BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. coco. Berikut data mortalitas uji pendahuluan: Jumlah Ikan (ekor)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. coco. Berikut data mortalitas uji pendahuluan: Jumlah Ikan (ekor)"

Transkripsi

1 A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Uji Pendahuluan Variasi Kadar Limbah (% vol.) Uji pendahuluan dilakukan untuk memperoleh kadar ambang atas (LC jam) dan ambang bawah (LC 0-48) limbah cair nata de coco. Berikut data mortalitas uji pendahuluan: Tabel 3. Mortalitas Ikan Nila (O. niloticus) pada Hasil Uji Pendahuluan Limbah Cair Nata De Coco. Mortalitas Ikan Ulangan Rerata ke : Jam Jam Jam (%) Jumlah Ikan (ekor) Total Mortalitas (%) Kontrol (0,01) 10-1 (0,1) 10 0 (1) 10 1 (10) 10 2 (100) Sumber : Analisis Data Primer ,

2 Mortalitas (%) ,01 0, Kadar Limbah (% volume) Gambar 6. Grafik mortalitas ikan nila pada uji pendahuluan Berdasarkan hasil yang diperoleh maka ditentukan kadar ambang bawah (LC 0-48 jam) dan kadar ambang atas (LC jam) limbah cair nata de coco adalah 1% dan 10%. 2. Uji Definitif Uji definitif digunakan untuk menentukan nilai LC jam dan LC jam. Sukiya (1999: 17) menyatakan bahwa penentuan kadar uji definitif menggunakan Skala Duodoroff, berdasarkan perhitungan skala tersebut diperoleh kadar 1,58%; 2,52%; 4,01%; 6,38%; 7,95% dan 0% sebagai kontrol. Berikut data mortalitas uji toksisitas ikan nila : 37

3 Mortalitas (%) Variasi kadar limbah (% vol.) Tabel 4. Mortalitas Ikan Nila (O. niloticus) pada Hasil Uji Definitif Limbah Cair Nata De Coco. Ulangan Jumlah Mortalitas Ikan (Jam) Total Rerata Ke : Ikan Mortalitas (%) (ekor) (%) Kontrol (0,00) , , , , , Sumber : Analisis Data Primer ,58 2,52 4,01 6,38 7,95 Kadar Gambar 7. Grafik mortalitas ikan nila pada uji definitif Berdasarkan data yang diperoleh pada uji definitif diketahui bahwa semakin tinggi kadar limbah cair nata de coco maka semakin tinggi pula 38

4 mortalitas ikan nila yang terjadi. Analisis probit nilai LC jam dengan probability 0,5 menunjukkan 2,91x10-2 mg/l dan nilai probit LC jam dengan probability 0,5 menunjukkan 2,29x10-2 mg/l. Data mortalitas kemudian di uji univariat untuk mengetahui pengaruh beda nyata pada kadar, lama durasi (jam), serta kadar dan lama durasi (jam) limbah cair nata de coco. Berikut hasil uji analisis univariat : Tabel 5. Analisis Univariat Toksisitas Limbah Cair Nata De Coco Terhadap Mortalitas Ikan Nila Uji Antara Efek Subyek Variabel Terikat:Mortalitas Sumber Jenis Kuadrat Df Kuadrat Tengah F Sig. Model Yang Di Koreksi a Intercept E3.000 Kadar ** Jam ** Kadar * Jam ** Error Total Total Yang Di Koreksi a. R Kuadrat =,981 (Kuadrat R Yang Disesuaikan =,971) Keterangan : ** = berpengaruh nyata Sumber : Analisis Data Primer Hasil analisis uji univariat menunjukkan terdapat pengaruh nyata pada kadar, durasi (jam), serta kombinasi kadar dengan durasi (jam) limbah cair nata de coco (p < 0,05). Menurut Wirasuta dan Rasmaya (Saraswati, 2016: 22-23) bahwa faktor-faktor yang menentukan apakah suatu bahan memiliki potensi membahayakan atau aman bagi organisme 39

5 adalah hubungan antara konsentrasi bahan dan durasi pemaparannya terhadap organisme, sehingga dapat diketahui bahwa baik kadar, durasi perlakuan, kombinasi kadar dan durasi perlakuan berpengaruh terhadap mortalitas ikan nila. 3. Pengukuran Parameter Fisikokimia Limbah Cair Nata De Coco dan Air Perlakuan Hasil pengukuran parameter fisikokimia limbah cair nata de coco murni dan fisikokimia air berbagai perlakuan terhadap ikan nila dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 6. Hasil Pengukuran Fisikokimia Limbah Cair Nata De Coco Parameter Baku Mutu Hasil ph 6 9 (Permen LH No. 6 Tahun 2007) DO (mg/l) 3 (PP No. 8, 2001 : 484) COD (mg/l) 200 (Permen LH No. 6 Tahun 2007) BOD (mg/l) 100 (Permen LH No. 6 Tahun 2007) TSS (mg/l) 100 (Permen LH No. 6 Tahun 2007) Amonia 1 (mg/l) Pescod (Munawar Ali, 2011 : 13) Sumber : Laporan Hasil Uji BLK-Yogyakarta 3,49 0, , ,78 15,20 5,455 Hasil pengukuran fisikokimia limbah cair nata de coco menunjukkan bahwa limbah cair nata de coco tidak ada yang memenuhi baku mutu yang telah di tetapkan. 40

6 Tabel 7. Hasil Pengukuran Fisikokimia Limbah Cair Nata De Coco Setiap Perlakuan. Parameter Perlakuan Baku Kontrol A B C D E Mutu ph 7,36 6,78 5,12 4,19 4,35 3, DO (mg/l) 5,57 5,60 5,19 4,32 4,83 4, TSS (mg/l) Amonia (mg/l) 1,414 6,560 4,510 3,173 4,064 0,870 1 Sumber : Laporan Hasil Uji BLK-Yogyakarta Keterangan : A = konsentrasi 1,58% B = konsentrasi 2,52% C = konsentrasi 4,01% D = konsentrasi 6,38% E = konsentrasi 7,95% Hasil pengukuran parameter fisikokimia pada air perlakuan menunjukkan bahwa parameter ph yang aman hanya pada perlakuan kontrol dan kadar 1,58% saja, parameter DO masih dalam standar baku mutu, parameter TSS yang aman terdapat pada perlakuan kontrol, 1,58%, 2,52%, dan 6,38%. Hasil parameter amonia bebas yang masih dalam standar baku mutu yaitu pada perlakuan kontrol dan kadar 7,95%. Hasil pengukuran fisikokimia air limbah cair nata de coco di analisis regresi untuk memprediksi parameter fisikokimia mana yang paling berpengaruh terhadap mortalitas ikan nila. Berikut hasil analisis regresi fisikokimia limbah cair nata de coco : 41

