BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang melimpah terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian memiliki peranan penting yaitu sebagai sektor yang dapat diandalkan dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Salah satunya adalah sektor peternakan yang merupakan bagian dari sektor pertanian yang menjadi sektor utama dalam penyedia pangan hewani di Indonesia. Ternak sapi khususnya sapi potong, merupakan salah satu sumber daya penghasil daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi, dan penting artinya bagi kehidupan masyarakat. Seekor ternak mampu menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa daging, susu dan hasil ikutannya seperti pupuk kandang, kulit dan tulang (Sudarmono, 2008). Kebutuhan daging sapi awalnya dilakukan oleh peternakan lokal. Namun ketersediaan ternak sapi potong belum mampu memenuhi permintaan daging sapi. Meningkatnya jumlah konsumsi daging sapi menyebabkan ketersediaan daging sapi lokal tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumen. Ketersediaan daging sapi dilihat dari tingkat populasi sapi potong pada suatu wilayah. Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat perkembangan populasi sapi potong dan produksi daging sapi di Sumatera Utara pada tahun 2007-2011.
Tabel 1. Perkembangan Populasi Sapi Potong dan Produksi Daging Sapi di Sumatera Utara 2007-2011 Tahun Populasi Sapi Potong (Ekor) Produksi Daging Sapi (Ton) 2007 382.902 9.569,07 2008 388.240 12.957,74 2009 401.443 13.633,07 2010 462.443 15.707,60 2011 541.698 18.299,35 Sumber: Dinas Peternakan Sumatera Utara, 2013 Berdasarkan tabel 1, produksi daging sapi tertinggi berada pada tahun 2011 yaitu sebesar 18.299,35 ton dengan populasi sapi potong sebesar 541.698 ekor. Sedangkan untuk produksi terendah terjadi pada tahun 2007 sebesar 9.569,07 ton dengan populasi sapi potong sebesar 382.902 ekor. Menurut Ditjennak (2008) dalam Thalib (2008), untuk memenuhi kebutuhan daging sapi nasional, Indonesia baru mampu menghasilkan 70% dari peternakan lokal, sedangkan 30% diperoleh melalui impor. Tingkat permintaan daging sapi yang terus menerus meningkat dan tidak seimbang dengan pasokan daging sapi lokal, Akhirnya pemerintah melakukan kebijakan dengan mengimpor sapi bakalan. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk dipelihara kembali dalam waktu beberapa bulan hingga sapi mencapai bobot yang ideal untuk diproduksi dagingnya. Ketersediaan daging sapi sangat mempengaruhi harga daging sapi lokal. Kenaikkan harga daging sapi berdampak dari ketidakseimbangan antara jumlah produksi dengan tingginya tingkat permintaan masyarakat terhadap daging sapi. Selain itu, kesulitan juga dialami saat melakukan distribusi sapi dari sentral produksi ke konsumen. Hal ini memicu terjadinya peningkatan harga daging sapi, serta tuntutan konsumen terhadap kualitas daging (Anonimus 2, 2012).
Salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya harga daging sapi adalah tingkat konsumsi masyarakat terhadap daging sapi. Umumnya konsumsi ini meningkat pada hari-hari besar keagamaan, seperti menjelang bulan puasa, lebaran, natal dan tahun baru. Menurut Kementrian Pertanian Indonesia menyatakan bahwa konsumsi daging sapi per kapita bangsa Indonesia mencapai 1,87 kg. Konsumsi daging sapi di Indonesia termasuk rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara. Meskipun rendah Indonesia memerlukan setidaknya 448.000 ton daging sapi setiap tahunnya (Anonimus 6, 2012). Menurut Dwiyanto (2008) dalam Harmini (2011), kebutuhan daging sapi yang harus disediakan, ditentukan oleh tingkat konsumsi daging sapi nasional berdasarkan jumlah penduduk dan konsumsi daging sapi per kapita masyarakat. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya protein hewani, maka kebutuhan daging sapi nasional juga akan semakin meningkat. Saat ini kenaikan harga daging sapi masih merupakan masalah yang sedang dialami oleh Indonesia. Namun masalah ini sedang diupayakan pemerintah agar harga daging sapi mudah dijangkau oleh masyarakat baik yang memiliki pendapatan tinggi maupun yang rendah. Adapun perbandingan harga daging sapi di beberapa negara pada tahun 2012.
Tabel 2. Perbandingan Harga Daging Sapi di Beberapa Negara 2012 Negara Harga Daging Sapi (Dollar AS) Indonesia 9,76 Malaysia 4,3 Thailand 4,2 Australia 4,2 Jepang 3,9 Jerman 4,3 India 7,4 Sumber: www.setkab.go.id, 2013 Berdasarkan tabel 2, menurut Bank Dunia harga daging sapi di Indonesia saat ini termasuk yang termahal di dunia dengan tingkat harga pada bulan Desember 2012 mencapai 9,76 dollar AS. Sedangkan untuk harga daging sapi terendah dimiliki oleh negara Jepang yaitu mencapai 3,9 dollar AS. Menurut Santosa (1997), beberapa provinsi di Indonesia, harga daging sapi masih merupakan komoditas termahal dibandingkan dengan harga ternak lainnya. Hal ini dikarenakan kualitas daging sapi serta rasanya yang tidak dapat digantikan dengan daging lainnya. Adapun perbandingan harga daging sapi dengan jenis daging lainnya di Provinsi Sumatera Utara. Tabel 3. Harga Rata-Rata Daging di Provinsi Sumatera Utara 2011 Bulan Harga Daging (Rp/Kg) Daging Ayam 22.750 Daging Sapi 67.687 Daging Kambing/Domba 55.083 Daging Babi 45.521 Sumber: Dinas Peternakan Sumatera Utara, 2013 Berdasarkan tabel 3, daging sapi merupakan komoditas yang memiliki harga tertinggi dibandingkan dengan jenis daging lainnya yaitu mencapai Rp. 67.687/kg. Sedangkan untuk harga terendah dimiliki oleh daging ayam yaitu Rp.22.750/kg.
Sesuai dengan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul Faktor-faktor yang mempengaruhi harga daging sapi di Sumatera Utara. 1.2 Identifikasi Masalah Sesuai dengan latar belakang di atas dapat dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut: yaitu apakah faktor-faktor seperti produksi daging sapi, impor sapi, konsumsi daging sapi dan harga daging sapi bulan sebelumnya berpengaruh terhadap harga daging sapi di Sumatera Utara? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk menganalisis adanya pengaruh dari produksi daging sapi, impor sapi, konsumsi daging sapi dan harga daging sapi pada bulan sebelumnya terhadap harga daging sapi di Sumatera Utara. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam melihat perkembangan harga daging sapi di Sumatera Utara. 2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah untuk membuat kebijakan dalam mengendalikan harga daging sapi di Sumatera Utara. 3. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya.