BAB I PENDAHULUAN. organ dalam tubuh. Inflamasi yang tersebar luas disertai deposisi autoantibodi dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. antara variasi genetik dimana faktor ini berperanan penting dalam predisposisi

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. 1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi,

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya angka harapan hidup penduduk adalah salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS PENYAKIT DENGAN KUALITAS TIDUR PADA PASIEN LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK (STUDI KASUS DI RSUP DR. KARIADI, SEMARANG)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi depresi di dunia diperkirakan 5-10% per tahun dan life time prevalence

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 yang mulai dicanangkan pada tahun

BAB 1. PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Amerika Serikat prevalensi tahunan sekitar 10,3%, livetime prevalence mencapai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP dr. Kariadi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penderita gagal ginjal kronik menurut estimasi World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. terkendali. Kanker menyerang semua manusia tanpa mengenal umur, jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. penyakit Lupus. Penyakit ini dalam ilmu kedokteran seperti dijelaskan dalam Astuti

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

HUBUNGAN ANTARA KARATERISTIK KLINIK DENGAN MANIFESTASI GINJAL PADA PASIEN LES DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. suram, pesimistis, ragu-ragu, gangguan memori, dan konsentrasi buruk. 1

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN JUMLAH LIMFOSIT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

BAB 1. PENDAHULUAN. mood, khususnya gangguan ansietas. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara progresif dan irreversible 1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Centers for Disease Control

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya komplikasi yang lebih berbahaya. diakibatkan oleh sepsis > jiwa pertahun. Hal ini tentu menjadi

I. PENDAHULUAN. otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi dapat dialami oleh setiap orang baik laki-laki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rongga mulut merupakan gambaran dari kesehatan seluruh tubuh, karena

BAB I PENDAHULUAN. Populasi orang berusia lanjut di dunia saat ini mengalami pertumbuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

BAB I PENDAHULUAN. Lupus atau yang biasa dikenal dengan Systemic Lupus Erythematosus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

BAB I PENDAHULUAN. Dermatitis atopik adalah penyakit kulit inflamasi yang khas,bersifat kronis

B A B I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sangat serius (Setyopranoto, 2010). Stroke merupakan penyebab kematian ketiga

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) di Kabupaten Gunungkidul DIY tercatat 1262 orang terhitung dari bulan

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB I PENDAHULUAN. di tahun 2004 (Dieren et al., 2010). DM merupakan kelompok penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Menurut perkiraan United States Bureau of Census 1993, populasi lanjut

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi serebral yang menetap minimal 24 jam atau menyebabkan. kematian, tanpa penyebab lain selain vaskuler. 1

MEDIA BRIEFING KEMENTERIAN KESEHATAN RI PERINGATAN HARI LUPUS SEDUNIA TAHUN 2018

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi menyempit karena meningkatnya prevalensi di negara-negara berpendapatan

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. neuron dopaminergik ganglia basalis terutama pada substansia nigra pars kompakta

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada tahun 2025 sebagaian besar orang-orang dengan usia lanjut kemungkinan akan menderita

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune. rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV 1.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Sejalan dengan semakin meningkatnya usia seseorang, maka akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB 1 PENDAHULUAN. Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis, yang berarti dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan kartilago yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) adalah penyakit yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai infeksi disebut dengan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).

BAB I PENDAHULUAN. Polisitemia Vera (PV) adalah salah satu jenis keganasan mieloproliferatif.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Lhoksukon dan rumah pasien rawat jalan Puskesmas Lhoksukon.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Lupus Eritematosus sistemik (LES) adalah penyakit autoimun yang kompleks ditandai oleh adanya autoantibodi terhadap inti sel dan melibatkan banyak sistem organ dalam tubuh. Inflamasi yang tersebar luas disertai deposisi autoantibodi dan kompleks imun mengakibatkan terjadinya berbagai kerusakan jaringan. Etiopatologi LES belum diketahui dengan pasti, diduga melibatkan interaksi yang kompleks dan multifaktorial antara variasi genetik dan lingkungan. Apabila seseorang memiliki gen yang rentan terhadap LES, kemudian berinterkasi dengan faktor lingkungan yang mendukung dapat menyebabkan penyimpangan sistem imun. Penyimpangan inilah yang mendasari terjadinya LES. 1,2 Penyakit ini masih tergolong awam bagi masyarakat Indonesia. Namun kasus LES memiliki prevalensi yang cukup tinggi di Indonesia dan dunia. Penyandang penyakit LES yang terdeteksi mencapai lima juta dengan lebih dari 100 kasus baru setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Yayasan Lupus Indonesia (YLI), jumlah odapus di Indonesia meningkat di tahun 2004 sampai tahun 2007 sebanyak 6950 orang. Sampai akhir tahun 2007, jumlah odapus yang tercatat sebanyak 8018 orang. 3 LES dapat ditemukan pada semua jenis kelamin dan usia, namun lebih sering mengenai wanita usia produktif. LES juga dapat ditemukan pada semua jenis ras dengan insidensi tiga kali lipat lebih tinggi pada wanita Afrika-Amerika dengan

