BAB 1 PENDAHULUAN. Pembahasan dalam bab 1 ini akan mengkaji tentang latar belakang masalah,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hesti Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maulida Zahara, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses belajar mengajar Bahasa Indonesia di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam meniti karir misalnya, dapat juga ditentukan oleh terampil

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN BAGI SISWA KELAS V SDN 2 NGALI KECAMATAN BELO KABUPATEN BIMA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah mata

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

BAB 1 PENDAHULUAN. wajib untuk Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Dasar. Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan akan melahirkan manusia-manusia yang akan menjadi motor

ABSTRAK. meningkatkan mutu pembelajaran. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar 34

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. memberi dukungan dan perubahan untuk perkembangan masyarakat, bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. terbatas oleh usia, ruang, dan waktu. Dalam situasi dan kondisi apapun apabila

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. lain dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pukul 09:00 WIB untuk menanyakan kendala atau hambatan pada saat. pembelajaran Mendengarkan Pementasan Drama di dalam kelas.

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka. Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu masalah yang terus

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh siswa dari tingkat pendidikan dasar sampai ke pendidikan tinggi. Pengajaran bahasa

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masalah bahasa dalam dunia pendidikan merupakan peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan emosional peserta didik dan menerapkan fungsi penunjang

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MATERI PEMILIHAN PENGURUS ORGANISASI SEKOLAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu : keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia bukan tentang ilmu bahasa atau ilmu sastra, melainkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra di dunia pendidikan kita bukanlah sesuatu yang populer. Sastra dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN SAWOJAJAR V KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi sesuai dengan keunikan dan tahap tahap perkembangan yang. dilalui oleh anak usia dini (Saputra, 2005: 11)

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, atau keinginannya. Keterampilan menulis yang baik sangatlah penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah sebagai tempat proses belajar mempunyai kedudukan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia tidak lepas dari kegiatan berkomunikasi, dengan komunikasi kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan upaya untuk memerdekakan manusia dalam arti

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana untuk berkomunikasi antar manusia. Bahasa sebagai alat. mempunyai kemampuan berbahasa yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

BAB I PENDAHULUAN. adanya berbagai peraturan perundang-undangan yang disusun guna meningkatkan

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. suatu Sistem Pendidikan Nasional. Dan sebagai pedoman yuridisnya adalah

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA. Kata Kunci : Metode Bermain Peran dan Pemeranan Drama

BAB I PENDAHULUAN. berbenah di segala bidang. Salah satunya adalah melalui dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan pendidikan menuju kualitas yang lebih baik. Berbagai. Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun,

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari diri manusia, masyarakat maupun lingkungannya. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurikulum 2013 terdapat pada Kompetensi Inti (KI) 4 yaitu Mencoba,

BAB I PENDAHULUAN. konkret; sejak bayi seorang anak yang hidup di lingkungan serigala, maka

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Ketrampilan berbahasa (atau language atrs, language skills) dalam

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum istilah sains memiliki arti kumpulan pengetahuan yang tersusun

BAB I PENDAHULUAN. bangsa maka akan semakin tinggi derajat atau kedudukan bangsa tersebu. mampu berkompetensi dalam persaingan global.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan demi mencapai suatu keberhasilan. usaha, kemauan dan tekat yang sungguh-sungguh.

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal maupun pendidikan non formal, dilihat dari instansi yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari bahasa saja, tetapi juga mempelajari sastra. Menurut Lukens

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iin Indriyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar mengajar. Kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh sebagian besar guru. Apakah hal tesebut dikarenakan guru kurang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia masih sering dilaksanakan dengan

2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA TENTANG MATERI MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN Pembahasan dalam bab 1 ini akan mengkaji tentang latar belakang masalah, fokus masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan batasan istilah. Penjelasan dari keenam subbab tersebut adalah sebagai berikut. 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD (Sekolah Dasar) adalah untuk meningkatkan keterampilan berbahasa. Serta menanamkan sikap positif terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia, dengan apresiasi sastra yang dapat meningkatkan keterampilan berbahasa siswa. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan karya sastra dalam pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan berbahasa, karena peserta didik yang menggunakan karya sastra dalam membaca memperoleh nilai yang lebih tinggi dalam hal kosa kata dan pemahaman isi bacaan dibandingkan peserta didik yang kurang menggunakan karya sastra sebagai bahan bacaan (Lehman, 2000: 85) Bahasa Indonesia memiliki empat keterampilan dasar, yakni berbicara, mendengar, menulis, dan membaca. Agar dapat memerankan tokoh drama, peserta didik harus dapat menguasai keterampilan berbicara. Dengan demikian, pelajaran Bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah dasar, seharusnya mengacu pada pencapaian kompetensi peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Pada dasarnya peserta didik ini cenderung hanya disuruh membaca teks drama yang ada dibuku saja, sehingga peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran khususnya dalam bermain drama. Akibatnya interaksi antara guru dan siswa kurang, sehingga 1