7 Model Tabel 8. Uji Regresi Parameter Fisikokimia Limbah Cair Nata De Coco Terhadap Mortalitas Ikan Nila Koefisien a Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta t Sig. 1 (Constant) ph DO TSS Amonia_NH a. Dependent Variable: Kadar Case Number Std. Residual Diagnosis Casewise a Kadar Predicted Value Residual a. Dependent Variable: Kadar Persamaan analisis regresi diperoleh sebagai berikut Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 Y = 1,320 + (-0,256)X 1 + (0,116)X 2 + (-0,001)X 3 + (-0,027)X 4 Y = 1,320 0,256X 1 + 0,116X 2-0,001X 3 0,027X 4 42

8 Keterangan : Y = Mortalitas a b 1 X 1 ;b 2 X 2 ;b 3 X 3 ;b 4 X 4 X 1 X 2 X 3 = Konstanta = Koefisien regresi = ph = DO = TSS X 4 = Amonia_NH 3 Hasil uji analisis regresi pada tabel koefisien di atas diketahui bahwa nilai mortalitas sebesar 1,320. Nilai mortalitas (Y) yang diprediksi pada tabel Diagnosis Casewise diketahui memiliki nilai residual yang telah terstandarisasi mendekati 0 yang artinya model regresi semakin baik dalam melakukan prediksi. Koefisien regresi variabel dibagi menjadi 2, yaitu koefisien bernilai positif dan koefisien bernilai negatif. Tanda positif atau negatif dari nilai koefisien regresi bukanlah menyatakan tanda aljabar, melainkan menyatakan arah hubungan atau menyatakan pengaruh variabel bebas X (ph, DO, TSS, amonia) terhadap variabel terikat Y (mortalitas). Nilai b yang positif menyatakan bahwa variabel bebas X berpengaruh positif terhadap nilai variabel terikat Y. Sementara itu, nilai b yang negatif menyatakan bahwa variabel bebas X berpengaruh negatif terhadap nilai variabel terikat Y. Dari ke-4 variabel yang diuji, koefisien yang bernilai 43

9 positif yaitu DO sedangkan koefisien yang bernilai negatif yaitu ph, TSS, dan amonia. Koefisien regresi variabel DO sebesar 0,116. Bila nilai variabel bebas DO naik 1%, maka nilai variabel mortalitas (Y) akan naik sebesar 0,116%. Sebaliknya bila nilai variabel bebas DO turun 1%, maka nilai variabel mortaitas (Y) akan turun sebesar 0,116%. Koefisien regresi variabel ph sebesar (-0,256), TSS sebesar (- 0,001), dan amonia sebesar (-0,027). Bila nilai variabel bebas ph naik 1%, maka nilai variabel mortalitas (Y) akan turun sebesar -0,256 unit, sebaliknya bila nilai variabel turun 1%, maka nilai variabel mortalitas (Y) akan naik sebesar -0,256%. Jika nilai variabel bebas TSS naik 1%, maka nilai variabel mortalitas (Y) akan turun sebesar -0,001%, sebaliknya bila nilai variabel turun 1%, maka nilai variabel mortalitas (Y) akan naik sebesar -0,001%. Bila nilai variabel bebas amonia naik 1%, maka nilai variabel mortalitas (Y) akan turun sebesar -0,027%, sebaliknya bila nilai variabel turun 1%, maka nilai variabel Y akan naik sebesar -0,027%. 44

10 4. Kerusakan Struktur Histologik Ginjal Ikan Nila Tabel 9. Persentase Kerusakan Sel pada Ginjal Ikan Nila Konsentrasi (% volume) Ulangan Kerusakan (%) Total Kerusakan Lisis Piknosis Karioreksis (%) 0 1 1,16 1,75 1,58 4,49 2 1,41 1,91 1,83 5,15 3 0,66 0,58 1,16 2,40 1,58 1 4,58 3,33 5,58 13,49 2 2,91 4,50 8,91 16,32 3 4,41 4,16 8,66 17,23 2,52 1 4,75 5,16 11,91 21,82 Sumber : Analisis Data Primer 2 4,58 4,08 9,58 18,24 Berdasarkan tabel 9, diketahui semakin besar konsentrasi limbah cair nata de coco maka semakin tinggi persentase kerusakan sel yang terjadi pada struktur ginjal ikan nila. Persentase kerusakan ginjal ikan nila diperoleh dari penjumlahan rata-rata lisis, piknosis, dan karoreksis yang terjadi pada sel. Tabel 10. Uji One Way Anova Persentase Kerusakan Terhadap Konsentrasi Limbah Cair Nata De Coco Total Kerusakan Antara Perlakuan ANOVA Jumlah Kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig. (Kombinasi) Istilah Linier Tertimbang Deviasi Dalam Perlakuan Total

11 Duncan Subset for alpha = 0.05 Kadar N Sig Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Sumber : Analisis Data Primer Berdasarkan hasil uji Anova yang telah dilakukan diketahui bahwa nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,01. Nilai tersebut < 0,05 yang berarti kadar limbah cair nata de coco mempengaruhi kerusakan struktur ginjal ikan nila. Uji Duncan diketahui bahwa kadar yang paling berpengaruh adalah 2,52%. 46

12 a b Gambar 8. Preparat struktur histologik ginjal ikan nila perlakuan kontrol. Skala 50µm (1:50), perbesaran 400X, pewarnaan HE. Keterangan a: glomerulus; b: tubulus ginjal a d e b c Gambar 9. Struktur histologik ginjal ikan nila pada konsentrasi 1,58% ulangan ke-1. Skala 50µm (1:50), perbesaran 400X, pewarnaan HE. keterangan a: glomerulus; b: tubulus ginjal; c: lisis; d: piknosis; e: karioreksis. 47

13 e b a c d Gambar 10. Struktur histologik ginjal ikan nila pada konsentrasi 1,58% ulangan ke-2. Skala 50µm (1:50), perbesaran 400X, pewarnaan HE. Keterangan a: glomerulus; b: tubulus ginjal; c: lisis; d: piknosis; e: karioreksis. b a e c d Gambar 11. Struktur histologik ginjal ikan nila pada konsentrasi 1,58% ulangan ke-3. Skala 50µm (1:50), perbesaran 400X, pewarnaan HE. Keterangan a: glomerulus; b: tubulus ginjal; c: lisis; d: piknosis; e: karioreksis. 48

14 c d b a e Gambar 12. Struktur histologik ginjal ikan nila pada konsentrasi 2,52% ulangan ke-1. Skala 50µm (1:50), perbesaran 400X, pewarnaan HE. Keterangan a: glomerulus; b: tubulus ginjal; c: lisis; d: piknosis; e: karioreksis. a c b e d Gambar 13. Struktur histologik ginjal ikan nila pada konsentrasi 2,52% ulangan ke-2. Skala 50µm (1:50), perbesaran 400X, pewarnaan HE. Keterangan a: glomerulus; b: tubulus ginjal; c: lisis; d: piknosis; e: karioreksis. 49

15 c d Gambar 14. Struktur histologik ginjal ikan nila pada perlakuan 1,58% ulangan 1. Skala 20µm, perbesaran 1000X, pewarnaan HE. Keterangan c: lisis; d: piknosis d c e Gambar 15. Struktur histologik ginjal ikan nila pada perlakuan 1,58% ulangan 2. Skala 20µm, perbesaran 1000X, pewarnaan HE. Keterangan c: lisis; d: piknosis; e: karioreksis. 50

16 d e c Gambar 16. Struktur histologik ginjal ikan nila pada perlakuan 1,58% ulangan 3. Skala 20µm, perbesaran 1000X, pewarnaan HE. Keterangan c: lisis; d: piknosis; e: karioreksis. d b c e Gambar 15. Struktur histologik ginjal ikan nila pada perlakuan 2,52% ulangan 1. Skala 20µm, perbesaran 1000X, pewarnaan HE. Keterangan a: glomerulus; b: tubulus ginjal; c: lisis; d: piknosis; e: karioreksis. a 51

17 b c d Gambar 15. Struktur histologik ginjal ikan nila pada perlakuan 2,52% ulangan 2. Skala 20µm, perbesaran 1000X, pewarnaan HE. Keterangan b: tubulus ginjal; c: lisis; d: piknosis. B. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa limbah cair nata de coco berpengaruh terhadap mortalitas dan struktur histologik ginjal ikan nila (O.niloticus). Semakin tinggi kadar limbah cair nata de coco maka semakin tinggi pula mortalitas ikan. Begitu pula dengan struktur histologik ginjal ikan nila, semakin tinggi kadar limbah cair nata de coco maka persentase kerusakan sel semakin tinggi. Loomis (1978: 22) menggolongkan toksisitas menjadi beberapa tingkatan. Penggolongan toksisitas ini berarti dalam pemaparan 96 jam, sebanyak 50% biota uji mengalami mortalitas dengan kadar toksik yang semakin sedikit maka tingkat daya racun akan semakin tinggi. Berikut tabel penggolongan tingkatan toksisitas : 52

18 Tabel 12. Penggolongan Toksisitas Berdasarkan Jumlah Besar Zat Kimia No. Penggolongan Toksisitas Dosis 1. Luar biasa toksik (1 mg/kg atau kurang) 2. Sangat toksik (1-50 mg/kg) 3. Cukup toksik ( mg/kg) 4. Sedikit toksik (0,5-5 mg/kg) 5. Praktiks tidak toksik (5-15 mg/kg) 6. Relatif kurang berbahaya (lebih daripada 15 mg/kg) Sumber : Loomis, 1978: 22 Hasil uji probit yang telah dilakukan diperoleh nilai LC jam limbah cair nata de coco sebesar 0,0229 mg/l. Dilihat dari penggolongan Loomis, nilai tersebut menunjukkan bahwa limbah cair nata de coco kurang dari 1 mg/kg sehingga dalam penggolongan Loomis termasuk dalam limbah yang luar biasa toksik. Kadar aman limbah cair nata de coco diperoleh dari 10% x LC jam. Berdasarkan perhitungan tersebut, maka diperoleh kadar aman sebesar 0,00291mg/L yang artinya nilai tersebut tidak mempengaruhi mortalitas ikan nila. Mortalitas ikan nila (O. niloticus) yang terjadi dikarenakan kualitas air yang buruk sehingga tidak memenuhi syarat hidup ikan nila. Kualitas air pada limbah cair nata de coco secara keseluruhan tidak memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan yang diketahui berdasarkan pengujian parameter fisikokimia limbah cair nata de coco. Hasil pengujian tersebut menunjukkan ph limbah bersifat asam, kadar DO yang sangat sedikit, kadar BOD dan COD yang tinggi, serta mengandung amonia (NH 3 ). Limbah cair nata de coco juga masih mengandung bahan organik seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Bahan-bahan organik tersebut jika masuk ke perairan akan didekomposisi oleh mikroorganisme. Saat 53

19 medekomposisi bahan organik, mikroorganisme menggunakan O 2 yang ada di air. Semakin banyak bahan organik yang didekomposisi, maka semakin banyak pula O 2 yang digunakan. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa parameter fisikokimia ph, DO, TSS, dan amonia diprediksi berpengaruh terhadap mortalitas ikan nila. Nilai ph yang aman bagi kelangsungan hidup ikan nila yaitu 6 9, DO sebesar 4-6 mg/l, TSS sebesar 100 mg/l, dan amonia sebesar 1 mg/l. Parameter DO dan TSS masih dalam kategori baku mutu tetapi untuk parameter ph dan amonia hampir seluruh nilainya telah melewati baku mutu. Kondisi ph yang rendah bersifat racun jika jumlah amonia banyak, sedangkan dengan kondisi ph tinggi hanya dengan jumlah amonia yang sedikit akan bersifat racun juga(tim MSP Himikan Unpad, 2015: 8). Meningkatnya kadar amonia secara tidak langsung mempengaruhi mortalitas karena amonia berbahaya untuk ikan dan merupakan pesaing oksigen (O 2 ) pada daya serap darah. Amonia pada kadar 0,45 mg/l sudah dapat menghambat pertumbuhan sampai 50% dan pada kadar 1 mg/l sudah dianggap tercemar (Umroh, 2007: 15-19). Keberadaan amonia di perairan akan mengurangi kadar oksigen terlarut karena amonia berasal dari pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang berasal dari dekomposisi mikroorganisme diperairan. Limbah cair nata de coco berdasarkan hasil uji masih mengandung bahan organik sehingga keberadaannya diperairan akan didekomposisi oleh mikroorganisme. Semakin tinggi intensitas 54

