BAB II KAJIAN PUSTAKA. bebas yaitu indeks pembangunan manusia dan produk domestik regional bruto

dokumen-dokumen yang mirip
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O15

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masalah klasik dan mendapat perhatian khusus dari negara-negara di dunia.

jayapurakota.bps.go.id

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam bidang ekonomi, sosial, politik, budaya dan lingkungan serta

Bab 1 Pendahuluan. Gambar 1.1 Peta Dunia Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (2004). menengah. tinggi. data ( ) rendah (

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB II METODOLOGI Konsep dan Definisi. Angka Harapan Hidup 0 [AHHo]

sebanyak 158,86 ribu orang atau sebesar 12,67 persen. Pada tahun 2016, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, yaitu se

Produk Domestik Regional Bruto

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN GRESIK TAHUN 2017

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. nasionalnya memiliki satu tujuan yaitu memajukan kesejahteraan umum.

sebanyak 160,5 ribu orang atau sebesar 12,98 persen. Pada tahun 2015, jumlah penduduk miskin mengalami sedikit kenaikan dibanding tahun sebelumnya, ya

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

Katalog BPS :

BAB I PENDAHULUAN. berkembang maupun negara maju, meskipun telah terjadi perbaikan-perbaikan

Tingkat Kemiskinan Jawa Barat Maret 2015

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan nasional suatu negara yakni melalui jumlah dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

Harapan Lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya (tahun) sekolah formal yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa me

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang

3. Kondisi Ekonomi Makro Daerah

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI GORONTALO 2015

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama

BAB I PENDAHULUAN. pada akhirnya melakukan perbaikan perbaikan untuk mencapai taraf hidup dan

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 PROVINSI RIAU SEBESAR 71,20

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses untuk melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia diukur melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

KATA PENGANTAR. Kepada semua pihak yang telah membantu menyusun publikasi ini kami sampaikan terima kasih. Temanggung, November 2016

Data Pokok Pembangunan 2014 PEMBANGUNAN MANUSIA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) SEKADAU TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

KATA SAMBUTAN BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

BPS KABUPATEN EMPAT LAWANG. Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan bagi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

Pengaruh pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk dan produktivitas tenaga kerja terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Jambi

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PAPUA TAHUN 2016

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembangunan manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada tahun 1990 UNDP (United Nations Development Programme) dalam

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) BANTEN TAHUN 2016

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1 Apriliyah S. Napitupulu, Pengaruh Indikator Komposit Indeks

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. berkaitan dengan Dana perimbangan, Belanja modal, Pertumbuhan ekonomi

Analisis Pembangunan Sumber Daya Manusia di Provinsi Bali Tahun

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI NTB TAHUN 2016

Indeks Pembangunan Manusia

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab kajian pustaka penulis akan memaparkan pengertian - pengertian dari variabel yang akan peneliti teliti, yang terdiri dari dua variabel bebas yaitu indeks pembangunan manusia dan produk domestik regional bruto dan satu variabel terikat yaitu kemiskinan. Penelitian yang relevan, kerangka berfikir dan hipotesis juga akan dibahas pada bab ini. A. Landasan Teori 1. Kemiskinan Kemiskinan merupakan keadaan seseorang atau individu yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh hidup yang dianggap layak seperti memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Menurut Bapenas dalam Arsyad (2010:299) mendefinisikan kemiskinan sebagai keadaan yang dialami seseorang atau kelompok orang yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi. Sedangkan Suparlan dalam Khomsan (2015:2) menyatakan bahwa kemiskinan adalah sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yakni dengan adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Berdasarkan pengertian tersebut kemiskinan dapat dikatan sebagai keadaan suatu penduduk yang berada disuatu wilayah yang tidak dpat memenuhi kehidupan layak. 11