2 peserta didik pasif, imajinasi peserta didik dalam pembelajaran kurang baik, sehingga peserta didik kurang menguasai konsep pembelajaran, yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran semacam ini cenderung menyebabkan kebosanan dan kurangnya pemahaman peserta didik terhadap materi yang di ajarkan. Akibatnya berpengaruh pada hasil belajar peserta didik khususnya dalam meningkatkan kemampuan memerankan tokoh drama, dengan menggunakan metode bermain peran (Role Playing) peneliti berharap dapat meningkatkan kemampuan memerankan tokoh drama, karena meningkatkan kemampuan memerankan tokoh drama dapat membantu anak untuk memerankan tokoh drama serta meningkatkan imajinasi peserta didik terhadap materi tersebut, dan dapat mengurangi rasa bosan terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia. Guru atau peserta didik memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas pengajaran yang dilaksanakan, oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik dan memperbaiki kualitas saat melangsungkan proses pengajaran. Pembelajaran dengan asumsi peserta didik adalah orang yang sudah mampu berfikir kritis dan dapat membedakan mana yang baik dan tidak baik untuk peserta didik. Peserta didik juga dapat menggunakan kemampuan otak mereka dalam belajar bermain peran (role playing) tanpa harus dipaksa. Berdasarkan alasan tersebut guru dapat menyampaikan materi pendidikan dengan menggunakan metode yang cocok untuk pembelajaran mereka, dan tentunya melibatkan peserta didik secara aktif, hal ini dilakukan dengan tujuan agar peserta didik mempunyai jiwa kemandirian.

3 Sebagian besar, metode pembelajaran yang dilakukan guru di dalam kelas lebih banyak berpusat kepada guru, dan hal ini membuat peserta didik menjadi tidak aktif dan kurang kreatif, oleh sebab itu guru dituntut mampu mengelola proses pembelajaran yang memberi rangsangan kepada peserta didik, mengingat sekarang ini perkembangan yang sudah sangat maju maka peserta didik yang menjadi subjek utama dalam belajar, dengan melibatkan peserta didik, diharapkan dapat mencapai kompetensi, yaitu perpaduan pengetahuan, sikap, keberanian dan kemampuan bermain peran (role playing) yang terefleksi dalam kehidupan seharihari. Proses belajar mengajar ini terdapat keterkaitan yang sangat erat antara guru, peserta didik, kurikulum, sarana dan prasarana yang ada. Guru mempunyai tugas untuk memilih metode dan media pelajaran yang sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya proses belajar yang baik. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun secara tertulis. Di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ini terdapat pembelajaran metode bermain peran (role playing), di mana metode bermain peran ini tidak hanya digunakan dalam proses belajar saja, akan tetapi bisa juga digunakan oleh peserta didik dalam kehidupan mereka sehari-hari, dan diharapkan dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia, peserta didik tidak merasa bahwa bermain peran terlepas dari kehidupan nyata atau kehidupan sehari-hari. Khususnya jenjang pendidikan SD (Sekolah Dasar) disebutkan bahwa peserta didik diusahakan agar memiliki pengetahuan fungsional tentang Bahasa Indonesia dan penggunaanya sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu, penerapan metode

