BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri makanan khas daerah di Kota Garut Jawa Barat dikembangkan sejak tahun 1926, oleh seorang pengusaha yang bernama Ibu Karsinah, sangat sulit untuk meneliti siapa yang pertama kali membuat jenis dodol Garut, yang jelas dodol Garut sudah dikenal sejak zaman Belanda. Zaman itu, banyak noninoni Belanda yang pandai membuat dodol, baik untuk makanan sendiri di rumah maupun untuk dijual. Proses pembuatan dodol yang sederhana terus berkembang hingga saat ini. Perkembangan tersebut disebabkan karena dodol Garut memiliki cita rasa yang berbeda dan mampu bersaing dengan jenis dodol yang berasal dari daerah lain, harganya terjangkau dan merupakan makanan yang sangat digemari oleh masyarakat. Dodol memang banyak ragamnya dan pembuatannya menjadi tradisi di beberapa daerah. Misalnya ada dodol Betawi, dodol Cina, dodol nanas Subang, dan ada pula dodol Garut. Namun dibandingkan dengan dodol-dodol lain, mungkin dodol Garut paling banyak dikenal saat ini. Bukan hanya di Garut, tetapi di tingkat nasional pun dodol ini sudah diketahui sebagai makanan khas dari Garut. Belakangan, dodol Garut juga diekspor ke mancanegara. 1
2 Seiring perkembangan zaman, dodol Garut kini diproduksi secara modern, tidak menggunakan bahan pengawet dan tambahan bahan makanan yang bersifat sintetis, maka dodol Garut ini memiliki daya tahan cukup lama ( 3 bulan). Komoditi ini mudah dikembangkan dengan memodifikasi bahan baku utamanya yaitu dengan memanfaatkan bahan lain buah waluh, kentang, kacang, pepaya, nenas, sirsak dan lain-lain. Dodol Garut merupakan salah satu komoditas yang telah mampu mengangkat citra Kabupaten Garut sebagai penghasil Dodol yang berkualitas tinggi dan beraneka ragam jenis Dodol yang diproduksi. Pemerintah juga membantu pemasaran melalui pameran-pameran, perbaikan kualitas produk maupun perbaikan desain kemasan melalui pelatihan-pelatihan. Rata-rata kapasitas produksi dodol Garut per tahun adalah 4.378 ton (Dinas Perindagkop & UKM Kabupaten Garut, 2010). Kapasitas dodol di Kabupaten Garut sangat besar dan proses pembuatan dodol Garut membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak walaupun telah dibantu oleh mesin yang canggih. Dengan bahan baku yang terjamin kualitasnya hingga saat ini dodol Garut telah meluaskan sayapnya di Negara-negara tetangga seperti Brunai, Malaysia, Singapura dan Vietnam bahkan telah menjangkau Negara Timur Tengah dan Eropa. Perkembangan usaha makanan khas dari kabupaten Garut tidak hanya terjadi pada perusahaan-perusahaan yang memproduksi dodol, akan tetapi terjadi pula pada perusahaan-perusahaan yang memproduksi makanan buah
3 tangan seperti : kerupuk kulit, ranginang, dorokdok, dll. Sebagian besar perusahaan yang memproduksi makanan-makanan tersebut masih tergolong ke dalam usaha mikro dan usaha kecil. Tahun 2009, munculah suatu perusahaan PT. Tama Coklat Indonesia dengan memproduksi makanan buah tangan yang memasukkan unsur inovasi baru ke dalam produknya, yaitu mengkombinasikan makanan dodol dengan coklat. Produk tersebut diberi merek Chocodot singkatan dari Chocolate with Dodol Garut. Keberadaan produk Chocodot memiliki perbedaan yang cukup mencolok di kalangan industri makanan khas di kabupaten Garut, terutama dari aspek keunikan mereknya. Chocodot menggunakan kemasan dengan Informasi pariwisata Kota Garut. Tujuan dari dibuatnya Chocodot adalah untuk memperkaya kuliner Khas Garut dan bisa mengangkat citra makanan tradisonal Kabupaten Garut dalam balutan Cokelat sehingga bisa mendunia. Karena Chocodot Cokelat isi Dodol Pertama di Dunia. Seiring bertambahnya usia, perusahaan ini banyak menghasilkan cokelatcokelat dengan varian baru yang memberikan sensasi rasa cokelat berbeda dengan cokelat produksi perusahaan lainnya. Pengolahan cokelat pun terus berkembang dengan berani mencampurkan bahan-bahan yang tidak biasa dicampurkan dengan cokelat pada umumnya, seperti memadukan cokelat dengan cabe, abon, rempah-rempah, beragam jenis teh, minuman tradisional, dan sebagainya.