Kemiskinan bersifat multidimensial, yang artinya kebutuhan manusia itu tidak terbatas dan beragam, sehingga kemiskinan memiliki banyak aspek, diantaranya aspek primer dan aspek sekunder. Miskin akan asset, organisosial politik, dan pengetahuan serta ketrampilan merupakan aspek primer, dan sedangkan aspek sekunder yaitu berupa miskin terhadap jaringan sosial, sumber-sumber keuangan dan informasi merupakan kemiskinan yang dilihat dari kebijakan umum. Masyarakat miskin selalu berada pada kondisi ketidakmampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan dasar, yaitu ketidakmampuan dalam melaksanakan kegiatan usaha produktif, menjangkau akses sumber daya sosial ekonomi, menentukan nasibnya sendiri dan senantiasa mendapatkan perlakuan diskriminatif, dan membebaskan diri dari mental dan budaya miskin serta selalu mempunyai martabat dan harga diri yang rendah. Ciri-ciri masyarakat miskin menurut Fernandez (Arsyad,2010:300) yaitu sebagai berikut: a. Aspek politik yaitu aspek yang tidak memiliki akses ke proses pengambilan keputusan yang menyangkut hidup mereka. b. Aspek sosial yaitu mulai tersingkirnya dari institusi utama masyarakat yang ada. c. Aspek ekonomi yaitu rendahnya kualitas SDM, termasuk kesehatan, pendidikan, ketrampilan yang berdampak pada rendahnya penghasilan, dan rendahnya kepemilikan atas asset fisik, termasuk asset lingkungan hidup seperti air bersih dan penernagan. 12

d. Aspek budaya atau nilai yaitu mulai terperangkap dalam budaya sehingga menyebabkan rendahnya kualitas SDM seperti rendahnya etos kerja, berpikir pendek dan mudah menyerah. Menurut Sen dalam Todaro dan Smith (2006:23) menyatakan bahwa tingkat kemiskinan tidak dapat diukur dari tingkat pendapatan atau bahkan dari utilitasnya seperti pemahaman konvensional, yang paling penting bukanlah apa yang dimilki seseorang ataupun kepuasan yang ditimbulkan dari barang-barang tersebut, melainkan apakah yang dapat dilakukan oleh seseorang dengan barang tersebut. Begitu dengan penduduk apakah yang dapat dilakukan oleh penduduk dengan brangbarang yang ada. Kemiskinan menurut sebabnya terbagai menjadi 2 (dua) macam. Pertama adalah kemiskinan kultural atau alamiah yaitu yang disebakan oleh faktor-faktor adat atau kebudayaan suatu daerah yang membelenggu seseorang atau kelompok. Kedua adalah kemiskinan struktural, yaitu kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur sosial masyarakat tersebut, sehingga mereka tidak dapat ikut menikmati sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Selain dua macam kemiskinan tersebut masih ada ukuran kemiskinan lainnya yang umum digunakan yakni kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Menurut Todaro dan Smith (2006:67) kemiskinan absolut (absolute poverty) adalah konsep untuk menentukan tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik dasar akan 13

makanan, pakaian, dan perumahan agar dapat menjamin keberlangsungan hidupnya. Sedangkan kemiskinan relatif menurut Arsyad (2010:302) adalah kemiskinan yang lebih banyak ditentukan oleh keadaan sekitarnya, yakni dari lingkungan orang yang bersangkutan. Kemiskinan akan selalu ada karena konsep kemiskinan reltif yang bersifat dinamis. Sedangkan Kincaid (1975) melihat kemiskinan dari aspek ketimpangan sosial. Jumlah penduduk yang dapat dikategorikan miskin bisa dilihat dari ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan atas dan bawah, semakin besar ketimpangan maka akan semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat dikategorikan miskin. Dalam ukuran kemiskinan dikenal ukuran kesejahteraan dengan pendapatan per kapita dan garis kemiskinan. Tetapi terdapat ukuranukuran lain tentang angka kemiskinan yaitu headcount index, indeks kedalaman kemiskinan, dan indeks keparahan kemiskinan. a. Headcount index (HDI-P 0 ) Presentase penduduk miskin yang berada dibawah garis kemiskinan. Indeks ini dapat diukur dengan rumus : (Todaro dan Smith, 2006:243) Keterangan: P 0 : Headcount index H : banyak orang yang penghasilannya berada dibawah garis kemiskinan N : total populasi 14