4 bermain peran (role playing) mendapat tempat yang utama untuk menunjang proses belajar peserta didik, untuk meningkatkan kemampuan bermain drama. Kelemahan di sekolah ini adalah terletak pada segi metode pengajaran, baik strategi, sarana dan prasarana yang bisa menunjang proses belajar peserta didik, metode, maupun teknik yang digunakan guru. Guru mengajar secara rutin tapi belum sepenuhnya mampu menerapkan metode yang tepat. Padahal hasil belajar sangat dekat sekali hubungannya dengan metode mengajar yang diikuti dengan cara belajar peserta didik secara aktif. Berdasarkan observasi awal dan wawancara dengan guru Bahasa Indonesia kelas V SDN Ngrandulor Jombang, diketahui bahwa masih banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam pelajaran Bahasa Indonesia khususnya materi memerankan tokoh drama. Hal ini dapat dilihat dari nilai ujian Bahasa Indonesia pada semester I dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) nilai 67 yang telah ditentukan sekolah. Hasil nilai ujian Bahasa Indonesia memerankan tokoh drama peserta didik kelas V SDN Ngrandulor Jombang pada semester I menunjukkan bahwa peserta didik yang tuntas sebanyak 4 peserta didik (29%) dan terdapat 10 peserta didik (72%) yang tidak tuntas. Kondisi yang demikian disebabkan karena cara mengajar guru kurang tepat serta kurangnya, sarana dan prasarana yang ada disekolah tersebut. Melaksanakan pembelajaran tanpa menggunakan variasi media atau metode yang tepat akan mengakibatkan interaksi antara guru dan peserta didik kurang sehingga peserta didik menjadi pasif. Hal ini membuat pembelajaran tidak efektif, karena peserta didik kurang merespon pelajaran yang disampaikan.

5 (Sumber: Penilaian hasil evaluasi dan program perbaikan/ pengayaan tahun pelajaran 2011/2012 kela V SDN Ngrandulor Jombang). Guru cenderung melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan penugasan tanpa mempraktekkan langsung bagaimana cara pembelajaran dengan cara bermain peran (role playing). Metode ini mirip dengan bermain drama secara sederhana. Peran diambil dari kehidupan nyata sehari-hari (bukan imajinatif) yang paling penting konteks masalah yang diangkat sesuai dengan dunia subjek peserta didik. Ketika pembelajaran ini berhasil akan mendasari pembelajaran drama (Endraswara, 2007:141). Menghadapai kenyataan yang demikian, maka guru harus mencari berbagai alternatif dan inovasi untuk mempermudah pemahaman peserta didik dalam setiap komponen pembelajaran Bahasa Indonesia. Guru dapat menerapkan berbagai metode pembelajaran dan media yang sesuai untuk menunjang keberhasilan peserta didik agar dapat meningkatkan hasil belajar yang maksimal. Sebagai pelaksana pembelajaran, salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan adalah metode pembelajaran bermain peran (role playing) dimana peserta didik diajarkan cara bermain peran (role playing) yang baik, yaitu dengan melibatkan guru dan peserta didik. Peran guru disini adalah memperkenalkan atau memberikan contoh bagaimana cara memerankan tokoh drama yang baik dan benar. Misalnya ekspresi sebagai seorang tokoh antagonis, protagonis dan lain sebagainya kepada peserta didik, agar peserta didik bisa lebih mengasah otaknya, yang terkait dengan materi pembelajaran tersebut, karena dengan cara ini akan membantu guru menyampaikan suatu materi berbicara kepada peserta didik yang kaitannya

6 dengan bermain drama. Disini perta didik bisa belajar bermain peran (role playing) dengan baik beserta teman-temannya, dan bisa digunakan dalam ruang lingkung kehidupan sehari-hari mereka. Berdasarkan uraian di atas dapat dicapai melalui proses pembelajaran yang lebih bermanfaat, bisa melatih keberanian peserta didik, bisa memberikan pengalaman bagi peserta didik, dalam belajar yang melibatkan proses berfikir, mental dan fisik melalui keterampilan bermain peran (role playing). Metode bermain peran (role playing) dimana pengertian metode bermain peran itu sendiri adalah berperan atau memainkan peranan dalam dramatisasi masalah sosial atau psikologis. Salah satu bentuk permainan pendidikan yang digunakan untuk menjelaskan perasaan, sikap, tingkahlaku dan nilai, dengan tujuan untuk menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berfikir orang lain (Depdikbud, 2000:171). Melalui metode bermain peran siswa diajak belajar untuk memecahkan masalah dengan bantuan kelompok sosial yang anggotanya temantemannya sendiri. Dengan kata lain metode ini berupaya membantu individu melalui proses kelompok sosial. Melalui bermain peran, peserta didik mencoba mengeksploitasi masalah-masalah hubungan antar manusia dengan cara memperagakan hasil diskusinya didalam kelas. Menurut Zaini dan Munthe, dkk (2008:99). Melalui bermain peran (role playing) dapat membuktikan diri sebagai suatu media pendidikan yang ampuh, di mana saja terdapat peran-peran yang dapat didefinisikan dengan jelas, yang memiliki interaksi yang mungkin dieksplorasikan dalam keadaan yang bersifat simulasi (skenario). Hasil dari interaksi pembuat peran dengan skenario, individu-individu, atau teman lain dalam kelas atau kedua-duanya belajar sesuatu tentang seseorang, metode bermain peran (role playing) bisa merangsang timbulnya beberapa