4 Terbukti dengan keberhasilan pemasaran Chocodot milik perusahaan Tama Cokelat di pasaran yang sempat mendulang kesuksesan melebihi peminat dodol tradisional. Desain merek perusahaan ini sangat diperhatikan sehingga dapat memberikan identitas bagi produknya dan diterima oleh masyarakat. Inovasi Chocodot milik PT. Tama Cokelat ini mendapatkan kesuksesan dalam inovasinya. Banyak wisatawan asing, lokal maupun penduduk asli daerah Garut yang tertarik dengan produk tersebut. Kesuksesan ini membuat produsen lain terinspirasi dan mencoba untuk mengikuti jejak PT. Tama Cokelat untuk merambah pasar cokelat isi dodol di Kabupaten Garut seperti PT. Herlinah Cipta Pratama (Dodol Picnic), UD Roslyn, UD. Cokro. Hal ini sempat mengakibatkan terjadinya persaingan terhadap produk cokelat isi dodol, namun para kompetitor tersebut perlahan-lahan mulai berjatuhan karena kuranganya Brand Image di dalam khalayak masyarakat. Hal tersebut dapat diperkuat oleh data yang telah diolah oleh Disperindagkop Kabupaten Garut. PT. Tama Cokelat (Chocodot ); 91.7 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 PT. Tama Cokelat (Chocodot) PT. Herlinah Cipta Pratama (Dodol Picnic); 4.8 UD. Roslyn (RM. CIBIUK); 1.4 UD. Roslyn (RM. CIBIUK) Sumber : Dinas Perindagkop & UKM Kabupaten Garut, 2014 Gambar 1.1 Data Penjualan Produk Cokelat Sejenis Tahun 2014 UD. Cokro (Antique); 2.1
5 Tabel 1.1 diatas terlihat bahwa Chocodot yang merupakan merek dari perusahaan PT. Tama Cokelat Indonesia yang lebih menguasai industri ini. PT. Herlinah Cipta Pratama hanya menguasai penjualan di tahun 2014 sebesar 4.8%, UD. Rolsyn 1.4% dan UD. Cokro 2.1%, dibanding dengan para kompetitornya PT. Tama Cokelat mempunyai kualitas produk unggul, pengalaman yang lebih lama dan citra merek yang baik sehingga menjadi market leader di industri ini. Chocodot ditahun 2013-2014 telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan naik dari 20% hingga 200% per tahun dari awal kehadirannya pada bulan Agustus 2009. Sebagai market Leader dalam indrustri olahan cokelat, chocodot tidak selalu mendapatkan keuntungan dan kenaikan secara terus menerus tetapi ada kalanya Chocodot mengalami penurununan dan kerugian di setiap tahunnya. Hal tersebut dapat dilihat dari gambar 1.2 di bawah ini : 300 250 200 150 100 50 0 Sumber : PT. Tama Cokelat Indonesia 2013 (Data diolah kembali, 2016) Gambar 1.2 Perkembangan Penjualan Chocodot Tahun 2013-2014
6 Gambar 1.2 diatas, permintaan terhadap produk Chocodot pada bulan agustus sampai September mengalami peningkatan secara signifikan. Hal tersebut disebabkan oleh Hari Raya Idul Fitri yang mempengaruhi minat beli konsumen. Pada bulan Oktober terjadinya penurunan penjualan yang disebabkan kembalinya rutinitas masyarakat. Akan tetapi, perkembangan jumlah permintaan produk Chocodot pada bulan berikutnya terus meningkat dikarenakan terdapat hari libur Natal dan tahun baru dan juga dipadati oleh jadwal rekreasi anak sekolah diawal tahun sampai pertengahan tahun. Merek tentunya tidak lepas dari masalah daya tarik desain merek terhadap konsumen. Desain merek dapat berfungsi dengan baik apabila desain tersebut memiliki daya tarik bagi konsumen untuk membelinya. Sebuah produk yang bagus pun akan terlihat buruk di mata konsumen apabila mereknya tidak memberikan kesan yang baik pada produknya. (Roberts, 2006). Pembentukan Brand Image, erat kaitannya dengan presepsi yang ada dalam masyarakat terhadap brand tersebut. Image Chocodot relative lebih unggul dibandingkan dengan pesaing lain atau dapat diartikan dengan brand positioning. Karena merek daripada Chocodot milik perusahaan PT. Tama cokelat Indonesia ini telah kuat di benak masyarakat, maka merek para pesaing harus dapat mengalahkannya agar dapat menjadi produk yang lebih unggul dibandingkan Chocodot. Tentunya tidaklah mudah bagi para pesaing untuk dapat mengalahkan produk yang telah berada di dalam benak masyarakat kini.
7 Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai citra merek pada PT. Tama Cokelat sehingga meraih kesuksesan dan membahasnya dengan judul : PERANAN CITRA MEREK CHOCODOT YANG MENDULANG KESUKSESAN. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka untuk membatasi ruang lingkup penelitian dan untuk mempermudah pembahasan, maka penulis telah merumuskan masalah-masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Peranan Citra Merek Chocodot PT. Tama Cokelat Indonesia di mata konsumen 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk membuat laporan secara tertulis mengenai peranan citra merek pada produk Chocodot. Laporan Tugas Akhir ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh jenjang pendidikan Diploma III Program Studi Manajemen Pemasaran Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam melaksanakan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Peranan Citra Merek pada Chocodot
8 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk : 1. Bagi peneliti sebagai latihan dalam penelitian dan penulisan yang bersifat ilmiah. 2. Sebagai referensi bagi pihak-pihak tertentu dalam mengevaluasi kinerja dan mengambil kebijakan dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat. 3. Dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya yang mengadakan penelitian dalam bidang yang sama.