b. Indeks kedalaman kemiskinan Ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran oleh masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan disebut Indeks kedalaman kemiskinan (Poverty Gap Index-P 1 ). Semakin tinggi nilai indeks, maka semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Dalam menghitung indeks kedalaman kemiskinan dapat digunakan rumus sebagai berikut: ( ) (Todaro dan Smith, 2006:246) Keterangan : P 1 : Indeks Kedalaman kemiskinan H : banyak orang yang penghasilannya berada dibawah garis kemiskinan Yi : pendapatan dari orang miskin ke-i N : total populasi Yp : garis kemiskinan c. Indeks keparahan kemiskinan Indeks keparahan kemiskinan (Poverty Severity Index-P 2 ) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpanagan pengeluaran di antara penduduk miskin. Dalam menghitung indeks ini dapat digunakan rumus sebagai berikut : 15

( ) (Todaro dan Smith, 2006:246) Keterangan : P 2 : indeks keparahan kemiskinan H : banyak orang yang penghasilannya berada dibawah garis kemiskinan N : total populasi Yi : pendapatan dari orang miskin ke-i Yp : garis kemiskinan 2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Pembangunan manusia adalah proses memperbesar pilihan orang. Tetapi perkembangan manusia juga merupakan tujuan, jadi itu adalah proses dan hasil. Pembangunan manusia menyiratkan bahwa orang harus mempengaruhi proses yang membentuk kehidupan mereka. Dalam semua ini, pertumbuhan ekonomi adalah sarana penting bagi pembangunan manusia, tetapi bukan akhirnya. (UNDP,2016:2). Indeks pembangunan manusia menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2017) adalah salah satu tolak ukur untuk melihat keberhasilan pembangunan manusia disuatu wilayah atau daerah. Cara bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dijelaskan oleh IPM. Mulai tahun1990 IPM dikembangkan oleh UNDP dan secara berkala dipulikasikan dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR). Nilai IPM diukur 16

berdasarkan 4 (empat) indikator sebagai acuannya yaitu tingkat harapan hidup, tingkat harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah, dan pengeluaran per kapita disesuaikan. a. Angka Harapan Hidup- AHH (Life Expectancy) Badan Pusat Statistik (BPS:2017) mendefinisikan bahwa angka harapan hidup adalah lama perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas (kematian) menurut umur. Angka harapan hidup ini mencerminkan derajat kesehatan suatu masyarakat. Angka harapan hidup ini dihitung dari hasil sensus dan survey kependudukan. Standar UNDP untuk angka harapan hidup ini besarnya adalah 20 < x > 85, yang berarti angka harapan hidup minimal adalah 20 tahun dan angka harapan hidup maksimal adalah 85 tahun. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Dimensi kesehatan Sumber: http://ipm.bps.go.id/page/ipm Dimana : I kesehatan AHH AHH maks AHH min : indeks kesehtan : angka harapan hidup : angka harapan hidup maksimal : angka harapan hisup minimal 17

b. Angka Harapan Lama Sekolah-HLS (Expected Years of Schooling EYS) Lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada usia tertentu di masa mendatang disebut angka harapan lama sekolah. Angka harapan lama sekolah dihitung untuk penduduk berusia 7 (tujuh) tahun keatas, guna mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dicapai oleh setiap anak yakni menggunakan angka harapan lama sekolah untuk mengetahuinya. Dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Sumber: http://ipm.bps.go.id/page/ipm Dimana: HLS I HLS HLS maks HLS min : harapan lama sekolah : indeks harapan lama sekolah : harapan lama sekolah maksimal : harapan lama sekolah minimal c. Rata-rata Lama Sekolah-RLS (Mean Years of Schooling- MYS) Rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal disebut rata-rata lama sekolah. Menghitung indikator ini dari variabel pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang ditempuh. Menurut 18