20 mikroorganisme mendekomposisi bahan organik maka semakin banyak oksigen yang dibutuhkan dan kadar amonia semakin meningkat yang berasal dari hasil dekomposisi tersebut. Banyaknya oksigen yang digunakan mikroorganisme mengurangi kebutuhan oksigen. Jika oksigen diperairan sedikit, akan menyebabkan kematian pada biota yang hidup di perairan tersebut. Asam asetat yang berlebihan masuk kedalam tubuh ikan menyebabkan terjadinya asidosis, yaitu suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung asam dan sering menyebabkan menurunnya ph darah. Jika ph tubuh asam maka kadar O 2 dalam tubuh akan berkurang. Ion H + jika berikatan dengan hemoglobin menyebabkan perubahan struktur hemoglobin sehingga O 2 tidak dapat terikat dengan maksimal (Anonim, 2012: 8). Sementara itu, amonia di dalam tubuh dimetabolisme menjadi urea dan glutamin di hati. Ginjal memproduksi amonia melalui enzim glutaminase yang merubah glutamin menjadi glutamat, bikarbonat dan amonia. Amonia yang berasal dari ginjal dikeluarkan melalui urin dalam bentuk ion amonium (NH + 4 ) dan urea ataupun diserap kembali ke dalam tubuh yang dipengaruhi oleh ph tubuh (Hasan dan Abirianty, 2012: 2). Ginjal ikan berperan dalam menjaga keseimbangan kadar air dan garam. Ginjal terdiri dari jutaan nefron dimana satu unit nefron terdiri dari badan malphigi (kapsul bowman dan glomerulus) dan tubuli ginjal. Sisa zat eksresi dari hati akan dialirkan ke pembuluh darah dan masuk ke 55

21 nefron ginjal sehingga terjadi proses filtrasi, reabsorpsi, dan augmentasi. Proses filtrasi (penyaringan) terjadi di glomerulus lalu cairan di alirkan ke tubulus proximal. Zat-zat yang masih dibutuhkan oleh tubuh seperti air dan ion akan dikembalikan ke saluran sirkulatorik sedangkan zat yang tidak dibutuhkan (urin) akan dikeluarkan melalui korpus renalis (Sukiya, 2001 :15). Zat toksik dan zat sampah yang terlalu banyak dalam tubuh menyebabkan ginjal tidak dapat bekerja dengan baik. Zat-zat tersebut menyebabkan sel-sel pada ginjal mengalami nekrosis. Nekrosis merupakan kerusakan sel yang disebabkan oleh infeksi akut dan bersifat permanen (irreversible). Inti sel yang terinfeksi akan mengalami penyusutan (piknosis), terfragmentasi (karioreksis), dan akhirnya akan hilang (lisis). Kerusakan sel yang terjadi karena limbah cair nata de coco yang mengandung asam asetat dan amonia. Amonia masuk kedalam tubuh ikan nila dalam bentuk molekul NH 3 kemudian berdifusi ke jaringan. Masuknya amonia (NH 3 ) menyebabkan gangguan pada sel. Sel yang mengalami gangguan dan tidak mampu beradaptasi selanjutnya mengalami cedera atau infeksi. Infeksi yang terjadi terus-menerus akhirnya menyebabkan kematian sel (Lutfiani, 2016: 8). 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Pendahuluan Uji pendahuluan dilakukan untuk menentukan kadar ambang atas (LC 100-24 jam) dan kadar ambang bawah (LC 0-48 jam) limbah cair

Lebih terperinci

TOKSISITAS LIMBAH CAIR NATA DE COCO TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN STRUKTUR HISTOLOGIK HEPATOPANKREAS PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

TOKSISITAS LIMBAH CAIR NATA DE COCO TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN STRUKTUR HISTOLOGIK HEPATOPANKREAS PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) 271 Jurnal Prodi Biologi Vol 6 No 5 Tahun 2017 TOKSISITAS LIMBAH CAIR NATA DE COCO TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN STRUKTUR HISTOLOGIK HEPATOPANKREAS PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) TOXICITY OF

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan 1 kontrol terhadap ikan nila (O. niloticus). bulan, berukuran 4-7 cm, dan berat gram.

BAB III METODE PENELITIAN. dan 1 kontrol terhadap ikan nila (O. niloticus). bulan, berukuran 4-7 cm, dan berat gram. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan 1 faktor, yaitu perlakuan limbah cair nata de coco yang terdiri atas 5 variasi kadar dan 1 kontrol

Lebih terperinci

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter Ginjal adalah organ pengeluaran (ekskresi) utama pada manusia yang berfungsi untik mengekskresikan urine. Ginjal berbentuk seperti kacang merah, terletak di daerah pinggang, di sebelah kiri dan kanan tulang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang berjudul Tingkat Toksisitas Limbah Cair Industri Gula Tebu Tanpa Melalui Proses IPAL Terhadap Daphnia magna telah dilakukan. Hasil penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri

PENDAHULUAN. lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu industri kecil yang banyak mendapat sorotan dari segi lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah era globalisasi ini industri pangan mulai berkembang dengan pesat. Perkembangan industri pangan tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

Uji Toksisitas Akut Limbah Oli Bekas di Sungai Kalimas Surabaya Terhadap Ikan Mujair ( Tilapia missambicus ) dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus )

Uji Toksisitas Akut Limbah Oli Bekas di Sungai Kalimas Surabaya Terhadap Ikan Mujair ( Tilapia missambicus ) dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus ) Uji Toksisitas Akut Limbah Oli Bekas di Sungai Kalimas Surabaya Terhadap Ikan Mujair ( Tilapia missambicus ) dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus ) Oleh : Shabrina Raedy Adlina 3310100047 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling Tabel V.9 Konsentrasi Seng Pada Setiap Titik Sampling dan Kedalaman Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling A B C A B C 1 0,062 0,062 0,051 0,076 0,030 0,048

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DENGAN BIOTA UJI IKAN NILA (oreochromis Niloticus) dan TUMBUHAN KAYU APU (PISTA STRATIOTES)

UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DENGAN BIOTA UJI IKAN NILA (oreochromis Niloticus) dan TUMBUHAN KAYU APU (PISTA STRATIOTES) UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DENGAN BIOTA UJI IKAN NILA (oreochromis Niloticus) dan TUMBUHAN KAYU APU (PISTA STRATIOTES) BRIAN PRAMUDITA 3310100032 DOSEN PEMBIMBING: BIEBY VOIJANT TANGAHU

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Limbah cair nata de coco Air kelapa memiliki banyak kegunaan dalam bidang industri makanan salah satunya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba setelah pemberian polisakarida krestin (PSK) dari jamur Coriolus versicolor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba setelah pemberian polisakarida krestin (PSK) dari jamur Coriolus versicolor BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Data primer berupa gambaran histologi ginjal dan kadar kreatinin hewan coba setelah pemberian polisakarida krestin (PSK) dari jamur Coriolus versicolor

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Variasi Konsentrasi Limbah Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Air Limbah Tahu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Variasi Konsentrasi Limbah Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Air Limbah Tahu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Variasi Konsentrasi Limbah Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Air Limbah Tahu Berdasarkan analisis ANAVA (α=0.05) terhadap Hubungan antara kualitas fisik dan kimia

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. rata-rata nilai BOD dapat dilihat pada Gambar 5.1. Gambar 5.1. Nilai BOD dari tahun 2007 sampai 2014.

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. rata-rata nilai BOD dapat dilihat pada Gambar 5.1. Gambar 5.1. Nilai BOD dari tahun 2007 sampai 2014. BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisa Parameter Kualitas Air Limbah BOD 5.1.1. Parameter BOD Analisa terhadap nilai BOD pada instalasi pengolahan air limbah pada tahun 2007-2014 dilakukan dengan menganalisa

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1 . Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal. Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... Berdasarkan pada gambar di atas yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. teori yang menjadi dasar dan data yang diperoleh dari Badan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. teori yang menjadi dasar dan data yang diperoleh dari Badan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan membandingkan teori yang menjadi dasar dan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi. Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013

Sistem Ekskresi. Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013 Sistem Ekskresi Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013 Pengertian & Fungsi Proses Ekskresi Penegrtian : Proses pengeluaran zat-zat sisa hasil

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS LIMBAH CAIR BATIK SEBELUM DAN SESUDAH DIOLAH DENGAN TAWAS DAN SUPER FLOK TERHADAP BIOINDIKATOR (Cyprinus carpio L)

UJI TOKSISITAS LIMBAH CAIR BATIK SEBELUM DAN SESUDAH DIOLAH DENGAN TAWAS DAN SUPER FLOK TERHADAP BIOINDIKATOR (Cyprinus carpio L) UJI TOKSISITAS LIMBAH CAIR BATIK SEBELUM DAN SESUDAH DIOLAH DENGAN TAWAS DAN SUPER FLOK TERHADAP BIOINDIKATOR (Cyprinus carpio L) Yuli Pratiwi 1*, Sri Hastutiningrum 2, Dwi Kurniati Suyadi 3 1,2,3 Jurusan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kualitas Air Kualitas air merupakan faktor kelayakan suatu perairan untuk menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya ditentukan dalam kisaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri rumah tangga yang sering dipermasalahkan karena limbahnya yang berpotensi mencemari lingkungan yang ada di sekitarnya

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 1. Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... A. B. C. D. 1 2 3 4 E. Kunci Jawaban : D

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi NH3. protein dan non protein nitrogen (NPN). Amonia merupakan bentuk senyawa

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi NH3. protein dan non protein nitrogen (NPN). Amonia merupakan bentuk senyawa 33 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi NH3 NH3 atau amonia merupakan senyawa yang diperoleh dari hasil degradasi protein dan non protein nitrogen (NPN). Amonia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. telah ada pada pokok bahsan bab awal. Hipotesa penulis adalah : Komunikasi IAIN Sunan Ampel Surabaya.

BAB IV ANALISIS DATA. telah ada pada pokok bahsan bab awal. Hipotesa penulis adalah : Komunikasi IAIN Sunan Ampel Surabaya. 83 BAB IV ANALISIS DATA A. Pengujian Hipotesis Sebelum menjabarkan tentang analisis data dalam bentuk perhitungan menggunakan program SPSS, penulis membuat hipotesis sebagaimana yang telah ada pada pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tahu merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah organik. Limbah industri tahu yang dihasilkan dapat berupa limbah padat dan cair, tetapi limbah

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PUSAT ADMINISTRASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PUSAT ADMINISTRASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PUSAT ADMINISTRASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA Nama : Ridwan Maulana NPM : 16212320 Pembimbing : Widiyarsih, SE.,

Lebih terperinci

Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi Internal Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya di Tebet

Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi Internal Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya di Tebet Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi Internal Terhadap Kinerja Pegawai Pada Kantor Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya di Tebet ALIFA AMELIA 10210562 LATAR BELAKANG MASALAH Sumber daya manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah cair atau yang biasa disebut air limbah merupakan salah satu jenis limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat. Sifatnya yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan titik kritis pengenceran limbah dan kondisi mulai mampu beradaptasi hidup pada limbah cair tahu. Limbah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur uji

Lampiran 1. Prosedur uji LAMPIRAN 32 Lampiran 1. Prosedur uji 1) Kandungan nitrogen dengan Metode Kjedahl (APHA ed. 21 th 4500-Norg C, 2005) Sebanyak 0,25 gram sampel dimasukkan ke dalam labu kjedahl dan ditambahkan H 2 SO 4 pekat

Lebih terperinci

APLIKASI REGRESI SEDERHANA DENGAN SPSS. HENDRY admin teorionline.net Phone : 021-834 14694 / email : klik.statistik@gmail.com

APLIKASI REGRESI SEDERHANA DENGAN SPSS. HENDRY admin teorionline.net Phone : 021-834 14694 / email : klik.statistik@gmail.com APLIKASI REGRESI SEDERHANA DENGAN SPSS HENDRY admin teorionline.net Phone : 02-834 4694 / email : klik.statistik@gmail.com Tentang Regresi Sederhana Analisis regresi merupakan salah satu teknik analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu yang sudah tidak memiliki nilai manfaat lagi, baik itu yang bersifat basah

BAB I PENDAHULUAN. suatu yang sudah tidak memiliki nilai manfaat lagi, baik itu yang bersifat basah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah adalah sisa dari suatu usaha atau aktivitas yang dianggap sebagai suatu yang sudah tidak memiliki nilai manfaat lagi, baik itu yang bersifat basah maupun kering,

Lebih terperinci

Hubungan Linier Jumlah Penduduk Yang Bekerja dengan Belanja Langsung

Hubungan Linier Jumlah Penduduk Yang Bekerja dengan Belanja Langsung 139 LAMPIRAN 2 Hubungan Linier Jumlah Penduduk Yang Bekerja dengan Belanja Langsung Dependent Variable: Belanja Langsung Linear.274 19.584 1 52.000 57.441.239 The independent variable is Jumlah penduduk

Lebih terperinci

Lampiran 1 Analisis probit uji LC50-96 jam minyak sereh. Pengamatan Jumlah Respon

Lampiran 1 Analisis probit uji LC50-96 jam minyak sereh. Pengamatan Jumlah Respon 58 Lampiran 1 Analisis probit uji LC5096 jam minyak sereh LC 50 96jam Konsentrasi Jumlah Terekspos Pengamatan Jumlah Respon Pengaturan Proporsi Respon Prediksi Proporsi Respon Proposi Respon 60 10 1 0,1000

