BAB 1 : PENDAHULUAN. menambah devisa dan memperluas kesempatan kerja.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 2014 pada pasal 1 ayat 9 yang menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan suatu industri adalah mengolah masukan (input) menjadi

berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara ambien di

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

PENDAHULUAN. Latar Belakang. bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Peningkatan kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan manusia. Proses metabolisme dalam tubuh tidak akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

ANALISIS KONSENTRASI GAS HIDROGEN SULFIDA (H2S) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peternakan puyuh merupakan suatu kegiatan usaha di bidang budidaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dibicarakan karena mengancam masa depan dari kehidupan di bumi

I. PENDAHULUAN. tinggi. Fakta ini menyebabkan kebutuhan yang tinggi akan protein hewani

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL... xvi. DAFTAR GAMBAR... xviii. DAFTAR LAMPIRAN... xx I. PENDAHULUAN... 1 II. TINJAUAN PUSTAKA... 14

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat dijelaskan di dalam Undang-Undang

ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN GAS AMONIA (NH 3 ) PADA PEMULUNG DI TPA JATIBARANG, SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan alam, semakin menambah kepekatan udara (Yuantari, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan daripada yang sebelumnya (Susetyo, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula

BAB 1 : PENDAHULUAN. udara, dan paling banyak terjadi pada negara berkembang. (1) Udara merupakan salah

PENDAHULUAN. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh logam berat sudah sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendek, yaitu pada umur 4-5 minggu berat badannya dapat mencapai 1,2-1,9 kg

BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang optimal yang setinggi-tingginya sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif

BAB 1 : PENDAHULUAN. lainnya baik dalam bidang ekonomi, politik dan sosial. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa

ANALISIS KONSENTRASI GAS AMMONIA (NH3) DI UDARA AMBIEN KAWASAN LOKASI PEMBUANGAN AKHIR (LPA) SAMPAH AIR DINGIN KOTA PADANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

PENDAHULUAN. adalah Timbal (Pb). Timbal merupakan logam berat yang banyak digunakan

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Jumlah Populasi Ayam di Indonesia pada Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. yang berkembang pesat saat ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2014)

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor

PENGARUH JUMLAH KOTORAN SAPI TERHADAP KONSENTRASI GAS AMONIA (NH3) DI DALAM RUMAH

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dijelaskan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sangat berperan penting sebagai sumber asupan gizi yang dibutuhkan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

No. kuesioner. I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Pendidikan : 4. Lama Bekerja : 5. Sumber Informasi :

BAB I PENDAHULUAN. Polusi atau pencemaran udara adalah proses masuknya polutan kedalam

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani,

ANALISIS KADAR AMONIAK DI UDARA DAN SANITASI PETERNAKAN SERTA KELUHAN KESEHATAN PADA PEKERJA DI PETERNAKAN AYAM DI DESA SEI

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penggunaan sumber daya alam (Wardhani, 2001).

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari masyarakat karena mempunyai fungsi sebagai tempat

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut serta tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Sudiarto,

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kota besar di Indonesia, setelah menunjukkan gajala yang cukup serius,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penyakit paru kronik (Kurniawidjaja,2010).

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan ikan segar. Menurut Handajani (1994) (dalam Sari, 2011), ikan asin lebih menguntungkan dalam hal kesehatan.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber penyedia daging dan telur telah dipopulerkan di Indonesia dan juga

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan penyakit paru (Suma mur, 2011). Penurunan fungsi paru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

BAB I PENDAHULUAN. maupun di luar rumah, baik secara biologis, fisik, maupun kimia. Partikel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. sekaligus faktor utama penunjang pembangunan ekonomi karena peningkatan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM. Putri Rahayu H. Umar. Nim ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

Lampiran 3. Anova Kecernaan Bahan Kering Konsentrat (%)

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan. Industri selalu diikuti masalah pencemaran

ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN PAJANAN GAS HIDROGEN SULFIDA (H 2 S) PADA PEMULUNG AKIBAT TIMBULAN SAMPAH DI TPA JATIBARANG KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. disinfeksi setelah waktu kontak tertentu (Chandra, 2009 : 50), sedangkan klorin atau

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. coco. Berikut data mortalitas uji pendahuluan: Jumlah Ikan (ekor)

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dari proses produksi terkadang mengandung potensi bahaya yang

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan di Indonesia merupakan bagian dari pembangunan Nasional yang tidak hanya memegang peranan penting dalam penyediaan pangan hewani berupa daging, susu, serta telur yang bernilai gizi tinggi bagi masyarakat Indonesia tetapi juga sebagai mesin penggerak untuk menopang pertumbuhan industri di Indonesia melalui upaya peningkatan pendapatan peternak, (1, 2) menambah devisa dan memperluas kesempatan kerja. Potensi ternak yang banyak diminati oleh masyarakat saat ini salah satunya adalah usaha peternakan unggas ayam broiler. Berkembangnya usaha peternakan ayam broiler di Indonesia ditandai dengan peningkatan produksi daging ayam ras pedaging yang sangat pesat dari tahun ke tahun. Menurut data Badan Pusat Statistik dalam 5 tahun terakhir (2012-2016) produksi daging ayam ras pedaging di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 20,6%. Pada tahun 2012 produksi daging ayam ras pedaging berjumlah 1.400.468 ton, kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2016 menjadi 1.689.584 ton. Sedangkan untuk provinsi Sumatera Barat tahun 2012 produksi daging ayam ras pedaging tercatat berjumlah 17.434 ton yang kemudian mengalami peningkatan sebesar 14,6% menjadi 19.983 ton pada tahun 2016. Sementara itu di Kota Padang, menurut data Badan Pusat Statistik diketahui jumlah produksi daging ayam ras pedaging tahun 2015 berjumlah 381.069 kg. (3) Usaha peternakan ayam broiler merupakan salah satu usaha peternakan yang memberikan dampak positif kepada masyarakat, namun berkembangnya peternakan ayam broiler juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan di 1

2 sekitarnya. Dampak negatif yang ditimbulkan salah satunya berupa emisi yang dapat (4, 5) mencemari udara dari usaha peternakan ayam broiler. Banyaknya usaha peternakan ayam yang berada di lingkungan masyarakat dirasakan mulai mengganggu warga, terutama peternakan ayam yang lokasinya dekat dengan pemukiman penduduk. Masyarakat banyak mengeluhkan dampak buruk dari kegiatan usaha peternakan ayam ras karena masih banyak peternak yang mengabaikan penanganan limbah dari usahanya. Limbah peternakan ayam ras berupa feses, sisa pakan, air dari pembersihan ternak menimbulkan pencemaran lingkungan masyarakat di sekitar lokasi peternakan tersebut. (6) Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Safril mengenai dampak sosial keberadaan usaha peternakan ayam ras petelur pada wilayah pemukiman di Kabupaten Lima Puluh Kota diketahui bahwa dampak usaha ayam ras petelur terhadap pencemaran udara (bau), 10% responden menyatakan tidak setuju, 15% menyatakan kurang setuju, 62% menyatakan setuju dan 13% menyatakan sangat setuju. Hasil ini menggambarkan bahwa sebahagian besar responden merasakan pencemaran udara. (6) Populasi ayam broiler di Indonesia sekitar 917 juta ekor dapat menghasilkan limbah berupa ekstra feses dan urin sebanyak 63.964 ribu ton/hari. Ayam pedaging yang dipelihara sampai umur 44 sampai 57 hari memproduksi litter (kotoran) 22-26 kg/hari/1000 ekor. Pada keadaan kering setara dengan 0,71 ton untuk umur 44 hari dan 1,23 ton untuk umur 57 hari per 1000 ekor. (7) Limbah peternakan ayam broiler berupa kotoran ternak, sisa pakan, air dari pembersihan ternak akan membentuk senyawa yang kemudian menimbulkan bau. Salah satu diantara senyawa tersebut adalah amoniak (NH 3 ). Gas amoniak merupakan salah satu senyawa yang dapat mudah terbentuk dalam kondisi anaerob