UNDP standar minimal untuk rata-rata lama sekolaha adalah 0 (nol) tahun dan unntuk standar maksimal rata-rata lama sekolah adalah 15 (lima belas) tahun. Sumber: http://ipm.bps.go.id/page/ipm Dimana : I RLS : indeks rata-rata lama sekolah. RLS : rata-rata lama sekolah. RLS maks : rata-rata lama sekolah maksimal. RLS min : rata-rata lama sekolah minimal. Dari kedua angka diperoleh indeks pendidikan dengan rumus yang dapat digunakan sebagai berikut: d. Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan Pengeluaran perkapita yang disesuaikan menurut BPS (2017) ditentukan dari nilai per kapita dan peritas daya beli (Purcashing Power Parity-PPP), rata-rata pengeluaran per kapita dibuat konstan/ rill dengan tahun dasar. Dimensi pengeluaran : Sumber: http://ipm.bps.go.id/page/ipm Dimana : ( ) ( ) ( ) ( ) 19

I pengeluaran : indeks pengeluaran In(pengeluaran maks ) : indeks pengeluaran maksimal In(pengeluaran min ) : indeks pengeluaran minimal Menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/negara dapat menggunakan IPM. Peringkat ini menunjukkan keberhasilan suatu wilayah/ Negara dalam pembangunan manusia. Nilai minimum dan maksimum dibutuhkan masing-masing indikator untuk menghitung IPM. Pada tabel 2.1 disajikan nilai-nilai tersebut. Tabel 2.1 nilai maksimum minimum Indikator Satuan Maksimum Minimum BPS UNDP BPS UNDP Angka Harapan Hidup Saat Lahir Angka Harapan Lama Sekolah Rata-rata Lama Sekolah Tahun 20 20 85 85 Tahun 0 0 18 18 Tahun 0 0 15 15 Pengeluaran Per Kapita Disesuaikan 100 (PPP U$) 1.007.43 6* (Rp) 107.721 (PPP U$) 26.572.352 ** (Rp) Keterangan: * Daya beli minimum adalah garis kemiskinan terendah kabupaten tahun 2010 (data empiris) yaitu di Tolikara-Papua ** Daya beli maksimum adalah nilai tertinggi kabupaten yang diproyeksikan hingga 2025 (akhir RPJPN) yaitu perkiraan pengeluaran per kapita Jakarta Selatan tahun 2025 Sumber : http://ipm.bps.go.id/page/ipm 20

IPM dapat dihitung sebagai rata-rata geometrik dari indeks kesehatan, pendidikan, dan pengeluaran, dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Sumber: http://ipm.bps.go.id/page/ipm IPM antar wilayah dapat dikategorikan sesuai dengan capaian, melalui pengelompokkan IPM ke dalam beberapa kategori, berikut ini: IPM < 60 : IPM rendah 60 IPM < 70 : IPM sedang 70 IPM < 80 : IPM tinggi IPM 80 : IPM sangat tinggi Sumber : http://ipm.bps.go.id/page/ipm 3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Dalam suatu Negara nilai total suatu output yang dihasilkan dikenal dengan produk domestik bruto. Menurut Todaro dan Smith (2006:61) produk domestik bruto adalah nilai total atas segenap output akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian (baik yang dilakukkan oleh penduduk lokal maupun orang-orang dari Negara lain yang bermukim di Negara yang bersangkutan). Jadi seluruh nilai akhir yang dihasilkan oleh penduduk yang bertempat di suatu Negara merupakan produk domestik bruto negara tersebut. Sedangkan untuk nilai akhir dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh wilayah (regional) dalam satu tahun adalah produk domestik regional bruto. 21