kulit hitam dibanding kulit putih. Manifestasi klinik dari LES bergantung organ yang terlibat, dapat melibatkan banyak organ dalam tubuh manusia dengan perjalanan klinis yang kompleks, sangat bervariasi, dan dapat ditandai oleh serangan akut, periode aktif, terkendali ataupun remisi. Berdasarkan beratringannya gejala yang muncul, LES dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu ringan, sedang, dan berat. Manifestasi yang dapat terjadi antara lain manifestasi konstusional, muskuloskeletal, kulit, kardiovaskular, respirasi, ginjal, hemopoetik, susunan saraf, dan gastrointestinal. 4 Depresi merupakan komplikasi psikopatologis dari berbagai macam penyakit kronis termasuk lupus eritematosus sistemik. WHO memprediksikan pada tahun 2030, depresi akan mengakibatkan disabilitas pada penyakit-penyakit kronis. 5 Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan alam perasaaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan, lesu, tidak adanya gairah hidup, perasaaan tidak berguna, putus asa, dan disertai menurunnya gairah hidup, serta komponen somatik berupa konstipasi, anoreksia, kulit lembab, hipotensi, dan penurunan nadi. 4 Di Indonesia, berdasarkan Riskesdas tahun 2007, terdapat 11,6% populasi orang dewasa yaitu sekitar 1.740.000 orang mengalami gangguan mental emosional seperti gangguan kecemasan dan depresi. Angka prevalensi ini meningkat sejalan dengan pertambahan usia, stresor psikososial semakin berat, penyakit kronis semakin beragam, dan kehidupan beragama semakin ditinggalkan. 7 Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan prevalensi depresi pada pasien LES adalah antara lain 11,5% - 47%. 6 Depresi yang terjadi merupakan manifestasi dari kelainan neuropsikiatrik yang sering terjadi pada pasien LES disamping

gangguan lain seperti stroke, kecemasan, dan disfungsi kognitif. Selain itu, pengobatan yang dijalani oleh penderita LES akan menimbulkan berbagai efek samping yang akan memperburuk kualitas hidup pasien dan mencetuskan simptom depresi. Penelitian sebelumnya juga menunjukkan kecenderungan depresi meningkat seiring dengan meningkatnya keparahan penyakit LES. 8 Oleh karena tingginya risiko depresi pada pasien lupus eritematosus sistemik dan belum banyak penelitian terkait, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara aktivitas penyakit dengan kecenderungan kejadian depresi pada pasien LES yang berada di Semarang khususnya pasien rawat jalan yang berobat di RSUP Dr. Kariadi. 1.2 Rumusan masalah 1) Bagaimanakah tingkat aktivitas penyakit pada pasien LES? 2) Bagaimanakah kecenderungan kejadian depresi pada pasien LES? 3) Bagaimanakah hubungan tingkat aktivitas penyakit dengan kecenderungan kejadian depresi? 1.3 Tujuan 1) Mengetahui tingkat aktivitas penyakit pada pasien LES. 2) Mengetahui kecenderungan kejadian depresi pada pasien LES. 3) Mengetahui hubungan tingkat aktivitas penyakit dengan kecenderungan kejadian depresi pada pasien LES.

1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat untuk ilmu pengetahuan Dalam bidang ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan ilmu pengetahuan tentang hubungan tingkat aktivitas penyakit LES dengan kecenderungan kejadian depresi pada pasien Lupus Eritematosus Sistemik. 1.4.2 Manfaat untuk masyarakat Manfaat untuk masyarakat adalah dapat memberikan informasi tentang tingkat aktivitas penyakit dan kecenderungan kejadian depresi pada penderita LES, dan untuk tenaga kesehatan dapat digunakan sebagai pertimbangan penatalaksanaan depresi yang tepat pada pasien LES. 1.4.3 Manfaat untuk penelitian Dalam bidang penelitian, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan referensi untuk penelitian berikutnya. 1.5 Orisinalitas penelitian Beberapa penelitian menunjukkan berbagai kecenderungan kejadian depresi pada pasien LES serta hubungannya terhadap aktivitas penyakit LES. 8,9,10 Tabel 1. Orisinalitas penelitian No Pengarang Judul Waktu Sampel 1. Zuadi, Hubungan Symptom Juni- 30 Rahmat Depresi Pada Pasien Desemb pasien Dengan Penyakit er 2014 Lupus Eritematosus Sistemik Di Bagian Ilmu Penyakit Dalam Desain Penelitian Cross- Sectional Hasil Terjadinya depresi pada pasien LES sebanyak 66,7% dengan depresi ringan 36,7% dan depresi sedang

Desain Penelitian Crosssectional Crosssectional No Pengarang Judul Waktu Sampel RSUD Zainoel abidin, Banda Aceh 2 Zakeri Z, Prevalence of Januari 85 Shakiba M, Depression and 2011 pasien Narouie Depressive Symptoms B, Mladkov In Patients With a Systemic Lupus N, Ghasemi- Erythematosus: Rad Iranian Experience M, Khosravi A 3 Biyu The Correlations of Januari 170 Shen, Wei Disease Activity, 2010- pasien Tan, Guijuan Socioeconomic Juli Feng, Yan Status, Quality of 2011 He, Jinwei Life, and Liu, Weijun Depression/Anxiety in Chen, et al Chinese Patients with Systemic Lupus Erythematosus Hasil 23,3% dan depresi berat 6,7%. 60% memiliki indikasi mengalami depresi dan terdapat hubungan yang signifikan antara derajat penyakit dan kecenderungan kejadian depresi. Terdapat hubungan yang signifikan antara parameter penyakit, kualitas hidup, dan kejadian depresi maupun anxietas pada pasien LES. Penelitian-penelitian terdahulu mencari prevalensi depresi pada penyakit LES serta menguhubungkannya dengan indikator-indikator lain seperti aktivitas penyakit, kualitas hidup, anxietas dll. Penelitian pertama dilakukan di Banda Aceh, penelitian kedua di Iran, serta penelitian ketiga di Cina. Penelitian sekarang yang dilakukan oleh peneliti adalah melihat kecenderungan kejadian depresi yang dialami pasien LES menggunakan kuesioner Beck Depression Inventory (BDI) dan

menghubungkannya dengan tingkat aktivitas penyakit LES yang diukur menggunakan kuesioner MEX-SLEDAI.