FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI TIDAK TERKENDALI PADA DEWASA MUDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GENTENG KULON

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di RSUD RAA Soewondo Pati dan dilakukan. pada 1Maret 2016 sampai dengan bulan 1 April 2016.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN.

Stikes Muhammadiyah Gombong

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 e-issn : p-issn :

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

DAFTAR ISI. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat...7

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini kesehatan semakin menjadi perhatian luas diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak ditemukan di Indonesia maupun di dunia. Penderita hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HERNAWAN TRI SAPUTRO J

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang diangkut oleh darah. Penyakit ini bukan merupakan. penyakit syaraf namun merupakan salah satu penyakit yang

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI TIDAK TERKENDALI PADA DEWASA MUDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GENTENG KULON Rizki Yulia P 1, Firdawsyi Nuzula 1 1 Prodi D III Keperawatan Akademi Kesehatan Rustida Korespondensi: Rizki Yulia P, d/a Prodi D III Keperawatan Akademi Kesehatan Rustida Jln. RS. Bhakti Husada Krikilan Glenmore Banyuwangi Email: rizkiyuliapurwitaningtyas@gmail.com ABSTRAK Hipertensi yang tidak terkendali dapat mengakibatkan berbagai macam komplikasi sehingga pemahaman yang tepat terhadap faktor resiko dari hipertensi merupakan salah satu kunci untuk mencegah terjadinya penyakit hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi tidak terkendali pada dewasa muda. Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi yang bersifat observasional analitik dengan desain Case Control Study. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah consecutive sampling dengan jumlah sampel 30 orang kelompok kontrol dan 30 orang kelompok kasus. Data dianalisis menggunakan uji Chi Square (X²) dan analisis multivariate dengan regresi logistic. Hasil analisis regresi logistic ganda menunjukkan bahwa dengan CI 95% didapatkan faktor status gizi (IMT) OR=2,848, aktivitas fisik OR=0,362 dan kepatuhan minum obat OR=0,111. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hanya status gizi (IMT) yang berhubungan dengan kejadian hipertensi tidak terkendali dan secara statistik signifikan. Obesitas merupakan ciri khas pada populasi hipertensi. Curah jantung dan volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang memiliki berat badan normal dengan tekanan darah yang setara. Akibat obesitas, para penderita cenderung menderita penyakit kardiovaskuler, hipertensi dan diabetes melitus. Kata kunci: Hipertensi Tidak Terkendali, Dewasa Muda PENDAHULUAN Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di negara-negara maju (Prasetyo, 2015). Silent killer merupakan sebutan dari penyakit ini karena gejala yang ditimbulkan bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya (Infodatin, 2015) dan ketidaktahuan penderita bahwa dirinya mengidap hipertensi karena penyakit ini hampir tidak menimbulkan gejala (Artiyaningrum, 2016). Menurut data dari American Heart Association (AHA) penduduk Amerika yang menderita hipertensi 606

telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa pada usia diatas 20 tahun (Infodatin, 2015). Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis, yaitu mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan dari hasil laporan tahunan pada tahun 2017 di Puskesmas Genteng Kulon didapatkan bahwa penyakit hipertensi selalu menempati urutan ke dua dari 10 peringkat penyakit terbanyak di setiap bulannya. Hipertensi merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko yang sebagian besar merupakan faktor perilaku dan kebiasaan hidup, sehingga apabila seseorang dapat menerapkan gaya hidup sehat maka kemungkinan besar akan terhindar dari penyakit ini (Yeni & Djannah, 2009). Penderita hipertensi tidak terkendali perlu meningkatkan kepatuhan terhadap terapi farmakologi dan non farmakologi untuk mencapai tekanan darah yang normal. Gaya hidup tidak sehat, konsumsi tinggi natrium dan ketidakpatuhan mengkonsumsi obat antihipertensi menjadikan tekanan darah cenderung semakin meningkat (Artiyaningrum, 2015). Pemahaman yang tepat terhadap faktor resiko dari hipertensi merupakan salah satu kunci untuk mencegah terjadinya penyakit hipertensi (Adyani & Sudhana, 2014). METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi yang bersifat observasional analitik dengan desain Case Control Study. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah consecutive sampling dengan jumlah sampel 30 orang kelompok kontrol dan 30 orang kelompok kasus. Berdasarkan kriteria inklusi kelompok kasus pasien rawat jalan yang memiliki tekanan darah 140/90 mmhg dan melakukan pemeriksaan rutin selama 6 bulan terakhir di Puskesmas Genteng Kulon mulai bulan Agustus 2017 hingga Maret 2018. Sedangkan pada kelompok kontrol pasien rawat jalan yang memiliki tekanan darah <140/90 mmhg dan melakukan pemeriksaan rutin selama 6 bulan terakhir di Puskesmas Genteng Kulon mulai bulan Agustus 2017 hingga Maret 2018. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung kepada pasien untuk mendapatkan data hipertensi. Selanjutnya pasien diberikan instrument untuk diisi. Instrument penelitian yang digunakan berisi pertanyaan berkaitan dengan karakteristik responden, status gizi, status stress, kebiasaan konsumsi kafein, aktivitas fisik dan kepatuhan minum obat. Hasil pengumpulan data dari kuesioner selanjutnya ditabulasi dan dianalisis menggunakan uji chi-square dan analisis multivariat dengan regresi logistic HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil 1. Hasil perhitungan statistik dengan Chi Square 607

