perawatan. Di Indonesia, pasien gagal jantung memiliki usia lebih muda

dokumen-dokumen yang mirip
sebesar 0,8% diikuti Aceh, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 0,7 %. Sementara itu, hasil prevalensi jantung koroner menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. secara global, termasuk Indonesia. Pada tahun 2001, World Health Organization

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis

BAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh

BAB 1 PENDAHULUAN. terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit negara-negara industri (Antman

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskuler secara cepat di negara maju dan negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merajarela dan banyak menelan korban. Namun demikian, perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi aorta dan cabang arteri yang berada di perifer terutama yang memperdarahi

BAB 1 PENDAHULUAN. tersering kematian di negara industri (Kumar et al., 2007; Alwi, 2009). Infark

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jantung koroner yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian (Departemen

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler memiliki banyak macam, salah satunya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. menimpa populasi usia di bawah 60 tahun, usia produktif. Kondisi ini berdampak

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting dari pelayanan kesehatan termasuk hasil yang diharapkan dengan berbasis

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

Tatalaksana Sindroma Koroner Akut pada Fase Pre-Hospital

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Prevalensi stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa

BAB I PENDAHULUAN. banyak terjadi pada orang dewasa, salah satu manifestasi klinis penyakit jantung

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

Penatalaksanaan Astigmatism No. Dokumen : No. Revisi : Tgl. Terbit : Halaman :

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi ditandai dengan peningkatan Tekanan Darah Sistolik (TDS)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung.

pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindrom Koroner Akut (SKA)/Acute coronary syndrome (ACS) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan World Health Organitation (WHO), di tahun 2008 tercatat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang sangat menakutkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

PREVALENSI FAKTOR RESIKO MAYOR PADA PASIEN SINDROMA KORONER AKUT PERIODE JANUARI HINGGA DESEMBER 2013 YANG RAWAT INAP DI RSUP.

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) 1. Incidence Rate dan Case Fatality Rate Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB 1 PENDAHULUAN. darah termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, infark

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang

I. PENDAHULUAN penduduk Amerika menderita penyakit gagal jantung kongestif (Brashesrs,

BAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin cepat, kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab terjadinya IMANEST dapat disebabkan oleh rupturnya plak. (Liwang dan Wijaya, 2014; PERKI, 2015).

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit Acute Myocardial Infarction (AMI) merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat. Pola penyakit yang semula didomiasi penyakit-penyakit menular

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular sekarang merupakan penyebab kematian paling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN. menyebar pada organ tubuh yang lain (Savitri et al, 2015). Penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan oksigen miokard. Biasanya disebabkan ruptur plak dengan formasi. trombus pada pembuluh koroner (Zafari, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyakit jantung dan pembuluh darah telah menduduki peringkat pertama sebagai

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan masalah kesehatan dunia yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 PENDAHULUAN. atau gabungan keduanya (Majid, 2007). Penyakit jantung dan pembuluh darah

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Informed Consent Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS)

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. jantung sebagai pemompa, kelainan dinding pembuluh darah dan komposisi

BAB I PENDHULUAN. Infark miokardium merupakan proses rusaknya jaringan. jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. otak, biasanya akibat pecahnya pembuluh darah atau adanya sumbatan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia membawa dampak

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. dimungkinkan dengan adanya peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskuler

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2008 prevalensi penyebab kematian tertinggi terjadi pada akut miokard infark (AMI)

Gambaran Jenis dan Biaya Obat pada Pasien Rawat Inap dengan. Sindroma Koroner Akut di Rumah Sakit Umum Pusat. Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan manifestasi klinis akut penyakit

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah yang membatasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Infark miokard adalah nekrosis miokardial yang berkepanjangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure

B A B I PENDAHULUAN. negara-negara maju maupun berkembang. Diantara penyakit-penyakit tersebut,

BAB 1 PENDAHULUAN. proses transportasi bahan-bahan energi tubuh, suplai oksigen dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

Ns. Furaida Khasanah, M.Kep Medical surgical department

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI tahun 2013, lebih dari 36 juta orang dinyatakan meninggal akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) setiap tahunnya dan kematian pertama dikuasai oleh penyakit kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular salah satunya adalah gagal jantung yang merupakan permasalahan kesehatan progresif seiring perkembangan zaman dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi baik di negara maju maupun berkembang (PERKI,2015). Heart Failure merupakan istilah medis penyakit gagal jantung, dimana menjadi suatu keadaan darurat medis bahwa jantung gagal dalam memompakan darahnya keseluruh tubuh. Gagal jantung juga diartikan sebagai ketidakmampuan jantung melakukan fungsinya sehingga kebutuhan jaringan dan nutrisi ke seluruh tubuh tidak mencukupi (Majid,2018). Penelitian dilakukan oleh Farmakish (2018) alasan utama rawat inap individu yangberusia > 65 tahun di dunia barat di dominasi oleh penyakit Acute Heart Failure, Amerika menampung pasien dengan gagal jantung akut sebanyak 1 juta orang pertahunnya untuk melakukan perawatan. Di Indonesia, pasien gagal jantung memiliki usia lebih muda dibanding Eropa dan Amerika disertai dengan tanda gejala klinis yang lebih berat (Infodantin,2013). 1