3 seperti tumpukan kotoran yang masih basah dan mudah tercium walau dengan konsentrasi yang kecil. Amoniak berpotensi pencemaran lingkungan pada lingkungan di sekitar peternakan dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan ternak dan masyarakat di sekitar peternakan. (8) Pada ayam broiler, gas amoniak yang dihasilkan dapat mengakibatkan turunnya performa dan produktivitas pada ayam broiler di peternakan, bahkan dapat mengakibatkan pertumbuhannya yang terhambat, tidak bisa cepat besar, dan juga timbulnya penyakit tetelo (New Castle Disease/ND). (9) Pada manusia, ketika amoniak masuk saat bernafas maka sebagian yang masuk ke dalam tubuh akan diserap oleh paru-paru kemudian amoniak berikatan dengan darah yang ada di dalam paru-paru. Darah yang berasal dari paru-paru kemudian diedarkan ke jantung melalui pembuluh darah vena pulmonalis. Kemudian darah diedarkan ke seluruh tubuh dan masuk ke dalam ginjal melalui pembuluh darah arteri renalis. Amoniak yang masuk ke dalam ginjal akan diubah bentuk menjadi ion ammonium oleh glutamin dengan cara deaminasi yang dikatalis oleh enzim glutaminase. Ion ammonium disekresikan ke urin sehingga urin menjadi lebih asam, sedangkan amoniak yang tidak dikeluarkan melalui urin akan menumpuk di dalam ginjal dan akan menyebabkan kerusakan ginjal. Kerusakan ginjal dapat mengakibatkan hemoglobin dalam darah turun (anemia) dan sesak nafas karena menurunnya daya perfusi pulmonal. (10) Amoniak merupakan gas yang bersifat iritan kuat. Senyawa amoniak dapat mudah tercium walau dalam konsentrasi yang rendah (5 ppm). Paparan gas amoniak dapat mengakibatkan cedera korosif pada selaput lendir, mata, paru-paru, dan saluran pencernaan dan kulit karena ph basa dan sifat higroskopis amoniak. Pada konsentrasi 50 ppm amoniak dapat menghasilkan efek yang cepat ke mata, hidung,

4 iritasi tenggorokan, batuk, dan penyempitan bronkus. Tanda-tanda klinis yang lebih parah termasuk penyempitan langsung dari tenggorokan dan pembengkakkan, menyebabkan obstrkusi jalan napas atas dan akumulasi cairan di paru-paru. Paparan kronis gas amoniak dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan, batuk kronis, asma, dan fibrosis paru. Pada kadar yang sangat tinggi penghirupan amoniak bersifat fatal dan dapat menyebabkan kematian (11) Produksi amoniak sangat erat kaitannya dengan efisiensi penyerapan zat makanan khususnya protein dan asam amino. Protein yang tidak terserap dari saluran pencernaan akan dikonversi menjadi urine acid yang kemudian diekskresikan bersama feses. Tingginya jumlah bakteri ulicolytik dibandingkan bakteri anaerobic dalam urin menyebabkan proses dekomposisi dalam urine acid berlangsung sangat cepat yang menghasilkan amoniak. (12) Dalam sebuah penelitian mengenai analisis kadar amoniak di udara dan sanitasi peternakan serta keluhan kesehatan pada pekerja di peternakan ayam di Desa Sei. Limbat Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat didapatkan hasil bahwa dari 32 orang pekerja di peternakan ayam di Desa Sei. Limbat Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat, ada 9 orang (28,1%) yang memiliki keluhan gangguan pernapasan, 6 orang (18,8%) yang memiliki keluhan iritasi mata dalam satu bulan terakhir, dan sebanyak 18 orang (56,3%) yang terganggu dengan bau. (13) Dari penelitian yang dilakukan Chandra tahun 2015 mengenai analisis risiko kesehatan pajanan amoniak dan pengawasan limbah peternakan ayam broiler di wilayah kerja Puskesmas Lampasi diketahui bahwa sebahagian besar masyarakat yang bermukim di radius 100 meter di sekitar peternakan ayam broiler diperkirakan mempunyai risiko non kanker atau tidak aman terhadap kesehatan masyarakat pada durasi pajanan real time dengan konsentrasi amoniak rata-rata 1,212 mg/m 3. (14)

