hipotesis yang diajukan dapat diterima. 5. Koefisien determinan (R 2 ) variabel penyebab (kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional) secara bersamasama akan mempengaruhi kinerja guru bersertifikasi dalam melaksanakan proses pembelajaran pada SMU Negeri I Baebunta Kabupaten Luwu Utara sebesar 53,10% dan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan, sehingga hipotesis yang diajukan dapat diterima. Saran 1. Meningkatkan kompetensi pedagogik (X 1 ) melalui peningkatan pada indikator tingkat penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual, karena berdasarkan jawaban responden terhadap indikator ini nilainya masih sangat rendah yaitu hanya sebesar ratarata 3,36 yang berarti hanya berada diantara cukup menguasai dan menguasai. Indikator lain yang perlu JEB Jurnal Ekonomi Balance Volume 8 No. 2 Desember 2012 ISSN 18582192 195

ditingkatkan adalah tingkat penguasaan terhadap teori belajar dan prinsipprinsip pembelajaran yang mendidik, serta indikator tingkat pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan pendidikan, yang masingmasing mempunyai bobot ratarata sebesar 3,48. 2. Kompetensi sosial (X 3 ) perlu ditingkatkan dengan meningkatkan indikator kebiasaan berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. 3. Memperbaiki kompetensi profesional dengan melakukan perbaikan pada indikator tingkat kemampuan mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif dan pada indikator tingkat kemampuan dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang ada dalam berkomunikasi dan mengembangkan diri. 4. Secara bersamasama pengaruh variabel aspekaspek kompetensi (pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional) terhadap kinerja guru bersertifikasi pada SMU Negeri I Baebunta Kabupaten Luwu Utara masih perlu ditingkatkan, karena berdasarkan hasil analisis regresi diantara variabelvariabel penyebab terhadap variabel akibat hanya memberikan pengaruh sebesar 53,10% yang dinilai masih rendah. DAFTAR PUSTAKA Achamad S. Ruky. 2001. Sistem Manajemen Kinerja. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Bagus Alit Ana. 1994. Inovasi Wawasan Dan Profesionalisme Guru Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Pendidikan Era Pembangunan Jangka Panjang. Gramedia. Jakarta. JEB Jurnal Ekonomi Balance Volume 8 No. 2 Desember 2012 ISSN 18582192 196

Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Depdiknas. 2008. Penilaian Kinerja Guru. Jakarta. Fremont, E Kast dan Rosenzweig E. James. 2002. Organisasi Dan Manajemen. Edisi 4. Bumi Aksara. Jakarta. Hani Handoko. 2000. Manajemen Personalia Dan Manajemen Sumber Daya Manusia. BPFE. Yogyakarta. Malayu SP. Hasibuan. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Mulyasa E. 2005. Menjadi Guru Profesional. Remaja Rosda Karya. Jakarta. Mulyasa E. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Remaja Rosda Karya. Bandung. Mc Ashan, H.H. 1981. Competency Based Education and Behavioral Objectives. Educational Technology Publication Inc. New Jersey Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidik Dan Tenaga Kependidikan. Jakarta. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Samami, Muclas dkk. 2006. Mengenai Sertifikasi Guru di Indonesia. SIC. Surabaya Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas Kerja. Mandar Maju. Jakarta. Sugiono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung. UndangUndang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen. 2006. Eka Jaya. Jakarta. UndangUndang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. JEB Jurnal Ekonomi Balance Volume 8 No. 2 Desember 2012 ISSN 18582192 197