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh kosentrasi limbah terhadap gerakan insang Moina sp Setelah dilakukan penelitian tentang gerakan insang dan laju pertumbuhan populasi Moina sp dalam berbagai kosentrasi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. variabel independen dengan dependen, apakah masing-masing variabel

BAB IV PEMBAHASAN. variabel independen dengan dependen, apakah masing-masing variabel BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen. Analisis ini untuk mengetahui arah

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR (SB )

TUGAS AKHIR (SB ) TUGAS AKHIR (SB-091358) Akumulasi Logam Berat Timbal (Pb) pada Juvenile Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) secara In-Situ di Kali Mas Surabaya Oleh : Robby Febryanto (1507 100 038) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Pakan Sapi Perah Faktor utama dalam keberhasilan usaha peternakan yaitu ketersediaan pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi (Firman,

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM EKOTOKSIKOLOGI. Disusun oleh: Sukiya Rizka Apriani Putri

PETUNJUK PRAKTIKUM EKOTOKSIKOLOGI. Disusun oleh: Sukiya Rizka Apriani Putri PETUNJUK PRAKTIKUM EKOTOKSIKOLOGI Disusun oleh: Sukiya Rizka Apriani Putri PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Akumulasi Logam Berat Pb Konsentrasi awal logam berat di air pada awal perlakuan yang terukur dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom (AAS) yaitu sebesar 2.36 mg/l.

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Pertumbuhan beberapa tanaman air Pertumbuhan adalah perubahan dimensi (panjang, berat, volume, jumlah, dan ukuran) dalam satuan waktu baik individu maupun komunitas.

Lebih terperinci

Tingkat Toksisitas dari Limbah Lindi TPA Piyungan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus.

Tingkat Toksisitas dari Limbah Lindi TPA Piyungan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus. Tingkat Toksisitas dari Limbah Lindi TPA Piyungan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus., L) Oleh: Annisa Rakhmawati, Agung Budiantoro Program Studi Biologi Fakultas

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman Dekomposisi material organik akan menyerap oksigen sehingga proses nitrifikasi akan berlangsung lambat atau bahkan terhenti. Hal ini ditunjukkan dari

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.1 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.1 1. Organ ekskresi pada manusia yang berfungsi mengubah amonia menjadi urea adalah... Paru-paru Hati Kulit Ginjal Kunci Jawaban : B Pembahasan:

Lebih terperinci

TOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus

TOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus TOKSISITAS MERKURI (Hg) TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP, PERTUMBUHAN, GAMBARAN DARAH DAN KERUSAKAN ORGAN PADA IKAN NILA Oreochromis niloticus VIKA YUNIAR DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran Pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi penelitian terletak di belakang Perumahan Nirwana Estate, Cibinong yang merupakan perairan sungai kecil bermuara ke Situ Cikaret sedangkan yang terletak di belakang Perumahan,

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL Berdasarkan hasil pengamatan sarana pengolahan limbah cair pada 19 rumah sakit di Kota Denpasar bahwa terdapat

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB 4 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB 4 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 41 Hasil Uji Statistik 411 Statistik Deskriptif Pada bagian ini akan dibahas mengenai hasil pengolahan data statistik deskriptif dari variabel-variabel yang diteliti Langkah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Statistik Deskriptif Statistik Deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkunganya. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan hewan akutik yang memilki tulang belakang (vertebrata) yang berhabitat di dalam perairan. Ikan bernapas dengan insang, bergerak dan menjaga keseimbangan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA TERHADAP MUTU KIMIA ph KEFIR SUSU KACANG TANAH

ANALISIS DATA TERHADAP MUTU KIMIA ph KEFIR SUSU KACANG TANAH 74 LAMPIRAN 1 ANALISIS DATA TERHADAP MUTU KIMIA ph KEFIR SUSU KACANG TANAH Variasi Bahan Inokulum Ulangan Jumlah Rataan Baku (G) (F) 1 Perlakuan Perlakuan F1 4,4 4,5 8,900 4,450 G1 F 4,5 4,5 9,000 4,500

Lebih terperinci

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS 6.1 Pre Eksperimen BAB VI HASIL Sebelum dilakukan eksperimen tentang pengolahan limbah cair, peneliti melakukan pre eksperimen untuk mengetahui lama waktu aerasi yang efektif menurunkan kadar kandungan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan oleh peneliti yaitu sebagai berikut: suatu keputusan pembelian.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan oleh peneliti yaitu sebagai berikut: suatu keputusan pembelian. BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tahapan Pelaksanaan Penelitian Di dalam penelitian ini terdapat tahapan pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu sebagai berikut: 1. Peneliti melakukan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3 1. Zat yang tidak boleh terkandung dalam urine primer adalah... Air Asam amino Urea Protein Kunci Jawaban : D Menghasilkan urine primer

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi, baik industri maupun domestik, yang kehadirannya pada suatu saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi, baik industri maupun domestik, yang kehadirannya pada suatu saat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Limbah adalah zat atau bahan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik industri maupun domestik, yang kehadirannya pada suatu saat tertentu tidak dikehendaki

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah 15 (lima belas) Wajib

BAB IV PEMBAHASAN. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah 15 (lima belas) Wajib BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian dalam penelitian ini adalah 15 (lima belas) Wajib Pajak Badan UMKM yang memiliki peredaran bruto (omzet) di bawah Rp. 4,8 Milyar dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Setelah melalui beberapa tahap kegiatan penelitian, dalam bab IV ini diuraikan analisis hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Analisis

Lebih terperinci

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA A. GINJAL SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA Sebagian besar produk sisa metabolisme sel berasal dari perombakan protein, misalnya amonia dan urea. Kedua senyawa tersebut beracun bagi tubuh dan harus dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB 10 ANALISIS REGRESI LINIER SEDERHANA

BAB 10 ANALISIS REGRESI LINIER SEDERHANA BAB 10 ANALISIS REGRESI LINIER SEDERHANA Analisis regresi linier merupakan salah satu jenis metode regresi yang paling banyak digunakan. Regresi linier sederhana terdiri atas satu variabel terikat (dependent)

Lebih terperinci

PENENTUAN KUALITAS AIR

PENENTUAN KUALITAS AIR PENENTUAN KUALITAS AIR Analisis air Mengetahui sifat fisik dan Kimia air Air minum Rumah tangga pertanian industri Jenis zat yang dianalisis berlainan (pemilihan parameter yang tepat) Kendala analisis

