UPAYA PENGENDALIAN POLUSI UDARA DI DINAS PERHUBUNGAN
DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 3. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara 4. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan. 5. PM Lingkungan Hidup No. 12 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di Daerah; 6. PM Perhubungan No. 133 Tahun 2015 tentang Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor; 7. PM Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2006 tentang Uji Emisi Kendaraan Bermotor Lama. 8. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 2 Tahun 2005 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. 9. Pergub Provinsi DKI Jakarta No. 92 Tahun 2007 tentang UJI EMISI DAN Perawatan Kendaraan Bermotor.
PENYEBAB POLUSI UDARA DARI SEKTOR TRANSPORTASI 1. Perilaku Mengemudi. 2. Jenis Bahan Bakar yang digunakan. 3. Gas Buang Kendaraan Bermotor. 4. Perawatan Kendaraan Bermotor. 5. Pengawasan kendaran Bermotor Perilaku Mengemudi Jenis BB yang digunakan Gas Buang Kendaraan Perawatan kendaraan
AKIBAT SENYAWA POLUSI UDARA 1. Karbon Mono Oksida (CO). Gas ini sangat berbahaya, tidak berwama dan tidak berbau, berat jenis sedikit lebih ringan dari udara (menguap secara perlahan ke udara), CO tidak stabil dan membentuk CO2 untuk mencapai kestabilan phasa gasnya. CO berbahaya karena bereaksi dengan haemoglobin darah membentuk Carboxy haemoglobin (CO-Hb). Akibatnya fungsi Hb membawa oksigen ke sel- sel tubuh terhalangi, sehingga gejala keracunan sesak nafas dan penderita pucat. 2. Hidrokarbon (HC). Sebagai zat pencemar, kehadiran hidrokarbon di atmosfer dapat menghasilkan pembentukan kabut (smog). Jika terjadi pembakaran tidak sempurna maka hidrokarbon (HC) semakin banyak terbentuk, dengan sifat gas ini adalah bau yang tajam clan mudah mengikat N02 diudara menjadi komponen smog, yaitu komponen polusi sekunder photo-chemical oxydant. Untuk Hidrokarbon ini dapat mengganggu kesehatan manusia dengan iritasi pada kulit, mata, hidung, tenggorokkan akibat atom karbon yang diikatnya 3. Nitrogen Oksida (NOx). NOx pada manusia dapat meracuni paru-paru. 4. Sox SOx mempunyai ciri bau yang tajam, bersifat korosif (penyebab karat), beracun karena selalu mengikat oksigen untuk mencapai kestabilan phasa gasnya. SOx menimbulkan gangguan sitem pernafasan. 5. Partikulat Partikel asap atau jelaga hidrokarbon (Policyclic Aromatic Hydrokarbon) selalu mengganggu pandangan karena kehitaman dan kepekatan, asapnya juga bersifat karsinogenis (penyebab kanker). 6. Timah Hitam (Pb) Timah hitam dalam bentuk senyawa TEL Tetra Etthyl Lend ( C5HI2O) digunakan sebagai bahan tambahan (additif) untuk meningkatkan angka oktan dari bahan bakar sehingga meningkatkan daya mampu bakarnya. Timah hitam di udara akan terhirup oleh manusia sehingga akan terpapar setiap harinya, yang mengakibatkan konsentrasi akan semakin meningkat sehingga lambat laun timah hitam ini akan dapat mempengaruhi fungsi tubuh karena menumpuk pada hampir setiap organ tubuh manusia (ginjal, hati, paru, darah) dan juga menimbulkan kanker (karsinogenik).
UPAYA PENGENDALIAN POLUSI UDARA DARI SEKTOR TRANSPORTASI 1. Merubah penggunaan bahan bakar kendaraan Angkutan Umum yang semula BBM menjadi Bahan Bakar Gas atau Listrik; 10.953 Unit Kajen IV (sudah menggunakan BBG); 428 Unit Busway (sudah menggunakan BBG); 3.300 Unit MPU (Angkot KWK, Taksi dan Mikrolet); 2. Mendorong perilaku penggunaan kendaran pribadi beralih ke Angkutan Umum. 3. Dalam Tahapan Pengujian Kendaraan Bermotor ada salah satu Item proses pengujian kendaraan bermotor yang melakukan uji emisi kendaraan bermotor. Dimana sesuai dengan Permen Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2006 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama diatur batas maksimal Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor pada saat dioperasikan di jalan.
UPAYA PENURUNAN POLUSI UDARA DI DINAS PERHUBUNGAN Melalui UP Pengujian Kendaraan Bermotor, setiap 6 bulan sekali kendaraan wajib uji melakukan uji berkala yang terdiri dari: a. Pemeriksaan teknis kendaraan bermotor; b. Pemeriksaan Visual kendaraan bermotor; c. Pengujian Emisi Gas Buang; d. Pengujian tingkat kebisingan suara; e. Pengujian tingkat kemampuan rem (rem utama dan rem parkir); f. Pengujian kincup roda depan; g. Pengujian daya pancar lampu utama dan arah lampu; h. Pengujian tingkat akurasi speedometer; i. Kedalaman alur ban;dan j. Daya tembus cahaya pada kaca.
UJI EMISI GAS BUANG Uji Emisi Gas Buang Untuk Kendaraan Bermotor Berbahan Bakar Cetus Api Uji Emisi Gas Buang Untuk Kendaraan Bermotor Berbahan Solar Ambang batas: 1. Berbahan bakar cetus api (Bensin) CO = 4,5 % (< 2007) HC = 1500 partical per million (< 2007) CO = 1,5 % (> 2007) HC = 200 partical per million (> 2007) 2. Berbahan Bakar Solar Ketebalan Asap = 70 % (<2010) 40 % (>2010)
JUMLAH ALAT UJI EMSISI GAS BUANG DI DINAS PERHUBUNGAN No. NAMA LOKASI JUMLAH ALAT 1. UP PKB Pulogadung 5 alat uji emisi berbahan bakar bensin 5 alat uji emisi berbahan bakar solar 2. UP PKB Ujung Menteng 6 alat uji emisi berbahan bakar bensin 6 alat uji emisi berbahan bakar solar 3. UP PKB Cilincing 3 alat uji emisi berbahan bakar bensin 3 alat uji emisi berbahan bakar solar 4. UP PKB Kedaung Angke 7 alat uji emisi berbahan bakar bensin 7 alat uji emisi berbahan bakar solar Note : Masing-Masing UP PKB mempunyai 1 set alat uji emisi portable yang ditempatkan di mobil uji keliling