2 Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau Syndrom Coroner Acute (ACS) menjadi salah satu penyebab gagal jantung akut. Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan, prevalensi tertinggi untuk penyakit kardiovaskuler di Indonesia adalah PJK, yaitu sebesar 1,5%. Data World Health Organization (WHO) tahun 2013 menunjukkan sebanyak 17,5 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit kardiovaskuler. Dari seluruh kematian akibat penyakit kardiovaskular 7,4 juta (42,3%) diantaranya disebabkan oleh Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan 6,7 juta (38,3%) disebabkan oleh stroke (Infodatin,2013). Penyakit Jantung Koroner diartikan menjadi suatu keadaan terjadi perubahan pada variabel intima arteri seperti lipid, kompleks karbohidrat, hasil produk darah, jaringan fibrus, dan defosit kalsium yang kemudian diikuti perubahan lapisan media. Penyakit ini juga bisa disebut Coronary Artery Disease (CAD). Sindrom Koroner Akut juga dikaitkan dengan penyakit jantung koroner. Sindrom Koroner Akut merupakan kegawatdaruratan pembuluh darah koroner yang terdiri dari infark miokard akut (American Heart Association,2016). Menurut American Heart Association tahun 2018 penyakit jantung koroner terdiri dari Unstable Angina Pectoris (UAP), ST Elevation Myocardial Infarct (STEMI), dan Non ST Elevation Myocardial Infarct (NSTEMI). American Heart Association (2014) menunjukkan prevalensi nyeri dada pada pasien yang dirawat karena Acute Coronary Syndrome

3 (ACS) di dunia sebesar 2 juta orang. 40% dengan diagnosa NSTEMI, 20% STEMI dan 40% Unstable Angna Pectoris (UAP) (Hewins,Kelly,2016). Acute Coronary Syndrome (ACS) mempunyai tanda gejala yang mencolok yaitu nyeri dada khas yang menjalar ke lengan, punggung hingga dagu, sesak nafas, mual dan muntah (Wu,Brian,2017). Tanda gejalas ACS lainnya seperti sesak nafas, diaforesis, nyeri dada (American Heart Association,2018). Nyeri dada terjadi karena iskemik miokard yang dapat menurunkan aliran darah di miokard. Jaringan yang cedera akan mengaktifkan hormon histamine dan bradikinin untuk menstimulasi preseptor nyeri pada otak (Mohammadpour,2014). Nyeri pada jantung disebabkan karena saraf eferen viseral akan terangsang selama terjadi kerusakan jantung., akan tetapi korteks serebral tidak dapat menentukan apakah nyeri berasal dari jantung. Karena rangsangan saraf melalui medulla spinalis T1-T4 yang juga merupakan jalannya rangsangan saraf sensoris dari sistem somatid yang lain, oleh karena itu nyeri dada dapat menjalar ke bagian dagu, lengan kiri dan punggung. Penatalaksanaan pasien dengan Acute Coronary Syndrome (ACS) yang mengalami episode nyeri dada adalah dengan pemberian farmakologi yaitu diberikan Nitrogliserin (NTG) spray / tablet sublingual untuk nyeri dada yang sedang berlangsung. Nitrogliserin merupakan salah satu jenis nitrat yang berfungsi sebagai vasodilator pada pembuluh darah arteri. Pemberian NTG jika nyeri dada tidak hilang dalam satu kali pemberian,

4 maka dapat diulang setiap 5 menit hingga maksimal pemberian 3 kali. NTG intravena diberikan kepada pasien yang tidak responsif dengan terapi 3 dosis NTG sublingual. Selain NTG, Isosorbid Dinitrat (ISDN) dapat menjadi pengganti jika tidak ada ketersediaan NTG (PERKI,2015). Penatalaksanaan farmakologi dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping tertentu. Penggunaan nitrat yang berkepanjangan dapat menyebabkan hipotensi, sakit kepala, mual muntah hingga palpitasi (Kabo,2010). Selain farmakologi, terapi non farmakologi juga merupakan salah satu pengembangan yang strategis dalam manajemen nyeri. Penelitian Mohammadpour (2014) mengatakan manajemen nyeri dengan nonfarmakologi bisa menggunakan heat therapy atau terapi hangat. Panas dapat meningkatkan aliran darah jantung dengan cara dilatasi arteri koroner, dan mempercepat proses angiogenesis sehingga terjadi peningkatan perfusi di miokard (Fauci, et.al, 2012). Sehingga tindakan tersebut aman dilakukan untuk dapat mengurangi ketidaknyamanan pasien selama perawatan. Tujuan pemberian topical heat therapy yang dilakukan oleh Mohammadpour (2014) untuk memberikan rasa nyaman pada klien sehingga nyeri dada menurun. Penelitian yang dilakukan oleh Mohammadpour (2014) pada 66 pasien dengan diagnosa Acute Coronary Syndrome di Iran mengalami penurunan nyeri dada setelah diberikan terapi hot pack.