Lebih terperinci

Reabsorpsi dan eksresi cairan, elektrolit dan non-elektrolit (Biokimia) Prof.dr.H.Fadil Oenzil,PhD.,SpGK Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Reabsorpsi dan eksresi cairan, elektrolit dan non-elektrolit (Biokimia) Prof.dr.H.Fadil Oenzil,PhD.,SpGK Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Reabsorpsi dan eksresi cairan, elektrolit dan non-elektrolit (Biokimia) Prof.dr.H.Fadil Oenzil,PhD.,SpGK Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Fungsi homeostatik ginjal Proses penyaringan (filtrasi)

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Fisika Kimia Air Parameter fisika kimia air yang diamati pada penelitian ini adalah ph, CO 2, NH 3, DO (dissolved oxygen), kesadahan, alkalinitas, dan suhu. Pengukuran

Lebih terperinci

FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph

FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph Dr. MUTIARA INDAH SARI NIP: 132 296 973 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN.......... 1 II. ASAM BASA DEFINISI dan ARTINYA............ 2 III. PENGATURAN KESEIMBANGAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, analisis data yang dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu dengan menggunakan analisis regresi sederhana, dan perhitungannya menggunakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Diagram Alir Pembuatan Kefir dan Uji Kualitas Susu Sapi. Pasteurisasi susu sapi. Pendinginan susu pasteurisasi

Lampiran 1. Diagram Alir Pembuatan Kefir dan Uji Kualitas Susu Sapi. Pasteurisasi susu sapi. Pendinginan susu pasteurisasi LAMPIRAN Lampiran 1. Diagram Alir Pembuatan Kefir dan Uji Kualitas Susu Sapi Pasteurisasi susu sapi Pendinginan susu pasteurisasi Inokulasi starter kefir 2, 3, dan 5% Inkubasi selama 2 jam Penyaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian juga memiliki dampak meningkatkan pencemaran oleh limbah cair

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian juga memiliki dampak meningkatkan pencemaran oleh limbah cair BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan akan pakaian menjadi semakin tinggi. Hal ini disebabkan semakin besarnya permintaan pasar terhadap produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran tidak hanya berasal dari buangan industri tetapi dapat berasal

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran tidak hanya berasal dari buangan industri tetapi dapat berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan khususnya pencemaran air di negara berkembang seperti Indonesia saat ini telah menunjukkan gejala cukup serius dan harus segera mendapat

Lebih terperinci

Surat Pemberitahuan (SPT) BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Deskriptif

Surat Pemberitahuan (SPT) BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Deskriptif 62 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif 1. Perkembangan Penerimaan Surat Pemberitahuan Pajak Pertambahan Nilai (SPT PPN) Jumlah penerimaan SPT PPN yang terdaftar pada KPP Pratama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Kadar Logam Berat Timbal (Pb) Pada Kerang Bulu (Anadara antiquata) Setelah Perendaman dalam Larutan Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia Swingle.) dan Belimbing Wuluh

Lebih terperinci

PENGARUH BIAYA PROMOSI DAN POTONGAN HARGA TERHADAP VOLUME PENJUALAN MOBIL: STUDI KASUS PADA PT. SERASI AUTO RAYA

PENGARUH BIAYA PROMOSI DAN POTONGAN HARGA TERHADAP VOLUME PENJUALAN MOBIL: STUDI KASUS PADA PT. SERASI AUTO RAYA PENGARUH BIAYA PROMOSI DAN POTONGAN HARGA TERHADAP VOLUME PENJUALAN MOBIL: STUDI KASUS PADA PT. SERASI AUTO RAYA Nama : SUNTORO AJI NPM : 17212198 Fakultas : Ekonomi Jurusan : Manajemen Pembimbing : Toto

Lebih terperinci

7. LAMPIRAN Lampiran 1. Syarat Mutu Tempe Kedelai (SNI :2009)

7. LAMPIRAN Lampiran 1. Syarat Mutu Tempe Kedelai (SNI :2009) 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Syarat Mutu Tempe Kedelai (SNI 01-3144:2009) 49 50 Lampiran 2. Kurva Standar Asam Sianida KODE KCN ABSORBANSI I ABSORBANSI II ABSORBANSI III ABSORBANSI RATA- RATA 1,2 µm 0,027 0,0269

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Data Laporan Keuangan PT Mayora Indah Tbk. Tabel. 4.1 Data Laporan Keuangan PT Mayora Indah Tbk.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Data Laporan Keuangan PT Mayora Indah Tbk. Tabel. 4.1 Data Laporan Keuangan PT Mayora Indah Tbk. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data Laporan Keuangan PT Mayora Indah Tbk. Berikut adalah data laporan keuangan PT Mayora Indah Tbk (dalam juta Rupiah), selama tahun 2007 sampai dengan 2010.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang berwarna

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang berwarna TINJAUAN PUSTAKA Ikan Patin (Pangasius sp.) Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Ikan patin dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank Indonesia. Sampel adalah wakil dari populasi yang diteliti. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan manusia akan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui

Lebih terperinci

Rudi Aditia Hartono Manajemen Ekonomi 2013

Rudi Aditia Hartono Manajemen Ekonomi 2013 Rudi Aditia Hartono 16210622 Manajemen Ekonomi 2013 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Minat Kepuasan Konsumen Dalam Memilih Pelayanan Jasa Steam Mobil Flamboyan. Latar Belakang 1. Jumlah volume kendaran

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Skema pembuatan yoghurt kunir asam

LAMPIRAN. Lampiran 1. Skema pembuatan yoghurt kunir asam LAMPIRAN Lampiran 1. Skema pembuatan yoghurt kunir asam 72 73 Lampiran 2. Skema kerja analisis sifat kimia yoghurt kunir asam 1. Kadar abu total ( Dry Ashing ) 2. Kadar lemak total ( Soxhletasi ) 3. Kadar

Lebih terperinci

I. METODE PENELITIAN. Penelitian dan pembuatan preparat ulas darah serta perhitungan hematokrit sel

I. METODE PENELITIAN. Penelitian dan pembuatan preparat ulas darah serta perhitungan hematokrit sel I. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dan pembuatan preparat ulas darah serta perhitungan hematokrit sel darah merah dilakukan pada bulan Juli 2012 di Laboratorium Perikanan Jurusan

Lebih terperinci

TOKSISITAS LIMBAH CAIR PABRIK BATIK TERHADAP MORTALITAS DAN STRUKTUR HISTOLOGIK HEPATOPANKREAS PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

TOKSISITAS LIMBAH CAIR PABRIK BATIK TERHADAP MORTALITAS DAN STRUKTUR HISTOLOGIK HEPATOPANKREAS PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Toksisitas Limbah Cair Pabrik Batik... (Dixy Dhyanti Prillyaning Saraswati) 17 TOKSISITAS LIMBAH CAIR PABRIK BATIK TERHADAP MORTALITAS DAN STRUKTUR HISTOLOGIK HEPATOPANKREAS PADA IKAN NILA (Oreochromis

