TEKS DEKLAMASI PUISI Ayo Membaca Karya Abdul Jalil Sesobek kertas telah diberikan Seuntai tulisan juga berada di dalamnya Duhai anak yang malang Kenapa engkau diam saja? Kenapa kertas itu hanya kau simpan? Sungguh banyak harapan terpendam Ilmu maha luas telah tertuliskan Namun sayang kau malas membaca Dunia begitu luas ilmu pun begitu terbentang Sungguh dunia telah berkata, Kau ingin tahu isiku? Kau ingin mengerti apa tentang dunia ini? Malang beribu malang kau malas membaca Duhai anak yang malang Bangkitlah sekarang Wawasan luas telah menantimu Lawanlah jiwa kotormu itu Tuk mencapai impianmu
PENOLONG DALAM KEGELAPAN (GURU) Oleh Muhammad Hafiz Nur Sosok yang tanpa mengenal lelah. Sosok yang menindas perlakuan kasar yang dilontarkan siswa-siswi kepadanya. Sosok yang berlangkah tegap dan tegas walaupun kening dan pipi mereka sudah mulai memancarkan kekusutan dari raut wajahnya. Wahai guruku.. Kau telah memberi warna pelangi didalam kehidupan kami. 7 warna yang telah berkumpul menjadi satu paduan. 7 kesempurnaan yang telah kau berikan untuk bekal kami kelak dimasa yang akan datang. Kau mengajarkan yang Awal mulanya kami tidak mengenal huruf abjad sampai kami bisa menjadi orang-orang yang kalian harapkan, orang-orang yang sukses dan orang-orang yang telah menyandang gelar terhormat seperti kalian bahkan akan lebih dari pada itu. Guru.. Maafkan kami yang telah berbuat kesalahan kepada kalian. Dari hal yang sekecil debu yang tak terlihat bahkan sampai kesalahan yang besar yang bisa terlihat dengan mata kasar. Tak banyak serumpun do'a yang kami panjatkan. Semoga kalian guru-guru kami tetap sabar dalam membina dan mendidik kami dan menjadi lah PAHLAWAN tanpa tanda jasa dan mengajar tanpa mengenal kata LELAH. Kami sayang kalian bapak dan ibu guru kami yang tercinta
BUKU Karya Susiska Arum Kau tempatku menabur ilmu... Kau jendela di hidupku... Kau tempatku goreskan jutaan pena... Namun, terkadang orang mengabaikannya... Kau tertumpuk deraian debu... Buku... Kau tempatku berbagi rasa... Meski engkau hanya diam membisu... Lembaran demi lembaran yang terisi... Tertancap keindahan ilmu menawan... Terselip kata demi kata... Yang mengisi hari-harimu... Buku... Kau tempatku goreskan pena... Goresan pena kini tertancap di badanmu... Jutaan kata kini terlukis di badanmu... Kau tempatku lukiskan keindahan... Kau tempatku berbagi kesakitan... Buku... Kau yang mengajariku arti kehidupan... Tiada pantas hidup ini kulewati... Tanpa engkau di sisiku... Kau guru yang hanya bisa diam membisu... Namun, kau memberikan jutaan ilmu yang tersimpan di setiap lembaran...
WAKTU YANG KUSESALI Karya Robiatul Adawiyah Begitu cepat waktu berlalu Tak terasa perjumpaan ku sudah berlalu Sangat cepat,sangat menyesal,sangat kecewa Teringat dalam Memori yang lalu Menangis mengingat masa-masa yang lalu Melukiskan canda tawa & kebahagiaan bersamamu Sepanjang waktu berlalu Kenapa kami baru menaruh perhatian pada Guru Saat Guru tetah tiada Karena di panggil oleh Sang Maha Kuasa Begitu kejamnya kami melupakan jasa mu Maafkan kami guru Yang telah menggoreskan tinta hitam,di dalam hidupmu Andaikan waktu dapat terulang Kami berjanji akan memberikan yang terbaik bagimu Tangisan kami hanya untukmu Saat kami tak mengerti, Guru yang akan menjelaskannya Saat kami membuat kesalahan, Guru yang menasihatinya Saat kami mengingatmu, Kau telah tiada Jasamu kan abadi bersemayam di hati kami Begitu besar perhatianmu pada kami Yang selama ini menyusahkanmu Hanya kata TERIMA KASIH & MAAF untuk Mu
Pahlawan Kehidupan Karya : Nur Wachid Ku lihat kau berbuat Ku dengar kau berbicara Ku rasakan kau merasakan Mata binar tak khayal menjadi panutan Sejuk terasa haluan kata katamu Menjadi sugesti pada diri kami Hingga jiwa ini tak sanggup berlari Menjauhi jalan hakiki Lelah dirimu tak kau risaukan Hiruk pikuk kehidupan mengharu biru Itu jasa tentang pengabdian Bukan jasa tentang perekonomian Semangatmu menjadi penghidupan Untuk kami menjalani kehidupan Jangan pernah kau bosan Jadi haluan panutan Meski pertiwi dalam kesengsaraan Kaulah pelita cahaya kehidupan Terima kasih untukmu Sang pahlawan kehidupan