Produk domestik regional bruto menurut Arsyad (2010:20) yaitu jumlah nilai akhir dari barang dan jasa yang di hasilkan dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan,listrik, gas dan air minum, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan jasa-jasa selama satu tahun. Sedangkan menurut badan pusat statistik (BPS) produk domestik regional bruto merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah keseluruhan nilai akhir barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu wilayah. Dalam penyusunan PDRB terdapat 2 (dua) pendekatan yang digunakan yaitu berdasarkan lapangan usaha dan pengeluaran. Sedangkan PDRB disajikan dalam 2 (dua) versi penyajian yaitu berdasarkan harga yang berlaku berdasarkan harga konstan. Atas dasar harga yang berlaku adalah menggunakan agregat nilai harga pada tahun berjalan, sedangkan atas dasar harga konstan adalah menggunakan agregat nilai harga pada tahun tertentu atau tahun dasar tertentu (base year). B. Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, yaitu : 1. Muhammad Saiful Mujab (2015) membahas tentang pengaruh indeks pembangunan manusia, jumlah penduduk, dan produk domestik regional 22

bruto terhadap kemiskinan di 35 kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2008-2013. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui pengaruh indeks pembangunan manusia, jumlah penduduk, dan produk domestik regional bruto terhadap kemiskinan di 35 kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2008-2013. Hasil yang diperoleh menujukkan IPM berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan, jumlah penduduk mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan, dan PDRB mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan. Nilai R-squere yang diperoleh sebesar 0,989454 yang berarti sebesar 98,94 persen variabel kemiskinan dapat dijelaskan oleh variabel independen dan sisa sebesar 1,06 persen dijelaskan oleh variabel diluar model. 2. Rahmawati Faturrohmin (2011) membahas tentang pengaruh PDRB, harapan hidup, dan melek huruf terhadap tingkat kemiskinan (studi kasus 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh PDRB, Harapan Hidup, dan Melek Huruf terhadap Tingkat Kemiskinan (studi kasus 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel bebas yaitu PDRB, harapan hidup, dan melek huruf secara simultan berpengaruh terhadap penurunan tingkat kemiskinan di 35 kabupaten/kota di Jawa Tenga pada periode 2005-2009. Variabel independen dalam model ini mampu menjelaskan variasinya dari variabel dependen sebesar 96,32 persen. 23

Sedangkan sebesar 2,68 persen sisanya dipengaruhi oleh faktor lain diluar model penelitian. Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, maka terdapat masalah yang sama yang akan diteliti oleh peneliti yaitu masalah kemiskinan, dari 2 (dua) penelitian terdahulu menunjukan hasil penelitian, pertama IPM dan PDRB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan dan jumlah penduduk memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan, kedua PDRB, harapan hidup, dan melek huruf secara bersama-sama berpengaruh terhadap penurunan tingkat kemiskinan. C. Kerangka Berfikir Menurut Sugiono (2015:388) kerangka berfikir adalah model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. 1. Pengaruh IPM terhadap kemiskinan di Jawa Tengah Salah satu tolak ukur untuk melihat keberhasilan pembangunan manusia disuatu wilayah dapat diketahui melalui indeks pembangunan manusia. Bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dijelaskan oleh IPM. Di dalam IPM ini terdapat indikator yaitu angka harapan hidup (AHH), angka harapan lama sekolah (HLS), rata-rata lama sekolah (RLS), dan pengeluaran per kapita yang disesuaikan, dari keempat indikator ini menjadi 3 indeks yaitu indeks kesehatan yang dinilai dari angka harapan hidup, indeks pendidikan yang dinilai dari jumlah harapan lama sekolah 24