5 RSUP Dr.M. Djamil Padang merupakan rumah sakit rujukan Sumatera Barat dan pusat jantung regional, dimana instalasi jantung merupakan bagian unggulan rumah sakit tersebut. RSUP Dr M Djamil dilengkapi dengan fasilitas ruangan intensif Cardiovascular Care Unit (CVCU) dimana pasien jantung dirawat khusus oleh perawat yang mempunyai skill khusus Berdasarkan data bulan November 2018 sebanyak 72 pasien dengan diagnosa ACS 56 orang, 13 diantaranya dengan diagnos NSTEMI. Beberapa pasien NSTEMI masih mengeluhkan nyeri dada saat sudah diruang rawatan. Pada tanggal 1 Desember 2018 pasien dengan inisial Ny.K umur 80 tahun masuk CVCU pada pukul 13.00 WIB. Pasien masuk dengan diagnosa medis AHF ec ACS, Hipertensi Emergensi, UAP dd/nstemi 4/7 dengan Grace Score 162, AKI st 1, Susp CAP. Pasien rujukan dari RS Yos Sudarso. Pasien masih mengeluhkan nyeri dada skala 5, pasien telah diberikan ISDN 5 mg sublingual dan masih mengeluhkan nyeri dada. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik menyusun Laporan Ilmiah Akhir tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Acute Heart Failure ec Acute Coronary Syndrome dengan Penerapan Topical Heat Therapy dalam menurunkan nyeri dada pasien di Ruang Cardiovascular Care Unit (CVCU) RSUP Dr. M.Djamil Padang.

6 B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan Acute Heart Failure ec Acute Coronary Syndrome dengan penerapan topical heat therapy untuk menurunkan nyeri dada pasien diruang Cardiovasculer Care Unit (CVCU) RSUP Dr. M. Djamil Padang. 2. Tujuan Khusus a. Memaparkan hasil pengkajian pada pasien dengan Acute Heart Failure ec Acute Coronary Syndrome diruang Cardiovaskuler Care Unit (CVCU) RSUP Dr. M. Djamil Padang. b. Menjelaskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Acute Heart Failure ec Acute Coronary Syndrome di ruang Cardiovasculer Care Unit (CVCU) RSUP Dr. M. Djamil Padang. c. Menjelaskan perencanaan berbasis bukti pada pasien dengan Acute Heart Failure ec Acute Coronary Syndrome diruang Cardiovasculer Care Unit (CVCU) RSUP Dr. M. Djamil Padang. d. Manjelaskan implementasi dengan aplikasi topical heat therapy pada pasien dengan Acute Heart Failure ec Acute Coronary Syndrome di ruang Cardiovasculer Care Unit (CVCU) RSUP Dr. M. Djamil Padang. e. Mengevaluasi asuhan keperawatan dengan aplikasi topical heat therapy pada pasien dengan Acute Heart Failure ec Acute

7 Coronary Syndrome di ruang Cardivasculer Care Unit (CVCU) RSUP Dr. M. Djamil Padang. C. Manfaat Penelitian 1. Bagi Profesi Keperawatan Hasil dari laporan akhir ilmiah ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam upaya meningkatkan manajemen asuhan keperawatan pada pasien Acute Heart Failure ec Acute Coronary Syndrome dengan penerapan topical heat therapy untuk menurunkan nyeri dada pada pasien di ruang rawat Cardiovasculer Care Unit (CVCU) RSUP Dr. M. Djamil Padang. 2. Bagi Rumah Sakit Hasil dari laporan akhir ilmiah ini diharapkan dapat menjadi alternatif dalam pemberian asuhan keperawatan khususnya pada pasien Acute Coronary Syndrome denga penerapan topical heat therapy untuk menurunkan nyeri dada pada pasien di ruang Cardiovascuker Care Unit (CVCU) RSUP Dr. M. Djamil Padang 3. Bagi Institusi Pendidikan Hasil dari laporan akhir ini diharapkan dapat menjadi referensi dan masukan dalam menyusun asuhan keperawatan khususnya pada pasien Acute Coronary Syndrome dengan penerapan topical heat therapy untuk menurunkan nyeri dada pada pasien diruang Cardiovasculer Care Unit (CVCU) RSUP Dr. M. Djamil Padang.