7 aktivitas karena peserta didik dapat meningkatkan kemampuannya masing-masing dalam memerankan tokoh drama. 1.2 Fokus Masalah Penelitian ini akan difokuskan pada upaya meningkatkan kemampuan memerankan tokoh drama yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar peserta didik kelas V SDN Ngrandulor Jombang dalam memerankan tokoh drama. Dimana dalam proses belajar ini dibuat menyenangkan dan berpusat pada peserta didik, dengan menggunakan metode bermain peran (role playing) agar peserta didik tidak merasa bosan atau jenuh dengan pembelajaran yang menggunakan metode ceramah saja. Kondisi seperti ini terlihat pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung di SD Ngrandulor Jombang. Sebagain besar pembelajaran didominasi oleh guru saja, dari hasil pengamatan penulis dikelas V Sekolah Dasar (SD) pada pelajaran Bahasa Indonesia dalam Standar Kompetensi: yaitu Memberikan pendapat tentang persoalan faktual dan memerankan drama pendek anak. Lebih difokuskan lagi pada Kompetensi Dasar: Memerankan drama pendek anak dengan lafal, intontonasi, dan ekspresi yang tepat, kebanyakan peserta didik masi belum bisa memerankan tokoh drama. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru kelas V SDN Ngrandulor Jombag, guru menjelaskan bahwa strategi yang sering diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia lebih menekankan pada peran guru (teacher center), dimana guru merupakan pusat kegiatan belajar di kelas, sehingga peran guru dalam pembelajaran masih merupakan sumber utama bagi pelajaran tersebut. Hal ini secara tidak langsung akan menyebabkan peserta didik menjadi kurang aktif, sehingga aktivitas peserta didik dalam belajar pun sangat tidak terlihat karena peserta didik kurang diberi peran selama pembelajaran

8 berlangsung. Pada saat kegiatan pembelajaran bersifat pasif, mengakibatkan peserta didik mengikuti pelajaran tanpa rasa keingintahuan, dan tanpa minat terhadap hasilnya, akibatnya dapat berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh peserta didik itu sendiri. Bagaimana cara untuk meningkatkan kemampuan memerankan tokoh drama pada peserta didik Sekolah Dasar (SD) kelas V? Dengan menggunakan metode bermain peran (role playing) diharapkan dapat meningkatkan kemampuan memerankan tokoh drama dengan baik. Pambelajaran menggunakan metode bermain peran (role playing) dapat meningkatkan proses belajar mengajar dengan melibatkan peserta didik untuk memerankan watak-watak yang digambarkan dalam karya sastra. Dengan bermain peran (role playing), peserta didik diharapkan mampu menghayati karya sastra melalui gambaran watak yang terdapat dalam karya sastra. Melalui bermain peran (role playing), peserta didik mendapatkan pengalaman-pengalaman emosi dan estetik, sehingga dapat menunjang perkembanagan kecerdasan emosi anak. Peran pengajar dalam pelaksanaan teknik bermain peran (role playing) adalah sebagai pembimbing yang mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik, diantaranya membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok, menentukan naskah bersama-sama dengan peserta didik dan mengelola kegiatan bermain peran (role playing). Ampera (2010: 38). Menurut Naffi (2006:38) bermain peran (role playing) dapat berguna antara lain: 1. Membimbing pelajar menggunakan prinsip-prinsip dasar berlakon, 2. Memberikan pemahaman kepada peserta didik mengenai motivasi atau tujuan orang lain dengan melakonkan suatu peran, 3. Meningkatkan kesadaran pelajar berkaitan dengan masalah-masalah psikologis dan sosiologi, 4. Memahami nilai-nilai kebenaran hidup (realisme), 5. Memperkaya bagi mencapai proses belajar mengajar yang objektif.