Tabel 1. Analisis Chi Square Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi Tidak Terkendali Kejadian Hipertensi Faktor Dependen Tidak Total Terkendali Terkndali N % n % n % 17-18,5 3 10 6 20 9 15 Status Gizi 18,5-25 4 13,3 14 46,7 18 30 >25 23 76,7 10 33,3 33 55 OR P 12.166 0,003 Konsumsi Kopi Tingkat Stres Aktivitas Fisik Sering 24 80 16 53,3 40 66,7 Tidak 14 46,7 6 20 20 33,3 Pernah Stres 17 56,7 20 66,7 37 61,7 Tidak 13 43,3 10 33,3 23 38,3 Stres Ringan 17 56,7 6 20 23 38,3 Berat 13 43,3 24 43,3 37 61,7 4.902 0,028 0,636 0,426 8,803 0,003 Kepatuhan Minum Obat Patuh 26 86,7 14 46,7 40 66,7 Tidak 4 13,3 16 53,3 20 33,3 Patuh Hasil menunjukkan adanya hubungan status gizi (IMT), status stress, kebiasaan konsumsi kafein aktivitas fisik dan kepatuhan minum obat. Tabel ini menunjukkan nilai OR 2. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Tabel 2. Analisis Multivariat Regresi Logistik 11,366 0,001 pada faktor status gizi sebesar 11, konsumsi kopi sebesar 4, aktivitas fisik sebesar 8 dan kepatuhan minum obat sebesar 11, sedangkan pada tinggat stress 0. 95.0% C.I for B S.E Wald df Sig OR EXP (B) Lower Upper Step 1 a Status Gizi 1.047.477 4.823 1.028 2.848 1.119 7.247 Aktvts_Fisik -1.015.701 2099 1.147.362.092 1.431 Patuh_Obat -2.198.073 9.072 1.003.111.027.464 Constant -1.186 1.354.767 1.381.305 Tabel 2 menunjukkan nilai Odd Ratio variabel status gizi sebesar 2,848 yang menunjukkan bahwa dewasa muda dengan status gizi berdasarkan IMT obesitas (>25) mempunyai kemungkinan 3 kali untuk mengalami hipertensi tidak terkendali dibandingkan dengan dewasa muda yang memiliki IMT normal 18,5-25 dan kurus 17-18,5. 608

Pembahasan Hasil analisis multivariate dalam penelitian ini variabel status gizi (IMT) memiliki pengaruh paling dominan dibandingkan dengan variabel konsumsi kopi, tingkat stress, aktivitas fisik dan kepatuhan minum obat terhadap kejadian hipertensi tidak terkendali. Obesitas merupakan keadaan kelebihan berat badan sebesar 20% atau lebih dari berat badan ideal. Obesitas memiliki korelasi positif dengan hipertensi. Dewasa muda yang mengalami kegemukan cenderung mengalami hipertensi. Ada kemungkinan bahwa meningkatnya berat badan normal relative sebesar 10% mengakibatkan kenaikan tekanan darah 7 mmhg (Mannan H, 2012). Penyelidikan epidemiologi membuktikan obesitas merupakan ciri khas pada populasi hipertensi. Curah jantung dan volume darah penderita obsitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang memiliki berat badan normal dengan tekanan darah yang setara. Akibat obesitas, para penderita cenderung menderita pnyakit kardiovaskuler, hipertensi dan diabetes melitus (Rohaendi, 2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Agnes (2012) diperoleh hasil analisis bahwa ada hubungan antara obesitas dengan kejadian Hipertensi masyarakat di Desa Kabongan Kidul, Rembang didapatkan Chi Square sebesar 9,051 dengan p value sebesar 0,007 yang berarti ada hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi pada masyarakat di Desa Kabongan Kidul, Rembang. KESIMPULAN Status gizi memiliki faktor paling dominan terhadap kejadian hipertensi tidak terkendali. Kejadian hipertensi tidak terkendali dapat terjadi pada penderita status gisi (IMT) >25 sebab status gizi obesitas kecenderungan memiliki kandungan lemak jenuh dalam tubuh lebih banyak dibandingkan dengan status gizi normal atau kurus. Selain mengatur gaya hidup yang sehat, mengatur pola makan, teratur minum obat dan pemahaman yang tepat terhadap faktor resiko lain dari hipertensi merupakan salah satu kunci untuk mencegah terjadinya penyakit hipertensi. SARAN Penelitian selanjutnya diharapkan agar menggali lebih dalam tentang faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi tidak terkendali pada dewasa muda. Puskesmas diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan pendidikan kesehatan tentang menjaga status gizi penderita hipertensi seperti mengurangi mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan tinggi natrium, selain itu pentingnya mencegah dan melakukan pemeriksaan secara rutin pada penderita hipretensi dewasa muda untuk mencegah terjadinya kecacatan dan kematian. 609

DAFTAR PUSTAKA Agnesia Nuarima Kartikasari. 2012. Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Di Desa Kabongan Kidul, Kabupaten Rembang. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Artiyaningrum B dan Azam M. 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi Tidak Terkendali pada Penderita yang Melakukan Pemeriksaan Rutin. Publick Health Perspective Journal Volume 1 (1) (2016). Infodatin. 2015. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI; Hipertensi. Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013, 1 306. Mannan H. 2012. Faktor Resiko Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Bangkala Kabupaten Jeneponto. Pande Putu Adyani dan I Wayan Sudhana. 2014. Prevalensi dan Faktor Risiko Terjadinya Hipertensi pada Masyarakat di Desa Sidemen Kecamatan Sidemen Karangasem Periode Juni-Juli 2014. Rohaendi. 2008. Treatment of High Blood Pressur. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Yufita Yeni & Siti Nur Djannah. 2009. Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta Tahun 2009. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan. Jurnal ISSN: 1978-0575. 610