5 Suatu studi yang dilakukan oleh Hederik et al tahun 2000 pada petani yang bekerja pada tempat penyimpanan ternak, dilakukan pengukuran kadar amoniak, debu total, debu yang dapat dihirup, karbondioksida, endotoxin total, endotoxin yang dapat dihirup, jamur dan bakteri. Dari semua itu yang paling berhubungan dengan peningkatan dengan gangguan pernafasan adalah amoniak dan debu, dan gangguan pernafasan berkurang pada saat pemaparan dihilangkan. (15) Penelitian lain yang dilakukan oleh Novrikasari pada tahun 2014, di PT. Pusri Palembang diketahui bahwa pada proses pembuatan pupuk urea PT. Pusri Palembang, limbah yang dikeluarkan mengandung amonia dalam bentuk gas dapat terdispersi hingga 1300 meter dari tangki amonia. (16) Apabila limbah ini dibuang langsung ke udara ambien dan langsung dimanfaatkan oleh manusia untuk bernafas maka hal ini akan mempengaruhi kualitas udara ambien dan mengurangi derajat kesehatan manusia, tidak hanya akan memberikan potensi bahaya terhadap pekerja, melainkan juga terhadap masyarakat yang tinggal di sekitar pabrik. (17) Setiap bahan maupun gas yang menimbulkan pencemaran mempunyai efek yang spesifik terhadap kesehatan. Dengan pemantauan kualitas udara hanya menghasilkan informasi udara disuatu wilayah tercemar tetapi tidak dapat menggambarkan efek atau risiko terhadap kesehatan masyarakat. Studi analisis risiko kesehatan lingkungan dapat memperkirakan efek bahan pencemar secara spesifik terhadap kesehatan. Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi bahaya apa saja yang dapat membahayakan, memahami hubungan antara dosis agen risiko dan respon tubuh yang diketahui dari berbagai penelitian, mengukur seberapa besar pajanan agen risiko tersebut, dan (18, 19) menetapkan tingkat risiko dan efeknya pada populasi.

6 Peternakan Ayam Broiler PT. Ciomas di Kecamatan Pauh merupakan salah satu peternakan ayam Broiler yang terdapat di Kota Padang, dan merupakan peternakan ayam broiler terbesar di Kota Padang dengan jumlah ayam sebanyak 10.000 ekor setiap kali pembibitan dan berlokasi dekat dengan pemukiman masyarakat. Setiap harinya selama periode ternak, Peternakan Ayam Broiler PT.Ciomas menghasilkan limbah berupa kotoran ternak, sisa pakan, dan air dari pembersihan ternak. Berdasarkan observasi dan wawancara peneliti dengan pekerja di Peternakan Ayam Broiler PT.Ciomas diketahui bahwa pekerja membersihkan limbah kotoran ternak setiap selesai panen, yang berarti selama peiode ternak, kotoran ternak tersebut masih ditumpuk di bawah kandang ayam. Manajemen limbah dari suatu peternakan akan mempengaruhi kadar amoniak yang dihasilkan. Menurut penelitian Chandra adanya pelaksanaan pengendalian risiko limbah tetap masih mempunyai dampak kepada masyarakat yang tinggal di sekitar peternakan dengan jarak 50-100 meter. (14) Dalam studi pendahuluan pada masyarakat yang bermukim di sekitar Peternakan Ayam Broiler PT. Ciomas yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil wawancara dari lima masyarakat yang telah bermukim selama lebih dari 10 tahun, kelima masyarakat mengaku mengalami keluhan kesehatan berupa batuk, flu, sesak napas, dan iritasi mata serta hidung selama tiga bulan terakhir. Dari hasil wawancara, juga diketahui bahwa masyarakat terganggu dengan yang ditimbulkan dari limbah peternakan. Selain itu berdasarkan hasil laporan 10 penyakit terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Pauh, diketahui bahwa penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) menduduki peringkat pertama selama 3 tahun terakhir. Adanya risiko kesehatan yang diakibatkan oleh pajanan gas NH 3 pada populasi berisiko yakni masyarakat sekitar peternakan, dan belum adanya penelitian mengenai pengukuran