9 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, masalah penelitian inidapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimana proses penerapan metode bermain peran untuk meningkatkan kemampuan memerankan tokoh drama siswa kelas V SDN Ngrandulor Jombang? 2. Bagaimana hasil penerapan metode bermain peran untuk meningkatkan kemampuan memerankan tokoh drama siswa kelas V SDN Ngrandulor Jombang? 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini akan berguna apa bila bisa menjadi suatu bahan evaluasi pada pendidikan, khususnya pada pembelajaran di kelas. Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan tentang penerapan metode bermain peran, maka tujuan penelitian ini terbagi menjadi dua antara lain. 1. Tujuan umum. a. Bertujuan untuk mengkaji metode pembelajaran bermain peran (role playing) b. Bertujuan untuk memperkenalkan metode pembelajaran bermain peran (role playing) 2. Tujuan khusus. c. Mengetahui sejauh mana menerapkan proses metode bermain peran (role playing) untuk meningkatkan kemampuan memerankan tokoh drama pada peserta didik kelas V SDN Ngrandulor Jombang. d. Mengetahui bagaimana hasil penerapan metode bermain peran untuk meningkatan kemampuan memerankan tokoh drama pada peserta didik kelas V SDN Ngrandulor Jombang.

10 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat akan didapat ketika penelitian ini berguna untuk perkembangan di dunia pendidikan. Secara umum, manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah dapat meningkatkan kemampuan memerankan tokoh drama. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Teoritis Secara umum penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan yang bersifat teoritik bagi khasanah pengetahuan khususnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, terutama pada metode pembelajaran yang diterapkan, sehingga peserta didik mempunyai kemampuan dalam meningkatkan kemampuan masingmasing. 2. Praktis Pada tatanan praktis, penelitian ini memberikan pengalaman mengenal metode Bermain Peran (role playing) bagi guru Bahasa Indonesia dan peserta didik. Memberikan masukan bagi guru dan calon guru untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Bagi peneliti, meningkatkan pemahaman, pengetahuan, wawasan dan menambah pengalaman dalam metode pembelajaran menggunakan metode Bermain Peran (role playing). Bagi peneliti lain, diharapkan penelitian ini dapat di jadikan acuan dalam melakukan penelitian yang sejenis. 1.6 Batasan Istilah Supaya permasalahan ini tidak meluas, maka perlu adanya batasan istilah maka peneliti memberi batasan istilah sebagai berikut.

11 1.6.1 Metode Pembelajara Pengertian dari metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dari kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secar optimal (Sanjaya, 2009:147). 1.6.2 Metode Bermain Peran Menurut Chesler dan Robert Fok. (dalam Joyce, 2009:328). secara umum bermain peran (Role Playing) merupakan sebuah metode pengajaran yang berasal dari dimensi pendidikan individu maupun sosial. Metode ini membantu masing-masing siswa untuk menemukan makna pribadi dalam dunia sosial mereka dan membantu memecahkan dilema pribadi dengan bantuan kelompok sosial. Dalam dimensi sosial, model ini memudahkan individu untuk bekerjasama dalam menganalisis keadaan sosial, khususnya masalah antarmanusia. 1.6.3 Drama Drama bisa diartikan sebagai perbuatan, tindakan, atau aksi dalam sebuah karya tulis berupa rangkaian dialog yang mencipta atau tercipta dari konflik batin atau fisik dan memiliki kemungkinan untuk dipentaskan (Riantiarno 2003:3). 1.6.4 Kemampuan Mampu menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah kuasa, sanggup melakukan sesuatu; berdaya, kaya, menurut (Team pustaka Phoenix, 2007:565) kemampuan dapat diartikan sebagai kecakapan seseorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang 1.6.5 Tokoh Drama Pengertian dari tokoh drama adalah karakteristik atau perwatakan dalam penampilan tokoh sebagai pembawa peran watak dalam suatu pementasan lakon. Tokoh drama hasrus mampu menciptakan citra tokoh, karena tokoh-tokoh harus dihidupkan (Indarti, 2006:58).