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS LAYANAN INTERNET BANKING KLIKBCA TERHADAP KEPUASAN NASABAH

PENGARUH KUALITAS LAYANAN INTERNET BANKING KLIKBCA TERHADAP KEPUASAN NASABAH PENGARUH KUALITAS LAYANAN INTERNET BANKING KLIKBCA TERHADAP KEPUASAN NASABAH Nama : Arlinda Budiana NPM : 11212159 Jurusan : Manajemen (S1) Pembimbing : Dr. Kartika Sari PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

ANALISIS HISTOFISIOLOGIS IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus Blkr.) PADA ALIRAN SUNGAI BATANG OMBILIN, SUMATERA BARAT YANG TERKENA DAMPAK PENCEMARAN

ANALISIS HISTOFISIOLOGIS IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus Blkr.) PADA ALIRAN SUNGAI BATANG OMBILIN, SUMATERA BARAT YANG TERKENA DAMPAK PENCEMARAN ANALISIS HISTOFISIOLOGIS IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus Blkr.) PADA ALIRAN SUNGAI BATANG OMBILIN, SUMATERA BARAT YANG TERKENA DAMPAK PENCEMARAN (Dibawah bimbingan Dr. Djong Hon Tjong, dan Dr. Indra Junaidi

Lebih terperinci

Mars Sella Sinurat 1), Hesti Wahyuningsih 2), Desrita 3) 1 Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,Fakultas Pertanian, Universitas

Mars Sella Sinurat 1), Hesti Wahyuningsih 2), Desrita 3) 1 Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,Fakultas Pertanian, Universitas UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU TERHADAP IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum) (Acute Toxicity Test of Tofu Industrial Wastewater for Freshwater Pomfret (Colossoma macropomum) Mars

Lebih terperinci

BAB VII SISTEM UROGENITALIA

BAB VII SISTEM UROGENITALIA BAB VII SISTEM UROGENITALIA Sistem urogenital terdiri dari dua system, yaitu system urinaria (systema uropoetica) dan genitalia (sytema genitalia). Sistem urinaria biasa disebut sistem ekskresi. Fungsinya

Lebih terperinci

Jawaban Tes Praktikum Pengolahan Data Diklat Metode Penelitian Percobaan dan Pengolahan Data

Jawaban Tes Praktikum Pengolahan Data Diklat Metode Penelitian Percobaan dan Pengolahan Data Jawaban Tes Praktikum Pengolahan Data Diklat Metode Penelitian Percobaan dan Pengolahan Data Peneliti di sebuah pabrik pembuatan genteng bermaksud mencari bahan dan suhu pemanasan optimal dalam produksi

Lebih terperinci

Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Tingkat Harga Terhadap Peningkatan Penjualan Mie Ayam Keriting Permana di Perumahan Harapan Baru 1

Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Tingkat Harga Terhadap Peningkatan Penjualan Mie Ayam Keriting Permana di Perumahan Harapan Baru 1 Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Tingkat Harga Terhadap Peningkatan Penjualan Mie Ayam Keriting Permana di Perumahan Harapan Baru 1 Nama :Farah Npm :122100606 Jurusan :Manajemen Pembimbing :Rooswhan Budhi

Lebih terperinci

penggunaan nilai wajar yang di adopsi oleh IAI yaitu mengenai properti investasi yang diatur dalam PSAK 13 dan IAS 40 pada standar IFRS.

penggunaan nilai wajar yang di adopsi oleh IAI yaitu mengenai properti investasi yang diatur dalam PSAK 13 dan IAS 40 pada standar IFRS. Pada standar IFRS terdapat penggunaan metode nilai wajar. Salah satu penggunaan nilai wajar yang di adopsi oleh IAI yaitu mengenai properti investasi yang diatur dalam PSAK 13 dan IAS 40 pada standar IFRS.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kualitas Air Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada masingmasing perlakuan selama penelitian adalah seperti terlihat pada Tabel 1 Tabel 1 Kualitas Air

Lebih terperinci

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si darma_erick77@yahoo.com LOGO Proses Pengeluaran Berdasarkan zat yang dibuang, proses pengeluaran pada manusia dibedakan menjadi: Defekasi: pengeluaran zat sisa hasil ( feses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron ginjal, mengakibatkan

Lebih terperinci

METODE Persiapan tempat

METODE Persiapan tempat Uji Toksisitas Akut Limbah Oli Bekas di Sungai Kalimas Surabaya Terhadap Ikan Mujair (Tilapia missambicus) Acute Toxicity Test At the Car Wash Waste Towards Tilapia Shabrina Raedy Adlina 1), Didik Bambang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Pada deskripsi variabel penelitian akan dijelaskan nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standard deviasi pada masing-masing variabel penelitian,

Lebih terperinci

Lampiran 1.a Data Kadar Air Kelopak Rosella Kadar air (%) = kehilangan berat (g) x 100 Sampel sebelum kering (g)

Lampiran 1.a Data Kadar Air Kelopak Rosella Kadar air (%) = kehilangan berat (g) x 100 Sampel sebelum kering (g) 62 Lampiran 1.a Data Kadar Air Kelopak Rosella Kadar air (%) = kehilangan berat (g) x 100 Sampel sebelum kering (g) Kehilangan berat = berat sampel mula-mula berat sampel setelah dikeringkan Kadar air

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

Budhi Darmakusuma. Analisis Pengaruh Waktu Dan Harga terhadap Keputusan Konsumen Dalam Berbelanja Online Melalui Media Kaskus

Budhi Darmakusuma. Analisis Pengaruh Waktu Dan Harga terhadap Keputusan Konsumen Dalam Berbelanja Online Melalui Media Kaskus Analisis Pengaruh Waktu Dan Harga terhadap Keputusan Konsumen Dalam Berbelanja Online Melalui Media Kaskus Budhi Darmakusuma 11209539 Dosen Pembimbing Sulastri SE, MM Latar Belakang Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

Standar Mutu Bihun Instan Menurut SNI No. Uraian Satuan Persyaratan 1. Keadaan : 1.1. bau 1.2. rasa 1.3. warna

Standar Mutu Bihun Instan Menurut SNI No. Uraian Satuan Persyaratan 1. Keadaan : 1.1. bau 1.2. rasa 1.3. warna LAMPIRAN Lampiran 1. Standar Mutu Bihun Instan Standar Mutu Bihun Instan Menurut SNI 01-3742-1995 No. Uraian Satuan Persyaratan 1. Keadaan : 1.1. bau 1.2. rasa 1.3. warna normal normal normal 2. Benda-benda

Lebih terperinci