7 gas NH 3 dan analisis resiko pajanan gas NH 3 terhadap masyarakat di sekitar peternakan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang analisis risiko pajanan gas NH 3 terhadap masyarakat di sekitar peternakan ayam broiler PT. Ciomas Kota Padang. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah adalah Bagaimana Analisis Risiko Pajanan Gas Amoniak (NH 3 ) pada Masyarakat di sekitar Peternakan Ayam Broiler PT. Ciomas Kota Padang tahun 2018? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk menganalisis tingkat risiko gangguan kesehatan masyarakat di sekitar Peternakan Ayam Broiler PT. Ciomas terhadap pajanan dari udara yang mengandung amoniak tahun 2018 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui konsentrasi NH 3 di Peternakan Ayam Broiler PT. Ciomas Kota Padang. 2. Mengetahui karakteristik antropometri dan pola aktivitas masyarakat di sekitar Peternakan Ayam Broiler PT. Ciomas Kota Padang. 3. Menentukan nilai intake dari pajanan NH 3 terhadap masyarakat di sekitar Peternakan Ayam Broiler PT. Ciomas Kota Padang. 4. Menentukan karakteristik risiko kesehatan individu terhadap pajanan NH 3 pada masyarakat di sekitar Peternakan Ayam Broiler PT. Ciomas Kota Padang.

8 5. Menentukan manjemen risiko kesehatan untuk pajanan NH 3 pada masyarakat di sekitar Peternakan Ayam Broiler PT. Ciomas Kota Padang apabila RQ>1. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh peneliti lain sebagai referensi penelitian tentang analisis risiko kesehatan lingkungan selanjutnya dan dapat dikembangkan dalam penelitian berikutnya. 2. Bagi Instansi Terkait Memberikan informasi kepada instansi yakni Dinas Peternakan Kota Padang mengenai adanya risiko keracunan amoniak akibat terpapar udara yang mengandung amoniak pada masyarakat serta informasi awal terkait manajemen resiko yang perlu dilakukan. 3. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai tambahan informasi dan bahan kepustakaan bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian, maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitian untuk menganalisis risiko dari pajanan gas NH 3 terhadap masyarakat dengan menggunakan pendekatan studi Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan. Penelitian berlokasi di Peternakan Ayam Broiler PT. Ciomas Kota Padang. Sasaran dari penelitian ini adalah penduduk yang tinggal di sekitar Peternakan Ayam Broiler PT. Ciomas Kota Padang yang tersebar di tiga lokasi.

9 Sedangkan objek dari penelitian ini adalah udara ambien di pemukiman sekitar Peternakan Ayam Broiler PT. Ciomas Padang yang diuji konsentrasi amoniaknya di empat titik lokasi pengukuran dengan jarak terdekat ±120 meter dan jarak terjauh ±180 meter dari sumber emisi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan konsentrasi NH 3 di titik yang satu dengan yang lainnya. Dalam penelitian ini, analisis risiko kesehatan akibat menghirup udara dibatasi hanya berdasarkan asupan melalui paparan secara inhalasi dari udara yang dihirup di wilayah studi, tidak memperhitungkan asupan dari bahan makanan yang mengandung NH 3. Selain itu jalur paparan amoniak melalui kulit, juga tidak diperhitungkan.