dan rata-rata lama sekolah yang dibagi 2 (dua), dan indeks pengeluaran yang dinilai dari pengeluaran perkapita yang disesuaikan. Kemiskinan merupakan keadaan suatu wilayah yang penduduknya tidak mampu memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh hidup yang dianggap layak seperti memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, kesehatan, dan pendidikan. Dalam kemiskinan ini dapat diukur melalui headcount index(p 0 ), indeks kedalaman kemiskinan (P 1 ), dan indeks keparahan kemiskinan (P 2 ). Jika terjadi peningkatan IPM di Provinsi Jawa Tengah, maka kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah akan menurun. 2. Pengaruh PDRB terhadap Kemiskinan di Jawa Tengah Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah keseluruhan nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah disebut produk domestik regional bruto. Dalam PDRB menggunakan 2 (dua) versi penilaian yaitu dengan menggunakan atas dasar harga yang berlaku dan menggunakan penilaian atas dasar harga konstan. Kemiskinan merupakan keadaan suatu wilayah yang penduduknya mengahsilkan produktivitas yang rendah dikarenakan tingkat produktivitas penduduknya rendah ini mengakibatkan nilai PDRB yang dihasilkan rendah, sehingga pemanfaatan sumber daya alam dan bahan produksi rendah maka pendapatan penduduk diwilayah tersebut juga 25

rendah. Dalam kemiskinan ini dapat diukur melalui headcount index(p 0 ), indeks kedalaman kemiskinan (P 1 ), dan indeks keparahan kemiskinan (P 2 ). Jika terjadi peningkatan PDRB di Provinsi Jawa Tengah, maka akan terjadi penurunan kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah. 3. Pengaruh IPM dan PDRB terhadap kemiskinan di Jawa Tengah Salah satu tolak ukur untuk melihat keberhasilan pembangunan manusia disuatu wilayah adalah IPM. Dalam IPM ini terdapat indikator yaitu angka harapan hidup (AHH), angka harapan lama sekolah (HLS), rata-rata lama sekolah (RLS), dan pengeluaran per kapita yang disesuaikan, dari keempat indikator ini menjadi 3 indeks yaitu indeks kesehatan yang dinilai dari angka harapan hidup, indeks pendidikan yang dinilai dari jumlah harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah yang dibagi 2 (dua), dan indeks pengeluaran yang dinilai dari pengeluaran perkapita yang disesuaikan. produk domestik regional bruto merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah keseluruhan nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Kemiskinan merupakan keadaan suatu wilayah yang memilki tingkat pembangunan yang rendah dan produk domestik regional bruto yang juga rendah hal ini dikarenakan pembangunan manusia yang tidak berhasil sehingga bayak sumber daya alam dan produksi yang tidak dimanfaatkan secara efektif dan efisien. 26

Jika IPM dan PDRB meningkat di Provinsi jawa Tengah, maka kemiskinan di Jawa tengah akan menurun. Gambar 2.1 kerangka berfikir Pengaruh IPM dan PDRB terhadap Kemiskinan di 35 Kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah tahun 2012-2016 Keterangan : X 1 (IPM) X 2 (PDRB) Y (Kemiskinan) Variabel dependen diberi notasi Y Variabel independen diberi notasi X X 1 X 2 Y : Indeks Pembangunan Manusia (IPM) : Produk Domestik regional Bruto (PDRB) : Kemiskinan : pengaruh variabel X terhadap Y D. Hipotesis penelitian Sugiono (2015:389) menyatakan bahwa hipotesis adalah merupakan jawaban sementara terhadap rumusan maslah penelitian yang diajukan, maka titik tolak untuk merumuskan hipotesis adalah rumusan masalah dan kerangka berfikir. 1. Terdapat pengaruh yang signifikan indeks pembangunan manusia terhadap kemiskinan. 27

2. Terdapat pengaruh yang signifikan produk domestik regional bruto terhadap kemiskinan. 3. Terdapat pengaruh yang signifikan indeks pembangunan manusia dan produk domestik regional bruto terhadap kemiskinan. 28